Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HAKIKAT RAMADHAN DAN PUASA

PEMBIMBING

Gunawan,M.Pd.

PENYUSUN

Apriyadi

Reno Apriansyah

Abelia Sabila

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN SOSIAL NURUL HUDA


KECAMATAN BUAY PEMUKA PEIUNG
KABUPATEN OKU TIMUR
SUMATERA SELATAN
2023
A. Pengertian
Secara umum tentu kita mengetahui pengertian puasa secara yakni menahan diri
dari terbitnya fajar sampai terbenam nya matahari dari segala sesuatu yng membatalkan
puasa.jadi bukan hanya menahan haus dan lapar namun kita juga harus menjaga seluruh
anggota tubuh kita lahir dan dari perbuatan keji dan munkar

Devinisi ini telah banyak diketahui masyarakat namun apakah kamu tahu
pengertian dari bulan romadhon

Ramadhan (‫ )رمضان‬adalah adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam (Hijriyah). Bulan
ini sangat istimewa bagi umat Islam. Ramadhan adalah bulan puasa dan penggugur dosa.

Asal Kata Ramadhan dan Artinya

Kataramadan (ramadhan, ramadlan, romadhon, romadlon), berasal dari akar kata


bahasa Arabramiḍa atauar-ramaḍ , yang berarti "panas yang menghanguskan atau
kekeringan".

Menurut Ibnu Katsir, kata ramadhan diambil dari kataar-ramadha (ِ‫ضاء‬


َ ‫الر ْم‬
َّ ) karena
kondisi cuaca yang sangat panas.Ar-Ramdha’ِ artinyaِ panas,ِ sepertiِ dalamِ kalimatِ
“Ramidhatِ Alِ Fishaal”ِ (Anak-anak unta itu kepanasan jika sedang haus).”ِ (Tafsirِ Ibnuِ
Katsir).

Asal kataramadhan juga diambil dari kataar-ramdhu (‫ ) الرمض‬yang artinya "batu


yang panas karena terkena terik matahari".

Kataramadhan juga diambil dari kataar-ramiidh (‫ ) الرميض‬yang artinya adalah


"hujan/awan yang turun setelah musim panas" dan sebagai penanda masuknya musim
gugur, sehingga hilanglah dan luntur semua panas selama ini.

Salah satu makna asal kataramadhan adalah gugur, yaitu gugurnya dosa di bulan
Ramadhan, sebagaimana penjelasan Al-Qurthubi:

“Dinamakanِ bulanِ Ramadhan karena ia mengugurkan/membakar dosa-dosa


denganِamalِshalih”ِ(TafsirِAl-Qurthubi).
Bulan Ramadhan adalah bulan pengampunan dan bergugurannya dosa. Rasulullah
Saw bersabda,

”Barangsiapaِ yangِ berpuasaِ diِ bulanِ Ramadhanِ karenaِ imanِ danِ mengharapِ pahalaِ dari
Allahِmakaِdosanyaِdiِmasaِlaluِakanِdiampuni”ِ.ِ(HR.ِBukhariِdanِMuslim).

“Barangsiapaِ melakukanِ mendirikanِ Ramadhanِ karenaِ imanِ danِ mencariِ pahala,ِ makaِ
dosa-dosanyaِyangِtelahِlaluِakanِdiampuni.”ِ(HR.ِBukhariِdanِMuslim).

Asal Penamaan Ramadhan

An-Nawawi dalam Tahdzib al-Asma wa al-Lughat menyebutkan beberapa pendapat


ahli bahasa terkait asal penamaan ramadhan,

1. Dari kata ar-Ramd [‫]الرمض‬

Ar-Ramd yang artinya "panasnya batu karena terkena terik matahari". Sehingga
bulan ini dinamakan ramadhan, karena kewajiban puasa di bulan ini bertepatan dengan
musim panas yang sangat terik. Pendapat ini disampaikan oleh al-Ashma’iِ– ulama ahli
bahasa dan syair arab – (w. 216 H), dari Abu Amr.

2. Dari kata ar-Ramidh [‫]الرميض‬

Artinya awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, memasuki musim gugur.
Hujan ini disebutar-Ramidh karena melunturkan pengaruh panasnya matahari. Sehingga
bulan ini disebut Ramadhan, karena membersihakn badan dari berbagai dosa. Ini
merupakan pendapat al-Kholil bin Ahmad al-Farahidi – ulama tabiin ahli bahasa, peletak
ilmu arudh – (w. 170 H)

3. Dari pernyataan orang arab [‫]رمضت النصل‬

Artinya mengasah tombak dengan dua batu sehingga menjadi tajam. Bulan ini
dinamakan ramadhan, karena masyarakat Arab di masa silam mengasah senjata mereka di
bulan ini, sebagai persiapan perang di bulan syawal, sebelum masuknya bulan haram.
Pendapat ini diriwayatkan dari al-Azhari – ulama ahli bahasa, penulis Tahdzib al-Lughah
– (w. 370 H).

An-Nawawi menyebutkan keterangan al-Wahidi,


Al-Wahidi mengatakan, berdasarkan keterangan al-Azhari, berarti Ramadhan
adalah nama yang sudah ada sejak zaman Jahiliyah.Sementara berdasarkan dua pertama,
berarti nama ramadhan adalah nama Islami.

B. Hakikat puasa ramadhan

Ibadah puasa disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad saw. Ibadah puasa
diwajibkan bagi umat Islam selama bulan Ramadhan pada setiap tahunnya. Ibadah puasa
sejatinya bukan syariat baru. Ibadah puasa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu
sebelum umat Nabi Muhammad saw. Ibadah puasa mengandung banyak manfaat dan
keutamaan bagi umat manusia baik secara jasmani maupun secara rohani. Oleh karena
itu, ibadah puasa tidak hanya disyariatkan kepada umat terdahulu, tetapi juga umat Nabi
Muhammad saw, umat akhir zaman.

Ibadah puasa sendiri cukup unik. Ibadah puasa berbeda dari jenis ibadah lainnya.
Pada ibadah puasa, umat Islam diperintahkan untuk menahan dan meninggalkan sesuatu
(takhalli), bukan diperintahkan untuk melakukan sesuatu. Karena sifatnya yang takhalli,
ibadah puasa tidak terlihat secara kasatmata. Sifat takhalli ini menempatkan ibadah puasa
menjadi istimewa.

Imam Al-Ghazali menjelaskan keistimewaan ibadah puasa. Imam Al-Ghazali dalam


karyanya yang terkenal Ihya Ulumiddin menjelaskan hakikat puasa. Imam Al-Ghazali
menyebut secara singkat dan tepat perihal hakikat puasa sebagaimana berikut Artinya:
“Puasaِ ituِ menahanِ diriِ danِ meninggalkanِ (laranganِ puasa).ِ Puasaِ padaِ hakikatnyaِ
sebuah rahasia. Tidak ada amal yang tampak padanya. Kalau semua ibadah disaksikan
dan dilihat oleh makhluk, ibadah puasa hanya dilihat oleh Allah saw. Puasa adalah amal
batin,ِ murniِ kesabaran,”ِ (Imamِ Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018
M/1439-1440 H], juz I, halaman 293).

Dari penjelasan ini, kita dapat mengerti bahwa keutamaan dan inti ibadah puasa
adalah kesabaran dengan ganjaran tiada tara. Kita dapat mengerti mengapa hadits qudsi
selaluِ mengatakan,ِ “Ibadahِ puasaِ (dipersembahkan)ِ untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya.”Puasa mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan karena
“Puasaِitu setengahِdariِkesabaran,”ِ(HRِAt-Tirmidzi).

Sedangkan,ِ “Kesabaranِ mengambilِ setengahِ bagianِ dariِ keimanan,”ِ (HRِ Abuِ


Nu’aimِdanِAl-Khatib).

Adapun manfaat dari puasa adalah menurunkan keinginan-keinginan syahwat yang


menjadi lahan subur setan. Dengan lapar dan haus puasa, lahan subur dan medan pacu
setan menyempit dan terbatas. Ibadah puasa bermanfaat untuk menaklukkan setan karena
syahwat-syahwatِ ituِ merupakanِ jalanِ masukِ setan,ِ "musuh”ِ Allah.ِ Sedangkanِ syahwatِ
pada manusia itu menguat oleh sebab makan dan minum. Dari sini kemudian, ibadah
puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau perisai bagi mereka yang berpuasa. Ibadah
puasa mempersempit ruang gerak setan di dalam tubuh orang yang berpuasa.

Artinya,ِ “Rasulullahِ sawِ bersabda,ِ ‘Sungguh,ِ setanِ ituِ berjalan pada anak Adam
melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu
denganِ rasaِ lapar,’ِ (HR.ِ Muttafaqِ alaihi),”ِ (Al-Ghazali, 2018 M: I/293). Ketika puasa
membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang
berpuasa layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga

C. Amalan Amalan bulan romadhon

Pertama, makanِ sahur.ِ Halِ iniِ berdasarkanِ sabdaِ Rasulullahِ shallallahuِ ‘alaihiِ
wasallamِ Artinya,ِ “Bersantapِ sahurlahِ kalian,ِ karenaِ dalamِ sahurِ ituِ adaِ keberkahan,”ِ
(HR al-Bukhari).

Aktivitas sahur sendiri tercapai dengan menyantap sesuatu walaupun hanya sedikit
atau hanya seteguk air. Waktunya adalah selepas tengah malam. Utamanya, ia diakhirkan
selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan: apakah masih malam atau sudah terbit
fajar. Dalam hadis lain, Rasulullah menandaskan Artinya,ِ “Umatkuِ senantiasaِ berada
dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakanِ berbuka,”ِ (HRِ
Ahmad).

Kedua, menyegerakan berbuka sebelum shalat maghrib. Namun, itu tentu


dilakukan setelah yakin masuk waktu maghrib, berdasarkan hadis di atas. Saat pertama
berbuka, sunnahnya dilakukan dengan kurma. Jika tidak ada, hendaknya dengan air,
berdasarkan sabda Rasulullah Artinya,ِ “Jikaِ salahِ seorangِ berpuasa,ِ hendaknyaِ iaِ
berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu
menyucikan,”ِ(HRِAbuِDawud).

Urutan sebaiknya, pertama dengan kurma basah (ruthab) jika ada. Jika tidak, maka
dengan kurma kering (tamar). Jika tidak, maka dengan air. Sebab, sebuah riwayat
menyebutkan, sebelum shalat maghrib, Rasulullah saw. selalu berbuka dengan kurma
basah. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka
dengan air putih. Bagaimana seandainya tidak ada kurma dan air, yang ada misalnya
madu dan susu, maka dihulukanlah madu walaupun sama-sama manis.

Ketiga, membaca doa yangِ ma‘tsurِ sebelumِ atauِ setelahِ berbuka,ِ antaraِ lainِ
dengan doa Allhumma lakasumtu wabika amantu waala rizkika aftortu birohmatika ya
arharohimin Artinya,ِ “Yaِ Allah,ِ hanyaِ untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku
beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat yang maha
penyayangِdiِantaraِparaِpenyayang.”ِ

Keempat menahan lisan dari perkara-perkara yang tak berguna, apalagi perkara
haram, seperti berbohong dan mengumpat. Sebab, semuanya akan menggugurkan pahala
puasa.

Kelima, menahan diri dari segala hal yang tak sejalan dengan hikmah puasa,
meskipun itu tidak sampai membatalkan, seperti berlebihan dalam mengadakan makanan
atau minuman, bersenang-senang dengan perkara-perkara yang sejalan dengan keinginan
dan kepuasan nafsu, baik yang didengar (seperti musik), ditonton, disentuh, diraba,
dicium, dan sebagainya. Sebab semua itu tak seiring dengan hikmah dari ibadah puasa.

Keenam, memperbanyak sedekah, baik kepada keluarga, kaum kerabat, maupun


tetangga. Berilah mereka makanan secukupnya. Kendati tidak ada, jangan sampai luput
walau hanya seteguk air atau sebiji kurma, berdasarkan sabda Rasulullah saw Artinya,
“Siapaِsajaِyangِmemberiِmakananِberbukaِkepadaِseorangِyangِberpuasa,ِmakaِdicatatِ
baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang
berpuasaِtersebut,”ِ(HRِAhmad).

Selain itu, juga sebaiknya memperbanyak baca Al-Quran, belajar Al-Quran,


menuntut ilmu, berdzikir, berbuat baik di mana pun, walaupun saat berada di jalan.
Dasarnya adalah Rasulullah saw. selalu memeriksa hapalan Al-Quran-nya kepada
malaikat Jibril setiap malam di bulan Ramadhan.

Ketujuh, memperbanyak i'tikaf di masjid. Sebaiknya dilakukan sebulan penuh.


Jika tidak, sepuluh malam terakhir diutamakan. Sebab, jika memasuki sepuluh malam
terakhir, Rasulullah saw. selalu menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan
mengencangkan ikat pinggang sebagai bentuk kesiapan menjalankan ibadah.

Kedelapan, mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sekali selama bulan Ramadan.


Maksimalnya tentu sebanyak-banyaknya, seperti para ulama terdahulu. Bahkan, setiap
bulan Ramadhan, Imam al-Syafi‘iِmengkhatamkannyaِhinggaِ60ِkali.

memperbanyak berinteraksi dengan Al-Qur'an juga merupakan amalan yang bisa


kita lakukan selama bukan Ramadan.

beberapa cara dalam memperbanyak berinteraksi dengan Al-Qur'an, yang pertama


adalah, memperbanyak membaca Al-Qur'an. Satu bulan kita berusaha agar mampu
khatam 30 juz hingga selesai bulan Ramadan.

"Ada beberapa cara untuk memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an, pertama kita
membaca Al-Qur'an satu bulan khatam 30 Juz. Bisa dibaca sebelum sholat dan sesudah
sholat. Insyaallah, selesai Ramadhan kita akan khatam Al-Qur'an. Akan hal itu, mari kita
lakukan itu semua.

Kesembilan Meningkatkan Salat

Amalan utama pada bukan Ramadhan adalah meningkatkan sholat. Secara bahasa,
meningkatkan berarti lebih dari bulan atau kebiasaan sebelumnya.

Kalau kita berbicara meningkatkan, atau tingkat. Artinya secara singkatnya


bertambah, dari yang sekedar Fardhu bertambah Sunnah. Maka dari itu dari awal puasa,
keluarkan segala jenis salat sunnah baik rawatib, dhuha, tahajud, tarawih dan sebagainya.

Kesepuluh istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan


amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulanِ berikutnya.ِ Wallahuِ ‘alam.

Anda mungkin juga menyukai