Anda di halaman 1dari 36

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS KALVARI JAKARTA

--------------------------------------------------------
TESIS

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


TESIS 1

Dosen Pembimbing I:
Dr. Denny Andreas
Dosen Pembimbing II:
Dr. Silas Sudarman

Disusun Oleh:
Elisheba Euodia Tarigan
S2.TEO.19.129

PROGRAM STUDI MAGISTER TEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS KALVARI JAKARTA
2022
EKSEGESA ROMA 16 DALAM KAITANNYA DENGAN SELURUH KITAB ROMA

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN KEKRISTENAN MASA KINI

Thesis Statement

Di masa sekarang, sebagai orang percaya, sebagai orang yang sudah menerima

keselamatan dari Tuhan, hendaknya menunjukkan kasih, kebaikan terhadap sesama terlebih

terhadap pelayan Tuhan. Respon dari pada orang percaya setelah membaca kitab Roma 16

ini, hendaknya memberi dukungan, membantu pelayan Tuhan, memberikan support, terhadap

pelayan Tuhan. Selain itu, sebagai pelayan Tuhan, seharusnya tahu berterima kasih, dan

memberikan pujian yang semestinya terhadap sesama yang mendukung pelayanan. Dan

memegang teguh terhadap kebenaran, bijak dalam melakukan sesuatu serta dapat menjadi

teladan terhadap sesama maupun Jemaat seperti yang Yesus lakukan sesuai dengan yang

ditulis dalam Alkitab, sehingga kekristenan masa kini berkembang sesuai kebenaran.

Kata kunci : Roma 16, dan kehidupan kekristenan

Table Of Kontent

BAB 1 : Overview

BAB 2 : Metode Penelitian

Kualitatif dengan pendekatan eksposisi

Bab 3 : Fakta-fakta dasar dari kitab Roma

BAB 4 : Keseluruhan Kitab Roma (mengungkapkan dimana posisi roma 16 ini pada

surat roma,sesuai dengan maksud penulis)

BAB 5 : Eksposisi dari kitab Roma 16 : 1-2


BAB 6 : Eksposisi dari Kitab Roma 16 3-6

Bab 7 : Eksposisi dari Kitab Roma 16 : 7-16

BAB 8 : Eksposisi dari Kitab Roma 16 :17-23, 24

BAB 9 : Eksposisi dari Kitab Roma 16 : 25-27

BAB 10 : Implikasi Theologis kitab Roma 16 (secara theologisnya, rantai

pemikirannya)

BAB 11 : Relevansi Orang Percaya yang menunjukkan kasih Kristus

BAB 12 : Relevansi orang percaya membantu pelayan Tuhan

BAB 13 : Implikasi dari Kebenaran kitab Roma 16

BAB 14 : Aplikasi kehidupan Orang percaya pada masa kini

BAB 15 : Kesimpulan dan saran

BAB I

OVERVIEW

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif. Lebih

spesifik lagi, metode kualitatif dengan pendekatan riset teologi biblika atau penelitian

kualitatif teologis.1 Metode kuantitatif adalah pendekatan berupa prosedur penilaian yang

menghasilkan data deskriptif tentang seseorang atau sesuatu yang diamati atau

1
Menurut Subagyo, riset teologi biblika mencakup teologi eksegesa dan kajian Alkitab. Dimana, teologi
eksegesis berupaya untuk memahami teks, sedangkan kajian Alkitab berupaya menyelidiki Alkitab dan
bagian-bagiannya sebagai teks (Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif (Bandung:
Yayasan Kalam Kudus, 2004), 125.
diungkapkan dalam bentuk tertulis ataupun lisan.2 Metode penelitian kualitatif teologis

disebut juga sebagai penelitian biblika seperti yang disampaikan oleh STTBK, harus

dipahami bahwa istilah penelitian kualitatif teologis ini merupakan istilah yang tidak lazim

di dunia pendidikan umum, namun mengingat kebutuhan dan penyesuaian terhadap

program studi pendidikan yang ada di STTBK, maka penelitian jenis ini harus dirumuskan.

Untuk mengkaji topik yang dipaparkan, maka peneliti menggunakan metode

desktiptif.3 Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. (dipaparkan di BAB 3)

Penelitian biblika dapat dikatakan sebagai refleksi4 terutama berdasarkan data

Alkitab,5 dan juga sekaligus menekankan sifat penelitian yang bermuatan nilai dan mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bermakna.6 (harus terkait dengan Bab

selanjutnya – bisa ditemukan di BAB 4)

Penelitian biblika menggunakan pendekatan eksposisi dan kajian Alkitab.

Pendekatan eksposisi berupa untuk memahami makna teks, sedangkan kajian Alkitab

berupaya menyelidiki Alkitab dan bagian-bagiannya sebagai teks.7 (dipaparkan BAB 5-

BAB 9).

Ada beberapa jenis metode penelitian deskriptif, namun berkenaan dengan topik

yang diteliti maka peneliti hanya menggunakan research kepustakaan dan research

2
Yakop Tomatala, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Institut Filsafat Theology dan kepemimpinan Jeffray,
2004) 31.
3
Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”
(Surabaya : Sekolah Tinggi Bethany Surabaya) 65.
4
Reflesksi adalah suatu gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai jawaban suatu hal atau
kegiatan yang datang dari luar.
5
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 149.
6
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 62.
7
Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”
(Surabaya : Sekolah Tinggi Bethany Surabaya) 60.
sejarah.8 Penelitian kepustakaan ini bermaksud untuk mengkaji literatur baik yang bersifat

primer dan maupun bersifat sekunder sesuai dengan topik.

Hasil dari penelitian terhadap topik tersebut, maka akan dipaparkan implikasi

secara theologis dari topik tersebut. Selain itu, akan dipaparkan juga secara relevansinya

bagi kehidupan kekristenan masa kini serta memaparkan kesimpulan dan saran dari topic

tersebut. (BAB 10-15)

Tempat Penelitian
Sehubungan dengan tempat penelitian, peneliti melakukan penelitian di beberapa

tempat yaitu perpustakaan teologi di Bandung dan di Jakarta seperti di STTBK, Momentum,

Sekolah Tinggi Teologi lainnya.

Selain itu peneliti juga melakukan penelitian terhadap buku-buku literatur tentang

kitab Roma.

Instrumen Penelitian

Untuk mengukur objek yang diteliti dalam penelitian ini diperlukan alat pengukur.

Dan alat pengukur ini disebut instrumen penelitian. Menurut Sugiyono yang menjadi

instrumen atau alat penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. 9

Peneliti sangat erat kaitannya dengan data yang dikumpulkannya. Peneliti mempunyai

pengaruh terhadap data yang dikumpulkan. Berhubungan dengan hal tersebut, Arikunto

Suharsimi mengatakan bahwa “Data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan

berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik

tidaknya instrumen pengumpulan data.10


8
Penelitian serta studi kritis untuk mencari kebenaran, penyelidikan secara kritis terhadap keadaan-
keadaan, perkembangan-perkembangan serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup
teliti dan hati-hati tentang bukti-bukti validitas dari sumber sejarah serta memberikan interpretasi dari
sumber-sumber keterangan tersebut (Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1990) 55.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010) 222.
10
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Asdi Mahasatia, 2006) 150.
Sumber Data

Menurut Hamid Darmadi dalam buku Metode Penelitian Pendidikan, pada dasarnya

ada dua macam sumber data, yaitu sumber primer11 yang merupakan deskripsi penyelidikan

yang tertulis oleh orang yang melakukannya dan sumber sekunder 12 yang pada umumnya

adalah deskripsi penyelidikan yang ditulis oleh seseorang yang bukan peneliti asli. 13 Dan

pada umumnya ada beberapa macam sumber data yang dapat digunakan oleh para peneliti

sebagai bahan studi kepustakaan, yakni jurnal penelitian, laporan hasil penelitian,

narasumber, buku tafsiran, buku-buku eksegesa, surat kabar atau majalah, dan internet.14

Penelitian ini membutuhkan deskripsi yang luas, sehingga diperlukan data yang

memadai guna memaparkan tentang Kitab Roma 16. Terkait dengan penelitian ini dan

sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif teologis atau

riset biblika, maka yang menjadi sumber terutama atau primer adalah Alkitab sebagai

objek yang akan diobservasi.

Sedangkan sebagai data sekundernya adalah literatur-literatur atau buku-buku yang

memiliki pokok bahasan yang terkait dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh

data yang diperlukan.15 Pengumpulan data menjelaskan bagaimana langkah-langkah

11
Sumber Primer merupakan sumber data yang utama atau pokok (yang pertama). Data primer diperoleh
dengan wawancara langsung kepada informan serta pengamatan langsung tingkah lakunya.
12
Sumber Sekunder merupakan sumber data yang kedua (tambahan dan sifatnya melengkapi). Sementara
data sekunder diperoleh dengan cara mengkaji melalui pustaka, penelitian-penelitian maupun dokumentasi.
13
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) 41-42.
14
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) 71.
15
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) 174.
pengumpulan data dengan metode yang dipilih serta alat yang akan dipakai. 16 Menurut

Sugiyono pengumpulan data yang dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan

berbagai cara.17

Berkaitan dengan hal itu, maka bila dilihat dari setting, data dikumpulkan dari

literatur dalam perpustakaan-perpustakaan, pada suatu seminar, diskusi, di gereja, dan

tempat lainnya. Bila dilihat dari sumber datanya, peneliti menggunakan sumber primer dan

sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan

kepada peneliti dan sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti (melalui orang lain atau buku).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Pertama, untuk mengumpulkan data pada bab I, peneliti akan mengumpulkan data-

data tentang keseluruhan kitab Roma, dan meneliti Roma 16 yang ditempatkan dibagian

akhir kitab Roma, dan membahas tentang pelayan Tuhan yang adalah orang yang memberi

diri untuk melayani, dari hasil pencarian data dalam Alkitab atau pun dari buku-buku atau

literatur yang ada, internet, dan hasil wawancara pada beberapa narasumber.

Kedua, untuk memaparkan Keseluruhan Kitab Roma dalam bab III, peneliti

mengadakan studi literatur di beberapa perpustakaan teologi di Bandung maupun di Jakarta

dan perpustakaan umum lainnya. Adapun data-data yang dikumpulkan adalah data-data

yang masih terkait atau membahas tentang fakta-fakta dasar dari kitab Roma. Di dalam bab

III ini juga peneliti akan memaparkan teori-teori yang sudah ada terkait topik tersebut.

Ketiga, untuk memaparkan bab IV, peneliti akan menjelaskan benang merah dari

Kitab Roma 1-16, dan memposisikan Kitab Roma 16 sesuai yang dimaksud penulis, serta

16
Adapun referensi buku yang digunakan adalah buku-buku yang secara resmi telah dipublikasikan atau
telah menjadi buku pegangan dalam mempelajari teologi.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2014) 308.
memaparkan maksud dari si penulis dari Kitab Roma 16, sehingga dapat dilihat bahwa

Roma 16 ini memiliki suatu keterampilan dari seluruh kitab Roma, dan menjelaskan

kepada Pembaca, kalau isi dari Kitab Roma 16, Paulus tidak hanya menyapa, atau memberi

salam kepada teman sekerjanya.

Keempat, untuk memaparkan bab V – bab IX, peneliti akan melakukan analisis

teks-teks Alkitab yang telah ditentukan dan hasil dari analisis teks-teks tersebut yang akan

dipakai dalam mengkaji secara biblika terhadap kitab Roma 16.

Teknik Analisis Data

Dalam proses penelitian setelah data yang dikumpulkan dan diperoleh, maka tahap

berikutnya yang penting adalah melakukan kajian. Pada prinsipnya analisis data dibedakan

menjadi dua macam yaitu kajian kualitatif dan kuantitatif. 18 Dan untuk penelitian ini, maka

peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif karena data yang diperoleh dari lapangan

bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis langkah-

langkah untuk memperoleh data dalam membuat kesimpulan supaya dapat dipahami oleh

peneliti atau pun para pembaca. Berhubungan dengan itu, peneliti melakukan analisis data

sejak sebelum memasuki lapangan penelitian, selama di lapangan penelitian dan setelah

selesai di lapangan penelitian.19 Membahas tentang teknik analisis data dalam penelitian,

tentu saja merujuk pada teknik analisis yang akan digunakan oleh peneliti pada bab V –

bab IX.

KASU
S

18
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Prenada Media Group, 2005) 57
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2012) 245
Kitab Roma 16 dan EKSEGESA
Kaitannya Terhadap
Seluruh Kitab Roma (Ayat atau Teks)

Langkah 1 Menemukan dan Menetapkan teks yang


merumuskan hendak diketahui
masalah secara maknanya
tepat
Langkah 2 Mengadakan kajian Melakukan kajian atau
literatur untuk mencari pengamatan terhadap
data yang dibutuhkan teks
berkenaan dengan topik
(Mengeksegesa
teks)
Langkah 3 Merumuskan hasil Memahami dan
penelitian menemukan hasil
kepustakaan penemuan
Langkah 4 Menganalisis terhadap Merumuskan
hasil penelitian secara hasil
biblika penemuan
Langkah 5 Merumuskan Menyimpulkan dari
hasil hasil- hasil
penemuan penemuan
Langkah 6 Menyimpulkan dari
hasil- hasil penemuan
di atas
Teknik analisa data di atas bersifat statis (tertutup, tidak bergerak atau kaku).

Dalam teknisnya, selama peneliti melakukan analisa data, teknik analisis bisa terjadi

berubah atau bergerak (dinamis) menyesuaikan keadaan (bisa terjadi pembauran atau

pencampuran) dalam kasus-kasus tertentu.

Keabsahan Data

Pada umumnya uji keabsahan20 data dalam penelitian hanya ditekankan pada uji

validitas21 dan reliabilitas.22 Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan
20
Menurut KBBI keabsahan adalah sifat yang sah; keasahan; tidak diragukan
21
Validitas adalah sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir (memiliki sifat yang valid)
22
Rehabilitas adalah perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal); ketelitian dan ketepatan teknik
pengukuran; keterandalan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang

peneliti harus perhatikan dan lakukan agar hasil penelitian ini mendapat keabsahan data

dan memiliki kelayakan materi.

Pertama, buku-buku literatur yang dipakai peneliti adalah buku-buku sesuai dengan

data yang valid, buku-buku yang resmi dan diakui (memiliki ISBN 23) dengan terbitan

tahun-tahun terkini.24

Kedua, peneliti akan lebih sering melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap

hasil penelitian yang sudah diperoleh, yaitu dengan membaca hasil penelitian, buku- buku

yang terkait dengan penelitian yang dibahas. Sehingga data yang diperoleh dari hasil

penelitian semakin valid dan kekinian (up to date).

Ketiga, peneliti akan meningkatkan ketekunan secara kontinu, berarti melakukan

pengamatan yang berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan ini, maka peneliti

dapat melakukan evaluasi kembali, apakah data yang telah ditemukan ada yang salah atau

tidak, sehingga menghasilkan data yang akurat dan valid. Selain itu peneliti juga akan

membaca berbagai buku referensi yang terkait dengan tugas penelitian tersebut.

Keempat, peneliti akan mengadakan diskusi dengan orang-orang yang berpotensi

dapat membantu penyelesaian penelitian (thesis) ini. Diskusi tersebut dilakukan dengan

dosen-dosen, teman-teman kampus, serta pemimpin-pemimpin rohani yang berkaitan

dengan pembahasan ilmu spiritual.

23
ISBN singkatan dari International Standard Book Number
24
Buku-buku yang digunakan dalam penelitian ini juga diupayakan adalah buku dengan tahun terbit
minimum tahun 2000. Namun, pengecualian berlaku bagi beberapa buku referensi dan sumber buku terkait
yang tidak lagi diterbitkan.
BAB III

FAKTA-FAKTA DASAR DARI KITAB ROMA

Dalam bab ini, peneliti akan menuliskan fakta-fakta dasar dari keseluruhan Kitab
Roma, sehingga hasil dari penelitian dari bab ini, dapat mengetahui tentang kitab Roma
tersebut.
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan
Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa.
Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus
menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum
(Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah
dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di
hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom
3:21--4:25).

Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah
mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran
Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23),
pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal
7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui
Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang
mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom
9:1--11:36).

Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan
penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan sosial, dan moral (pasal 12-
14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya
pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan
sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).

3.1. Penulis Kitab Roma

Penulis kitab Roma adalah Paulus. Paulus adalah seorang Yahudi dari suku

Benyamin, lahir di Tarsus sebagai warga negara Roma. Ia seorang Anggota Farisi dan

menjadi penganiaya Orang Kristen.25 Paulus bertemu dangan Yesus dalam Perjalanan ke

Damsyik dan akhirnya bertobat. Paulus adalah penulis kitab Roma yang dimana menjelaskan

tentang kebenaran Allah. Surat Roma adalah satu-satunya yang ditulis oleh Rasul Paulus

25
E. E. Ellis, “Paulus” diterjemahkan oleh M. H. Simanungkalit dan H. A. Oppusunggu dalam J. D. Douglas
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 2 jilid. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000), II:208
kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, surat Roma tidak banyak

dipengaruhi oleh situasi dan kondisi jemaat di Roma sehingga surat itu lebih bersifat objektif.

Sifat injil Kristus pun diuraikan secara lengkap dan teratur.26

Rasul Paulus disebut sebagai penulis Roma 1:1, dan banyak hal yang dikatakan oleh

Penulis surat itu sesuai denga napa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus didalam Kisah

Para Rasul serta surat-surat lain ((Roma 15:25-27 dengan Kis. 19:21; 20:1-5; 21:15-19, 1

Korintus 16:1-5; 2 Korintus 8:1-12; 9:1-5 mengenai perjalanan Rasul ke Yerusalem dengan

membawa persembahan dari Makedonia. Menuru Roma 11:1 dan Filipi 3:5, ia berasal dari

suku benyamin. Menurut Roma 16:3 dan Kisah Para Rasul 18:2-3, 18-19, ia mengenal Priska

dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15; 15:22-32, dan Kisah Para Rasul 19:21, Rasul Paulus

rindu mengunjungi orang-orang percaya diRoma. Kesamaan-kesamaan tersebut menjadi

bukti yang kuat atas pernyataan yang telah diungkapkan dalam Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul

Paulus adalah penulis surat Roma.

3.2. Penerima Kitab Roma

Penerima surat adalah jemaat di Roma (Roma 1:7). Untuk Orang Yahudi (2:17, 4:1)

dan juga untuk orang Bukan Yahudi (11:13). 27 Jemaat pertama di Roma didirikan oleh

pendatang dari Roma yang percaya kepada Kristus di bait Allah pada hari Pentakosta (Kisah

Para Rasul 2:10)., setelah mereka pulang ke Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma,

termasuk orang-orang yang memimpin rumah mereka masing-masing. Didalam jemaat-

jemaat Roma terdapat juga orang Yahudi. Menurut Kisah Para Rasul 18:2, Akwila yang

disebut dalam Roma 16:3, adalah orang Yahudi. Bahkan menurut Roma 16:7, 11 Andronikus,

Yunias dan Herodion juga adalah “saudara-saudaraku sebangsa. Selain itu, kita dapat
26
Dave Hagelberg, Th.M.Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.(Kalam Hidup 2016)
27
Dave Hegelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani. (Bandung: Kalam Hidup, 2000)
mengetahui bahwa ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma pada waktu “kaisar

Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma (Kis. 18:2).

Tetapi setelah peristiwa tersebut, orang-orang Yahudi diperbolehkan untuk datang Kembali

ke Roma sebelum surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota kekaisaran Romawi

sehingga banyak orang dari seluruh daerah ingin pindah kesana.28

Surat Roma ditujukan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan untuk orang bukan

Yahudi (11:13) Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi” dalam kitab

(Roma 1:5-6, 13; 11:17-31; 15:14-16). Jadi ada banyak orang Yahudi dan bukan Yahudi

dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa surat

Roma ditujukan kepada jemaat di Roma (Rm 1: 7), ”Kepada kamu sekalian yang tinggal di

Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia

menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.”

Baik itu orang Yahudi (Rm. 2: 17; 4: 1) maupun untuk orang non Yahudi di Roma (Rm 11:

13).

3.3. Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma

Paulus menulis surat Roma di Korintus antara tahun 57 sampai 59 Masehi, pada masa

pemerintahan Nero.29 Dalam (Roma 15:25) kita dapat mengetahui bahwa pada waktu surat itu

ditulis, Paulus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada

orang-orang kudus. Pada saat itu ia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.

Surat Roma ditulis oleh Paulus pada saat ia sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem

untuk membawa sumbangan, Roma 15: 25, ”Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke

Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus.” Dengan demikian surat
28
Bruce, F.F. 1963.The Epistle Of Paul to the Romans: Tyndale New Testament Commentaries. Grand Rapids:
Wm. B. Eerdmans Publishing Company.
29
E. A. Judge, “Roma” diterjemahkan oleh Broto Semedi dan H. A. Oppusunggu dalam J. D. Douglas, Gen.
Ed., et. al. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 322
Roma ditulis pada perjalanan misi yang ketiga. (Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru,

(Batu, Malang: Departemen Literatur YPPII) 108.

Dalam penulisan surat Roma, Paulus akan melakukan kunjungan ke Yerusalem dan

misinya ke Spanyol, dan ia berkeinginan untuk singgah ke Roma. Jika misinya ke Spanyol

adalah untuk berhasil, ia akan membutuhkan bantuan orang-orang Romawi, yang harus

dibujuk dari Injil yang dia sampaikan dalam surat ini. Adapun Paulus meyakinkan

audiensnya, bahwa sekalipun dia belum pernah melihat mereka, namun dia terus-menerus

mengingat mereka dan berdoa agar dia berhasil untuk bertemu secara langsung.

Menurut Kisah Para Rasul 20:2-3, Paulus berada ditanah Yunani selama tiga bulan.

Pada waktu dia berada di Korintus atau kengkrea, Paulus Menyusun surat Roma. Surat Roma

ditulis sekitar tahun 54 sampai dengan tahun 59.30 Salam kepada Febe di Kengkrea menunjukkan

bahwa Paulus berada di Korintus. (Kengkrea adalah pelabuhan Korintus). 31 Salam dari Gayus (16:23)

tuan rumah di mana Paulus tinggal (bandingkan dengan 1 Korintus 1:14). Erastus, Bendahara Negeri

(16:23, bandingkan dengan 2 Timotius 4:20).

3.4. Tujuan Surat Roma

Tujuan utama surat Roma dijelaskan dalam kita Roma 15:22-25, yaitu Paulus

memberi tahu mereka bahwa ia ingin mengunjungi mereka di Roma. Pasal 15:24

menceritakan maksud lain yaitu Paulus mengharapkan pertolongan mereka. Ia melayani di

Spanyol dan Paulus berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Paulus mencari

dukungan bagi pelayanannya disana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa ia juga minta

30
Dave Hagelberg, Th.M.Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.(Kalam Hidup 2016)
31
Guthrie, Donald, Pengantar Perjanjian Baru, 3 jilid. (Surabaya: Momentum, 2010), II:5
dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, bahwa ia akan mengahdapi bahaya

dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya untuk menyerahkan suatu persembahan.32

Selain itu, Tujuan Paulus terhadap kitab Roma ini adalah untuk memperkuat dan

didorong oleh komunitas dan untuk menuai beberapa "buah" (karpon) di Roma juga.

Metafora "buah" menunjukkan bahwa Paulus berharap untuk mendapatkan beberapa mualaf

dari antara mereka di Roma yang belum percaya. Paulus melihat hubungan intim antara rasul-

Nya dan Injil yang dia nyatakan. Dia mengkhotbahkan Injil dengan wewenang karena dia

tahu bahwa dia telah dipanggil dan dipisahkan untuk menjadi rasul Kristus Yesus.33

Untuk memperoleh apa yang menjadi pengharapan Paulus menjelaskan Injil Kristus,

baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan

untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya. Dengan pengertian yang benar akan Injil,

mereka yang ada di Roma diharapkan terbeban menolong dan mendukung Paulus serta

terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.

Setelah menerima kasih karunia rasul ini, Paulus memahami bahwa dia harus

mengkhotbahkan Injil untuk bangsa-bangsa lain untuk membawa mereka pada kepatuhan

yang ditimbulkan oleh iman. Itu sebabnya ketika Paulus menulis surat kepada orang Romawi,

kemudian, ia berbicara kepada mereka dengan pemahaman yang mendalam tentang dirinya

sebagai seseorang yang telah dikirim untuk mengkhotbahkan Injil kepada bangsa-bangsa.

Paulus berani berbicara seperti yang dia lakukan karena dia tahu bahwa dia adalah

seorang rasul yang disebut dengan pelayanan unik kepada bangsa lain. Paulus memandang

dirinya sebagai satu-satunya rasul atau yang paling rasul penting. Dalam 1 Kor. 15:9–10 ia

menyebut dirinya sebagai yang paling sedikit dari para rasul, meskipun ia mengklaim telah

32
Barclay, William. 1983.Pemahaman Alkitab Setiap HARI:Roma. Jakarta:BPK Gunung Mulia
33
Cranfield, C.E.B 1975. A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The
International Critical Commentary. Edinburgh T. & T. Clark Limited
bekerja lebih keras dari mereka semua. Paulus memberitakan Injil untuk membawa bangsa-

bangsa lain ke dalam kepatuhan yang iman, yakin bahwa ketika orang-orang Lain percaya

kepada Injil, mereka akan taat pada perintah Allah.Pengkhotbahan Injil mengungkapkan

bagaimana Allah telah membenarkan dan mendamaikan kemanusiaan kepada dirinya sendiri.

3.5. Sejarah Dari Kitab Roma

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan

paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga

belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada

dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak

didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang

dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh

orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang

Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).34

Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-

kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu

kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang

sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan

segera (Rom 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom

15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom

16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22),

dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar

34
https://alkitab.sabda.diakses pada 10 oktober 2022
musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-

gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27).

Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan

mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila

makin ke barat (Rom 15:24,28).

Dari kalangan Gereja Roma, dikatakan bahwa Rasul Petruslah yang telah mendirikan

jemaat mula-mula. Namun, sebenarnya ada beberapa keterangan berdasarkan Alkitab yang

menunjukkan kekeliruan dari dugaan tersebut. Untuk itu, penulis menguraikannya sebagai

berikut : Jika Rasul Petrus pernah mengunungi Roma dan mendirikan Jemaat disana,

kedatangan Paulus ke Roma direncanakan dengan sematang-matangnya oleh Lukas didalam

kitab Roma. Didalam Roma 15:20 tertulis dan dalam pemberitaan itu aku mengganggap

sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya ditempat-tempat, dimana Kristus

telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun diatas dasar, yang telah diletakkan orang

lain. Dari ayat itu dapat disimpulkan bahwa Petrus bukanlah pendiri jemaat di Roma. Dengan

demikian, jemaat itu didirikan bukan oleh Petrus, melainkan Rasul yaitu Paulus. Jika Rasul

Petrus pernah mengunjungi Roma dan mendirikan jemaat disana, tetapi Paulus tidak pernah

menyebutkan tentang petrus dikitab Roma. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipastikan

bahwa bukan Rasul Petrus yang mendirikan jemaat diRoma.35

Pada hari raya Pentakosta yang pertama (tahun 33 M), Roh Kudus telah turun ke atas

berbagai bangsa yang berhimpun di Yerusalem. Pada saat itu terdapat beberapa orang Israel

(diaspora) dari Roam yang berziarah ke Yerusalem yang hatinya dipenuhi oleh Roh Kudus.

Sekembalinya dari negeri perantauan, merekalah yang kemudian menjadi benih di Roma,

benih yang lama kelamaan bertumbuh menjadi besar dan merambat menjadi sebuah jemaat,

demikian asal mulanya berdirinya jemaat diRoma.

35
Dr.RA. Jaffray.Tafsiran Surat Roma.Kalam Hidup. 2007
Konteks Kitab Roma

Nama Roma diambil dari nama ibu kota Italia, tempat asal mula bertumbuhnya negara

Romawi. Negara ini didirikan pada tahun 753 SM. Sekitar permulaan abad ke 5 SM, kerajaan

ini telah berkembang menjadi suatu organisasi politik yang berbentuk pemerintahan republik.

(Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang:Gandum Mas, 2003), 3).

Kota Roma didirikan tahun 753 SM mula-mula merupakan kelompok masyarakat

yang terdiri dari beberapa desa di wilayah sekitarnya. Roma berkembang menjadi satu

organisasi politik, dengan bentuk pemerintahan republik. Perluasan wilayah yang begitu

cepat mendatangkan perubahan yang besar dalam kehidupan di kota Roma. Sewaktu

pemimpin militer berkuasa, mereka bukan hanya mengalahkan musuh tetapi juga

menunjukkan kekuasaannya di antara sesamanya sendiri.36

Pada masa itu kota Roma adalah kota yang paling ramai dan paling menarik di dunia,

di sepanjang jalan-jalannya terdapat kurang lebih tiga ratus air mancur umum, lalu kota ini

dilimpahi dengan kemewahan, sejarah dan bangunan-bangunan megah, sehingga Charles

Ludwig menyatakan bahwa kota Roma adalah kota abadi. (Charles Ludwig, Kota-Kota Pada

Zaman Perjanjian Baru, (Bandung: Kalam Hidup, 1999), 16.

Pada masa itu Roma merupakan pusat pemerintahan dari seluruh daerah laut Tengah.

Donald Guthrie menjelaskan bahwa Roma merupakan pusat diplomatik dan perdagangan

dunia yang terkenal pada waktu itu. Orang tidak putus-putusnya pulang pergi ke Roma,

kekaisaran Romawi dalam keadaan damai dan makmur, menjamin perjalanan orang kesitu.

(Donald Guthrie, Hand Book to The Bible, (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 654. Dengan

36
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas, 1997), halaman 3-4
demikian kota Roma adalah kota yang sangat menarik untuk dikunjungi bahkan untuk

dijadikan sasaran pelayanan.

Jemaat di Roma terdiri dari banyak orang Yahudi (Rm 2: 17; 4: 1), dan banyak orang

non Yahudi (Rm 1: 13; 11: 17-31). Dengan kata lain surat ini dialamatkan kepada kamu

sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-

orang kudus (Rm 1: 7). (5 Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu, Malang:

Departemen Literatur YPPII), 122.

Agama primitif pada masa awal adalah animisme yang menyembah dewa-dewa.

Pertumbuhan negara militer dan hubungan dengan kebudayaan Yunani mengakibatkan

peleburan dewa-dewi di bawah dominasi Pantheon Yunani.37 Meskipun Pemujaan terhadap

dewa-dewi lokal tetap bertahan, kesadaran kosmopolitan yang makin kuat di dalam negara

membuka peluang bagi sebuah agama baru, pemujaan terhadap Negara. 38 Agama-agama

lainnya adalah agama rahasia, Pemujaan Alam Gaib, dan Filsafat-filsafat.

Sosial ekonomi. Di kalangan Yudaisme maupun orang-orang kafir terdapat kelompok

kaum ningrat yang kaya. Mereka adalah orang-orang alim ulama yang sebagian besar terdiri

dari keluarga para imam dan tokoh para nabi. Keadaan sosial ekonomi, dalam banyak hal,

yang berlangsung pada masa itu sama halnya dengan masa sekarang, di mana orang kaya dan

miskin, baik dan jahat, majikan dan budak, saling hidup berdampingan, bahkan faktor sosial

ekonomi sangat berpengaruh dalam kehidupan Orang Kristen.39

Pada masa kitab Roma, Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah

berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu

kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang
37
Ibid 81
38
Ibid 83
39
Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang : Gandum Mas, 1997) 59
sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan

segera (Rom 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom

15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom

16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22),

dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar

musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-

gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27).

Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan

mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila

makin ke barat (Rom 15:24,28).

Bagaimana kondisi budaya, pemerintahan, ekonomi, agama (orang Kristen Yahudi, diaspora),

Ketika penulisan Paulus di kitab roma.

BAB IV

KESELURUHAN KITAB ROMA

Di Bab IV ini, Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan keseluruhan kitab Roma, yang

menunjukkan alur perkembangan naratif dari pasal 1-15, yang akan membantu pembaca

dapat memahami alasan pasal 16 sangat penting untuk ditulis.

Roma 1, menggambarkan apa?, harus menemukan jembatannya sampai ke pasal 2-15

ROMA 1
Paulus memulai surat Roma dengan salam, seperti layaknya dan umumnya menurut

kebudayaan Yunani. Salamnya memiliki suatu kepentingan karena menjadi saluran untuk

menceritakan beban atau maksud dari surat itu (dan seluruh pelayanan Paulus). Salam itu

penuh dengan teologi dan misiologi yang padat.40. Menurut Cranfield menjelaskan bahwa

bentuk salam sangat jarang dipakai dalam surat yang ditulis kepada orang yang belum

dikenal. Gaya salam yang bebas yang dipakai oleh Paulus pasti merupakan kejutan bagi para

pembacanya. Namun, bukan hanya salam yang menjadi kejutan melainkan juga panjangnya

surat Roma yang sangat luar biasa.

Salam pembukaan dari Surat Roma ini paling panjang dari antara surat-surat Paulus.

Mengikuti skema surat Romawi-Yunani, Paulus mengawali suratnya dengan salam pembu-

kaan, yang terdiri dari nama pengirim, nama si penerima dan salam pembukaan. Namun

Paulus secara kreatif memperpanjang salam pembukaan itu dengan menambah keterangan-

keterangan (misalnya mengenai jatidirinya sebagai rasul, mengenai misteri Yesus Kristus).

Dalam ayat 1, Paulus menyebut diri "hamba" (doulos) Kristus Yesus. Paulus dan para

pewarta Injil lainnya memang hamba Allah atau hamba Yesus Kristus atau hamba Injil

(Galatia 1:10; Flp 1:1).41 Dalam ayat 2 menekankan kesinambungan antara PL dan PB atau

penggenapan PL dalam PB. Hal ini penting untuk memahami misteri rencana keselamatan

Allah yang diu-raikan dalam seluruh suratnya. Selain itu, Roma 1:2, injil Allah mulai

didefenisikan. Injil Allah bukanlah sesutau yang baru, yang berasal dari pikiran Paulus,

melainkan sudah lama dijanjikan. Injil itu telah dijanjikan-nya sebelumnya, misalnya didalam

Yesaya 53. Paulus memakai Perjanjian Lama untuk mendukung apa yang dikatakannya

mengenai injil Allah.

40
Cranfield, a Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The International Critical
Commentary. Edinburgh T. & T. Clark Limited. C.E.B. 1975. Halaman 46-47
41
W. E. Chadwick, Pastoral Teaching of Paul(Grand Rapids, Michigan, Kregel Publications, 1985)
127-132.
Dalam ayat 3, Isi Injil adalah peristiwa Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang

menjadi manusia. "Menurut daging" mengacu pada eksistensi Yesus sebagai manusia dan

sejauh Ia sebagai manusia adalah keturunan Daud; sedangkan "menurut roh kekudusan" (=

kata pneuma) mengacu pada eksistensi Yesus Kristus sesudah kebangkitan-Nya, yakni

sebagai Anak Allah.42

Dalam salam di kitab Roma1:1-7, Paulus menyatakan bahwa dia, sebagai rasul

kepada bangsa-bangsa, menulis surat kepada Jemaat Kristen di Roma mengenai injil Allah

dan Yesus Kristus, yang adalah manusia sejati dan Allah sejati.

Kitab Roma 1:4-15, maksud penulisan Surat Roma adalah keinginan Paulus untuk

menyampaikan Injil kepada jemaat di Roma (ay. 15). Diwartakan bahwa di dalam Injil nyata

"kebenaran Allah". Paulus mewartakan bahwa kebenaran Allah dialami oleh manusia apabila

ia beriman. Hal ini berbeda dengan paham orang Yahudi pada zaman Yesus yang

menganggap keselamatan itu akan mereka peroleh karena mereka berhasil memenuhi

tuntutan-tuntutan Hukum Taurat. Oleh karena itu mereka memandang keselamatan lebih

sebagai upah atas jerih payah mereka sendiri.

Sebelum menguraikan Injil Yesus, Paulus ingin meyakinkan para pembacanya

bahwa tanpa Yesus Kristus umat manusia seluruhnya, baik orang bukan-Yahudi maupun

orang Yahudi, adalah pendosa. Dari kenyataan ini (1:18-3:20) menjadi nyata juga hal ini:

karena se-mua orang berdoa, maka semua orang - tanpa kecuali - membutuhkan Yesus

Kristus yang akan diuraikan pada bagian selanjutnya dari Surat Roma, yaitu 3:21-31.

42
Joseph A. Fitzmyer, "The Letter to the Romans," TheNew Jerome Biblical Commentary 51:16; C. K. Barrett,
The Epistle to the Romans (Black's New Testament Commentaries; London: Adam & Charles Black, 1962) 20.
Untuk menggambarkan nasib manusia yang hidup tanpa Kristus, mula-mula Paulus

menggambarkan situasi orang bukanYahudi yang tidak mengenal Taurat (1:18-32), baru

kemudian situasi orang-orang Yahudi (2:1 - 3:20). Murka Allah itu merupakan reaksi-Nya

terhadap dosa manusia, yang berupa kefasikan (artinya: tidak beragama, tidak hidup sesuai

hukum Tuhan) dan kelaliman (artinya: ketidakadilan, kejahatan).

ROMA 2

Pada perikop ini Paulus mengajukan kritikan kepada orang Yahudi yang suka

menghakimi orang lain tetapi mereka sendiri melakukan hal-hal yang sama (ay. 1 dan 3).

Orang yang menghakimi orang lain mengetahui hukum Allah, mengetahui mana yang benar

mana yang tidak benar. Karena itu mereka sebenarnya menghakimi diri sendiri karena

mereka pun melakukan hal yang sama. Di sini Paulus tidak menerangkan bahwa manusia

dibenarkan dan diselamatkan melulu karena iman, bukan karena perbuatannya.

Paulus mau meyakinkan orang Yahudi bahwa mereka pun layak dihukum, Orang

Yahudi yang mempunyai Taurat akan diadili menurut Taurat. Pada ay. 1 dan 3 Paulus

mengecam orang Yahudi yang mengadili orang lain tetapi yang juga melakukan sendiri apa

yang mereka kutuk. Paulus mengecam orang Yahudi yang merasa dirinya hebat dalam

banyak hal, tetapi yang tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka

menggantungkan diri pada Taurat dan merasa diri dekat dengan Allah (Roma 2:17), mereka

merasa tahu kehendak Allah dan tahu mana yang baik mana yang jahat (Roma 2:18). Mereka

tidak hanya bangga akan kemampuan dan keisti-mewaan diri sendiri, tetapi juga mau

menularkan keistimewaan dirinya kepada orang lain, yakni mau menjadi guru bagi orang lain

(Roma 2: 20). Orang-orang Yahudi tidak melaksanakan apa yang mereka banggakan dan

mereka ajar-kan. Justru karena perbuatan-perbuatan mereka itu maka Allah Israel dinistakan

di antara bangsa- bangsa (Roma 2 : 23-24).


Dalam kitab Roma 2 ini menggambarkan bahwa tidak ada orang yang mampu

memenuhi tuntutan Taurat. Jadi, ternyata kitab suci orang Yahudi sendiri memberi kesaksian

bahwa tidak ada orang yang benar di hadapan Allah karena melakukan hukum.

ROMA 3

Dalam konteks ini Paulus menuliskan mengenai dosa manusia. Paulus mau

membuktikan bahwa orang bukan Yahudi berdosa patut mendapat murka Allah, begitu juga

nasib orang Yahudi. Hal ini dikarenakan hukum Taurat ternyata tidak dapat membenarkan

manusia, maka dibutuhkan prinsip lain, yakni pembenaran oleh Allah secara cuma-cuma

melalui iman kepada Yesus yang telah mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia.

Di kitab Roma 3:22-23, karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan

kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena

penebusan dalam Kristus Yesus. Dengan frasa "semua orang" dimaksudkan orang Yahudi

maupun bukan Yahudi; mereka semua adalah pendosa sebagaimana telah dibuktikan oleh

Paulus pada 1:18 - 3:20.43 Manusia dibenarkan secara cuma-cuma oleh Allah bdk. 3:24; 5:17;

4:4. “Oleh kasih karunia semua orang telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena

penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus menjad ijalan pendamaian karena iman,

dalam darah-Nya." Karya keselamatan Allah dijelaskan dengan memakai tiga hal yaitu

pembenaran, penebusan dan pendamaian. Allah mendamaikan manusia dengan diri-Nya

dengan menjadikan Yesus sebagai pembayar "hutang" manusia; artinya, manusia

"berhutang" pada Allah, dan Allah yang mengambil inisiatif untuk membayar hutang

tersebut. Perikop berikutnya (3:21-31) berbicara tentang “iman yang membenarkan manusia”.

Secara keseluruhan konteks ini berbicara tentang manusia yang berdosa, dibandingkan

43
M. Zerwick - M. Grosverno, A Grammatical Analysis if the Greek New Testament Unabridged (Roma:
Biblical Institute Press, 1981). 446.
dengan kesetiaan Allah, dan iman kepada Yesus Kristus yang menyelamatkannya dari murka

Allah.

ROMA 4

Abraham adalah tokoh kebanggaan Israel. Dalam pasal ini Abraham mendapat

tempat penting dan disebutkan 9 kali (11 kali di seluruh kitab Roma). Kehidupan Abraham

memperkuat penjelasan Paulus dalam pasal 3:21-31 bahwa bukan karena hukum Taurat telah

diberikan janji kepada Abraham dan keturunan-nya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi

karena kebenaran, berdasarkan iman.” Ayat ini berbicara tentang janji Allah yaitu Abraham

akan memiliki dunia bukan karena hukum Taurat tetapi karena iman Abraham. Janji Tuhan

yang diterima oleh Abraham, diterimanya bukan karena melakukan hukum Taurat tetapi

karena Abraham percaya. Jadi berdasarkan iman Abraham menerima janji, bukan

berdasarkan hukum Taurat. Jika janji diberikan karena melakukan hukum Taurat maka janji

menjadi tidak berharga karena tidak ada seorangpun yang sempurna melakukan hukum

Taurat. Janji kepada Abraham diberikan bukan karena Abraham melakukan sesuatu. Janji

kepada Abraham diberikan karena Abraham percaya kepada Allah sehingga ia dibenarkan.

Dalam pasal ini Paulus ini bahwa manusia itu dibenarkan melulu karena iman, bukan karena

perbuatan. Paulus menguraikan kisah Abraham, bapa iman bangsa Israel dan semua orang

(ay. 1-5). Abraham tidak berbuat apa-apa, melainkan hanya percaya. Maka hal itu

diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran. Janji Allah kepada Abraham bahwa ia akan

menjadi bapa bangsa yang besar tidak berdasarkan jasa atau perbuatan Abraham, melainkan

janji cuma-cuma. hukum Taurat mendatangkan hukuman, sebab adanya hukum Taurat justeru

membuat manusia tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Tetapi hukum Taurat tidak

mampu menolong manusia untuk selalu memilih yang baik. Jadi, hukum Taurat malah

membuat pelanggaran manusia bertambah (Roma 4:15). Secara manusiawi tidak ada dasar
bagi abraham untuk berharap. Namun ternyata ia teguh dalam kepercayaannya kepada janji

Allah. Itulah yang membuat Allah menganggap benar Abraham (ay. 22).

ROMA 5

Dalam kitab Roma terdapat beberapa kata yang dipakai Paulus untuk menyatakan

tentang “dosa” manusia. Dalam 5:6 dikatakan tentang keadaan dosa sebagai “lemah”.

Harrison mengatakan bahwa kata lemah dalam ayat ini berarti ketidakmampuan untuk

melakukan kebenaran sesuai kehendak Allah.44 Jadi dapat dikatakan bahwa manusia memang

tidak memiliki kekuatan atau kemampuan (ability) untuk hidup dalam kebenaran Allah.

Dalam Roma 5:10 disebutkan kata “Seteru”, yaitu manusia, di luar Kristus adalah seteru

Allah. Perseteruan dengan Allah terjadi karena ketidakmampuan manusia untuk melakukan

kebenaran. Manusia pada dasarnya sudah berdosa (Rom 3:23) dan keadaan berdosa ini

digambarkan oleh Paulus sebagai “lemah” yang berarti ketidakmampuan untuk melakukan

kebenaran sesuai kehendak Allah.

Menurut Paulus Adam "adalah gambaran Dia yang akan datang" (yakni Kristus).

Adam adalah gambaran dari Kristus dalam arti yang bertentangan. Yang satu mendatangkan

dosa dan kematian bagi semua orang, yang lain menyebabkan pembenaran dan kehidupan

bagi semua orang. Tipologi Adam-Kristus nampak dari ayat ini, "Tetapi karunia Allah

tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua

orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan

karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus"

(5:15). Dalam kitab Roma 5:13 mengatakan bahwa dosa-dosa yang melawan hukum Taurat

sudah ada sebelum adanya Taurat, tetapi dosa-dosa semacam itu belum/tidak diperhitungkan

sebagai dosa.
44
Harrison, Everett F., “Romans” dalam Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III Consulting Editors,
Zondervan NIV Bible Commentary dalam Expositor's Bible Commentary, [computer file] (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan Publishing House, 1994)
ROMA 6

Dalam topik ini menjelaskan bahwa seorang Kristen tidak lagi menjadi hamba dosa.”

Kehidupan Kristen adalah sebuah kehidupan di mana dosa tidak lagi mengatur kita atau

memegang kontrol penuh atas hidup kita.

Dalam Roma 6:6 menyatakan “agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada

dosa.” Kata menghambakan diri berasal dari kata hamba yang artinya sebagai seorang

budak, menjadi seorang budak, diperbudak. Rupprecht menjelaskan mengenai budak sebagai

kepemilikan seseorang oleh orang lain.(Rupprecht, “Slave, Slavery” dalam Merrill C.

Tenney, General Editor dan Steven Barabas, Associate Editor, The Zondervan Pictorial

Encyclopedia of The Bible dalam Pradis. [Computer file], Electronic edition, (Grand Rapids,

Michigan: Zondervan Publishing House, 1992).

Paulus menjelaskan pernyataan tersebut sebagai wujud kehidupan Kristen, jangan lagi

menjadi seseorang yang dimiliki oleh dosa. Dalam Roma 6:6 kita sebagai seubyek,

sedangkan dalam Roma 6:12 dosa menjadi subyek, perhatikan “Sebab itu hendaklah dosa

jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu" Pernyataan “jangan berkuasa lagi”. Kehidupan

Kristen yang dijelaskan Paulus adalah sebuah kehidupan di mana dosa tidak lagi mengatur

kita atau memegang kontrol penuh atas hidup kita. Dalam Roma 6:12 kata "jangan selalu",

atau “jangan terus-menerus,” yang berarti “jangan menjadikannya sebagai kebiasaan”. (Roma

6:12, Cleon L. Rogers Jr. & Cleon L. Rogers III, The New Linguistic and Exegetical Key to

the Greek New Testament. dalam Pradis. [Computer file], Electronic edition, (Grand Rapids,

Michigan: Zondervan Publishing House, 1992).) Paulus bermaksud bahwa seorang Kristen

tidak lagi terus menerus dikendalikan oleh dosa. Dalam Roma 6: 13 terdapat tujuan ketiga

dari pengajaran Paulus, yaitu “serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk
menjadi senjata-senjata kebenaran.” Kita akan memperhatikan kata “serahkanlah” sebagai

kata kerja yang penting dalam ayat ini.

ROMA 7

Menurut Roma 7:5 bahwa, "hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat,

bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut." Sebab "mereka

yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah" (Roma 8:8). Namun

setelah mati terhadap dosa, orang kristen hidup kembali bersama Kristus bukan untuk

kembali ke kehidupan yang lama. Menurut Roma 7:8 dan 7:11, Hukum Taurat justru

memberi kesempatan kepada dosa untuk menguasai manusia. Oleh hukum Taurat orang

mengenal dosa (Roma 3:20). Hukum Taurat menunjukkan betapa buruknya dan hebatnya

kuasa dosa (ay. 13) dan menunjukkan betapa lemahnya manusia. Kuasa dosa itu begitu

memperbudak manusia, sehingga Paulus bisa berkata, "Jadi jika aku berbuat apa yang tidak

aku kehendaki, maka bukan aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku"

(Roma 7:20). Menurut Paulus dosa itu begitu menguasai manusia sehingga perbuatan

jahatnya seakan-akan dilakukan bukan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh dosa yang

menguasai dirinya. Ajaran Paulus mengenai hukum Taurat sering didekati melalui sudut

pandang pengalaman Paulus baik sebagai seorang rabi Yahudi maupun sebagai orang Yahudi

yang hidup di bawah hukum Taurat.45

ROMA 8

Dalam Roma 8, Paulus memberitakan bagaimana hukum Roh dapat membebaskan, bahkan

menjadi pancaran kekudusan hidup. Roh yang memberi hidup telah memberdayakan kamu

dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

45
George EldonLadd, Tologi Perjanjian Baru, 2 jilid. Diterjemahkan oleh Urbanus Selan dan Henry Lantang,
(Bandung: Kalam Hidup, 1999),II:268
Kata awal dalam Roma 8 dimulai dengan kata "Demikianlah". Hal itu menunjukkan bahwa

Paulus menggunakan pasal itu sebagai sambungan dari pasal sebelumnya.

Ayat 12 dan 13 memiliki kontras yang menggambarkan hidup lama dengan hidup baru.

Kehidupan lama (dalam daging) berakhir dengan kematian, sedangkan kehidupan baru

mencapai puncak dalam kemuliaan bersama Kristus. Kata berhutang dalam ayat 12 berarti

“orang yang mempunyai kewajiban”, kata ini adalah kata kunci dalam ayat 12. Kata ini

berarti orang yang mempunyai kewajiban hukum untuk melakukan sesuatu. orang percaya

masih mempunyai sifat dosa di dalam diri mereka, dan kita harus terus menerus mematikan

kekuatan perbuatan daging.

Dalam pasal ini, Paulus menunjukkan tema utama dalam surat Roma mengenai kehidupan

dalam Kristus. Dalam pasal ini, ia menunjukkan kekuatan Roh Allah yang ada di dalam hidup

orang percaya, yang berlawanan dari ketidaksanggupan Taurat. Pada sisi lain, ia

mengajarkan keamanan kekal orang-orang percaya yang hidup dalam Yesus Kristus. Hukum

Roh adalah kehidupan dalam Kristus Yesus dan menjadi jawaban Allah terhadap penderitaan

manusia. Allah harus membawa hukum lain, yang lebih tinggi dan lebih kuat dari Taurat,

hukum hati nurani dan hukum dosa. Hukum yang diberikan Allah adalah hukum dari roh dan

kehidupan Yang dinyatakan dalam Yesus Kristus (Yer. 31:31-34 ; 1 Kor. 9:21 ; Ibrani 8).

Dalam pasal 8:1 : 18-32, Paulus menguraikan wujud murka Allah yang melawan dosa

manusia. Dalam ayat itu, ia tidak menjelaskan apakah murka tersebut melawan Orang yang

tidak percaya saja atau juga orang percaya yang berdosa. Dosa yang dimaksudkan adalah

dosa orang yang tidak percaya dan juga dosa orang percaya. Orang percaya akan tetap

menggumuli hukuman tersebut selama mereka hanya melawan dosa dengan akal budi

mereka. Dalam pasal 7 dijelaskan bahwa hukuman tersebut adalah murka Alah atas dosa

yang di alami zaman ini (bukan hukuman kekal), tidak berlaku bagi kita yang ada didalam
Kristus Yesus, asal Kita tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (Hodges,

Halmahera. 71).

Hukum Taurat hanya dapat menuntut, dan tidak dapat menolong kita. Namun, dalam Yesus

Kristus, apa yang dituntut oleh hukum Taurat itu akhirnya digenap didalam kita, asal kita

tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Dengan demikian, kesucian Yang dituntut

oleh hukum Taurat adalah kerinduan dan tujuan kita. Namun caranya bukan melalui hukum

Taurat, melainkan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengatakan bahwa

Ia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, Ia datang untuk

menggenapi nya (Matius 5:17).

ROMA 9

Dalam Roma 9 Paulus mulai menerangkan pengharapan orang percaya terhadap umat pilihan

Allah, yaitu bangsa Yahudi atau umat perjanjian lama supaya mereka pun mendapat bagian

atas kasih karunia Tuhan Yesus dalam perjanjian baru.

Dalam kasih Kristus kepada umat-Nya, Ia mengorbankan diri-Nya dan menerima kutuk.

Kutuk itu diterima-Nya sebagai orang berdosa sehingga Ia dibunuh dengan cara yang

sangatbkejam, menjadi orang kutukan.


ROMA 10

BAB V

Eksposisi Roma 16

Kitab Roma 16 adalah pasal terakhir dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, bab ini terisi

tentang ucapan salam dan penghargaan Paulus terhadap para rekannya dalam iman dan

peringatan terhadap mereka yang menyebarkan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan

ajaran Kristus.

Paulus memulai bab ini dengan memberikan salam kepada para anggota jemaat di Roma. Ia

menyebutkan beberapa Nama-nama orang Yang telah menjadi rekan-rekannua dalam

pelayanan Tuhan. Seperti Febe, priskaaa dan Akwila, epenetus, Maria, dan Andronikus dan

Yunion. Paulus juga menyampaikan salam dari para anggota jemaat di Korintus.

Selanjutnya Paulus memberikan peringatan kepada para anggota jemaat untuk mewaspadai

orang-orang yang menyebar ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Ia mengatakan

bahwa mereka harus berhati-hati dan menjauhkan diri dari orang-orang yang menyebabkan

perpecahan dan mempervayakaj orang-orang dengan ajaran-ajaran palsu.

Paulus juga memberikan pujian kepada para anggota jemaat karena kesetiaan mereka dalam

melayani Tuhan. Ia mengatakan bahwa seluruh jemaat di Roma telah terkenal karena iman

mereka dan bahwa ia bersyukur kepada Tuhan karena hal tersebut.


Bab ini diakhiri dengan doa dan pujian kepada Allah. Paulus mengatakan bahwa Allah

memiliki kekuasaan yang besar dan bahwa semua kemuliaan harus diberikan Kepada-Nya.

Iman juga mengatakan bahwa seluruh jemaat yang ada diRoma menyampaikan salam kepada

mereka yang berada ditempat-tempat lain.

Dalam keseluruhan, bab ini memberikan penekanan pada pentingnya persatuan dan kesetiaan

dalam iman Kristen dan juga peringatan tentang bahaya yang dihadapi oleh para anggota

jemaat dalam menghadapi pengaruh ajaran-ajaran palsu.

5.1 Analisis Teks Roma 16:1-2

Roma 16 adalah pasal terakhir dari surat Roma. Pasal ini dibagi menjadi tiga perikop oleh

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), yaitu: Salam, Peringatan, dan Segala kemuliaan bagi

Allah. Tiga perikop ini saya klasifikasikan sendiri, sebagai: salam kepada saudara seiman dan

sepelayanan (16:1-16, 21-24), peringatan akan bahaya perpecahan (16:17-20), dan salam

terakhir Paulus. Perikop pertama adalah tentang salam kepada saudara seiman/sepelayanan.

Geneva Bible Translation Notes menafsirkan bahwa nama-nama saudara seiman/sepelayanan

itu disebutkan dan diberi salam bertujuan agar jemaat di Roma mengetahui siapa yang paling

dihargai dan juga kepada siapa mereka harus mengikuti. Dengan kata lain, melalui

penyebutan nama-nama di dalam salamnya, Paulus ingin agar jemaat Roma mengenal orang-

orang yang disebutkan dan mengikuti mereka.

Di ayat 1, Paulus menyatakan, “Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang

melayani jemaat di Kengkrea,” Sebagai pembukaan terhadap salamnya, Paulus menyapa

Febe. New International Version (NIV) Spirit of the Reformation Study Bible memberikan

keterangan tambahan tentang Febe, yaitu Febe adalah seorang pembawa surat Paulus. Selain

itu, Febe adalah seorang Yunani dan menjabat sebagai pelayan Tuhan di jemaat Roma. Kata
“servant” di dalam NIV, King James Version (KJV), dan mayoritas Alkitab terjemahan

Inggris di dalam bahasa aslinya menggunakan kata diakonos yang diterjemahkan:

diaken/pelayan (minister). Analytical-Literal Translation (ALT) menambahkan satu kata

setelah servant yaitu deaconess (diaken wanita).

NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan penjelasan bahwa ada sedikit

persetujuan tentang jabatan Febe, apakah ia benar-benar seorang diaken di gereja ataukah ia

hanya melayani Tuhan di gereja (bukan diaken). Sedangkan Albert Barnes, Adam Clarke,

dan Matthew Henry di dalam tafsiran mereka menegaskan bahwa Febe adalah seorang diaken

yang melayani di Kengkrea. Menurut Adam Clarke di dalam tafsirannya Adam Clarke’s

Commentary on the Bible, diaken pada waktu itu bertugas mengurus para petobat wanita

untuk dibaptis, mengajar para katekumen atau para calon baptisan, mengunjungi orang sakit

dan mereka yang ada di dalam penjara. Syarat diaken ditetapkan di dalam 1 Timotius 3:8-9.

Lalu, Febe dikatakan melayani jemaat di Kengkrea.

Paulus menyebut Febe sebagai saudara. Dr. John Gill menafsirkan “saudara” ini bukan

saudara secara jasmaniah, namun secara rohaniah. Paulus menyebut Febe, seorang

perempuan sebagai saudara seiman. Di dalam tradisi Yahudi, ada pemisahan antara pria dan

wanita, bahkan di dalam ibadah. Paulus menerobos budaya Yahudi dengan pengertian

integratif bahwa pria dan wanita itu sama di mata Tuhan dan di dalam persekutuan di dalam

Kristus, meskipun masih ada perbedaan natur dan otoritas di antara keduanya.

5.2 Analisis Teks Roma 16:1-2 dalam Terang Kitab Roma


Daftar Pustaka

Sugiyono, Metode Pnelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2010), 222.

Harianto, Metode Kuantitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama” 31.

Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 2004), 125.

Yakop Tomatala, Pengantar Metodologi Riset (Jakarta: Institut Filsafat Theology dan kepemimpinan Jeffray,

2004) 31.

Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 149.

Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitaif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Kudus Hidup, 2004), 62.

Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”

(Surabaya : Sekolah Tinggi Bethany Surabaya) 60.

Harianto, Metodologi Kuantitatif & Kualitatif “Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama”

(Surabaya : Sekolah Tinggi Bethany Surabaya) 65.

Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990) 55.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010) 222.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Asdi Mahasatia, 2006) 150.

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) 41-42.

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) 71.

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009) 174.

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2014) 308.

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Prenada Media Group, 2005) 57

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2012) 245

Dave Hagelberg, Th.M.Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.(Kalam Hidup 2016)

Bruce, F.F. 1963.The Epistle Of Paul to the Romans: Tyndale New Testament Commentaries. Grand Rapids:

Wm. B. Eerdmans Publishing Company.

Dave Hagelberg, Th.M.Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.(Kalam Hidup 2016)

Barclay, William. 1983.Pemahaman Alkitab Setiap HARI:Roma. Jakarta:BPK Gunung Mulia


Cranfield, C.E.B 1975. A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The International

Critical Commentary. Edinburgh T. & T. Clark Limited

https://alkitab.sabda.diakses pada 10 oktober 2022

Dr.RA. Jaffray.Tafsiran Surat Roma.Kalam Hidup. 2007

Cranfield, a Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans: The International Critical

Commentary. Edinburgh T. & T. Clark Limited. C.E.B. 1975. Halaman 46-47

Anda mungkin juga menyukai