TINJAUAN TEORITIS
Intervensi keperawatan :
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan
manset dan tehnik yang tepat.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
perifer.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa
pengisian kapiler.
Catat edema umum.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditemapt tidur/kursi.
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan
punggung dan leher.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol
tekanan darah.
8
a. Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
hipertensi yang biasanya ditemukan pada usia lanjut, yang
ditandai dengan peningkatan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik.
b. Hipertensi Diastolik
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik,
biasanya ditemukan pada anak-anak dewasa muda.
c. Hipertensi Campuran
Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan
diikuti peningkatan diastolik.
2.2.3. Manifestasi Klinis
Menurut Palmer dkk (2007) dan Sustrani (2004), tanda dan gejala
seseorang mengalami hipertensi yaitu, seperti pusing, jantung
berdebar-debar, sulit bernapas saat bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, pandangan kabur, sakit kepala, terjadinya
pembengkakan pada ekstermitas.
2.2.4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi (Black & Hawks (2014), sebagai
beriktu:
1) Riwayat Keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan mulltifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan
tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua
yang memiliki hipertensi berada pada resiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
20
3) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hampir
sama antara usia 55 tahun sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih
besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan kadar
renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopresin, tingginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
5) Diabetes Mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mellitus mempercepat
ateroskelerosis dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada
pembuluh darah besar.
6) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
7) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
21
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi
dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam
ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah
dan terjadi penumpukan didalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati dan dapat
menimbulkan kebutaan.
2.2.7. Pencegahan
a. Berhenti Merokok
b. Pertahankan gaya hidup sehat
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi konsumsi alkohol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan
penggunaannya secara rutin
g. Diet rendah garam serta pengendalian berat badan
24
5) Menghindari Merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebbakan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
b. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis (Saferi & Mariza, 2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:
1) Diuretik (hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja deengancara menegluarkan cairan
berlebihan dalam tubuh sehingga daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat Simpatik (metildopa, klonidin dan
reserpine)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktivitas saraf simpatis.
3) Betabloker (metoprolol, propranolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan
daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita
yang mengalami gangguan pernapasan seperti asma
bronchial.
4) Vasodilator (prasosin, hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensis Converting Enzyme (ACE) inhibitor
(Captopril)
26
b. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan
mengganti jaringan tubuh. Bentuk sederhana dari protein adalah
asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan dalam bentuk
hormon dan enzim. Protein berfungsi sebagai sumber energi
disamping karbohidrat dan lemak, mempertahankan kesehatan dan
vitalitas tubuh, pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu
saat proses laktasi. Sumber protein terdiri dari protein hewani yaitu
protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati,
udang, ikan, kerang, dan ayam, serta protein nabati yaitu protein
28
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
2.3.5. Karakteristik status nutrisi
Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Image Weight (IBW).
a. Body Mass Index (BMI).
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari
gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI
dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan
untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Indeks Masa Tubuh = BB (kg) / TB2
Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17
Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 - 18,5 Normal 18,5 –
25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 (sumber: Depkes 2002,
dalam Asmadi, 2008)
b. Ideal Body Weight (IBW)
Ideal body weight atau berat badan ideal merupakan perhitungan
berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan
ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu. Berat badan ideal
(kg) = [Tinggi badan (cm) – 100] – [10% (Tinggi badan – 100)]