Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Hipertensi


2.1.1. Pengkajian
2.1.1.1. Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
 Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2.1.1.2. Sirkulasi
 Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler,
episode palpitasi.
 Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/
bertunda.
2.1.1.3. Integritas Ego
 Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor
stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan
dengan pekerjaan.
 Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan
continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
2.1.1.4. Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi
atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi .
2.1.1.5. Makanan/cairan
5
6

 Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan


tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat
penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
2.1.1.6. Neurosensori
 Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala,suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi,
pola/isi bicara,efek, proses pikir, penurunan kekuatan
genggaman tangan.
2.1.1.7. Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.
2.1.1.9. Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi),
sianosis.
2.1.1.10. Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.
7

2.1.2. Diagnosa Dan Rencana Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul dan Rencana Keperawatan pada
Klien dengan Hipertensi adalah :

2.1.2.1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung


berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi


vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.

Intervensi keperawatan :
 Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan
manset dan tehnik yang tepat.
 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
perifer.
 Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
 Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa
pengisian kapiler.
 Catat edema umum.
 Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas.
 Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditemapt tidur/kursi.
 Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
 Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan
punggung dan leher.
 Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,
 Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol
tekanan darah.
8

 Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai


indikasi.
 Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai
indikasi.
2.1.2.2. Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas
yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam
rentang yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung stabil.
2.1.2.3. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
 Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang,
sedikit penerangan.
 Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
 Batasi aktivitas.
 Hindari merokok atau menggunkan penggunaan
nikotin.
 Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
 Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi
seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi, hindari konstipasii.
Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak
adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
2.1.2.4. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal,
jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
 Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan;
tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
9

tersedia 102 | Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Hipertensi
 Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
 Amati adanya hipotensi mendadak
 Ukur masukan dan pengeluaran
 Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
 Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi
jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit
kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
2.1.2.5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri.
Tujuan; Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Intervensi keperawatan :
 Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan
prosedur.
 Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh
dengan stress.
 Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu
pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik.
 Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas
tanpa pemeriksaan dokter.
 Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit
untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan,
mual dan muntah.
 Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan
stabil.
 Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan
mengangkat berat.
10

 Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium


sesuai pesanan.
 Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan
yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan
seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol.
 Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
Hasil yang diharapkan: Pasien mengungkapkan
pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan
dini. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
2.1.2.6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola
hidup monoton.

Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan


antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan
perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga
yang tepat secara individu.
Intervensi :
 Kaji kemahaman klien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah
resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan masa tumbuh).
 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi.
(Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,
misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan
11

intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih


memperburuk hipertensi).
 Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
(motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.
Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
berhasil).
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
(mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program
diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan
inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
 Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan
klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per
minggu. (Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak
500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat
badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja
otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan
makan).
 Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan
harian termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan
lingkungan dan perasaan sekitar saat keadekuatan nutrisi
yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu
untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien
telah / dapat mengontrol perubahan).
 Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat ,
hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi
(mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
(Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol
penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
12

 Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.


(Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual).
2.1.2.7. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme
koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi
tidak realistic
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan
konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping
/ kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress
dan mengambil langkah untuk menghindari dan
mengubahnya.
Intervensi :
 Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi
perilaku, misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk megubah
pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam
kehidupan sehari-hari).
 Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan
toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi
/ menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme
koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama
TD diastolic).
 Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya. (pengenalan
terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respon seseorang terhadap stressor).
13

 Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri


dorongan partisifasi maksimum dalam rencana
pengobatan. (keterlibatan memberikan klien perasaan
kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki
keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.
 Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan
hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang anda
lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus
perhtian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja
keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat
mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-
kebutuhan personal).
 Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk
menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri /
keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan
secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu
dan tidak berdaya).
2.1.3. Implementasi/ Pelaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
2.1.3.1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
2.1.3.2. Diet
14

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :


 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr.
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
 Penurunan berat badan.
 Penurunan asupan etanol.
 Menghentikan merokok.
 Diet tinggi kalium
2.1.3.3. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan
terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain- lain.
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi
maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220– umur.
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan.
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu.
2.1.3.4. Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk
penderita hipertensi meliputi :
o Tehnik Biofeedback.
o Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai
keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
15

dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti


kecemasan dan ketegangan.
o Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau
tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
2.1.3.5 Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
 Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
 Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint
National Committee On Detection, Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hipertensi | 109 Evaluation And Treatment Of
High Blood Pressure, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakt lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
o Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker,
Ca antagonis, ACE inhibitor
o Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan :
 Dosis obat pertama dinaikan
 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
16

 Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa


diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
o Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh :
 Obat ke-2 diganti
 Ditambah obat ke-3 jenis lain
o Step 4 : alternatif pemberian obatnya
 Ditambah obat ke-3 dan ke-4
 Re-evaluasi dan konsultasi
 Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien
dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan
cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
 Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya ( perawat, memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
 Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya .
 Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas .
 Meyakinkan penderita/clien. Yakinkan penderita bahwa
penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
 Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu .
17

 Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup


penderita.
 Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi .
 Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah.
 Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari .
 Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalahmasalah yang mungkin terjadi .
 Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untukmencapai efek samping minimal dan
efektif.
 Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
 Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam
pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan
sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
2.1.4. Evaluasi
2.1.4.1 Resiko penurunan jantung tidak terjadi
2.1.4.2. Intoleransi aktivitas dapat teratasi
2.1.4.3. Rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang
2.1.4.4. Klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi
2.1.4.5. Klien dapat menggunakan mekanismekoping yang efektif dan
2.1.4.6. Klien paham mengenai kondisi penyakitnya.
Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan :
 Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi.
 Menentukan bagaimana rumasan tujuan perawatan yang akan
dicapai.
18

 Menentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat


berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil, tergantung
kepada dimensi evaluasi yang diinginkan.
 Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-
sumber data yang diperlukan.
 Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan
kriteria dan standar untuk evaluasi,

2.2. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi


2.2.1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg
(Sheps, 2010).
2.2.2. Etiologi
1) Berdasarkan penyebabnya:
a. Hipertensi Esensial (primer)
Hipertensi esensial (primer) disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Tipe ini terjadi pada
sebagian besar kasus tekanan darah tinggi yaitu sekitar 95%.
Faktor yang mempengaruhi yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis system renin. Angiotensin dan
peningkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan
polisitema (Nurarif & Kusuma, 2013).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi atau tekanan darah
tinggi yang disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya
penyakit ginjal), atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu
(misalnya pil KB) (Palmer & Williams, 2007).
2) Berdasarkan Bentuk Hipertensi
19

a. Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
hipertensi yang biasanya ditemukan pada usia lanjut, yang
ditandai dengan peningkatan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik.
b. Hipertensi Diastolik
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik,
biasanya ditemukan pada anak-anak dewasa muda.
c. Hipertensi Campuran
Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan
diikuti peningkatan diastolik.
2.2.3. Manifestasi Klinis
Menurut Palmer dkk (2007) dan Sustrani (2004), tanda dan gejala
seseorang mengalami hipertensi yaitu, seperti pusing, jantung
berdebar-debar, sulit bernapas saat bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, pandangan kabur, sakit kepala, terjadinya
pembengkakan pada ekstermitas.
2.2.4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi (Black & Hawks (2014), sebagai
beriktu:
1) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan mulltifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan
tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
yang memiliki hipertensi berada pada resiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
20

berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari


140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolik karena merupakan
predikator yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.

3) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hampir
sama antara usia 55 tahun sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih
besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan kadar
renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopresin, tingginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
5) Diabetes Mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mellitus mempercepat
ateroskelerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada
pembuluh darah besar.
6) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
7) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
21

dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi


obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
8) Nutrisi
Kelebihan mengkonsumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi
pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormon
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam sistem saraf pusat. Penelitian juga
menunjukan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan
magnesium dapat berkontrabusi dalam pengembangan hipertensi.
9) Penyalahgunaan Obat
Merokok, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan
obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. Pada
dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain
dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.
2.2.5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
prenganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangan sensitive terhadap
22

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal


tersebut bias terjadi.
Disaat yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini
cendrung mencetuskan keadaan darah tinggi.
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi usia lanjut, ateroskelerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Brunner & Suddarth, (2012) dan Nanda Nic Noc, (2016).
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh
(Wijaya & Putri, (2013), sebagai berikut:
a. Jantung
23

Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan


penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurangnya elastisitasnya, yang disebut dekompensasi.
Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyak cairan yang tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain
yang dapat menyebabkan sesak napas atau odema. Kondisi ini
disebut gagal jantung.

b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi
dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam
ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan didalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati dan dapat
menimbulkan kebutaan.
2.2.7. Pencegahan
a. Berhenti Merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi konsumsi alkohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan
penggunaannya secara rutin
g. Diet rendah garam serta pengendalian berat badan
24

h. Periksa tekanan darah secara teratur (Nanda Nic Noc, 2016).


2.2.8. Penatalaksanaan
a. Terapi Non farmakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan terapi nonfarmakologis
adalah sebagai beriktu:
1) Mempertahankan Berat Badan Ideal
Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan
diet rendah kolestrol namun kaya dengan serat dan protein,
dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka
tekanan darah diastolic dapat diturunkan sebanyak 5
mmHg.
2) Kurangi Asupan Natrium
Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari
dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg
dengan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi Konsumsi Alkohol
Konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol
berlebihan dapat meningkatkan tekana darah. Para
peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi
empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak
meminum beralkohol.
4) Diet Yang Mengandung Kalium dan Kalsium
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500
mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur
seperti: alpukat, pepaya, jeruk, apel, kacang-kacangan,
kentang dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama urin. Dengan mengonsumsi
buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang
bisa mencapai asupan potassium yang cukup.
25

5) Menghindari Merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebbakan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
b. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis (Saferi & Mariza, 2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:
1) Diuretik (hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja deengancara menegluarkan cairan
berlebihan dalam tubuh sehingga daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat Simpatik (metildopa, klonidin dan
reserpine)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktivitas saraf simpatis.
3) Betabloker (metoprolol, propranolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan
daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita
yang mengalami gangguan pernapasan seperti asma
bronchial.
4) Vasodilator (prasosin, hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensis Converting Enzyme (ACE) inhibitor
(Captopril)
26

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat


angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi
akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
6) Penghambat Angiotensin II (valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jeins obat-
obatan penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena
akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptor.
7) Angiotensin Kalsium (diltiasem dan verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

2.3. Tinjauan Umum tentang Kebutuhan Nutrisi


2.3.1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar
manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi
merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh.
Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti
glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak
dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti
yang sehari – hari dimakan oleh manusia (Hidayat, 2006).

2.3.2. Komponen zat gizi dalam nutrisi


a. Karbohidrat
27

Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi


dihasilkan dari karbohidrat. Fungsi karbohidrat adalah membuat
cadangan tenaga tubuh, pengaturan metabolisme lemak, untuk
efisiensi penggunaan protein, dan memberikan rasa kenyang.
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, sagu, singkong, dan
lain-lain. Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
(a) Monosakarida Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang
paling sederhana dan merupakan molekul yang paling kecil.
Jenis dari monosakarida adalah glukosa dektrosa yang banyak
terdapat pada buah-buahan dan sayuran, fruktosa banyak
terdapat pada buah, sayuran, dan madu.
(b) Disakarida Jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan
laktosa. Sukrosa dan maltosa banyak pada makanan nabati,
sedangkan laktosa yaitu merupakan jenis gula dalam air susu,
baik susu ibu maupun susu hewan.
(c) Polisakarida merupakan gabungan dari beberapa molekul
monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan
selulosa.

b. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan
mengganti jaringan tubuh. Bentuk sederhana dari protein adalah
asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk
hormon dan enzim. Protein berfungsi sebagai sumber energi
disamping karbohidrat dan lemak, mempertahankan kesehatan dan
vitalitas tubuh, pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu
saat proses laktasi. Sumber protein terdiri dari protein hewani yaitu
protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati,
udang, ikan, kerang, dan ayam, serta protein nabati yaitu protein
28

yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau,


dan sebagainya.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang kedua setelah
karbohidrat. Lemak berfungsi sebagai sumber cadangan energi,
komponen dari membran sel, melarutkan vitamin A, D, E, dan K
sehingga dapat diserap oleh dinding usus, dan memberikan asam-
asam lemak esensial.
Lemak terdiri dari lemak nabati yaitu mengandung lebih banyak
asam lemak tak jenuh seperti yang terdapat pada kacang-kacangan
dan lemak hewani yaitu yang banyak mengandung asam lemak jenuh
dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-
lain.
d. Vitamin
Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada
makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat
berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai
katalisator. Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan. Vitamin dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu vitamin yang larut dalam air terdiri
dari vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, serta vitamin C dan
vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
e. Mineral
Mineral adalah elemen organik esensial untuk tubuh karena
peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Secara umum
fungsi dari mineral adalah membangun jaringan tulang, mengatur
tekanan osmotik dalam tubuh, memberikan elektrolit untuk
keperluan otot-otot dan saraf serta membuat berbagai enzim.
f. Air
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50%-70% air. Asupan air
29

sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup


dibandingkan dengan pemasukan nutrisi lain.
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsu makanan. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan nutrisi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya,
dibeberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang
paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap bahwa makanan tersebut
dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga mempengaruhi status nutrisi. Misalnya,
dibeberapa daerah terdapat larangan makana pisang dan pepaya bagi
para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut sumber vitamin yang
sangat baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-anak karena
ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik untuk anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Misalnya
mengkonsumsi makanan cepat saji (junkfood), bakso, dan lain-lain.
Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi
kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan
karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
30

e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
2.3.5. Karakteristik status nutrisi
Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Image Weight (IBW).
a. Body Mass Index (BMI).
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari
gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI
dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan
untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Indeks Masa Tubuh = BB (kg) / TB2
Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17
Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 - 18,5 Normal 18,5 –
25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 (sumber: Depkes 2002,
dalam Asmadi, 2008)
b. Ideal Body Weight (IBW)
Ideal body weight atau berat badan ideal merupakan perhitungan
berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan
ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu. Berat badan ideal
(kg) = [Tinggi badan (cm) – 100] – [10% (Tinggi badan – 100)]

Anda mungkin juga menyukai