Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH REKAYASA LALU LINTAS 2022

PARKIR KENDARAAN TIDAK BERMOTOR (SEPEDA)


DI KAWASAN MALL

Dosen Pengampu

Dr.Ir. M. Zainul Arifin, MT

DISUSUN OLEH:

1. M.HAKIM MAULANA (215060100111035)

2. GILANG FATHIR (

3. MAULANA RIZQI RIWAWO (

4. MAULANA RAHMAT (

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lalu lintas memiliki peranan strategis dalam mengupayakan pembangunan dan


memajukan kesejahteraan umum integrasi sosial. Untuk pembinaan lalu lintas ini
harus dilaksanakan oleh seluruh instansi yang terkait. Lalu lintas adalah satu kesatuan
dari sistem yang terdiri atas lalu lintas, jaringan lalu lintas, prasarana lalu lintas,
kendaraan,, pengemudi, serta pengelola lalu lintas itu sendiri.

Dalam pengelolaan lalu lintas ini, terdiri komponen yang akan berfungsi sebagai
sarana yaitu kendaraan atau transportasi yang terbagi atas 2 jenis yaitu kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Untuk kendaraan bermotor sendiri yang
umumnya terbagi atas kendaraan bermotor roda dua, kendaraan bermotor-mobil,
kendaraan bermotor-mobil berpenumpang, dan kendaraan bermotor- dengan
angkutan. Dan untuk kendaraan tidak bermotor umumnya adalah sepeda atau
kendaraan yang bertenaga dari tenaga binatang.

Selain dari komponen kendaraan atau transportasi sebagai sarana, dalam


pengelolaannya juga dibutuhkan prasarana yang bertujuan untuk menunjang dari
aktivitas berlangsungnya dari sarana ini yaitu jalan. Untuk jalan ini terbagi atas jalan
tol dan non-tol yang berfungsi untuk prasarana sebagai media dari perpindahan
sarana dari suatu titik ke titik yang lain. Dan terdapat satu jenis prasarana lain yaitu
parkir yang memiliki fungsi dan tujuan yang juga sangat penting sebagai tempat atau
prasarana persinggahan dari sarana kendaraan atau transportasi ke atau dari suatu
tempat.

Maka untuk parkir ini sendiri telah diatur fungsinya pada Terc dalam Undang-
Undang (UU) No. 22 Tahun 2009 pasal satu nomor 15, “Parkir adalah keadaan
kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan
pengemudinya.
Dalam pengelolaan lahan parkir ini biasanya terfokus kepada lahan parkir untuk
kendaraan bermotor yang lebih mendominasi dari jenis kendaraan yang dipakai pada
saat ini dan kurang memperhatikan mengenai lahan parkir untuk kendaraan yang tidak
kalah pentingnya sebagai prasarana untuk sarana kendaraan tidak bermotor ini.

Maka dari itu mengenai lahan parkir untuk kendaraan tidak bermotor ini yang lebih
umum digunakan adalah sepeda yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Perhubungan (Permenhub) No. 59/2020 yang salah satunya mengatur penyediaan
fasilitas parkir umum untuk para pesepeda. Dalam Pasal 18 ayat 1 disebutkan bahwa
pesepeda dapat disediakan fasilitas parkir umum untuk sepeda. Sementara itu, pada
ayat 2 tertulis fasilitas parkir umum untuk sepeda harus berupa lokasi yang mudah
diakses, aman, dan tidak mengganggu arus pejalan kaki dan terdapat rak tiang, atau
sandaran yang memungkinkan bagi sepeda untuk dikunci atau digembok. Maka dari
itu dalam pengelolaan lahan parkir untuk kendaraan tidak bermotor khususnya sepeda
ini haruslah dibuat agar tidak sulit untuk diakses dengan contoh untuk lahan parkir di
mall tidak dibuat pada lahan parkir lantai dua tetapi pada basement, lantai satu,
ataupun pada halaman lantai satu khusus untuk sepeda.

1.2 IDENTIFIKASI DAN TUJUAN

1. Mengetahui permasalahan lahan parkir di kawasan mall untuk kendaraan tidak


bermotor (sepeda)

2. Solusi untuk perletakan dari lahan parkir yang strategis dan fungsional untuk
sepeda di kawasan mall

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lalu lintas memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri, maka dari itu
dikembangkan dan dimanfaatkan sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah dan
pelosok daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu memadukan sarana transportasi
lain. Menyadari peranan transportasi maka lalu lintas ditata dalam sistem transportasi
nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang
serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat,
lancar, teratur dan biaya yang terjangkau

Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang tidak dilengkapi dengan


motor penggerak, tetapi digerakkan dengan tenaga manusia seperti sepeda, becak,
atau digerakkan dengan tenaga hewan seperti delman yang dilengkapi dengan 4 roda,
sado, cidomo (singkatan dari cikar dokar mobil) yang ditarik dengan tenaga kuda
ataupun gerobak yang ditarik oleh kerbau, sapi, kambing ataupun manusia (contohnya
angkong). (wikipedia)

Salah satu contoh kendaraan tidak bermotor yang dibahas di dalam makalah ini
adalah sepeda. Sepeda adalah salah satu sarana transportasi yang sederhana, tanpa
menggunakan mesin (Jamaludin, 2010). Konsep sederhana yang digunakan sepeda,
dapat bergerak apabila dikayuh oleh pengemudinya. Bertahun-tahun moda
transportasi ini dikembangkan. Beberapa nama turut menyumbangkan usaha serta
tenaga untuk pengembangan alat transportasi ini, antara lain Kirkpatrick MacMillan
dengan karyanya menambahkan ‘“mesin” khusus untuk sepeda, Baron Karls Drais
von Sauerbronn dengan karyanya yang menyempurnakan model sepeda dengan
nama velocipede, serta banyak nama lainnya. Pada sekitar tahun 1880, model sepeda
semakin disempurnakan dan hampir menyerupai dengan model yang kita kenal
sekarang (Jamaludin, 2010)

Berdasarkan penyesuaian komponen serta fungsinya, sepeda dibagi menjadi


beberapa jenis, antara lain:

● Sepeda Hybrid (hybrid bike)

Sepeda hybrid merupakan bentuk penyesuaian atas permintaan pasar


dengan menggabungkan antara sepeda road bike dengan MTB
(mountain bike) sehingga sepeda hybrid memiliki karajter yang kuat,
nyaman, dan memiliki laju yang cepat di aspal dibanding dengan sepeda
jenis MTB pada umumnya

● Sepeda Gunung MTB (mountain bike)

Sepeda gunung didesain dengan berbagai komponen yang dilakukan


penyesuaian terhadap kebutuhan dan fungsi dari penggunaan sepeda
jenis ini pada nantinya. Seperti dilakukan penambahan suspention di
bagian tengah kerangka sehingga mengurangi benturan medan terjal
terhadap pengemudi. Tambahan komponen lainnya terdapat di gear
khusus yang disematkan dan dikhususkan untuk medan terjal seperti
pegunungan serta jalur tanah dan bergelombang.

● Sepeda Kota (city bike)

Sesuai dengan kegunaan dan fungsinya, city bike didesain hanya untuk
perjalanan jangka pendek dengan medan rata seperti jalan-jalan yang
ada di kota. Komponen-komponen yang ditambahkan di sepeda jenis ini
juga tidaklah dikhususkan untuk melalui medan yang terjal sehingga
lebih cocok untuk sepeda bersantai

● Sepeda BMX

BMX dirancang untuk atraksi dengan jalur atau arena khusus. Biasa
digunakan oleh sebuah perkumpulan untuk melakukan atraksi
bersamaan dengan skateboard. Kurang nyaman jika digunakan untuk
jarak jauh dan medan terjal karena gear yang dipasangkan pada sepeda
ini tidak mendukung sehingga akan cepat membuat lelah pengemudinya

Variabel lain yang tidak lepas dari pembahasan pada makalah ini adalah tentang
perparkiran. Perparkiran dan fasilitas terminal adalah suatu bagian penting dari sistem
transportasi. Perencanaan dan perancangan fasilitas ini menuntut suatu pemahaman
menyangkut karakteristik sarana angkut, perilaku pengemudi, operasi perparkiran,
dan karakteristik pembangkit perparkiran dari setiap tata guna lahan yang dilayani.
Kegagalan dalam variabel ini, yaitu menyediakan fasilitas parkir yang memadai
akan menimbulkan berbagai akibat, antara lain akan terjadi penumpukan kendaraan
dan kekecewaan masyarakat. Penyediaan demand terhadap lahan parkir memiliki
tantangan yang besar. Untuk mengetahui kebutuhan akan tempat parkir harus
dilakukan survei.

SASARAN PENYELENGGARAAN PARKIR

Parkir Menurut Peraturan Daerah tentang Tata Kelola Parkir, penyelenggaraan


parkir memiliki sasaran terhadap penggunaan fungsinya. Beberapa sasaran terhadap
penyelenggaraan tata parkir.

1. Mengendalikan jumlah kendaraan yang masuk ke suatu kawasan


2. Meningkatkan kelancaran lalu lintas jika lahan parkir yang tersedia memadai
3. Meningkatkan cashflow suatu daerah ataupun perusahaan
4. Fungsi jalan terpenuhi sesuai dengan peranannya

KEBUTUHAN PARKIR

Kebutuhan parkir tidak bisa disamaratakan dalam semua golongan transportasi


maupun komponen lalu lintas. Kebutuhan parkir bergantung dari bentuk dan
karakteristik masing-masing kendaraan, kebutuhan, serta lokasi parkir. jenis -jenis
ruang parkir dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan:

1. Hotel dan tempat penginapan


2. Tempat wisata
3. Gedung perkantoran swasta dan pemerintahan
4. Sekolah dan universitas
5. Taman serta fasilitas publik
6. Mall. pertokoan, dan pasar
7. Dan lain-lain

Gambaran contoh kebutuhan ruang parkir yang telah diatur adalah sebagai berikut:
FASILITAS PARKIR

Menurut Peraturan BPK Tentang Tata Kelola Parkir, tata guna lahan suatu area,
penetapan untuk pilihan tempat parkir dapat dibuat sebagai bangunan berupa sebuah
gedung dan pinggir jalan. Oleh karena itu berdasarkan teori yang telah dijabarkan
maka tempat parkir dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Parkir Pinggir Jalan (on street parking)

Pemanfaatan bahu jalan atau pinggir jalan sebagai lahan parkir merupakan
salah satu solusi alternatif dalam keadaan darurat apabila lahan parkir ideal
yang tersedia tidaklah memenuhi permintaan. Parkir pinggir jalan memiliki lebih
banyak dampak negatif dibanding dengan dampak positifnya, salah satunya
adalah menyebabkan kemacetan lalu lintas karena kapasitas jalan dan ruasnya
mengecil serta dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas

2. Parkir di Daerah Lain (off street parking)

Pemanfaatan pinggir jalan sebagai lahan parkir merupakan solusi alternatif,


tetapi ada beberapa hambatan untuk pemanfaatan pinggir jalan sebagai lahan
parkir, yaitu sulitnya perizinan serta sangat dibatasi sehingga diperlukan
alternatif lain, yaitu off street parking

a. Parkir di Gedung Bertingkat

Harga tanah yang semakin tinggi dan terbatasnya penyediaan tanah


sebagai lahan parkir maka diperlukan alternatif lahan parkir, salah
sattunya adalah parkir di gedung bertingkat, antara lain

- Parkir bawah tanah (basement)


- Gedung bertingkat khusus parkir
b. Parkir di Pelataran

Parkir di pelataran dapat menampung hingga ratusan kendaraan


tergantung dari luas pelataran yang ada. Pelataran parkir juga hanya
mengeluarkan biaya perawatan dan konstruksi minimal sekali dalam
setahun tetapi akan sangat memakan tempat

BAB III
METODE ANALISA

Sepeda merupakan salah satu jenis sarana transportasi yang sering dipakai
masyarakat yang dijadikan komoditas atau mobilitas untuk kegiatan harian ataupun
hari tertentu. Sehingga dalam pengelolaan untuk prasarana dalam kasus ini parkiran
juga harus memperhatikan untuk kendaraan tidak bermotor juga (khususnya sepeda)

3.1 PENEMPATAN RUANG PARKIR YANG TIDAK STRATEGIS


DAN KURANG EFISIEN

Berbeda dengan kendaraan bermotor, untuk kendaraan sepeda ini memerlukan


penempatan parkir yang lebih strategis terutama pada bangunan seperti mall
dikarenakan untuk sistem bangunan berlantai seperti di mall, yang juga masih
terdapat banyak terdapat penempatan lahan parkir pada sepeda pada tempat yang
berlantai yang pastinya tidak akan strategis jika lahan parkir untuk sepeda ini
ditempatkan pada lantai yang tinggi karena akan tidak efisiennya usaha yang
dibutuhkan bagi pengendara untuk mencapai lahan parkir tersebut dengan
menggunakan kendaraan tidak bermotor yang menggunakan tenaga dari pengendara
itu sendiri

3.2 KAPASITAS LAHAN PARKIR SEPEDA YANG KURANG

Selain harus memperhatikan dari letak penempatan ruang parkir bagi sepeda,
balik kepada alasan bahwa kendaraan sepeda ini juga merupakan salah satu
komoditas yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai alat komoditas, maka juga
harus dijadikan “concern” mengenai kapasitas dari lahan parkir tersebut yang masih
kurang diperhatikan di beberapa tempat terutama tempat umum seperti pada kawasan
mall.

3.3 KELAYAKAN LAHAN PARKIR UNTUK SEPEDA

Untuk perlakuan sepeda tidak bermotor membutuhkan perlakuan yang lebih


khusus sehingga diperlukan kelayakan khusus untuk lahan parkir sepeda tidak
bermotor dikarenakan beberapa masalah berikut :

a. Tidak terdapat “handlebar lock”

Berbeda dengan sepeda motor, untuk sepeda tidak bermotor ini pada umumnya
tidak memiliki “handlebar lock” yang berfungsi cukup krusial untuk keamanan
kendaraan. Sehingga dibutuhkan beberapa faktor pendukung sebagai kelayakan dari
suatu lahan parkir untuk sepeda tidak bermotor.

b. Penggabungan lahan parkiran sepeda bermotor dengan sepeda tidak bermotor


Masih terdapat banyak di kawasan mall yang menggabungkan antara lahan parkir
sepeda bermotor dengan sepeda tidak bermotor yang akan mengakibatkan kurang
tertatanya susunan untuk lahan parkir kedua jenis sepeda ini dan juga akan
mengurangi kapasitas sepeda tidak bermotor yang terbatas jika digabungkan dengan
kendaraan sepeda bermotor

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Solusi Penempatan Ruang Parkir yang Tidak Strategis dan
Kurang Efisien
Solusi yang ditawarkan untuk permasalahan ini tentunya terletak pada lokasi lahan
parkir pada suatu bangunan mall. Ditinjau dari pengklasifikasian sepeda sebagai
kendaraan tak bermotor sehingga pengemudinya memerlukan tenaga yang
dikerahkan untuk membuat sepeda tersebut bergerak dan berpindah tempat. Oleh
karena itu letak dan lokasi lahan parkir sepeda pada suatu bangunan tidak boleh
diletakkan pada tempat yang tinggi, sebagai contoh yaitu diletakkan di lantai 5. Selain
kurang efisien terhadap pengemudi sepeda, hal tersebut dapat membuat lelah sang
pengemudi yang nantinya akan berdampak pada kurangnya minat masyarakat untuk
menggunakan sepeda guna berpergian ke mall, pertokoan, ataupun pasar.

Lebih tepat jika lahan parkir sepeda disediakan di lantai dasar sehingga sepeda
dapat parkir dengan mudah dan efisien bagi tenaga pengguna sepeda tersebut.

4.2 Solusi Lahan Parkir Sepeda yang Kurang

Pengelola mall, pertokoan, ataupun pasar wajib menerapkan Peraturan Gubernur


No. 51 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut terdapat permintaan agar tersedianya
fasilitas parkir bagi sepeda yang ditempatkan di ruang parkir perkantoran, ruang parkir
pusat perbelanjaan, halte, terminal, stasiun, pertokoan, pasar, dan pelabuhan
dermaga

Selain itu seperti yang dituturkan oleh Ketua Indonesia Parking Association (IPA),
Rio Octaviano, mengatakan bahwa ruang parkir yang harus tersedia di perkantoran,
mall, dan pusat perbelanjaan ditetapkan minimal 10% dari kapasitas parkir. Hal ini
tentu masih menjadi bahan pembahasan dari Indonesia Parking Association, namun
sejauh ini solusi sementara dari permasalahan kurangnya lahan parkir bagi sepeda
yaitu dengan menetapkan adanya minimal 10% lahan dari ruang parkir untuk sepeda
di setiap perkantoran dan pusat perbelanjaan

4.3 Solusi Kelayakan Lahan Parkir Sepeda

a. Disediakan “handlebar lock”


Pihak pengelola memberikan fasilitas berupa disediakannya gembok pengaman
yang nantinya akan dikaitkan antara ban sepeda ataupun rangka sepeda dengan tiang
yang terdapat di lokasi parkir sepeda. Jumlah gembok pengaman yang tersedia untuk
sepeda disesuaikan dengan peraturan tentang lahan sepeda yang ditetapkan jumlah
minimalnya 10% sehingga nanti jumlah gembok pengaman akan cukup dengan
jumlah sepeda yang parkir

b. Pemisahan Antara Lahan Parkir Sepeda Bermotor dengan Sepeda


Pemisahan ini bertujuan agar lahan parkir terlihat lebih rapih dan mobilisasi antara
sepeda dan sepeda motor yang ingin masuk atau keluar berjalan dengan lancar.
Selain itu pemisahan ini bertujuan untuk pengkhususan penyediaan lahan parkir bagi
sepeda agar ditempatkan di lantai bawah gedung guna efisiensi tenaga dan waktu
bagi pengemudi sepeda.

BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan untuk kendaraan sepeda tidak


bermotor ini memiliki beberapa masalah dari segi penempatan lahan parkir, kapasitas
yang masih kurang, dan juga kelayakan yang masih kurang diperhatikan dari
beberapa tempat (terutama kawasan mall) yang menyediakan lahan parkir untuk
kendaraan sepeda tidak bermotor ini. Oleh karena itu dibutuhkan solusi untuk
permasalahan-permasalahan tersebut untuk meningkatkan kualitas dan juga efisiensi
untuk fungsi lahan parkir sarana transportasi ini (sepeda tidak bermotor) dari
permasalahan tersebut.

Dan juga dapat disimpulkan dari solusi permasalahan-permasalahan yang ada


adalah pertama, untuk permasalahan penempatan atau tata letak lahan parkir sepeda
tidak bermotor akan lebih efisien jika ditempatkan pada lantai paling bawah atau
basement sehingga lebih mudah dijangkau bagi pengendara untuk mencapai lahan
parkir tersebut. Kedua, untuk permasalahan kapasitas lahan parkir, dikutip dari Ketua
Indonesia Parking Association (IPA), Rio Octaviano, untuk mengatasi permasalahan
ini dapat diatasi dengan penyediaan lahan parkir sepeda tidak bermotor sebesar 10%
dari keseluruhan lahan parkir sarana transportasi yang ada pada kawasan suatu mall.
Dan ketiga, untuk permasalahan kelayakan dari lahan parkir sepeda tidak bermotor
dapat diatasi dengan menyediakan pengait pengaman untuk sepeda yang akan
dikaitkan dengan sepeda agar lebih aman walaupun tidak memiliki “handlebar lock”
dan juga dengan memisahkan antara lahan parkir sepeda bermotor dengan sepeda
tidak bermotor yang bertujuan untuk penataan yang lebih teratur serta berfungsi agar
lahan parkir sepeda tidak bermotor yang sudah dibatasi sebesar 10%, akan
sepenuhnya berfungsi sebagai tujuan dari permasalahan kedua dengan tidak
tercampur oleh transportasi sepeda bermotor.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, R. (2019, Juli 30). Manajemen Rekayasa Lalu Lintas. Bab 1 Rekayasa Lalu Lintas,
1-15. Retrieved September 25 2022, from
http://digilib.uinsgd.ac.id/5296/4/4_bab1.pdf
Perda jawa timur tata kelola parkir. (2017). Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 4 Tahun
2017 Tentang Penyelenggaraan Tata Kelola Parkir. Peraturan Daerah, 1-22.
Retrieved September 25, 2022, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/77040/PERDA%204-
2017%20TTG%20PENYELENGGARAAN%20TATA%20KELOLA%20PARKIR.pdf
portalsepedaindonesia. (2020, Juli 31). https://portalsepeda.com/aturan-parkiran-sepeda-
sesuai-peraturan-menteri-perhubungan-nomor-pm-59-tahun-2020/. Retrieved
September 25, 2022, from portalsepeda.com: https://portalsepeda.com/aturan-
parkiran-sepeda-sesuai-peraturan-menteri-perhubungan-nomor-pm-59-tahun-2020/
Rahadiansyah, R. (2022, Agustus 18). https://oto.detik.com/berita/d-5140789/pengelola-
parkir-harus-sediakan-10-kapasitas-untuk-sepeda-bakal-terisi-penuh. Retrieved
September 25, 2022, from oto.detik.com: https://oto.detik.com/berita/d-
5140789/pengelola-parkir-harus-sediakan-10-kapasitas-untuk-sepeda-bakal-terisi-
penuh
Ridwan, M. (2020, September 19).
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200919/98/1293910/kemenhub-ini-ketentuan-
parkir-umum-sepeda-di-mal. Retrieved September 25, 2022, from
ekonomi.bisnis.com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200919/98/1293910/kemenhub-ini-ketentuan-
parkir-umum-sepeda-di-mal
Risdiyanto. (2014). Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas: Teori dan Aplikasi. (Andayani,
Ed.) Yogyakarta: leutikaprio. Retrieved September 25, 2022

Anda mungkin juga menyukai