PEMBIMBING
Gunawan,M.Pd.
PENYUSUN
Apriyadi
Reno Apriansyah
Abelia Sabila
Devinisi ini telah banyak diketahui masyarakat namun apakah kamu tahu
pengertian dari bulan romadhon
Ramadhan ( )رمضانadalah adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam (Hijriyah). Bulan
ini sangat istimewa bagi umat Islam. Ramadhan adalah bulan puasa dan penggugur dosa.
Salah satu makna asal kataramadhan adalah gugur, yaitu gugurnya dosa di bulan
Ramadhan, sebagaimana penjelasan Al-Qurthubi:
”Barangsiapaِ yangِ berpuasaِ diِ bulanِ Ramadhanِ karenaِ imanِ danِ mengharapِ pahalaِ dari
Allahِmakaِdosanyaِdiِmasaِlaluِakanِdiampuni”ِ.ِ(HR.ِBukhariِdanِMuslim).
“Barangsiapaِ melakukanِ mendirikanِ Ramadhanِ karenaِ imanِ danِ mencariِ pahala,ِ makaِ
dosa-dosanyaِyangِtelahِlaluِakanِdiampuni.”ِ(HR.ِBukhariِdanِMuslim).
Ar-Ramd yang artinya "panasnya batu karena terkena terik matahari". Sehingga
bulan ini dinamakan ramadhan, karena kewajiban puasa di bulan ini bertepatan dengan
musim panas yang sangat terik. Pendapat ini disampaikan oleh al-Ashma’iِ– ulama ahli
bahasa dan syair arab – (w. 216 H), dari Abu Amr.
Artinya awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, memasuki musim gugur.
Hujan ini disebutar-Ramidh karena melunturkan pengaruh panasnya matahari. Sehingga
bulan ini disebut Ramadhan, karena membersihakn badan dari berbagai dosa. Ini
merupakan pendapat al-Kholil bin Ahmad al-Farahidi – ulama tabiin ahli bahasa, peletak
ilmu arudh – (w. 170 H)
Artinya mengasah tombak dengan dua batu sehingga menjadi tajam. Bulan ini
dinamakan ramadhan, karena masyarakat Arab di masa silam mengasah senjata mereka di
bulan ini, sebagai persiapan perang di bulan syawal, sebelum masuknya bulan haram.
Pendapat ini diriwayatkan dari al-Azhari – ulama ahli bahasa, penulis Tahdzib al-Lughah
– (w. 370 H).
Ibadah puasa disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad saw. Ibadah puasa
diwajibkan bagi umat Islam selama bulan Ramadhan pada setiap tahunnya. Ibadah puasa
sejatinya bukan syariat baru. Ibadah puasa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu
sebelum umat Nabi Muhammad saw. Ibadah puasa mengandung banyak manfaat dan
keutamaan bagi umat manusia baik secara jasmani maupun secara rohani. Oleh karena
itu, ibadah puasa tidak hanya disyariatkan kepada umat terdahulu, tetapi juga umat Nabi
Muhammad saw, umat akhir zaman.
Ibadah puasa sendiri cukup unik. Ibadah puasa berbeda dari jenis ibadah lainnya.
Pada ibadah puasa, umat Islam diperintahkan untuk menahan dan meninggalkan sesuatu
(takhalli), bukan diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Karena sifatnya yang takhalli,
ibadah puasa tidak terlihat secara kasatmata. Sifat takhalli ini menempatkan ibadah puasa
menjadi istimewa.
Dari penjelasan ini, kita dapat mengerti bahwa keutamaan dan inti ibadah puasa
adalah kesabaran dengan ganjaran tiada tara. Kita dapat mengerti mengapa hadits qudsi
selaluِ mengatakan,ِ “Ibadahِ puasaِ (dipersembahkan)ِ untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya.”Puasa mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan karena
“Puasaِitu setengahِdariِkesabaran,”ِ(HRِAt-Tirmidzi).
Artinya,ِ “Rasulullahِ sawِ bersabda,ِ ‘Sungguh,ِ setanِ ituِ berjalan pada anak Adam
melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu
denganِ rasaِ lapar,’ِ (HR.ِ Muttafaqِ alaihi),”ِ (Al-Ghazali, 2018 M: I/293). Ketika puasa
membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang
berpuasa layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga
Pertama, makanِ sahur.ِ Halِ iniِ berdasarkanِ sabdaِ Rasulullahِ shallallahuِ ‘alaihiِ
wasallamِ Artinya,ِ “Bersantapِ sahurlahِ kalian,ِ karenaِ dalamِ sahurِ ituِ adaِ keberkahan,”ِ
(HR al-Bukhari).
Aktivitas sahur sendiri tercapai dengan menyantap sesuatu walaupun hanya sedikit
atau hanya seteguk air. Waktunya adalah selepas tengah malam. Utamanya, ia diakhirkan
selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan: apakah masih malam atau sudah terbit
fajar. Dalam hadis lain, Rasulullah menandaskan Artinya,ِ “Umatkuِ senantiasaِ berada
dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakanِ berbuka,”ِ (HRِ
Ahmad).
Urutan sebaiknya, pertama dengan kurma basah (ruthab) jika ada. Jika tidak, maka
dengan kurma kering (tamar). Jika tidak, maka dengan air. Sebab, sebuah riwayat
menyebutkan, sebelum shalat maghrib, Rasulullah saw. selalu berbuka dengan kurma
basah. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka
dengan air putih. Bagaimana seandainya tidak ada kurma dan air, yang ada misalnya
madu dan susu, maka dihulukanlah madu walaupun sama-sama manis.
Ketiga, membaca doa yangِ ma‘tsurِ sebelumِ atauِ setelahِ berbuka,ِ antaraِ lainِ
dengan doa Allhumma lakasumtu wabika amantu waala rizkika aftortu birohmatika ya
arharohimin Artinya,ِ “Yaِ Allah,ِ hanyaِ untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku
beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat yang maha
penyayangِdiِantaraِparaِpenyayang.”ِ
Keempat menahan lisan dari perkara-perkara yang tak berguna, apalagi perkara
haram, seperti berbohong dan mengumpat. Sebab, semuanya akan menggugurkan pahala
puasa.
Kelima, menahan diri dari segala hal yang tak sejalan dengan hikmah puasa,
meskipun itu tidak sampai membatalkan, seperti berlebihan dalam mengadakan makanan
atau minuman, bersenang-senang dengan perkara-perkara yang sejalan dengan keinginan
dan kepuasan nafsu, baik yang didengar (seperti musik), ditonton, disentuh, diraba,
dicium, dan sebagainya. Sebab semua itu tak seiring dengan hikmah dari ibadah puasa.
"Ada beberapa cara untuk memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an, pertama kita
membaca Al-Qur'an satu bulan khatam 30 Juz. Bisa dibaca sebelum sholat dan sesudah
sholat. Insyaallah, selesai Ramadhan kita akan khatam Al-Qur'an. Akan hal itu, mari kita
lakukan itu semua.
Amalan utama pada bukan Ramadhan adalah meningkatkan sholat. Secara bahasa,
meningkatkan berarti lebih dari bulan atau kebiasaan sebelumnya.