--------------------------------------------------------
TESIS
Dosen Pembimbing I:
Dr. Denny Andreas
Dosen Pembimbing II:
Dr. Silas Sudarman
Disusun Oleh:
Elisheba Euodia Tarigan
S2.TEO.19.129
Thesis Statement
Di masa sekarang, sebagai orang percaya, sebagai orang yang sudah menerima
keselamatan dari Tuhan, hendaknya menunjukkan kasih, kebaikan terhadap sesama terlebih
terhadap pelayan Tuhan. Respon dari pada orang percaya setelah membaca kitab Roma 16
ini, hendaknya memberi dukungan, membantu pelayan Tuhan, memberikan support, terhadap
pelayan Tuhan. Selain itu, sebagai pelayan Tuhan, seharusnya tahu berterima kasih, dan
memberikan pujian yang semestinya terhadap sesama yang mendukung pelayanan. Dan
memegang teguh terhadap kebenaran, bijak dalam melakukan sesuatu serta dapat menjadi
teladan terhadap sesama maupun Jemaat seperti yang Yesus lakukan sesuai dengan yang
ditulis dalam Alkitab, sehingga kekristenan masa kini berkembang sesuai kebenaran.
Table Of Kontent
BAB 1 : Overview
BAB 4 : Keseluruhan Kitab Roma (mengungkapkan dimana posisi roma 16 ini pada
pemikirannya)
BAB I
OVERVIEW
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif. Lebih
spesifik lagi, metode kualitatif dengan pendekatan riset teologi biblika atau penelitian
kualitatif teologis.1 Metode kuantitatif adalah pendekatan berupa prosedur penilaian yang
menghasilkan data deskriptif tentang seseorang atau sesuatu yang diamati atau
1
Menurut Subagyo, riset teologi biblika mencakup teologi eksegesa dan kajian Alkitab. Dimana, teologi
eksegesis berupaya untuk memahami teks, sedangkan kajian Alkitab berupaya menyelidiki Alkitab dan
bagian-bagiannya sebagai teks (Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif (Bandung:
Yayasan Kalam Kudus, 2004), 125.
diungkapkan dalam bentuk tertulis ataupun lisan.2 Metode penelitian kualitatif teologis
disebut juga sebagai penelitian biblika seperti yang disampaikan oleh STTBK, harus
dipahami bahwa istilah penelitian kualitatif teologis ini merupakan istilah yang tidak lazim
program studi pendidikan yang ada di STTBK, maka penelitian jenis ini harus dirumuskan.
desktiptif.3 Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
Alkitab,5 dan juga sekaligus menekankan sifat penelitian yang bermuatan nilai dan mencari
Pendekatan eksposisi berupa untuk memahami makna teks, sedangkan kajian Alkitab
BAB 9).
Ada beberapa jenis metode penelitian deskriptif, namun berkenaan dengan topik
yang diteliti maka peneliti hanya menggunakan research kepustakaan dan research
2
Yakop Tomatala, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Institut Filsafat Theology dan kepemimpinan Jeffray,
2004) 31.
3
Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”
(Surabaya : Sekolah Tinggi Bethany Surabaya) 65.
4
Reflesksi adalah suatu gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau
kegiatan yang datang dari luar.
5
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 149.
6
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 62.
7
Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”
(Surabaya : Sekolah Tinggi Bethany Surabaya) 60.
sejarah.8 Penelitian kepustakaan ini bermaksud untuk mengkaji literatur baik yang bersifat
Hasil dari penelitian terhadap topik tersebut, maka akan dipaparkan implikasi
secara theologis dari topik tersebut. Selain itu, akan dipaparkan juga secara relevansinya
bagi kehidupan kekristenan masa kini serta memaparkan kesimpulan dan saran dari topic
Tempat Penelitian
Sehubungan dengan tempat penelitian, peneliti melakukan penelitian di beberapa
tempat yaitu perpustakaan teologi di Bandung dan di Jakarta seperti di STTBK, Momentum,
Selain itu peneliti juga melakukan penelitian terhadap buku-buku literatur tentang
kitab Roma.
Instrumen Penelitian
Untuk mengukur objek yang diteliti dalam penelitian ini diperlukan alat pengukur.
Dan alat pengukur ini disebut instrumen penelitian. Menurut Sugiyono yang menjadi
instrumen atau alat penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. 9
Peneliti sangat erat kaitannya dengan data yang dikumpulkannya. Peneliti mempunyai
pengaruh terhadap data yang dikumpulkan. Berhubungan dengan hal tersebut, Arikunto
Suharsimi mengatakan bahwa “Data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan
berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik
Menurut Hamid Darmadi dalam buku Metode Penelitian Pendidikan, pada dasarnya
ada dua macam sumber data, yaitu sumber primer11 yang merupakan deskripsi penyelidikan
yang tertulis oleh orang yang melakukannya dan sumber sekunder 12 yang pada umumnya
adalah deskripsi penyelidikan yang ditulis oleh seseorang yang bukan peneliti asli. 13 Dan
pada umumnya ada beberapa macam sumber data yang dapat digunakan oleh para peneliti
sebagai bahan studi kepustakaan, yakni jurnal penelitian, laporan hasil penelitian,
narasumber, buku tafsiran, buku-buku eksegesa, surat kabar atau majalah, dan internet.14
Penelitian ini membutuhkan deskripsi yang luas, sehingga diperlukan data yang
memadai guna memaparkan tentang Kitab Roma 16. Terkait dengan penelitian ini dan
sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif teologis atau
riset biblika, maka yang menjadi sumber terutama atau primer adalah Alkitab sebagai
memiliki pokok bahasan yang terkait dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh
11
Sumber Primer merupakan sumber data yang utama atau pokok (yang pertama). Data primer diperoleh
dengan wawancara langsung kepada informan serta pengamatan langsung tingkah lakunya.
12
Sumber Sekunder merupakan sumber data yang kedua (tambahan dan sifatnya melengkapi). Sementara
data sekunder diperoleh dengan cara mengkaji melalui pustaka, penelitian-penelitian maupun dokumentasi.
13
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) 41-42.
14
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) 71.
15
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) 174.
pengumpulan data dengan metode yang dipilih serta alat yang akan dipakai. 16 Menurut
Sugiyono pengumpulan data yang dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara.17
Berkaitan dengan hal itu, maka bila dilihat dari setting, data dikumpulkan dari
tempat lainnya. Bila dilihat dari sumber datanya, peneliti menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan
kepada peneliti dan sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
Pertama, untuk mengumpulkan data pada bab I, peneliti akan mengumpulkan data-
data tentang keseluruhan kitab Roma, dan meneliti Roma 16 yang ditempatkan dibagian
akhir kitab Roma, dan membahas tentang pelayan Tuhan yang adalah orang yang memberi
diri untuk melayani, dari hasil pencarian data dalam Alkitab atau pun dari buku-buku atau
literatur yang ada, internet, dan hasil wawancara pada beberapa narasumber.
Kedua, untuk memaparkan Keseluruhan Kitab Roma dalam bab III, peneliti
dan perpustakaan umum lainnya. Adapun data-data yang dikumpulkan adalah data-data
yang masih terkait atau membahas tentang fakta-fakta dasar dari kitab Roma. Di dalam bab
III ini juga peneliti akan memaparkan teori-teori yang sudah ada terkait topik tersebut.
Ketiga, untuk memaparkan bab IV, peneliti akan menjelaskan benang merah dari
Kitab Roma 1-16, dan memposisikan Kitab Roma 16 sesuai yang dimaksud penulis, serta
16
Adapun referensi buku yang digunakan adalah buku-buku yang secara resmi telah dipublikasikan atau
telah menjadi buku pegangan dalam mempelajari teologi.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2014) 308.
memaparkan maksud dari si penulis dari Kitab Roma 16, sehingga dapat dilihat bahwa
Roma 16 ini memiliki suatu keterampilan dari seluruh kitab Roma, dan menjelaskan
kepada Pembaca, kalau isi dari Kitab Roma 16, Paulus tidak hanya menyapa, atau memberi
Keempat, untuk memaparkan bab V – bab IX, peneliti akan melakukan analisis
teks-teks Alkitab yang telah ditentukan dan hasil dari analisis teks-teks tersebut yang akan
Dalam proses penelitian setelah data yang dikumpulkan dan diperoleh, maka tahap
berikutnya yang penting adalah melakukan kajian. Pada prinsipnya analisis data dibedakan
menjadi dua macam yaitu kajian kualitatif dan kuantitatif. 18 Dan untuk penelitian ini, maka
peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif karena data yang diperoleh dari lapangan
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis langkah-
langkah untuk memperoleh data dalam membuat kesimpulan supaya dapat dipahami oleh
peneliti atau pun para pembaca. Berhubungan dengan itu, peneliti melakukan analisis data
sejak sebelum memasuki lapangan penelitian, selama di lapangan penelitian dan setelah
selesai di lapangan penelitian.19 Membahas tentang teknik analisis data dalam penelitian,
tentu saja merujuk pada teknik analisis yang akan digunakan oleh peneliti pada bab V –
bab IX.
KASU
S
18
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Prenada Media Group, 2005) 57
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2012) 245
Kitab Roma 16 dan EKSEGESA
Kaitannya Terhadap
Seluruh Kitab Roma (Ayat atau Teks)
Dalam teknisnya, selama peneliti melakukan analisa data, teknik analisis bisa terjadi
berubah atau bergerak (dinamis) menyesuaikan keadaan (bisa terjadi pembauran atau
Keabsahan Data
Pada umumnya uji keabsahan20 data dalam penelitian hanya ditekankan pada uji
validitas21 dan reliabilitas.22 Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan
20
Menurut KBBI keabsahan adalah sifat yang sah; keasahan; tidak diragukan
21
Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir (memiliki sifat yang valid)
22
Rehabilitas adalah perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal); ketelitian dan ketepatan teknik
pengukuran; keterandalan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang
peneliti harus perhatikan dan lakukan agar hasil penelitian ini mendapat keabsahan data
Pertama, buku-buku literatur yang dipakai peneliti adalah buku-buku sesuai dengan
data yang valid, buku-buku yang resmi dan diakui (memiliki ISBN 23) dengan terbitan
tahun-tahun terkini.24
Kedua, peneliti akan lebih sering melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap
hasil penelitian yang sudah diperoleh, yaitu dengan membaca hasil penelitian, buku- buku
yang terkait dengan penelitian yang dibahas. Sehingga data yang diperoleh dari hasil
dapat melakukan evaluasi kembali, apakah data yang telah ditemukan ada yang salah atau
tidak, sehingga menghasilkan data yang akurat dan valid. Selain itu peneliti juga akan
membaca berbagai buku referensi yang terkait dengan tugas penelitian tersebut.
dapat membantu penyelesaian penelitian (thesis) ini. Diskusi tersebut dilakukan dengan
23
ISBN singkatan dari International Standard Book Number
24
Buku-buku yang digunakan dalam penelitian ini juga diupayakan adalah buku dengan tahun terbit
minimum tahun 2000. Namun, pengecualian berlaku bagi beberapa buku referensi dan sumber buku terkait
yang tidak lagi diterbitkan.
BAB III
Dalam bab ini, peneliti akan menuliskan fakta-fakta dasar dari keseluruhan Kitab
Roma, sehingga hasil dari penelitian dari bab ini, dapat mengetahui tentang kitab Roma
tersebut.
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan
Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa.
Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus
menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum
(Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah
dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di
hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom
3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah
mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran
Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23),
pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal
7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui
Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang
mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom
9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan
penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan sosial, dan moral (pasal 12-
14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya
pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan
sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Penulis kitab Roma adalah Paulus. Paulus adalah seorang Yahudi dari suku
Benyamin, lahir di Tarsus sebagai warga negara Roma. Ia seorang Anggota Farisi dan
menjadi penganiaya Orang Kristen.25 Paulus bertemu dangan Yesus dalam Perjalanan ke
Damsyik dan akhirnya bertobat. Paulus adalah penulis kitab Roma yang dimana menjelaskan
tentang kebenaran Allah. Surat Roma adalah satu-satunya yang ditulis oleh Rasul Paulus
25
E. E. Ellis, “Paulus” diterjemahkan oleh M. H. Simanungkalit dan H. A. Oppusunggu dalam J. D. Douglas
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 2 jilid. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), II:208
kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, surat Roma tidak banyak
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi jemaat di Roma sehingga surat itu lebih bersifat objektif.
Rasul Paulus disebut sebagai penulis Roma 1:1, dan banyak hal yang dikatakan oleh
Penulis surat itu sesuai denga napa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus didalam Kisah
Para Rasul serta surat-surat lain ((Roma 15:25-27 dengan Kis. 19:21; 20:1-5; 21:15-19, 1
Korintus 16:1-5; 2 Korintus 8:1-12; 9:1-5 mengenai perjalanan Rasul ke Yerusalem dengan
membawa persembahan dari Makedonia. Menuru Roma 11:1 dan Filipi 3:5, ia berasal dari
suku benyamin. Menurut Roma 16:3 dan Kisah Para Rasul 18:2-3, 18-19, ia mengenal Priska
dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15; 15:22-32, dan Kisah Para Rasul 19:21, Rasul Paulus
bukti yang kuat atas pernyataan yang telah diungkapkan dalam Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul
Penerima surat adalah jemaat di Roma (Roma 1:7). Untuk Orang Yahudi (2:17, 4:1)
dan juga untuk orang Bukan Yahudi (11:13). 27 Jemaat pertama di Roma didirikan oleh
pendatang dari Roma yang percaya kepada Kristus di bait Allah pada hari Pentakosta (Kisah
Para Rasul 2:10)., setelah mereka pulang ke Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma,
jemaat Roma terdapat juga orang Yahudi. Menurut Kisah Para Rasul 18:2, Akwila yang
disebut dalam Roma 16:3, adalah orang Yahudi. Bahkan menurut Roma 16:7, 11 Andronikus,
Yunias dan Herodion juga adalah “saudara-saudaraku sebangsa. Selain itu, kita dapat
26
Dave Hagelberg, Th.M.Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.(Kalam Hidup 2016)
27
Dave Hegelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani. (Bandung: Kalam Hidup, 2000)
mengetahui bahwa ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma pada waktu “kaisar
Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma (Kis. 18:2).
Tetapi setelah peristiwa tersebut, orang-orang Yahudi diperbolehkan untuk datang Kembali
ke Roma sebelum surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota kekaisaran Romawi
Surat Roma ditujukan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan untuk orang bukan
Yahudi (11:13) Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi” dalam kitab
(Roma 1:5-6, 13; 11:17-31; 15:14-16). Jadi ada banyak orang Yahudi dan bukan Yahudi
dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa surat
Roma ditujukan kepada jemaat di Roma (Rm 1: 7), ”Kepada kamu sekalian yang tinggal di
Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia
menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.”
Baik itu orang Yahudi (Rm. 2: 17; 4: 1) maupun untuk orang non Yahudi di Roma (Rm 11:
13).
Paulus menulis surat Roma di Korintus antara tahun 57 sampai 59 Masehi, pada masa
pemerintahan Nero.29 Dalam (Roma 15:25) kita dapat mengetahui bahwa pada waktu surat itu
ditulis, Paulus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada
orang-orang kudus. Pada saat itu ia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Surat Roma ditulis oleh Paulus pada saat ia sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem
untuk membawa sumbangan, Roma 15: 25, ”Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke
Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus.” Dengan demikian surat
28
Bruce, F.F. 1963.The Epistle Of Paul to the Romans: Tyndale New Testament Commentaries. Grand Rapids:
Wm. B. Eerdmans Publishing Company.
29
E. A. Judge, “Roma” diterjemahkan oleh Broto Semedi dan H. A. Oppusunggu dalam J. D. Douglas, Gen.
Ed., et. al. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 322
Roma ditulis pada perjalanan misi yang ketiga. (Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru,
Dalam penulisan surat Roma, Paulus akan melakukan kunjungan ke Yerusalem dan
misinya ke Spanyol, dan ia berkeinginan untuk singgah ke Roma. Jika misinya ke Spanyol
adalah untuk berhasil, ia akan membutuhkan bantuan orang-orang Romawi, yang harus
dibujuk dari Injil yang dia sampaikan dalam surat ini. Adapun Paulus meyakinkan
audiensnya, bahwa sekalipun dia belum pernah melihat mereka, namun dia terus-menerus
mengingat mereka dan berdoa agar dia berhasil untuk bertemu secara langsung.
Menurut Kisah Para Rasul 20:2-3, Paulus berada ditanah Yunani selama tiga bulan.
Pada waktu dia berada di Korintus atau kengkrea, Paulus Menyusun surat Roma. Surat Roma
ditulis sekitar tahun 54 sampai dengan tahun 59.30 Salam kepada Febe di Kengkrea menunjukkan
bahwa Paulus berada di Korintus. (Kengkrea adalah pelabuhan Korintus). 31 Salam dari Gayus (16:23)
tuan rumah di mana Paulus tinggal (bandingkan dengan 1 Korintus 1:14). Erastus, Bendahara Negeri
Tujuan utama surat Roma dijelaskan dalam kita Roma 15:22-25, yaitu Paulus
memberi tahu mereka bahwa ia ingin mengunjungi mereka di Roma. Pasal 15:24
Spanyol dan Paulus berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Paulus mencari
dukungan bagi pelayanannya disana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa ia juga minta
30
Dave Hagelberg, Th.M.Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.(Kalam Hidup 2016)
31
Guthrie, Donald, Pengantar Perjanjian Baru, 3 jilid. (Surabaya: Momentum, 2010), II:5
dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, bahwa ia akan mengahdapi bahaya
dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya untuk menyerahkan suatu persembahan.32
Selain itu, Tujuan Paulus terhadap kitab Roma ini adalah untuk memperkuat dan
didorong oleh komunitas dan untuk menuai beberapa "buah" (karpon) di Roma juga.
Metafora "buah" menunjukkan bahwa Paulus berharap untuk mendapatkan beberapa mualaf
dari antara mereka di Roma yang belum percaya. Paulus melihat hubungan intim antara rasul-
Nya dan Injil yang dia nyatakan. Dia mengkhotbahkan Injil dengan wewenang karena dia
tahu bahwa dia telah dipanggil dan dipisahkan untuk menjadi rasul Kristus Yesus.33
Untuk memperoleh apa yang menjadi pengharapan Paulus menjelaskan Injil Kristus,
baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan
untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya. Dengan pengertian yang benar akan Injil,
mereka yang ada di Roma diharapkan terbeban menolong dan mendukung Paulus serta
terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Setelah menerima kasih karunia rasul ini, Paulus memahami bahwa dia harus
mengkhotbahkan Injil untuk bangsa-bangsa lain untuk membawa mereka pada kepatuhan
yang ditimbulkan oleh iman. Itu sebabnya ketika Paulus menulis surat kepada orang Romawi,
kemudian, ia berbicara kepada mereka dengan pemahaman yang mendalam tentang dirinya
sebagai seseorang yang telah dikirim untuk mengkhotbahkan Injil kepada bangsa-bangsa.
Paulus berani berbicara seperti yang dia lakukan karena dia tahu bahwa dia adalah
seorang rasul yang disebut dengan pelayanan unik kepada bangsa lain. Paulus memandang
dirinya sebagai satu-satunya rasul atau yang paling rasul penting. Dalam 1 Kor. 15:9–10 ia
menyebut dirinya sebagai yang paling sedikit dari para rasul, meskipun ia mengklaim telah
32
Barclay, William. 1983.Pemahaman Alkitab Setiap HARI:Roma. Jakarta:BPK Gunung Mulia
33
Cranfield, C.E.B 1975. A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The
International Critical Commentary. Edinburgh T. & T. Clark Limited
bekerja lebih keras dari mereka semua. Paulus memberitakan Injil untuk membawa bangsa-
bangsa lain ke dalam kepatuhan yang iman, yakin bahwa ketika orang-orang Lain percaya
kepada Injil, mereka akan taat pada perintah Allah.Pengkhotbahan Injil mengungkapkan
bagaimana Allah telah membenarkan dan mendamaikan kemanusiaan kepada dirinya sendiri.
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan
paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga
belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada
dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak
didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang
dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh
orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-
kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu
kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang
sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom
16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22),
dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar
34
https://alkitab.sabda.diakses pada 10 oktober 2022
musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-
gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27).
Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan
mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila
Dari kalangan Gereja Roma, dikatakan bahwa Rasul Petruslah yang telah mendirikan
jemaat mula-mula. Namun, sebenarnya ada beberapa keterangan berdasarkan Alkitab yang
menunjukkan kekeliruan dari dugaan tersebut. Untuk itu, penulis menguraikannya sebagai
berikut : Jika Rasul Petrus pernah mengunungi Roma dan mendirikan Jemaat disana,
kitab Roma. Didalam Roma 15:20 tertulis dan dalam pemberitaan itu aku mengganggap
telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun diatas dasar, yang telah diletakkan orang
lain. Dari ayat itu dapat disimpulkan bahwa Petrus bukanlah pendiri jemaat di Roma. Dengan
demikian, jemaat itu didirikan bukan oleh Petrus, melainkan Rasul yaitu Paulus. Jika Rasul
Petrus pernah mengunjungi Roma dan mendirikan jemaat disana, tetapi Paulus tidak pernah
menyebutkan tentang petrus dikitab Roma. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipastikan
Pada hari raya Pentakosta yang pertama (tahun 33 M), Roh Kudus telah turun ke atas
berbagai bangsa yang berhimpun di Yerusalem. Pada saat itu terdapat beberapa orang Israel
(diaspora) dari Roam yang berziarah ke Yerusalem yang hatinya dipenuhi oleh Roh Kudus.
Sekembalinya dari negeri perantauan, merekalah yang kemudian menjadi benih di Roma,
benih yang lama kelamaan bertumbuh menjadi besar dan merambat menjadi sebuah jemaat,
35
Dr.RA. Jaffray.Tafsiran Surat Roma.Kalam Hidup. 2007
Konteks Kitab Roma
Nama Roma diambil dari nama ibu kota Italia, tempat asal mula bertumbuhnya negara
Romawi. Negara ini didirikan pada tahun 753 SM. Sekitar permulaan abad ke 5 SM, kerajaan
ini telah berkembang menjadi suatu organisasi politik yang berbentuk pemerintahan republik.
yang terdiri dari beberapa desa di wilayah sekitarnya. Roma berkembang menjadi satu
organisasi politik, dengan bentuk pemerintahan republik. Perluasan wilayah yang begitu
cepat mendatangkan perubahan yang besar dalam kehidupan di kota Roma. Sewaktu
pemimpin militer berkuasa, mereka bukan hanya mengalahkan musuh tetapi juga
Pada masa itu kota Roma adalah kota yang paling ramai dan paling menarik di dunia,
di sepanjang jalan-jalannya terdapat kurang lebih tiga ratus air mancur umum, lalu kota ini
Ludwig menyatakan bahwa kota Roma adalah kota abadi. (Charles Ludwig, Kota-Kota Pada
Pada masa itu Roma merupakan pusat pemerintahan dari seluruh daerah laut Tengah.
Donald Guthrie menjelaskan bahwa Roma merupakan pusat diplomatik dan perdagangan
dunia yang terkenal pada waktu itu. Orang tidak putus-putusnya pulang pergi ke Roma,
kekaisaran Romawi dalam keadaan damai dan makmur, menjamin perjalanan orang kesitu.
(Donald Guthrie, Hand Book to The Bible, (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 654. Dengan
36
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas, 1997), halaman 3-4
demikian kota Roma adalah kota yang sangat menarik untuk dikunjungi bahkan untuk
Jemaat di Roma terdiri dari banyak orang Yahudi (Rm 2: 17; 4: 1), dan banyak orang
non Yahudi (Rm 1: 13; 11: 17-31). Dengan kata lain surat ini dialamatkan kepada kamu
sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-
orang kudus (Rm 1: 7). (5 Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu, Malang:
Agama primitif pada masa awal adalah animisme yang menyembah dewa-dewa.
dewa-dewi lokal tetap bertahan, kesadaran kosmopolitan yang makin kuat di dalam negara
membuka peluang bagi sebuah agama baru, pemujaan terhadap Negara. 38 Agama-agama
kaum ningrat yang kaya. Mereka adalah orang-orang alim ulama yang sebagian besar terdiri
dari keluarga para imam dan tokoh para nabi. Keadaan sosial ekonomi, dalam banyak hal,
yang berlangsung pada masa itu sama halnya dengan masa sekarang, di mana orang kaya dan
miskin, baik dan jahat, majikan dan budak, saling hidup berdampingan, bahkan faktor sosial
Pada masa kitab Roma, Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah
berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu
kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang
37
Ibid 81
38
Ibid 83
39
Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang : Gandum Mas, 1997) 59
sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom
16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22),
dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar
musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-
gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27).
Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan
mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila
Bagaimana kondisi budaya, pemerintahan, ekonomi, agama (orang Kristen Yahudi, diaspora),
BAB IV
Di Bab IV ini, Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan keseluruhan kitab Roma, yang
menunjukkan alur perkembangan naratif dari pasal 1-15, yang akan membantu pembaca
ROMA 1
Paulus memulai surat Roma dengan salam, seperti layaknya dan umumnya menurut
kebudayaan Yunani. Salamnya memiliki suatu kepentingan karena menjadi saluran untuk
menceritakan beban atau maksud dari surat itu (dan seluruh pelayanan Paulus). Salam itu
penuh dengan teologi dan misiologi yang padat.40. Menurut Cranfield menjelaskan bahwa
bentuk salam sangat jarang dipakai dalam surat yang ditulis kepada orang yang belum
dikenal. Gaya salam yang bebas yang dipakai oleh Paulus pasti merupakan kejutan bagi para
pembacanya. Namun, bukan hanya salam yang menjadi kejutan melainkan juga panjangnya
Salam pembukaan dari Surat Roma ini paling panjang dari antara surat-surat Paulus.
Mengikuti skema surat Romawi-Yunani, Paulus mengawali suratnya dengan salam pembu-
kaan, yang terdiri dari nama pengirim, nama si penerima dan salam pembukaan. Namun
Paulus secara kreatif memperpanjang salam pembukaan itu dengan menambah keterangan-
keterangan (misalnya mengenai jatidirinya sebagai rasul, mengenai misteri Yesus Kristus).
Dalam ayat 1, Paulus menyebut diri "hamba" (doulos) Kristus Yesus. Paulus dan para
pewarta Injil lainnya memang hamba Allah atau hamba Yesus Kristus atau hamba Injil
(Galatia 1:10; Flp 1:1).41 Dalam ayat 2 menekankan kesinambungan antara PL dan PB atau
penggenapan PL dalam PB. Hal ini penting untuk memahami misteri rencana keselamatan
Allah yang diu-raikan dalam seluruh suratnya. Selain itu, Roma 1:2, injil Allah mulai
didefenisikan. Injil Allah bukanlah sesutau yang baru, yang berasal dari pikiran Paulus,
melainkan sudah lama dijanjikan. Injil itu telah dijanjikan-nya sebelumnya, misalnya didalam
Yesaya 53. Paulus memakai Perjanjian Lama untuk mendukung apa yang dikatakannya
40
Cranfield, a Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The International Critical
Commentary. Edinburgh T. & T. Clark Limited. C.E.B. 1975. Halaman 46-47
41
W. E. Chadwick, Pastoral Teaching of Paul(Grand Rapids, Michigan, Kregel Publications, 1985)
127-132.
Dalam ayat 3, Isi Injil adalah peristiwa Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang
menjadi manusia. "Menurut daging" mengacu pada eksistensi Yesus sebagai manusia dan
sejauh Ia sebagai manusia adalah keturunan Daud; sedangkan "menurut roh kekudusan" (=
kata pneuma) mengacu pada eksistensi Yesus Kristus sesudah kebangkitan-Nya, yakni
Dalam salam di kitab Roma1:1-7, Paulus menyatakan bahwa dia, sebagai rasul
kepada bangsa-bangsa, menulis surat kepada Jemaat Kristen di Roma mengenai injil Allah
dan Yesus Kristus, yang adalah manusia sejati dan Allah sejati.
Kitab Roma 1:4-15, maksud penulisan Surat Roma adalah keinginan Paulus untuk
menyampaikan Injil kepada jemaat di Roma (ay. 15). Diwartakan bahwa di dalam Injil nyata
"kebenaran Allah". Paulus mewartakan bahwa kebenaran Allah dialami oleh manusia apabila
ia beriman. Hal ini berbeda dengan paham orang Yahudi pada zaman Yesus yang
menganggap keselamatan itu akan mereka peroleh karena mereka berhasil memenuhi
tuntutan-tuntutan Hukum Taurat. Oleh karena itu mereka memandang keselamatan lebih
bahwa tanpa Yesus Kristus umat manusia seluruhnya, baik orang bukan-Yahudi maupun
orang Yahudi, adalah pendosa. Dari kenyataan ini (1:18-3:20) menjadi nyata juga hal ini:
karena se-mua orang berdoa, maka semua orang - tanpa kecuali - membutuhkan Yesus
Kristus yang akan diuraikan pada bagian selanjutnya dari Surat Roma, yaitu 3:21-31.
42
Joseph A. Fitzmyer, "The Letter to the Romans," TheNew Jerome Biblical Commentary 51:16; C. K. Barrett,
The Epistle to the Romans (Black's New Testament Commentaries; London: Adam & Charles Black, 1962) 20.
Untuk menggambarkan nasib manusia yang hidup tanpa Kristus, mula-mula Paulus
menggambarkan situasi orang bukanYahudi yang tidak mengenal Taurat (1:18-32), baru
kemudian situasi orang-orang Yahudi (2:1 - 3:20). Murka Allah itu merupakan reaksi-Nya
terhadap dosa manusia, yang berupa kefasikan (artinya: tidak beragama, tidak hidup sesuai
ROMA 2
Pada perikop ini Paulus mengajukan kritikan kepada orang Yahudi yang suka
menghakimi orang lain tetapi mereka sendiri melakukan hal-hal yang sama (ay. 1 dan 3).
Orang yang menghakimi orang lain mengetahui hukum Allah, mengetahui mana yang benar
mana yang tidak benar. Karena itu mereka sebenarnya menghakimi diri sendiri karena
mereka pun melakukan hal yang sama. Di sini Paulus tidak menerangkan bahwa manusia
Paulus mau meyakinkan orang Yahudi bahwa mereka pun layak dihukum, Orang
Yahudi yang mempunyai Taurat akan diadili menurut Taurat. Pada ay. 1 dan 3 Paulus
mengecam orang Yahudi yang mengadili orang lain tetapi yang juga melakukan sendiri apa
yang mereka kutuk. Paulus mengecam orang Yahudi yang merasa dirinya hebat dalam
banyak hal, tetapi yang tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka
menggantungkan diri pada Taurat dan merasa diri dekat dengan Allah (Roma 2:17), mereka
merasa tahu kehendak Allah dan tahu mana yang baik mana yang jahat (Roma 2:18). Mereka
tidak hanya bangga akan kemampuan dan keisti-mewaan diri sendiri, tetapi juga mau
menularkan keistimewaan dirinya kepada orang lain, yakni mau menjadi guru bagi orang lain
(Roma 2: 20). Orang-orang Yahudi tidak melaksanakan apa yang mereka banggakan dan
mereka ajar-kan. Justru karena perbuatan-perbuatan mereka itu maka Allah Israel dinistakan
memenuhi tuntutan Taurat. Jadi, ternyata kitab suci orang Yahudi sendiri memberi kesaksian
bahwa tidak ada orang yang benar di hadapan Allah karena melakukan hukum.
ROMA 3
Dalam konteks ini Paulus menuliskan mengenai dosa manusia. Paulus mau
membuktikan bahwa orang bukan Yahudi berdosa patut mendapat murka Allah, begitu juga
nasib orang Yahudi. Hal ini dikarenakan hukum Taurat ternyata tidak dapat membenarkan
manusia, maka dibutuhkan prinsip lain, yakni pembenaran oleh Allah secara cuma-cuma
melalui iman kepada Yesus yang telah mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia.
Di kitab Roma 3:22-23, karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus. Dengan frasa "semua orang" dimaksudkan orang Yahudi
maupun bukan Yahudi; mereka semua adalah pendosa sebagaimana telah dibuktikan oleh
Paulus pada 1:18 - 3:20.43 Manusia dibenarkan secara cuma-cuma oleh Allah bdk. 3:24; 5:17;
4:4. “Oleh kasih karunia semua orang telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus menjad ijalan pendamaian karena iman,
dalam darah-Nya." Karya keselamatan Allah dijelaskan dengan memakai tiga hal yaitu
"berhutang" pada Allah, dan Allah yang mengambil inisiatif untuk membayar hutang
tersebut. Perikop berikutnya (3:21-31) berbicara tentang “iman yang membenarkan manusia”.
Secara keseluruhan konteks ini berbicara tentang manusia yang berdosa, dibandingkan
43
M. Zerwick - M. Grosverno, A Grammatical Analysis if the Greek New Testament Unabridged (Roma:
Biblical Institute Press, 1981). 446.
dengan kesetiaan Allah, dan iman kepada Yesus Kristus yang menyelamatkannya dari murka
Allah.
ROMA 4
Abraham adalah tokoh kebanggaan Israel. Dalam pasal ini Abraham mendapat
tempat penting dan disebutkan 9 kali (11 kali di seluruh kitab Roma). Kehidupan Abraham
memperkuat penjelasan Paulus dalam pasal 3:21-31 bahwa bukan karena hukum Taurat telah
diberikan janji kepada Abraham dan keturunan-nya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi
karena kebenaran, berdasarkan iman.” Ayat ini berbicara tentang janji Allah yaitu Abraham
akan memiliki dunia bukan karena hukum Taurat tetapi karena iman Abraham. Janji Tuhan
yang diterima oleh Abraham, diterimanya bukan karena melakukan hukum Taurat tetapi
karena Abraham percaya. Jadi berdasarkan iman Abraham menerima janji, bukan
berdasarkan hukum Taurat. Jika janji diberikan karena melakukan hukum Taurat maka janji
menjadi tidak berharga karena tidak ada seorangpun yang sempurna melakukan hukum
Taurat. Janji kepada Abraham diberikan bukan karena Abraham melakukan sesuatu. Janji
kepada Abraham diberikan karena Abraham percaya kepada Allah sehingga ia dibenarkan.
Dalam pasal ini Paulus ini bahwa manusia itu dibenarkan melulu karena iman, bukan karena
perbuatan. Paulus menguraikan kisah Abraham, bapa iman bangsa Israel dan semua orang
(ay. 1-5). Abraham tidak berbuat apa-apa, melainkan hanya percaya. Maka hal itu
diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran. Janji Allah kepada Abraham bahwa ia akan
menjadi bapa bangsa yang besar tidak berdasarkan jasa atau perbuatan Abraham, melainkan
janji cuma-cuma. hukum Taurat mendatangkan hukuman, sebab adanya hukum Taurat justeru
membuat manusia tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Tetapi hukum Taurat tidak
mampu menolong manusia untuk selalu memilih yang baik. Jadi, hukum Taurat malah
membuat pelanggaran manusia bertambah (Roma 4:15). Secara manusiawi tidak ada dasar
bagi abraham untuk berharap. Namun ternyata ia teguh dalam kepercayaannya kepada janji
Allah. Itulah yang membuat Allah menganggap benar Abraham (ay. 22).
ROMA 5
Dalam kitab Roma terdapat beberapa kata yang dipakai Paulus untuk menyatakan
tentang “dosa” manusia. Dalam 5:6 dikatakan tentang keadaan dosa sebagai “lemah”.
Harrison mengatakan bahwa kata lemah dalam ayat ini berarti ketidakmampuan untuk
melakukan kebenaran sesuai kehendak Allah.44 Jadi dapat dikatakan bahwa manusia memang
tidak memiliki kekuatan atau kemampuan (ability) untuk hidup dalam kebenaran Allah.
Dalam Roma 5:10 disebutkan kata “Seteru”, yaitu manusia, di luar Kristus adalah seteru
Allah. Perseteruan dengan Allah terjadi karena ketidakmampuan manusia untuk melakukan
kebenaran. Manusia pada dasarnya sudah berdosa (Rom 3:23) dan keadaan berdosa ini
digambarkan oleh Paulus sebagai “lemah” yang berarti ketidakmampuan untuk melakukan
Menurut Paulus Adam "adalah gambaran Dia yang akan datang" (yakni Kristus).
Adam adalah gambaran dari Kristus dalam arti yang bertentangan. Yang satu mendatangkan
dosa dan kematian bagi semua orang, yang lain menyebabkan pembenaran dan kehidupan
bagi semua orang. Tipologi Adam-Kristus nampak dari ayat ini, "Tetapi karunia Allah
tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua
orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan
karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus"
(5:15). Dalam kitab Roma 5:13 mengatakan bahwa dosa-dosa yang melawan hukum Taurat
sudah ada sebelum adanya Taurat, tetapi dosa-dosa semacam itu belum/tidak diperhitungkan
sebagai dosa.
44
Harrison, Everett F., “Romans” dalam Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III Consulting Editors,
Zondervan NIV Bible Commentary dalam Expositor's Bible Commentary, [computer file] (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan Publishing House, 1994)
ROMA 6
Dalam topik ini menjelaskan bahwa seorang Kristen tidak lagi menjadi hamba dosa.”
Kehidupan Kristen adalah sebuah kehidupan di mana dosa tidak lagi mengatur kita atau
Dalam Roma 6:6 menyatakan “agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada
dosa.” Kata menghambakan diri berasal dari kata hamba yang artinya sebagai seorang
budak, menjadi seorang budak, diperbudak. Rupprecht menjelaskan mengenai budak sebagai
Tenney, General Editor dan Steven Barabas, Associate Editor, The Zondervan Pictorial
Encyclopedia of The Bible dalam Pradis. [Computer file], Electronic edition, (Grand Rapids,
Paulus menjelaskan pernyataan tersebut sebagai wujud kehidupan Kristen, jangan lagi
menjadi seseorang yang dimiliki oleh dosa. Dalam Roma 6:6 kita sebagai seubyek,
sedangkan dalam Roma 6:12 dosa menjadi subyek, perhatikan “Sebab itu hendaklah dosa
jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu" Pernyataan “jangan berkuasa lagi”. Kehidupan
Kristen yang dijelaskan Paulus adalah sebuah kehidupan di mana dosa tidak lagi mengatur
kita atau memegang kontrol penuh atas hidup kita. Dalam Roma 6:12 kata "jangan selalu",
atau “jangan terus-menerus,” yang berarti “jangan menjadikannya sebagai kebiasaan”. (Roma
6:12, Cleon L. Rogers Jr. & Cleon L. Rogers III, The New Linguistic and Exegetical Key to
the Greek New Testament. dalam Pradis. [Computer file], Electronic edition, (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan Publishing House, 1992).) Paulus bermaksud bahwa seorang Kristen
tidak lagi terus menerus dikendalikan oleh dosa. Dalam Roma 6: 13 terdapat tujuan ketiga
dari pengajaran Paulus, yaitu “serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk
menjadi senjata-senjata kebenaran.” Kita akan memperhatikan kata “serahkanlah” sebagai
ROMA 7
Menurut Roma 7:5 bahwa, "hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat,
bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut." Sebab "mereka
yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah" (Roma 8:8). Namun
setelah mati terhadap dosa, orang kristen hidup kembali bersama Kristus bukan untuk
kembali ke kehidupan yang lama. Menurut Roma 7:8 dan 7:11, Hukum Taurat justru
memberi kesempatan kepada dosa untuk menguasai manusia. Oleh hukum Taurat orang
mengenal dosa (Roma 3:20). Hukum Taurat menunjukkan betapa buruknya dan hebatnya
kuasa dosa (ay. 13) dan menunjukkan betapa lemahnya manusia. Kuasa dosa itu begitu
memperbudak manusia, sehingga Paulus bisa berkata, "Jadi jika aku berbuat apa yang tidak
aku kehendaki, maka bukan aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku"
(Roma 7:20). Menurut Paulus dosa itu begitu menguasai manusia sehingga perbuatan
jahatnya seakan-akan dilakukan bukan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh dosa yang
menguasai dirinya. Ajaran Paulus mengenai hukum Taurat sering didekati melalui sudut
pandang pengalaman Paulus baik sebagai seorang rabi Yahudi maupun sebagai orang Yahudi
ROMA 8
Dalam Roma 8, Paulus memberitakan bagaimana hukum Roh dapat membebaskan, bahkan
menjadi pancaran kekudusan hidup. Roh yang memberi hidup telah memberdayakan kamu
45
George EldonLadd, Tologi Perjanjian Baru, 2 jilid. Diterjemahkan oleh Urbanus Selan dan Henry Lantang,
(Bandung: Kalam Hidup, 1999),II:268
Kata awal dalam Roma 8 dimulai dengan kata "Demikianlah". Hal itu menunjukkan bahwa
Ayat 12 dan 13 memiliki kontras yang menggambarkan hidup lama dengan hidup baru.
Kehidupan lama (dalam daging) berakhir dengan kematian, sedangkan kehidupan baru
mencapai puncak dalam kemuliaan bersama Kristus. Kata berhutang dalam ayat 12 berarti
“orang yang mempunyai kewajiban”, kata ini adalah kata kunci dalam ayat 12. Kata ini
berarti orang yang mempunyai kewajiban hukum untuk melakukan sesuatu. orang percaya
masih mempunyai sifat dosa di dalam diri mereka, dan kita harus terus menerus mematikan
Dalam pasal ini, Paulus menunjukkan tema utama dalam surat Roma mengenai kehidupan
dalam Kristus. Dalam pasal ini, ia menunjukkan kekuatan Roh Allah yang ada di dalam hidup
orang percaya, yang berlawanan dari ketidaksanggupan Taurat. Pada sisi lain, ia
mengajarkan keamanan kekal orang-orang percaya yang hidup dalam Yesus Kristus. Hukum
Roh adalah kehidupan dalam Kristus Yesus dan menjadi jawaban Allah terhadap penderitaan
manusia. Allah harus membawa hukum lain, yang lebih tinggi dan lebih kuat dari Taurat,
hukum hati nurani dan hukum dosa. Hukum yang diberikan Allah adalah hukum dari roh dan
kehidupan Yang dinyatakan dalam Yesus Kristus (Yer. 31:31-34 ; 1 Kor. 9:21 ; Ibrani 8).
Dalam pasal 8:1 : 18-32, Paulus menguraikan wujud murka Allah yang melawan dosa
manusia. Dalam ayat itu, ia tidak menjelaskan apakah murka tersebut melawan Orang yang
tidak percaya saja atau juga orang percaya yang berdosa. Dosa yang dimaksudkan adalah
dosa orang yang tidak percaya dan juga dosa orang percaya. Orang percaya akan tetap
menggumuli hukuman tersebut selama mereka hanya melawan dosa dengan akal budi
mereka. Dalam pasal 7 dijelaskan bahwa hukuman tersebut adalah murka Alah atas dosa
yang di alami zaman ini (bukan hukuman kekal), tidak berlaku bagi kita yang ada didalam
Kristus Yesus, asal Kita tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (Hodges,
Halmahera. 71).
Hukum Taurat hanya dapat menuntut, dan tidak dapat menolong kita. Namun, dalam Yesus
Kristus, apa yang dituntut oleh hukum Taurat itu akhirnya digenap didalam kita, asal kita
tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Dengan demikian, kesucian Yang dituntut
oleh hukum Taurat adalah kerinduan dan tujuan kita. Namun caranya bukan melalui hukum
Taurat, melainkan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengatakan bahwa
Ia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, Ia datang untuk
ROMA 9
Dalam Roma 9 Paulus mulai menerangkan pengharapan orang percaya terhadap umat pilihan
Allah, yaitu bangsa Yahudi atau umat perjanjian lama supaya mereka pun mendapat bagian
Dalam kasih Kristus kepada umat-Nya, Ia mengorbankan diri-Nya dan menerima kutuk.
Kutuk itu diterima-Nya sebagai orang berdosa sehingga Ia dibunuh dengan cara yang
BAB V
Eksposisi Roma 16
Kitab Roma 16 adalah pasal terakhir dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, bab ini terisi
tentang ucapan salam dan penghargaan Paulus terhadap para rekannya dalam iman dan
ajaran Kristus.
Paulus memulai bab ini dengan memberikan salam kepada para anggota jemaat di Roma. Ia
pelayanan Tuhan. Seperti Febe, priskaaa dan Akwila, epenetus, Maria, dan Andronikus dan
Yunion. Paulus juga menyampaikan salam dari para anggota jemaat di Korintus.
Selanjutnya Paulus memberikan peringatan kepada para anggota jemaat untuk mewaspadai
orang-orang yang menyebar ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Ia mengatakan
bahwa mereka harus berhati-hati dan menjauhkan diri dari orang-orang yang menyebabkan
Paulus juga memberikan pujian kepada para anggota jemaat karena kesetiaan mereka dalam
melayani Tuhan. Ia mengatakan bahwa seluruh jemaat di Roma telah terkenal karena iman
memiliki kekuasaan yang besar dan bahwa semua kemuliaan harus diberikan Kepada-Nya.
Iman juga mengatakan bahwa seluruh jemaat yang ada diRoma menyampaikan salam kepada
Dalam keseluruhan, bab ini memberikan penekanan pada pentingnya persatuan dan kesetiaan
dalam iman Kristen dan juga peringatan tentang bahaya yang dihadapi oleh para anggota
Roma 16 adalah pasal terakhir dari surat Roma. Pasal ini dibagi menjadi tiga perikop oleh
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), yaitu: Salam, Peringatan, dan Segala kemuliaan bagi
Allah. Tiga perikop ini saya klasifikasikan sendiri, sebagai: salam kepada saudara seiman dan
sepelayanan (16:1-16, 21-24), peringatan akan bahaya perpecahan (16:17-20), dan salam
terakhir Paulus. Perikop pertama adalah tentang salam kepada saudara seiman/sepelayanan.
itu disebutkan dan diberi salam bertujuan agar jemaat di Roma mengetahui siapa yang paling
dihargai dan juga kepada siapa mereka harus mengikuti. Dengan kata lain, melalui
penyebutan nama-nama di dalam salamnya, Paulus ingin agar jemaat Roma mengenal orang-
Di ayat 1, Paulus menyatakan, “Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang
Febe. New International Version (NIV) Spirit of the Reformation Study Bible memberikan
keterangan tambahan tentang Febe, yaitu Febe adalah seorang pembawa surat Paulus. Selain
itu, Febe adalah seorang Yunani dan menjabat sebagai pelayan Tuhan di jemaat Roma. Kata
“servant” di dalam NIV, King James Version (KJV), dan mayoritas Alkitab terjemahan
NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan penjelasan bahwa ada sedikit
persetujuan tentang jabatan Febe, apakah ia benar-benar seorang diaken di gereja ataukah ia
hanya melayani Tuhan di gereja (bukan diaken). Sedangkan Albert Barnes, Adam Clarke,
dan Matthew Henry di dalam tafsiran mereka menegaskan bahwa Febe adalah seorang diaken
yang melayani di Kengkrea. Menurut Adam Clarke di dalam tafsirannya Adam Clarke’s
Commentary on the Bible, diaken pada waktu itu bertugas mengurus para petobat wanita
untuk dibaptis, mengajar para katekumen atau para calon baptisan, mengunjungi orang sakit
dan mereka yang ada di dalam penjara. Syarat diaken ditetapkan di dalam 1 Timotius 3:8-9.
Paulus menyebut Febe sebagai saudara. Dr. John Gill menafsirkan “saudara” ini bukan
saudara secara jasmaniah, namun secara rohaniah. Paulus menyebut Febe, seorang
perempuan sebagai saudara seiman. Di dalam tradisi Yahudi, ada pemisahan antara pria dan
wanita, bahkan di dalam ibadah. Paulus menerobos budaya Yahudi dengan pengertian
integratif bahwa pria dan wanita itu sama di mata Tuhan dan di dalam persekutuan di dalam
Kristus, meskipun masih ada perbedaan natur dan otoritas di antara keduanya.
Sugiyono, Metode Pnelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2010), 222.
Harianto, Metode Kuantitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama” 31.
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 2004), 125.
Yakop Tomatala, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Institut Filsafat Theology dan kepemimpinan Jeffray,
2004) 31.
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 149.
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 62.
Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”
Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010) 222.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Asdi Mahasatia, 2006) 150.
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Prenada Media Group, 2005) 57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2012) 245
Bruce, F.F. 1963.The Epistle Of Paul to the Romans: Tyndale New Testament Commentaries. Grand Rapids:
Cranfield, a Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The International Critical