Anda di halaman 1dari 3

Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang termasuk dalam lingkup

penelitian kepustakaan/studi pustaka (library research), yang memprioritaskan datanya dari


sumber-sumber tertulis buku, jurnal, dokumen dan berbagai literartur lain yang berkaitan
dengan objek penelitian (Diversitas agama sebagai potensi kemajuan bangsa). 1 dengan lebih
menitikberatkan pada olahan filosofis-teoritik dan sistematis-reflektif. 2

Setidaknya ada empat ciri utama penelitian pustaka ini yang harus diperhatikan oleh
peneliti (researcher), pertama, peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data angka,
bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata (eyewitness) berupa
kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Kedua, data pustaka bersifat data perpustakaan
bersifat "off-the-shelf" (ready made). Artinya, peneliti hanya berhadapan langsung dengan
sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber
sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data
orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu.3

Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menemukan tema-tema


yang relevan dengan topik penelitian. Tema-tema yang menjadi fokus utama pembahasan
adalah sebagai berikut:

1. Diversitas agama sebagai sumber kekuatan dan kreativitas


2. Diversitas agama sebagai pendorong toleransi dan dialog antar umat beragama

Tema-tema tersebut kemudian dibahas secara mendalam untuk memberikan


pemahaman yang komprehensif tentang potensi diversitas agama sebagai modal kemajuan

1
Mestika Zed mengungkapkan, riset pustaka/studi pustaka tidak dimaknai sekedar membaca dan
mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang. Tetapi, studi pustaka
merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2008),. Lanjutnya (Mestika Zed), setidaknya ada tiga alasan mengapa peneliti membatasi
penelitiannya pada studi pustaka/teks: pertama, persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat
penelitian teks/pustaka dan tidak membutuhkan datanya dari riset lapangan, kedua, studi pustaka/teks diperlukan
sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi pendahuluan (preliminary research) untuk memahami lebih dalam
gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat, dan ketiga, data pustaka tetap handal
untuk menjawab persoalan penelitiannya.
2
Penelitian sistematis-reflektif seperti ini membahas salah satu masalah pokok dalam kehidupan
manusia, yang merupakan fenomena cukup sentral, seperti bahasa, validitas pengetahuan, kebebasan,
komunikasi, kebaikan, keadilan, cinta, simbol, persepsi tentang Tuhan, dan sebagainya. Signifikansi penelitian
ini adalah untuk mencapai pemahaman mendasar tentang pokok-pokok sentral dimaksud, sehingga sintesis yang
dibuat tidak menambah pemahaman serba baru, tapi menyeimbangkan semua yang telah ditemukan.
Selanjutnya, dari semua bahan dan telaahan tersebut terjadi suatu pendobrakan pemikiran, yang bertitik tolak
dari asumsi yang baru. Lihat Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta: RajaGrapindoPersada,1997),
Hlm. I25.
3
Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, 4-5.
bangsa. Selain itu, dalam tulisan di atas juga terdapat saran-saran untuk mewujudkan potensi
diversitas agama sebagai modal kemajuan bangsa. Saran-saran tersebut juga didasarkan pada
hasil analisis data kualitatif.

Secara umum, metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini dapat dikatakan
data-data (sumber) yang diperoleh cukup memadai untuk mendukung pembahasan dimana
analisis data juga dilakukan secara komprehensif dan mendalam.

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang termasuk dalam bidang penelitian
kepustakaan, meliputi bahan-bahan dokumenter, buku, majalah, dokumen, dan berbagai dokumen
lain yang berkaitan dengan objek penelitian (Diversitas agama sebagai potensi kemajuan nasional)
Penekanan pada pemrosesan rekursif teoritis dan sistematis filosofis.

Setidaknya ada empat ciri penting penelitian kepustakaan yang harus diperhatikan peneliti.

Pertama, peneliti terlibat langsung dengan data tekstual atau numerik daripada keahlian langsung
atau saksi mata dalam bentuk peristiwa, orang, atau objek lain.

Kedua, data perpustakaan bersifat “off-the-shelf”.

Artinya peneliti bekerja secara langsung hanya dengan sumber-sumber yang sudah tersedia di
perpustakaan.

Ketiga, data perpustakaan pada umumnya merupakan sumber sekunder dalam artian peneliti
memperoleh bahan sekunder dibandingkan data asli yang diperoleh langsung di lapangan.

Keempat, keadaan data perpustakaan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Selanjutnya kami menganalisis data secara kualitatif untuk menemukan tema-tema yang berkaitan
dengan topik penelitian.

Topik utama diskusi adalah:

1. Keberagaman agama sebagai sumber kekuatan dan kreativitas

2. Keberagaman Beragama Sebagai Pendorong Toleransi dan Dialog Umat Beragama Topik-topik
tersebut selanjutnya kami bahas secara mendalam guna mengembangkan pemahaman
komprehensif mengenai potensi keberagaman agama sebagai modal kemajuan nasional Masu.

Selain itu, artikel di atas juga memberikan saran bagaimana memanfaatkan potensi keberagaman
agama sebagai aset kemajuan nasional.

Saran-saran tersebut juga didasarkan pada hasil analisis data kualitatif.


Secara umum penelitian ini dapat digambarkan sebagai suatu metode penelitian yang data (sumber)
yang diperoleh cukup untuk mendukung argumentasi, dan dilakukan analisis data secara
menyeluruh dan rinci.

Mestika Zed mengungkapkan, riset pustaka/studi pustaka tidak dimaknai sekedar membaca dan
mencatat literatur atau buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang. Tetapi, studi
pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Mestika Zed, Metode Penelitian
Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008),. Lanjutnya (Mestika Zed), setidaknya ada tiga
alasan mengapa peneliti membatasi penelitiannya pada studi pustaka/teks: pertama, persoalan
penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian teks/pustaka dan tidak membutuhkan datanya
dari riset lapangan, kedua, studi pustaka/teks diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi
pendahuluan (preliminary research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah
berkembang di lapangan atau dalam masyarakat, dan ketiga, data pustaka tetap handal untuk
menjawab persoalan penelitiannya.

Mestika Zed mengatakan bahwa penelitian kepustakaan/library research tidak hanya dipahami sebagai membaca
literatur dan buku serta mencatat saja, seperti yang sudah banyak dipahami oleh banyak orang. Namun
penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat, serta cara mengolah bahan penelitian. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan
(Jakarta: Yayasan Obol Indonesia , 2008). Lanjutnya (Mestika Zed) setidaknya ada tiga alasan mengapa peneliti
membatasi penelitiannya pada penelitian perpustakaan/dokumen: Pertama, pertanyaan penelitian hanya dapat
dijawab melalui penelitian dokumen/perpustakaan dan tidak dapat dijawab dari penelitian lapangan. Kedua,
penelitian pustaka/teks diperlukan sebagai salah satu fase terpisah. Yaitu penelitian pendahuluan (penelitian
eksploratif) untuk lebih memahami fenomena-fenomena baru yang terjadi di lapangan atau masyarakat, dan
yang ketiga, agar data pustaka tetap terjaga reliabilitasnya untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai