Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001)

B. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat : Kelemahan, Letih, Napas pendek, Gaya hidup monoton,
Frekuensi jantung meningkat, Perubahan irama jantung, Takipnea
2. Sirkulasi : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler, Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas, Frekuensi / irama :
takikardia, berbagai disritmia, Bunyi jantung : murmur, Distensi vena jugularis,
Ekstermitas, Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian
kapiler, mungkin lambat
3. Integritas Ego : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan), Letupan suasana hati,
Gelisah, Penyempitan kontinue perhatian, Tangisan yang meledak, otot muka tegang
( khususnya sekitar mata ), Peningkatan pola bicara
4. Eliminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
5. Makanan / Cairan : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol Mual, Muntah, Riwayat penggunaan diuretic, BB normal
atau obesitas, Edema, Kongesti vena, Peningkatan JVP, Glikosuria
6. Neurosensori : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, Episode kebas, Kelemahan
pada satu sisi tubuh, Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ), Episode
epistaksis, Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan ) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman Perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
8. Pernapasan : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, Takipnea, Ortopnea, Dispnea
nocturnal proksimal, Batuk dengan atau tanpa sputum, Riwayat merokok, Distress
respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, Bunyi napas tambahan ( krekles,
mengi ), Sianosis
9. Keamanan : Gangguan koordinasi, cara jalan, Episode parestesia unilateral transient
10. Pembelajaran / Penyuluhan : Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal, Faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon lain, Penggunaan obat / alkohol

C. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebra
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah

D. Rencana Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, Mempertahankan
TD dalam rentang yang dapat diterima, Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil
Intervensi :
Regulasi hemodinamik
1.1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
1.2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
1.3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
1.4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
1.5. Catat edema umum
Perawatan jantung
1.6. Ciptakan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung
1.7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi.
1.8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
1.9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
1.10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
1.11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
1.12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
1.13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
1.13.1. Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid (Diuril), hidroklorotiazid (esidrix,
hidrodiuril ), bendroflumentiazid ( Naturetin )
1.13.2. Diuretic Loop misalnya Furosemid (Lasix), asam etakrinic (Edecrin),
Bumetanic (Burmex)
1.13.3. Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton (aldactone), triamterene
(Dyrenium), amilioride (midamor)
1.13.4. Inhibitor simpatis misalnya propanolol (inderal), metoprolol (lopressor),
Atenolol (tenormin), nadolol (Corgard), metildopa (aldomet), reserpine
(Serpasil), klonidin (catapres )
1.13.5. Vasodilator misalnya minoksidil (loniten), hidralasin (apresolin), bloker
saluran kalsium (nivedipin, verapamil)
1.13.6. Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
1.13.7. Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel (hyloree), quanetidin
(Ismelin), reserpin (Serpasil)
1.13.8. Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin
(catapres), guanabenz (wytension), metildopa (aldomet)
1.13.9. Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin (apresolin), minoksidil,
loniten
1.13.10. Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya
diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess )
1.13.11. Bloker ganglion misalnya guanetidin (ismelin), trimetapan
(arfonad), ACE inhibitor (captopril, captoten)

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebra


Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala, Pasien tampak
nyaman, TTV dalam batas normal
Intervensi :
Pengelolaan nyeri
2.1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan.
2.2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
2.3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
2.4. Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin.
2.5. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi.
2.6. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
2.7. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas
(lorazepam, ativan, diazepam, valium ).

3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan


adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil: Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit
kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/
menit, Tanda-tanda vital stabil.
Intervensi :
Perawatan sirkulasi
3.1. Pertahankan tirah baring
3.2. Tinggikan kepala tempat tidur.
3.3. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
3.4. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
3.5. Ukur masukan dan pengeluaran.
3.6. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program.
3.7. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

E. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Pada pelaksanaan rencana asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan klien. Tindakan keperawatan diberikan secara mandiri dan kolaborasi.

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir pada proses keperawatan. Evaluasi
keperawatan dapat dinilai dengan membandingkan pencapaian dengan criteria evaluasi
pada rencana keperawatan.

G. Kepustakaan
1. Alexander, Fawcett, Runciman. (2000). Nursing Practice Hospital and Home the
Adult, Second edition, Toronto. Churchill Livingstone.
2. Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999).
Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
3. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-
proses penyakit.Jakarta: Penerbit EGC.
4. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
5. Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
6. Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai