Anda di halaman 1dari 108

KATA PENGANTAR

Bioremediasi dapat diartikan sebagi pemanfaatan


kemampuan mikroba tertentu, baik kelompok heterotrofik
bakteri maupun fungi, untuk mendegradasi bahan-bahan
organik berbahaya menjadi tidak berbahaya seperti
karbondioksida, metana, air, garam-garam anorganik dan
biomassa.

Hingga saat ini industri pertanian masih menjadi


andalan bagi kepentingan manusia, di lain pihak tidak semua
produk industri pertanian terbebas dari bahan buangan yang
berupa limbah. Limbah industri pertanian khususnya llimbah
cair umumnya memiliki volume yang besar, kondisi ini akan
mengancam ekosistem perairan dimana sungai menjadi muara
pembuangan limbah tersebut. Bioremediasi merupakan saah
satu metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran
bahan organik limbah cair industri pertanian.

Bertolak dari hal tersebut, penulis menyusun buku yang


berjudul Bioremediasi Limbah Cair Nanas. Dari judul
tersebut ada 4 hal utama yang akan dibahas, yaitu 1) Apakah
bioremediasi itu dan bagaimanakah mekanismenya 2)
Teknologi apa sajakah yang dapat digunakan untuk pengolahan
limbah cair secara biologis 3) Bagaimanakah bakteri indigen
mampu mendegradasi limbah cair nanas. Agar para pembaca
lebih mudah memahami, penulis melengkapi dengan
gambar-gambar yang relevan yang diperoleh dari berbagai
sumber. Penulis berharap buku ini dapat melengkapi buku-
buku mengenai pengelolaan lingkungan hidup, khususnya
yang berkaitan dengan bioteknologi lingkungan.

i
Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi DAFTAR ISI
tentang bakteri indigen pada Limbah Cair Nanas yang memiliki
kemampuan untuk meremidiasi limbah tersebut sampai Halaman
diperoleh limbah yang aman bagi lingkungan. Keamanan KATA PENGANTAR……………………………………... i
effluent ditunjukan oleh kenaikan derjat keasaman dan
DAFTAR ISI........................................................................ iii
penurunan bahan orgamik ditunjukkan oleh BOD, COD dan
TSS yang memenuhi ambang baku mutu. Bakteri indigen ini
DAFTAR TABEL................................................................ vi
perlu dipublikasikan sehingga potensi lokal dapat diakses oleh DAFTAR GAMBAR........................................................... vii
masyarakat. Atas terbitnya buku ini, dengan rendah hati penulis BAB I PENDAHULUAN................................................ 1
mengucapkan terima kasih Direktorat Penelitian dan BAB II BIOREMEDIASI................................................. 8
Pengabdian Kepada Masyarakat melalui program Hibah A. Mekanisme Bioremediasi................................ 9
Bersaing sehingga produk buku ini bisa diterbitkan. Terima B. Bakteri Berperan Dalam Bioremediasi............ 11
kasih juga penulis sampaikan kepada PT GGP Lampung C. Bioremediasi Senyawa Organik...................... 13
khssusnya bagian Quality Assurance Departement bapak Ir. D. Proses Transformasi yang Terjadi Selama
Julius Sugarjanto dan mas Mundir dengan penuh kerelaan dan Bioremediasi.................................................... 16
kesabaran telah membantu semua keperluan penelitian di IPAL E. Metabolisme Bakteri Pengurai........................ 18
GGP Lampung.
F. Pertumbuhan Bakteri Pengurai dan Proses
Teman-teman tim peneliti Dr. Heing Widowati, M.Si, Dra. Transformasi dalam limbah…………………. 21
Ratini, M.Pd dan mahasiswa S1 dan S2 Penididkan 1. Bakteri Pengurai Senyawa Asam….….... 25
Biologi Universitas Muhammadiyah Metro yang telah 2. Bakteri Pengurai Karbohidrat................... 26
terlibat dalam penelitian payung untuk menyusun tesis dan 3. Bakteri pengurai Protein……………….. 31
skripsnya. Tegur sapa yang positif untuk menyempurnakan G. Bakteri Limbah Cair Nanas............................ 32
buku ini sangat penulis harapkan. H. Hubungan antara Karbon dan Nitrogen dalam
Proses Pengolahan Limbah Cair Nanas........... 36
Metro, Agustus 2014 I. Konsorsia Bakteri Indigen dan Interaksi
dengan Limbah............................................... 37
Penulis J. Metode Bioremediasi..................................... 42
BAB PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA
III BIOLOGIS.......................................................... 52
A Peranan Mikroorganisme dalam Proses
Pengolahan Secara Biologis............................ 54
B Proses Pengolahan Air Limbah dengan
Sistem Lumpur Aktif....................................... 60
ii iii
1. Variabel Operasional di dalam Proses 2. Penguarian Dua tahap………………….. 108
Lumpur Aktif …………………………... 63 3. Proses Mikrobiologi dalam Penguraian
2. Masalah yang Sering Dijumpai Dalam Anarob…………………………………. 109
Proses Lumpur Aktif................................ 71 4. Pengolahan Lanjut……………………… 116
C. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Film 5. Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-
Mikrobiologis (Biofilm)................................. 75 Aerob……………………………………. 121
1. Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis BAB BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR NANAS
(Biofilm)………………………………… 75 IV DENGAN BAKTERI INDIGEN……………… 122
2. Prinsip Pengolahan Air Limbah Dengan A. Limbah Cair Nanas………………………….. 122
Sistyem Biofilm………………………… 77 1. Proses Produksi Nanas dalam Kaleng….. 122
3. Keunggulan Proses Biologis Biakan 2. Karakteristik Limbah Cair Nanas……… 128
Melekat (Biofilm)………………………. 80 3. Pengolahan Limbah Cair Nanas dengan
1. Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Konsorsia Bakteri Indigen……………… 136
Trickling Filter………………………………. 82 B. Bakteri Indigen Berpotensi menetralkan pH
1. Disain Parameter Operasional…………. 85 dan Mendegradasi Bahan organik dalam
2. Masalah yang Sering terjadi pada Proses Bioremediasi…………………..…………… 149
Trickling Filter…………………………. 86 C. Potensi Konsorsia Bakteri Indigen
2. Pengolahan Air Limbah dengan Proses mentralkan pH dan Degradasi bahan
Reaktor Biologis Putar (Rotating Biological Organik…………………………………….. 156
Contactor, RBC)………………………… … 87 D. Starter yan Efektif dalam Bioremediasi
1. Proses Pengolahan……………………… 90 Limbah Cair Nanas…………………………. 162
2. Kontaktor (Reaktor) Biologis Putar……. 92 E. Bioremediasi Sebagai Upaya Pengelolaan
3. Pengendap Akhir………………………. 93 Limbah yang Efisien………………………… 170
4. Bak Khlorinasi………………………….. 94 DAFTAR RUJUKAN…………………………... 182
5. Bak Pemekat Lumpur…………………… 94 GLOSARIUM………………………………….. 200
6. Keunggulan dan Kelemahan RBC……… 95 INDEKS……………………………………….. 209
7. Masalah yang Terjadi Pada Proses RBC 96
F. Proses Biofilm atau Biofilter Tercelup
(Submerged Biofilter)……………………….. 99
G. Proses Pengolahan Air Limbah dengan
Anaerob-Aerob……………………………… 103
1. Penguraian Satu tahap………………….. 107
iv
v vi
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Tabel Hal
2.1 Molekul, Enzim, Tipe Reaksi dalam Siklus Asam 21 Gambar Hal
Sitrat. ……………………………………………… 1.1 Pendayagunaan enzim dan Sel (Mikroba,
2.2 Macam-macam Fermentasi Karbohidrat…………… 28 tanaman, hewan) secara Teknologis……………. 5
2.3 Hasil Isolasi Bakteri Limbah Nanas………………… 33 2.1 Mekanisme Bioremediasi oleh bakteri………… 13
2.4 Tipe Fermentasi Asam, Macam Organisme dan 33 2.2 Bioremediasi Senyawa Organik paad Skala
Produk Akhir ……………………………………….. Mikroskoipis ……………………………………. 15
2.5 Tahapan dan cara Pengolahan Air Limbah…………. 44 2.3 Dekomposisi dari Bahan-bahan yang Terdapat
3.1 Proses Pengolahan secara Biologis yang Umum dalam Limbah …………………………………. 17
Digunakan Untuk Air Limbah ……………………… 58 2.4 Siklus Asam Sitrat……………………………… 20
3.2 Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Air 3.1 Klasifikasi Proses Pengolahan Air Limbah
Limbah Dengan Proses Biologis Aerobik………. 70 secara Biologis………………………………. 54
3.3 Masalah yang Sering Terjadi pada Proses Lumpur 3.2 Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses
Aktif…………………………………………………. 71 Lumpur Aktif…………………………………… 62
3.4 Parameter Disain Trickling Filter………………… 85 3.3 Klasifikasi Cara Pengolahan Air LImbah dengan
3.5 Perbandingan Luas Permukaan Spesifik Media Biofilter 103 Proses Film mikroorganisme (Biofilm)……….. 76
4.1 Kualitas Limbah Cair Nanas (LCN) sebelum masuk 3.4 Mekanisme Proses Metabolisme di dalam Sistem
IPAL bulan Nopember 2008……………………….. 129 Biofilm…………………………………………. 79
4.2 Kandungan Hara Limbah Cair Nanas (Januari-Juli 3.5 Mekanisme Penghilangan Amonia di dalam
2008)……………………………………………….. 129 Proses Biofilter………………………………….. 80
4.3 Karakterisasi Limbah Cair Nanas dari Berbagai 3.6 Diagram Proses Pengoalhan Air Limbah Dngan
Peneliti ……………………………………………… 131 Sistenm Trickling Filter…………………………. 83
4.4 Kandungan Asam Organik Limbah Cair Nanas …… 132 3.7 Penampang Bak Trickling Filter………………….. 85
4.5 Hasil Analisis Limbah Nanas ……………………… 132 3.8 Mekanisme Proses Penguraian Senyawa
4.6 Produksi dan Estimasi Limbah PT GGP…………. 133 Organik oleh Mikroorganisme di dalam RBC. 90
4.7 Kualitas Limbah Cair Nanas (LCN) sebelum masuk 3.9 Diagram Proses Pengolahan Air Kimbah
IPAL Nopember 2008………………………………. 135 dengan Sistem RBC………………………….. 91
3.11 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah
dengan proses Biofilter Aerob-anaerob…… 106
3.12 Penguraian Anaerob Satu tahap………………... 108

vii
2

Gambar Hal BAB I


3.13 Penguraian Anaerob-Aerob……………………. 109
3.14 Kelompok Bakteri Metabolik yang Terlibat PENDAHULUAN
dalam Penguraian Limbah Sistem Anaerobik….. 110
4.1 Skema Umum Pembuatan Buah dalam Kaleng … 126
4.2 Pengelompokan Bahan yang Terkandung di dalam Bumi Indonesia yang subur telah memberikan
Air Limbah ........................................................... 127 kesejahteraan bagi kita, selayaknya kita syukuri dam kita
Skema Proses Pembuatan Nanas Kaleng dan Jus cintai. Bukti mencintai adalah viii
memelihara bukan saja
Nanas PT GGP………………………………….. 127
untuk kita sekarang tetapi untuk anak cucu kita kelak.
4.5 Perubahan pH, BOD, COD dan TSS Limbah Cair
Nanas oleh Konsorsia Bakteri…………….. 144 Jangan sampai kita menyengsarankan generasi mendatang
4.6 Viabilitas Ikan pada Pemeliharaan Media A hasil karena kita berbuat aniaya kepada bumi dimana saat ini
bioremediasi dan Media B Limbah Cair Nanas. 145 kita berada.
4.6 Aktivitas Enzim Amilase……………………….. 152
4.7 Aktivitas Enzim Protease……………………….. 153 Futuris Amerika, Alvin Toffler (1980) membuat
4.8 Struktur Molekul Quorum sensing……………. 170 prognosa dalam buku Gelombang Ketiga (The Third
4.9 Proses Penelitian Tahap 1 s.d 4 Bioremediasi Wave) yang sangat terkenal. Prognosa itu berisi tentang
LCN dengan konsorsia Bakteri indigen………… 174
empat teknologi yang akan sangat berperan dalam
kebudayaan manusia di abad 20-21. Keempat teknologi
tersebut adalah mikroelektronika, teknologi energi
altematif, aeronautika, dan bioteknologi.
Perkembangan bioteknologi sebagai bidang
antardisiplin yang memberi harapan untuk
memecahkan problem yang dihadapi mariusia.
Padahal penerapan proses-proses bioteknologis
2
sebenamya telah berabad-abad lamanya dikenal dan
dibudidayakan oleh umat manusia.
Di penghujung abad ke-20 bioteknologi telah
menjadi salah satu kegitan industri terutama di negara-
1
4

negara maju. Sebaliknya upaya pengembangan dan pengusahaannya dalam bentuk industri pada tahun 1944. Pada
penerapannya di negara-negara berkembang rnasih banyak era ini (dan sampai sekarang) kegiatan bioteknologi diwamai oleh
menghadapi masalah dan dilema. Hal ini karena proses produksi industri antibiotika asam organik dengan
bioteknologi rnernerlukan padat modal untuk penelitian dan fermentasi. Masa tersebut dikenal sebagai era antibiotika.
penerapannya. Selain itu, juga memerlukan dukungan sumber Bioteknologi generasi ketika melejit secara pesat pada
daya manusia. paruh tahun 1970-an dengan diterapkannya rekayasa genetika
Pengetahuan manusia tentang bioteknologi berawal untuk memperbaiki sifat organisme sebagai "agen" yang
dari pembuatan rnakanan dan minuman secara fermentasi. Seni berperan penting dalam bioproses. Berbagai produk farmasi dan
pembuatan pangan terferrnentasi tersebut telah dikenal oleh kedokteran yang bernilai tinggi seperti interferon, hormon, dan
masyarakat Babilonia sejak 6.000 tahun SM, jauh sebelum vaksin diproduksikan berkat rekayasa genetika.
Louis Pasteur mencetuskan temuannya tentang peran mikroba Perkembangan proses bioteknologi tidak lepas dari
atau jasad renik dalam fermentasi. peran enzim. suatu biokatalis. Pengkajian sifat dan kinetika reaksi
Minuman khas Jepang (sake), bir, anggur, keju, enzimatis dan perkembangan peralatan analisis, seperti
yoghurt, dan pangan radisional Indonesia (tempe, oncom, kristalografi sinar X dan spektrofotometer massa yang
acar, dan peda) merupakan contoh hasil proses bioteknologi ditopang oleh rekayasa genetik tersebut telah
tradisional. Tahapan ini disebut bioteknologi generasi memungkinkan para pakar biokimia merekayasa struktur enzim
pertama atau era pra-pasteur. Tahap ini dicirikan oleh sesuai dengan sifat yang diinginkan. Perekayasaan struktur (tiga
pernanfaatan atau pendayagunaan mikroba (bakteri, dirnensi) enzim ini dikaji dalam bidang protein engineering
kapang, khamir) untuk pengawetan dan atau pembuatan yang saat ini memberi corak perkembangan bioteknologi
makanan/minuman. Sampai tahun 1940-an, penggunaan generasi keempat.
mikroba juga dikembangkan untuk produksi bahan Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-
kimia (aseton butanol, asam sitrat) dan biomassa prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan untuk
(Mangunwidjaya, 1994). 3 penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen
Bioteknologi generasi kedua dimulai ketika biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa (OECD,
ditemukan penisillin oleh Fleming (1928) dan permulaan 1982).
5

Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan


organisme hidup atau bagian organisme untuk membuat
atau memodifikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau
mengembangkan rnikroorganisme untuk penggunaan
khusus (OTA-US, 1982).
Suatu batasan lain menyatakan bahwa
bioteknologi merupakan penggunaan terpadu biokimia,
mikrobiologi, dan ilmu-ilmu keteknikan dengan bantuan
mikroba, bagian-bagian mikroba atau sel dan jaringan Gambar 1.1 Pendayagunaan enzim dan Sel (Mikroba, tanaman, hewan)
secara Teknologis.
organisme dengan lebih tinggi dalam penerapannya Sumber (Padirac, 1985, Mangunwidjaya, 1994).
secara teknologis dan industri (EFB, 1983).
Selain itu, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi,
Apa pun batasan yang diberikan oleh para
muncul sumber pencemaran lingkungan tidak hanya berupa
pakar yang jelas dalam proses bioteknologis terkandung
bahan-bahan organik alami yang mudah didegradasi secara
tiga hal pokok sebagai berikut.
alami pula. Senyawa-senyawa organik alami seperti bahan
a. Agen biologis (mikroba, enzim, sel tanaman,
bahan organik dan senyawa organik sintetik ciptaan manusia
sel hewan).
seperti pestisida dan plastik ternyata tidak mudah
b. Pendayagunaan secara teknologis dan
didegradasi oleh mikroba perombak polutan. Selain itu,
industrial
pencemaran yang tidak melibatkan senyawa organik, tetapi
c. Produk dari jasa yang dipeoleh (Gambar 1.1.).
disebabkan oleh aktivitas manusia ternyata juga menimbulkan
masalah yang cukup rumit, misalnya masalah pencemaran
logam berat dan masalah acid mine drainage di area
pertambangan dan pertanian.
6 7

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, secara memakan biaya yang cukup besar. Selain itu, metode ini
umum masalah pencemaran lingkungan dapat memerlukan teknologi dan peralatan canggih untuk menarik
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu : kembali bahan kimiawi dari lingkungan agar tidak
1. Conventional pollution, yaitu masalah pencemaran menimbulkan dampak negatif yang lain (Schwille, 1967).
lingkungan yang diakibatkan oleh pencemar- Burt Ensley, seorang peneliti dari Universitas
pencemar yang berupa bahan-bahan organik alami. Rutgers, New Jersey mengungkapkan bahwa pemulihan
2. Novel pollution, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh lingkungan dengan bioremediasi akan mengurangi biaya
bahan-bahan ciptaan manusia (man-made substances) operasional sekitar 50% dibandingkan pemulihan secara
maupun oleh aktivitas manusia. fisik maupun kimiawi. Contohnya pada tahun 1996,
Salah satu contoh pencemaran Novel pollution adalah Ensley mengestimasikan untuk membersihkan sekitar satu
pencemaran oleh industri pertanian salah satunya adalah hektar tanah yang terkontaminasi timah hitam atau minyak
makanan dalam bentuk prudok pengalengan nanas. bumi akan menelan biaya sekitar 600.000 dolar AS,
Mengingat dampak pencemaran lingkungan industri sedangkan dengan metode bioremediasi biaya yang
pertanian baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi dibutuhkan hanya sekitar 80.000 sampai 260.000 dolar AS
cukup serius, maka manusia terus berusaha untuk mencari (Nugroho, A. 2006).
teknologi yang paling mudah, murah dan tidak menimbulkan
dampak lanjutan. Menurut Harayama (1995) dari segi biaya
dan kelestarian lingkungan, bioremediasi lebih murah dan
berwawasan lingkungan dibandingkan dengan metode
pemulihan lingkungan baik secara fisika maupun kimiawi.
Secara fisika, pemulihan lingkungan yang
tercemar memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk
menurunkan atau menghilangkan materi yang tercemar.
Begitu pula pemulihan lingkungan secara kimiawi.
Penggunaan senyawa kimia sebagai penetralisir juga
9 10

BAB II pendegradasi menghasilkan enzim-enzimnya secara


BIOREMEDIASI optimal. Optimalisasi kondisi lingkungan dilakukan agar
aktivitas metabolisme mikroba dapat terselenggara dengan
baik.
Bioremediasi merupakan teknik memperbaiki
lingkungan melalui suatu proses yang memanfaatkan Metabolisme menurut (Droste, 1997).adalah proses
keberadaan organisme di alam untuk mentransformasikan transformasi secara kimia dan pembentukan energi untuk
substansi-substansi organik menjadi hasil samping yang kehidupan mikroorganisme dan berkembang biak.
tidak toksik (EPA, 2000; Encarta, 2001). Menurut Kecepatan metabolisme dan pertumbuhan mikroba
Bachrudin (2000) pemanfaatan mikroba sebagai agen tergantung dari variabel-variabel kimia dan fisika
bioteknologi makin meningkat, karena beberapa hal antara lingkungannya. Kebutuhan utama bagi metabolisme
lain (1) reproduksinya mudah dan dapat dikendalikan, (2) mikroorganisme yang memiliki respirasi secara aerob
substrat pertumbuhan relatif murah, bahkan dapat adalah ada tidaknya oksigen dalam lingkungan. Demikian
menggunakan limbah pertanian, (3) dapat menghasilkan pula beberapa variabel yang perlu dikendalikan terutama
enzim yang cukup banyak sehingga potensial adalah suhu dan pH. Selain itu substrat, nutrien, senyawa-
dikembangkan untuk skala industri Proses mengubah senyawa lain serta mineral, juga toksin-toksin dapat
senyawa pencemar organik yang berbahaya menjadi menghambat metabolisme, pertumbuhan mikroba. Teknik
senyawa lain yang lebih aman dengan memanfaatkan bioremediasi didasarkan pada kemampuan beberapa
organisme melibatkan proses degradasi molekular melalui mikroorganisme untuk mengkatabolisme substrat dan
aktifitas biologis. nutrien melalui mekanisme bioremediasi.
Organisme yang berperan dalam bioremediasi A. Mekanisme Bioremediasi
dapat berupa tumbuhan, jamur dan bakteri, sedangkan
dalam proses biodegradasi lebih banyak menggunakan Bioremediasi merupakan suatu proses yang
bakteri. Bakteri memiliki keunggulan dibanding jamur. melibatkan mikroorganisme, fungi, tanaman hijau maupun
alga dan tumbuhan karena waktu mengaktifkan inokulum enzim yang dihasilkannya untuk mengembalikan kondisi
bakteri berkisar 20-120 menit, konsentrasi inokulum 0.1- lingkungan yang telah diubah karena kontaminan menjadi
3.0% (Saepudin. 2009). Selanjutnya Sheehan (1997) seperti kondisi sebelumnya. Kontaminan yang dimaksud
menjelaskan bioremediasi memungkinkan diciptakannya adalah bahan pencemar atau limbah yang masuk ke dalam
kondisi lingkungan yang diperlakukan sedemikian rupa perairan. Teknik bioremediasi sering digunakan untuk
sehingga terjadi suasana yang kondusif bagi menghilangkan tumpahan minyak pada suatu perairan
terselenggaranya interaksi sinergistik di antara mikroba, dengan menggunakan bakteri khusus, yang dikenal
sehingga masing-masing mikroba yang berpotensi
8
7
11
12

dengan istilah MEOR (Microbial Enhancement of Oil terutama di Amerika Serikat dan Eropa meningkat cepat
Recovery). dengan berbagai tingkat keberhasilannya (Rutkowska et
al., 2004).
Pencemaran perairan seringkali diakibatkan oleh
pengelolaan sumber daya alam yang kurang bijaksana. Teknik bioremediasi didasarkan pada kemampuan
Pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan di beberapa mikroorganisme untuk mengkatabolisme bahan-
Indonesia lebih ditekankan pada aspek ekonomis bukan bahan kimia berbahaya. Salah satu bakteri yang populer
pengelolaan yang bertujuan untuk keberlanjutan dalam mengubah senyawa berbahaya menjadi tidak
sumberdaya alam (natural resources sustainability). Hal berbahaya adalah Pseudomonas sp. Kemajuan teknologi
ini jika dibiarkan dalam jangka panjang akan terjadi rekayasa genetika dimungkinkan menghasilkan beberapa
degradasi atau penurunan kualitas lingkungan yang pada bakteri yang spesifik menangani limbah kimia tertentu
akhirnya dapat menimbulkan bencana ekologis. sehingga tidak berdampak bagi lingkungan. Meskipun
beberapa kasus pencemaran dapat ditangani dengan
Limbah sebagai bahan pencemar, harus segera bioremediasi, namun upaya pencegahan tetap merupakan
ditangani secara serius sebelum terjadi akumulasi yang langkah terbaik. Pencegahan dilakukan dengan mencegah
dapat membahayakan kesehatan manusia. Salah satu masuknya bahan pencemar dalam perairan terutama
langkah konkret dan relatif mudah dilaksanakan untuk bahan-bahan kimia berbahaya. Bahan kimia saat ini
mengatasi pencemaran perairan adalah dengan menjadi bahan pencemar utama di perairan sungai. Sungai
pengelolaan secara biologis melalui pemanfaatan mikrobia merupakan satu-satunya prasarana paling mudah bagi
sebagai pembersih bahan pencemar. Metode yang masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas, MCK,
digunakan dalam bioremediasi adalah dengan transportasi dan lainnya termasuk membuang sampah
menggunakan bakteri untuk mengumpulkan bahan rumah tangga dan limbah industri. Dua aktivitas terakhir
pencemar dan mengambilnya dari lokasi tercemar. merupakan faktor utama terjadinya pencemaran dalam
perairan. Berbagai macam bakteri mampu berperan dalam
Menurut Battistelli (2004), metode bioremediasi
bioremediasi tergantung substrat yang akan diproses.
yang dikembangkan saat ini adalah melengkapi metode
konvensional dengan cara menghancurkan bahan B. Bakteri berperan dalam Bioremediasi
pencemar jika dimungkinkan atau paling tidak
mentransformasi kedalam substansi yang tidak berbahaya. Banyak bakteri menunjukkan kemampuan
Teknik ini secara umum relatif murah, sederhana dan menguraikan senyawa hidrokarbon aromatik secara aerob
dapat lebih diterima publik. Sehubungan dengan itu (Miethling&Karlson 1996), namun galur bakteri
bioremediasi telah menjadi alternatif yang baik dalam Pseudomonas dan Bacillus mcrupakan galur yang telah
membersihkan bahan pencemar dan penggunaannya dipelajari secara intensif, baik kemampuan degradasi
13
14

(Sher&Wang, 1995) maupun genetikanya amino, alkohol, dan vitamin dan dalam waktu yang sangat
(Williams&Sayers, 1994). Tidak seperti degradasi aerob, cepat dapat berubah menjadi senyawa anorganik yang
aspek degradasi anaerob senyawa aromatik monosiklik lebih sederhana. Mekanisme bioremediasi oleh bakteri dapat
sedikit mendapat perhatian. Meski demikian beberapa digambarkan sebagai berikut.
laporan menunjukkan kemampuan yang baik dari beberapa
hakteri untuk melakukan degradasi secara anaerob.
Kemampuan bakteri fotosintetik anoksigenik untuk Enzymes Final Waste
tumbuh pada beberapa senyawa aromatik monosiklik, baik CO2 +Water)
secara aerob maupun anaerob telah memungkinkan MICROBE
kelompok ini digunakan sebagai agen biodegradasi senyawa CELL
Oxygen
aromatik secara luas (Harwood & Gibson, 1988). Benzoat Other Food
dan turunannya merupakan salah satu senyawa yang utrients Contaminate
dilaporkan dapat diuraikan oleh bakteri fotosintetik
anoksigenik (Harwood&Gibson, 1988). Beberapa penelitian
juga menunjukkan kemampuan bakteri fotosintetik Gambar 2.1 Mekanisme Bioremediasi oleh bakteri
Sumber: Tepe (2003)
anoksigenik dalam mengkatabolisme senyawa aromatik
selain benzoat. Blasco&Castillo (1992) melihat bahwa
Rhociobacter capsulates ElF1 dapat mendegradasi Berdasarkan Gambar 1.1 sel mikroba
mononitrofenol dan dinitrofenol dengan menggunakan memanfaatkan limbah sebagai bahan makanan beserta
asetat sebagai sumber karbon. oksigen dan nutrisi lainnya. Aktivitas sel mikroba akan
menghasilkan enzim, air dan CO2. Proses ini
Kadapi (2007) menjelaskan bioaktivator dalam memungkinkan limbah dalam bentuk molekul komplek
fermentasi dapat digunakan untuk mempercepat proses akan menjadi molekul yang sederhana dan aman bagi
dekomposisi bahan organik kompos untuk tanaman. Bila lingkungan. Proses tersebut merupakan salah satu contoh
tidak menggunakan bioaktivator proses dekomposisi dapat bioremediasi bahan organik
mencapai empat bulan. Dalam kultur mikroorganisme
komersial terdapat bakteri yang dapat mempercepat C. Bioremediasi Senyawa Organik
fermentasi bahan organik, bakteri pelarut P, dan bakteri
pemfiksasi N. Dengan demikian, mikroba yang terdapat Bioremediasi menurut Tepe (2003) meliputi: a)
dalam kultur mikroorganisme mampu memfermentasi proses mengubah senyawa pencemar organik yang
bahan organik dalam waktu cepat dan menghasilkan berbahaya menjadi senyawa lain yang lebih aman dengan
senyawa organik seperti protein, gula, asam laktat, asam memanfaatkan organisme; b) melibatkan proses degradasi
15

molekular melalui aktivitas biologis; c) campur tangan


manusia untuk mempercepat degradasi senyawa pencemar
yang berbahaya agar turun konsentrasinya atau menjadi
senyawa lain yang tidak berbahaya melalui rekayasa
proses alami atau proses mikrobiologis dalam tanah, air
dan udara.
Sejalan dengan itu menurut Bachrudin (2000
keuntungan menggunakan mikroba untuk mendegradasi
senyawa pencemar organik adalah: a) jumlahnya banyak
dan ada dimana-mana; b) alur metabolisme dalam
aktivitas hidupnya dapat dimanfaatkan untuk
mendegradasi senyawa pencemar organik dan
mengubahnya menjadi senyawa yang lebih tidak
berbahaya. Proses bioremediasi senyawa organik pada
skala mikroskopis dapat digambarkan Gambar 2.2 . Gambar 2.2 Bioremediasi Senyawa Organik paad Skala Mikroskoipis
Sumber: Tepe (2003)
Bioremediasi limbah organik ditunjukkan oleh
pencemaran Gambar 2.2. Bakteri akan Asam-asam organik dari produk fermentasi
mengkonsumsibahan organik, oksigen, nitrogen dan merupakan hasil hidrolisis asam lemak dan sebagai hasil
phospor untuk pertumbuhan dan aktivitas metabolisme. aktivitas pertumbuhan bakteri. Penentuan kuantitatif asam
Aktivitas ini memungkinkan limbah menjadi bersih dan organik pada produk fermentasi sangatlah penting untuk
menghasilkan senyawa sederhana air dan karbondioksida. mempelajari kontribusi bagi aroma sebagian besar produk
fermentasi, alasan gizi, dan sebagai indikator aktivitas
bakteri (Winarno, 1997). Asam-asam organik juga sering
digunakan sebagai acidulants (bahan pengasam) yang
dapat menurunkan pH, sehingga pertumbuhan mikroba
berbahaya pada produk fermentasi akan terhambat
(Winarno, 1997). Menurut Rahayu dkk. (1995) fermentasi
pada tempoyak ditemukan bakteri asam laktat yang diduga
adalah Lactobacillus casei sub sp. rhamnosus yang
bersifat fakultatif heterofermentatif dan Lactobacillus
fersantum yang bersifat heterofermentatif.
16
17

Perubahan pH disebabkan terbentuknya asam - Selama bioremediasi, berlangsung proses


asam organik oleh kedua isolat bakteri asam laktat dalam transformasi secara kimiawi dari bahan-bahan pencemar
substrat buah durian. Nilai pH pada kedua isolat bakteri yang memiliki molekul lebih besar (kompleks) menjadi
asam laktat tersebut masih merupakan pH optimum bagi bentuk lebih sederhana. Proses transformasi terjadi akibat
aktivitas bakteri asam laktat. Hal ini sesuai dengan hasil dari biomanipulasi. Biomanipulasi diperlakukan dengan
penelitian (Djaafar, dkk.,1996) bahwa derajat keasaman mengintroduksi bakteri-bakteri indigen yang telah
(pH) yang optimum bagi aktivitas bakteri asam laktat diseleksi dari pengujian potensi pendegradasi yang tinggi,
berkisar antara pH 3 – 8. Menurut Steinkraus et al. (1983) dan diperbanyak dengan kultur media di laboratorium,
dan Herman (1979) media optimum yang diperlukan kemudian dimasukkan kembali ke limbah cair nanas.
untuk pertumbuhan adalah A. xylinum memiliki pH 4 - 5, Dengan demikian dalam limbah akan terjadi transformasi
konsentarsi gula 10 - 15%, Nitrogen 20,4 - 21%, serta oleh mikroorganisme khususnya bakteri pendegradasi
adanya mineral dan vitamin yang cukup. selama melakukan metabolisme. Proses dkomposisi bahan
organik salah satunya menghasilkan CO2 dan H2O.
D. Proses Transformasi yang Terjadi Selama Dekomposisi bahan organik limbah disajikan pada
Bioremediasi. Gambar 2.3 berikut.
Peran mikroba dalam proses pengolahan air limbah
sudah banyak memberikan hasil yang menggembirakan. PROTEIN KARBOHIDRAT
Gula sederhana
LEMAK
Gliserol
Asam amino, NH4+
Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam air limbah Asam lemak rantai anjang
merupakan sumber nutrisi bagi mikroba. Mikroba akan
mengurai senyawasenyawa tersebut menjadi bentuk yang Propionat, butirat
H2O+CO2 Asetat Isobutirat, Valerat
lebih sederhana dan stabil sehingga kadar zat-zat pencemar
Isovalerat, kaproat
yang terkandung dalam air limbah tersebut menjadi turun
(Suarsini, 2007). Keunggulan bioremedasi senyawa organik
adalah: proses alami, mengubah molekul senyawa pencemar Asetat H2+CO2
organik, bukan hanya memindahkan. Hasil akhir degradasi CH4
CH4+CO2 CH4
adalah gas karbon dioksida, air, dan senyawa-senyawa
sederhana yang ramah lingkungan. Jalur metabolisme dalam
Gambar 2.3 Dekomposisi dari Bahan-bahan yang Terdapat dalam
aktivitas hidupnya, bakteri dapat dimanfaatkan untuk Limbah
mendegradasi senyawa pencemar organik dan mengubahnya (Sumber: Bradshaw, 1992 dalam Suarsini, 2007:22).
menjadi senyawa yang tidak berbahaya
18 19 20

E. Metabolisme Bakteri Pengurai Substrat organik + 02 biomassa + CO2 +


H20 + anorganik lain
Metabolisme bakteri menurut (Bradshaw, 1992)
adalah proses transformasi secara kimia serta
pembentukan energi untuk kehidupan bakteri dan Substrat organik dioksidasi dan 02 direduksi
berkembang biak. Metabolisme bakteri dibedakan atas menjadi air. Substrat organik merupakan sumber energi
dua, yaitu metabolisme secara aerobik dan secara dan sumber karbon bagi sel untuk membangun biomassa.
anaerobik. Mikroba yang aktif dalam proses aerobik adalah Mikroorganisme khemoautotrof aerob atau lithotrof aerob
mikroba yang membutuhkan oksigen untuk kehidupannya, dapat melakukan oksidasi-reduksi senyawa-senyawa
oleh karena itu suplai oksigen merupakan faktor paling anorganik (NH3, Fe+2, atau H2S) untuk memperoleh energi
penting dalam proses ini. Mikroba aerob akan berkembang dan fiksasi CO2 serta untuk membangun karbon sel.
biak dengan baik apabila suplai oksigen dan nutrisi mencukupi Reaksinya sebagai berikut.
sehingga mampu menghasilkan energi untuk mengurai NH3 (Fe+2 atau H2S)+CO2+H2+02 biomassa+
senyawa organik. Bahan-bahan tersebut selanjutnya diubah NO3 ( Fe+3 atau SO4)+H2O
menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana dengan
bantuan enzim hidrolitik.
Secara spesifik pH berkaitan dengan asam organik
Dasar reaksi dalam metabolisme aerobik adalah dalam Limbah Cair Nanas (LCN) yang didominasi asam
sebagai berikut. sitrat dan asam suksinat-malat dalam proses penguraian
(sel-sel)
dapat dilihat pada Gambar 2.9. Siklus asam sitrat, siklus
Bahan organik +02 CO2 + H20 + sel baru daur asam trikarboksilat ( TCA), atau siklus Krebs
(nutrien) merupakan reaksi kimia yang penting bagi sel makhluk
hidup yang menggunakan oksigen dalam respirasi seluler.
Organisme aerobik menggunakan daur asam sitrat sebagai
Pada saat yang sama bakteri secara progresif melakukan jalur metabolik dalam penguraian karbohidrat. Lemak dan
otooksidasi dari massa sel yang diuraikan sebagai berikut. protein menjadi CO2, H2O dan energi. Molekul, enzim, tipe
reaksi dan hasil dari proses siklus asam sitrat diuraikan
Sel-sel + 02 CO2 + H20 + NH3 dalam Tabel 1.1 Molekul, Enzim, Tipe Reaksi dalam
Siklus Asam Sitrat.

Metabolisme bakteri secara aerobik menurut Sims Berdasarkan Gambar 2.4 dan Tabel 2.1 Asam sitrat
(1999) dirumuskan sebagai reaksi biodegradasi aerobik dan asam suksinat-malat yang dominan pada asam organik
yang ditulis sebagai berikut: Limbah Cair Nanas, proses penguraiannya memerlukan
21 22

enzim akonitase dan suksinat dehidrogenase dan Tabel 2.1 Molekul, Enzim, Tipe Reaksi dalam Siklus Asam
menghasilkan H2O, FADH2 dan NADH + H+. Sitrat.
Réaktans/
Molekul Énzim Tipe réaksi Hasil
Koénzim
I. Sitrat 1. Akonitase Dehidrasi H2O
II. cis-Akonitat 2. Akonitase Hidrasi H2O
III. Isositrat 3. Isositrat dehidrogénase Oksidasi NAD+ NADH + H+
IV. Oksalosuksinat 4. Isositrat dehidrogénase Dekarboksilasi
NAD+
5. α-Ketoglutarat Oksidatif NADH + H++
V. α-Ketoglutarat +KoA-
dehidrogénase dekarboksilasi CO2
SH
GTP + KoA-
VI. Suksinil-KoA 6. Suksinil-KoA sintétase Hidrolisis GDP + Pi
SH
VII. Suksinat 7. Suksinat dehidrogénase Oksidasi FAD FADH2
VIII. Fumarat 8. Fumarase Adisi (H2O) H2O
IX. L-Malat 9. Suksinat dehidrogénase Oksidasi NAD+ NADH + H+
X. Oksaloasetat 10. Sitrat sintase Kondensasi
XI. Asetil-KoA
(Sumber: Sigit. 2006).

F. Pertumbuhan Bakteri Pengurai dan Proses


Transformasi dalam Limbah.
Pertumbuhan mikrobia merupakan peningkatan
semua komponen sel, sehingga menghasilkan peningkatan
ukuran sel dan jumlah sel (kecuali mikrobia yang
berbentuk filamen) yang akan menyebabkan peningkatan
jumlah individu didalam populasi (Hidayat, 2008).
Pertumbuhan individu sel meliputi peningkatan substansi
dan komponen sel, peningkatan ukuran sel dan
pembelahan sel. Pertumbuhan populasi merupakan
peningkatan jumlah akibat pembelahan sel dan
peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesis ensim.
Pertumbuhan mikrobia dalam bioreaktor terjadi
Gambar 2.4 Siklus Asam Sitrat secara pertumbuhan individu sel dan pertumbuhan
Sumber: Purwoko t (2007)
23 24

populasi. Pertumbuhan individu sel meliputi peningkatan Berhentinya pertumbuhan disebabkan karena kekurangan
substansi komponen sel, dan peningkatan ukuran sel serta makanan yang tersedia di dalam medium, terjadi
pembelahan sel. Sedangkan pertumbuhan populasi akumulasi produk yang bersifat ototoksik terhadap jasad
meliputi peningkatan jumlah akibat pembelahan sel dan bakteri dan kombinasi keadaan tersebut di atas. Sumiarsih
peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesa enzim (2003) menyatakan Bahan makanan yang digunakan oleh
(Hidayat, 2008). Reproduksi sel bakteri terdiri atas jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembelahan biner yakni proses pembelahan sel menjadi pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.
dua sel anakan yang mempunyai ukuran hampir sama. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi
Reproduksi terjadi peningkatan ukuran sel (pemanjangan menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber
sel), peningkatan ukuran sel memerlukan pertumbuhan karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor
dinding sel, yaitu untuk menutup permukaan pada sisi tumbuh, dan sumber nitrogen. a) air merupakan komponen
tertentu. utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai
sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi.
Parameter yang harus ditentukan dalam Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat
menentukan pertumbuhan kultur adalah jumlah generasi pengangkut dalam metabolisme; b) sumber energi Ada
(n), kecepatan membelah sel (jumlah jam-1) dan waktu beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa
generasi rata-rata (jam). Kultur akan tumbuh melalui fase organik atau anorganik yang dapat dioksidasi; c) sumber
pertama setelah inokulasi terdapat suatu waktu dimana karbon Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk
tidak tampak adanya pertumbuhan. Fase tersebut adalah senyawa organik maupun anorganik.
fase lag yang merupakan waktu beradaptasi. Di dalam
proses komersial lama fase lag diusahakan sependek Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak,
mungkin, yaitu dengan menyiapkan inokulum yang sesuai protein, asam amino, asam organik, garam asam organik,
dan sehat. Fase kedua terjadi peningkatan kecepatan polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya
pertumbuhan, sel tumbuh konstan dan mencapai kecepatan karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon
maksimum. Fase ini disebut fase eksponensial. Selama utama terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi; d) sumber
fase eksponensial akan dicapai kecepatan pertumbuhan aseptor elektron Proses oksidasi biologi merupakan proses
maksimum, yang sangat spesifik bagi masing-masing jenis pengambilan dan pemindahan elektron dari substrat.
mikrobia (Hidayat, 2008). Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk
bebas, maka harus ada suatu zat yang dapat menangkap
Mikrobia tumbuh mengkonsumsi makanan dan elektron tersebut. Penangkap elektron ini disebut aseptor
mengekskresikan hasil akhir. Hasil akhir yang terbentuk elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi.
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikrobia, yang suatu Pada mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor
saat pertumbuhan akan berhenti dan bahkan mati.
25 26

elektron ialah O2, senyawa organik, NO3, NO2 N2O, SO4, Peranan enzim dalam fermentasi sebagai
CO2, dan Fe3+) sumber mineral. katalisator mampu mempercepat reaksi kimia 1012 – 1020
kali dibandingkan dengan katalisator anorganik, reaksi
Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur dengan menggunakan ensim untuk mendapatkan produk
mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose, melalui degradasi tahap demi tahap dan energi yang
kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial dihasilkan oleh ensim ditangkap lalu dilepas, tidak seperti
oksidasireduksi (redox potential) medium; g).faktor katalisator anorganik (Hidayat, 2008).
tumbuh Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau Berdasarkan kandungan bahan-bahan organik yang
penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis ada dalam limbah, maka proses transformasi dari bahan
dari sumber karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering organik yang terjadi adalah proses penguraian, antara lain
juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam meliputi hidrolisis: protein, karbohidrat, lemak. Sedangkan
jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya terjadinya proses transformasi dalam air limbah tersebut
dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi adalah akibat terselenggaranya reaksi enzimatis yang
asam amino, sebagai penyusun protein; base purin dan diproduksi oleh bakteri pengurai secara hidrolisis. Reaksi
pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin enzim secara umum menurut (Madigan, 2003) sebagai
sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim. berikut.
Dalam pertumbuhan mikrobia terlibat proses Enzim(E)+substrat(S) Kompleks Produk(P)+enzim(E)
metabolik yang dimulai dari transport nutrien medium enzim-substraf
kedalam sel, konversi bahan nutrien menjadi energi dan Enzim adalah protein yang sangat khusus, berperan
konstituen sel, replikasi kromosom, peningkatan ukuran dalam transformasi berbagai energi dan memiliki daya
dan masa sel serta pembelahan sel secara biner yang katalitik. Sesuai dengan kekhususan yang tinggi baik
terjadi pula pewarisan genetik (genom turunan) ke sel dalam jenis reaksi maupun substratnya, biasanya suatu
anakan. Mikroorganisme adalah sumber enzim yang enzim hanya mengkatalis satu jenis reaksi saja. Berikut ini
paling banyak digunakan dibandingkan dengan tanaman beberapa contoh enzim dan bakteri pengurai bahan
dan hewan. Sebagai sumber enzim, mikroorganisme lebih organik tersebut.
menguntungkan karena pertumbuhannya cepat, dapat
tumbuh pada substrat yang murah, lebih mudah 1. Bakteri Pengurai Senyawa Asam
ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan kondisi
pertumbuhan dan rekayasa genetika, mutunya lebih Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7),
seragam dan harganya murah serta mampu menghasilkan beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium
enzim yang ekstrim. alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia,
27

actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya terlibat dengan reaksi kimia metabolisme. Oleh karena
beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap adanya enzim sebagai katalisator, reaksi dapat dipercepat
kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan kira-kira 1012-1020 kali jika dibandingkan dengan reaksi
Sarcina ventriculi, serta bakteri yang bersifat asidofil tanpa katalisator.
misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada
kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media Mikroba yang aktif dalam proses aerobik adalah
dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, mikroba yang membutuhkan oksigen untuk kehidupannya,
tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh karena itu suplai oksigen merupakan faktor paling
oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat penting dalam proses ini. Mikroba aerob akan berkembang
dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, biak dengan baik apabila suplai oksigen dan nutrisi
adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0- mencukupi sehingga mampu menghasilkan energi untuk
5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mengurai senyawa organik. Bahan-bahan tersebut
mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) selanjutnya diubah menjadi senyawa-senyawa lebih
mikroba alkalifil adalah kelompok mikroba yang dapat sederhana dengan bantuan enzim hidrolitik. Secara garis
hidup pada pH 8,4-9,5. (Sumarsih, 2003) besar proses penguraian tersebut adalah sebagai berikut.

Suprayogi (2006) menyatakan bahwa limbah nanas enzim


(C6H10O5)2n + (n-1) H20 nC12H22C11
mengandung sekitar 4% asam sitrat disamping asam
Pati Maltosa
organik lain. Kandungan asam sitrat merupakan salah satu enzim
penyebab pH limbah cair nanas rendah. Aktivitas bakteri C12H22O11 + H20 2C 6 H12 06
asam memungkinkan terjadi kenaikan pH karena NH4+ Maltosa Glukosa
akan berikatan dengan air sehingga terbentuk NH4OH (Sutedjo, 1991)
yang bersifat basa.
Proses fermentasi karbohidrat, glikolisis dan hasil
2. Bakteri Pengurai Karbohidrat akhir utama diuraikan tabel 2.2 berikut.
Enzim merupakan kelompok protein yang berperan
sebagai katalisator untuk proses biokimia yang terjadi di
dalam maupun di luar sel. Whitaker (1994) menyatakan
bahwa enzim adalah protein tetapi tidak semua protein
merupakan enzim, sehingga enzim memiliki sifat yang
mirip dengan protein. Menurut Ristiati (2000) enzim
disintesis oleh sel biologis seluruh organisme hidup dan
28 29 30

Tabel 2.2 Macam-macam Fermentasi Karbohidrat akhir serangkaian reaksi bertahap senyawa polisakarida
______________________________________________________________
adalah energi dalam bentuk molekul NADPH, CO2 dan
No. Macam Glikolisis Hasil akhir utama_______ H20. Energi digunakan untuk pertumbuhan bakteri,
1. Fermentasi alkohol sehingga limbah yang mengandung karbohidrat terbebas
Oleh khamir HDP etanol, CO2
Oleh bakteri EDP etanol, CO2
dari bahan organik. Enzim-enzim yang bekerja untuk
2. Fermentasi asam laktat menguraikan karbohidrat, meliputi, enzim-enzim pemecah
2.1. Homofermentasi HDP asam laktat amilum seperti amilase, invertase, laktase, selulase, dan
(Homolaktat)
2.2. Heterofermentasi HMP asam laktat, etanol,
ezim-enzim pemecah pektin seperti poligalakturonase dan
(Heterolaktat) asam asetat dan CO2 pektin metil esterase, sedangkan amilase merupakan
3. Fermentasi asam propionat HDP asam propionat, asam enzim pemecah pati atau glikogen.
asetat, CO2
4. Fermentasi asam butiran HDP asam butirat,asam
asetat, H2
Enzim amilase dibedakan menjadi tiga, yaitu a)
CO2, butanol, etanol, α-amilase, merupakan endoenzim yang bekerja memutus
aseton, Isopropanol. ikatan α-1,4 secara acak di bagian tengah molekul amilosa
5 Fermentasi asam organik HDP etanol, asetat, format, maupun amilopektin. Enzim ini diisolasi dari Bacillus
H2,
CO2, laktat, suksinat. subtilis, b) β-amilase, suatu eksoenzim yang mengurai
6. Fermentasi butanediol HDP butanediol, etanol, unit-unit gula dari ujung molekul amilum, c)
laktat,suksinat, asetat, H2, Glukoamilase, suatu enzim yang dapat memisahkan
CO 2.
___________________________________________________________ glukosa dari terminal gula non-pereduksi substrat amilum
(Sumber: Hidayat, 2008) (Hidayat, 2008).
Berdasarkan jumlah ikatan sakarida yang Bakteri pengurai amilum antara lain Bacillus
menyusun senyawa karbohidrat, maka untuk memecahkan subtilis, B. polymyxa, B. mecerans, B. licheniformis dan B.
rangkaian polisakarida dalam senyawa tersebut harus diastaticus (Schlegel, 1994). Endoenzim amilolitik
dibebaskan secara bertahap, kemudian disimpan dalam dihasilkan Bacillus subtilis var. amylosacchariticus dan
senyawa energi tinggi (ATP). Tahapan pemecahannya Bacillus polymyxa. Exoenzim β-amilase dihasilkan oleh B.
mengikuti jalur-jalur antara lain, jalur glikolisis, cereus var nycoides, B. circulans, B. megaterium, B.
fermentasi alkohol, siklus asam trikarboksilat, siklus polymyxa (Fogarty, 1983). Klebsiella adalah bakteri
pentosa fosfat dan siklus glioksilat. Jalur glikolisis gram negatif yang fakultatif anaerob, berbentuk batang
merupakan jalur pokok yang menjelaskan perubahan dengan diameter koloni 0,3-1,0/Am, banyak dijumpai
glukosa 6-P menjadi asam piruvat. Semua polisakarida pada habitat tanah dan air. Kebanyakan spesies Klebsiella
baik berupa amilum, glikogen, maupun sakarida sederhana mampu tumbuh pada berbagai media dan dapat
yang bukan glukosa melewati jalur pokok tersebut. Hasil menggunakan sitrat maupun glukosa sebagai sumber
31

karbon. Suhu optimum pertumbuhan berkisar 35-37°C tersebut akan mengkatalisis pemecahan ikatan glikosida
dengan pH 7,2 (Buchanan & Gibbons, 1974). Glukosa α-1,3, α -1,4 dan α-1,6 pada pati. Hasil pemecahan pati
dapat diuraikan menjadi produk-produk yang dapat tersebut berupa gula-gula sederhana seperti glukosa,
dibentuk menjadi 2,3- butanediol, asam laktat, asam oligosakarida dan maltosa Selain pati, Pseudomonas juga
asetat, dan asam format (Sneath, 1986). Beberapa mampu memecah protein menjadi polipeptida dan asam-
spesies Klebsiella dapat menambat nitrogen dari asam amino dengan bantuan enzim protease (Casida,
atmosfer. Nitrogen tersebut selanjutnya akan direduksi 1968; Frazier & Westhoff 1983 dalam Hidayat, 2008).
menjadi amonia. melalui proses sebagai berikut: Melalui proses mineralisasi protein tersebut akan
terbentuk amonium yang merupakan bentuk nitrogen
2H+ 2H+ 2H+ anorganik. Selanjutnya amonium dapat diubah oleh
N2 HN = NH H2N – NH2 2NH3
Pseudomonas menjadi bentuk-bentuk nitrit atau nitrat
2e 2e 2e
(Dinitrogen) (Di-imida) (Hydrazin) (Amonia)
dalam proses nitrifikasi. Nitrat kemudian akan segera
[ 6e + 6H + N2 2 NH3] direduksi menjadi amonia setelah berada dalam sel bakteri
Sumber (Rao, 1994) dan bergabung sebagai senyawa organik. Berikut ini
beberapa senyawa organik yang mampu dipecah oleh
Selain dapat menambat N2, Klebsiella juga dapat bakteri Pseudomonas seperti: selulosa hemiselulosa,pati,
menghasilkan enzim pemecah pati yang tergolong dalam rotein, asam nukleat kutin, lignin, pektin, inulin dan kitin
endo α-1,6-glukanase. Enzim ini mampu memecah ikatan (Rao, 1994).
cabang α-1,6 glikosida pada proses hidrolisis pati dan
menghasilkan unit-unit maltotriosa. Spesies yang 3. Bakteri Pengurai Protein
diketahui memiliki kemampuan menghasilkan enzim
Enzim yang dapat mengurai protein adalah enzim
tersebut dan sudah diproduksi secara komersial adalah
proteolitik, disebut protease. Enzim proteolitik menurut
Klebsiella aerogenes (Aunstrup, 1979).
Fogarty (1983) dibedakan dalam dua kelompok besar,
Pseudomonas merupakan bakteri yang berbentuk yaitu a) Golongan eksopeptidase dan b) Golongan
batang, bersifat aerob dan banyak dijumpai pada habitat endopeptidase. Golongan eksopeptidase dibedakan lagi
tanah, air tawar dan laut. Bakteri tersebut dapat tumbuh menjadi karboksi eksopeptidase dan amino eksopeptidase,
pada berbagai media, mampu menggunakan glukosa, yang berturut-turut memotong peptida dari arah gugus
laktosa dan asetat. Pertumbuhan optimum dicapai pada karboksil terminal dan gugus amino terminal. Golongan
suhu 30°C dan pH 7,0-8,5 (Buchanan & Gibbons, 1974). endopeptidase memecah protein atau ikatan peptida dari
Menurut Dasinger dkk., (1985) Pseudomonas mampu dalam. Reaksi penguraian protein sebagai berikut.
menghasilkan enzim pemecah pati seperti α -amilase,
eksomaltopentahidrolase dan iso-amilase. Enzim-enzim
32 33

protease peptidase Tabel 2.3 Hasil Isolasi Bakteri Limbah Nanas


Protein peptida asam amino
Kode Bentuk Gram Katalase Motilase Endospora % asam
laktat
Beberapa contoh bakteri pengurai protein
(proteolitik) adalah Staphylococcus aureus, Pseudomonas Isolat NNB Batang + - - + 0,40
spp., Proteus spp., Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Isolat nB Bulat + - - + 0,80
Clostridium botulinum, Clostridium nigrificans (Winarno,
1993). Pseudomonas aeruginosa disebut dengan nama Isolat PR Batang + - - + 0,50
Pseudomonas serin proteinase, Pseudomonas netral
proteinase, Pseudomonas alkcilin proteinase (Fogarty,
1983). Isolat tersebut menunjukan kemampuan hidrolisis
protein dan senyawa asam. Kemampuan hidup dalam
Proses fermentasi dapat memanfaatkan secara
kondisi asam dikemukakan Spiegelberg, C,H. (2008)
maksimal hasil peruraian polimer dan segera disintesis
bahwa bakteri nanas mampu hidup pH 3,6-5,2 yaitu
menjadi polimer baru, sedangkan yang dilepas hanyalah
bakteri Clostridum sp. Sedangkan Priani (2003)
karbodioksida. Gugus-SH dan amonium sebagai sumber
menyatakan beberapa tipe fermentasi yang terjadi pada
bau terus dimanfaatkan untuk membentuk protein
bahan organik termasuk nanas serta organisme dan produk
komplek yang baru sehingga tidak timbul bau
akhir diuraikan Tabel 2. 4 berikut.
(Ramachandra et al., 1998).
Tabel 2.4 Tipe Fermentasi Asam, Macam Organisme dan Produk Akhir
G. Bakteri Limbah Cair Nanas
Tipe Fementasi Organisma Hasil Akhir
Misgiyarta, dkk (2000) telah mengisolasi bakteri Alkoholik Sacharomyces Ethanol, CO2
Laktat Streptococcus Asam laktat
lokal dari limbah nanas memperoleh 3 isolat yaitu isolat Lactobacillus,
NNB, isolat PR dan isolat Nb. Ciri-ciri isolat dapat Bacillus
dilihat pada Tabel 2.3 berikut. Campuran bakteri enterik Asam laktat, asetat,
asam lain suksinat, etanol, CO2 dan H2
Butilen glikol Enterobakter, Butilen glikol, dan campuran
klebsiella asam dalam jumlah
sedikit
Asam Propionibacterium, Asam propionat,asam asetat dan
propionat Veillonela CO2
Asambutirat, Clostridium Butanol, etanol, dan
butanol asam asetat
34 35 36

Habibah (2006) mengisolasi bakteri dari limbah Penelitian Saragih (1999) menunjukkan bahwa
tekstil yang diperkaya dengan limbah nanas sebagai limbah nanas merupakan substrat yang dapat mencukupi
sumber nutrisi diperoleh tiga bakteri yakni Acinetobacter kebutuhan nutrien bagi mikrobia EM-4 maupun Bokashi,
calcoaceticus genospecies 3, Acinetobacter baumannii dan ini dapat dipahami sebab limbah nanas masih banyak
aerobic properties. Acinetobacter baumannii dan mengandung gula buah, protein, dan vitamin yang
Acinetobacter calcoaceticus genospecies 3 yang mampu dibutuhkan bagi pertumbuhan mikrobia.. Selain itu,
mereduksi COD. Penelitian Abdullah dkk. (2003) adanya bromelin, suatu protease, tidak menjadi ancaman
menunjukkan Limbah cair nanas dapat digunakan sebagai bagi bakteri Lactobacillus dan bakteri fotosintetik yang
sumber karbon dalam proses fermentasi dengan merupakan komponen utama dalam EM-4 dan Bokashi.
menggunakan Saccharomyces cerevisiae yang Semakin lama proses fermentasi semakin turun rasio C/N
menghasilkan alkohol, variabel proses yang berpengaruh nya, dan diikuti tumbuhnya mikrobia yang pesat. Hal ini
adalah konsentrasi gula, nitrogen, inokulum, interaksi disebabkan oleh adanya bromelin yang menghambat
gula-nitrogen dan interaksi gula-inokulum. pertumbuhan jamur, namun tidak menghambat bakteri
Lactobacillus dan bakteri fotosintetik (Indriani, 2000).
Saragih (2000) melakukan fermentasi limbah
nanas secara alami, hasilnya menunjukkan bahwa Proses fermentasi limbah buah nanas memberikan
fermentasi limbah nanas dengan berbagai perlakuan pengaruh yang cukup berarti bagi perubahan keasaman.
mencapai nilai rasio C/N sebesar 20-25 dari awalnya 40- Penggunaan EM-4 dan Bokashi, perubahannya
45 setelah 3 bulan. Perkembangan teknologi fermentasi mempunyai pola yang mirip, yaitu mula-mula pH turun
memanfaatkan jasa mikrobia alami untuk mempercepat kemudian meningkat kembali. Ini membuktikan bahwa
proses fermentasi dilakukan oleh Orgadec (Goenadi, selama proses fermentasi selain adanya peruraian polimer
1977), juga terjadi pembentukan senyawa asam-asam organik
sebagai hasil antara yang kemudian akan segera dibentuk
Biofertilizer emas (Goenadi et al., 1998) dan EM-4 menjadi senyawa lain atau gas yang sifatnya tidak asam,
(Surono, 1998; Indriani, 2000) merupakan starter yang misal gas sulfida, fenol, ligno-proteinat, dan sebagainya,
akan memproses bahan organik menjadi senyawa sehingga pH kompos menjadi meningkat (Jones et al.,
sederhana dalam waktu singkat dan menghasilkan produk 1998).
yang dikenal sebagai Bokashi. Menurut Surono (1998)
fermentasi menggunakan EM-4 dan bokashi pada limbah Fermentasi limbah nanas hasilnya berbau khas
organik dapat berjalan cepat mencapai rasio C/N dibawah nanas, bukan bau busuk, hal ini dikarenakan mikrobia
20 dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, bahkan ada yang melakukan proses pengomposan dapat
yang hanya dalam satu minggu. memanfaatkan secara maksimal hasil peruraian polimer
dan segera disintesis menjadi polimer baru, dan yang
37

dilepas hanyalah karbodioksida. Gugus-SH dan amonium aktivitas akan terhenti, nitrogen yang berlebih akan
sebagai sumber bau terus dimanfaatkan untuk membentuk dilepaskan ke udara sebagai NH3. Cara yang efektif untuk
protein komplek yang baru sehingga tidak timbul bau menaikkan perbandingan C/N adalah dengan
(Ramachandra et al., 1998). menambahkan bahan organik yang kaya selulosa.
Sedangkan jika perbandingan C/N awal di atas 50:1,
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keterbatasan nitrogen akan menjadi faktor penghambat
bahwa limbah nanas terdapat isolat yang mampu proses fermentasi, (Subriadi, 1999).
menguraikan bahan organik melalui proses bioremediasi.
Proses ini akan menaikkan pH dan menguraikan bahan I. Konsorsia Bakteri Indigen dan Interaksi dengan
organik yang banyak terkadung dalam limbah nanas. Limbah
Akhir proses ini menghasilkan bahan akhir berupa CO 2
dan H2O yang aman bagi lingkungan perairan. Secara alamiah memperoleh bakteri yang
berpotensi sebagai pengurai dapat dilakukan dengan
H. Hubungan antara Karbon dan Nitrogen dalam mengisolasi limbah itu sendiri, kemudian dikultur secara
Proses Pengolahan Limbah Cair murni di laboratorium secara in vitro (Labeda, 1990).
Isolasi bakteri dari limbah itu sendiri akan menghasilkan
Pada waktu mikroba tumbuh dan berkembang biak bakteri indigen (lokal) yang memiliki kemampuan
dalam limbah cair, karbon digunakan untuk menyusun adaptasi lebih baik dibanding bakteri dari tempat lain
bahan sel-sel mikroba dengan membebaskan karbon (introduksi).
dioksida, dan bahan-bahan lain yang mudah menguap.
Dalam proses ini mikroba turut mengasimilasi nitrogen, Pemanfaatan konsorsia bakteri berpotensi yang
fosfor, kalium dan belerang yang terikat di dalam telah diperbanyak di laboratorium dapat digunakan
protoplasma sel. Jadi pada proses pengolahan limbah ini sebagai starter untuk pemulihan air limbah (Kardena,
berlangsung tiga proses yang paralel: (a) degradasi sisa- 2003). Introduksi spesies mikroba unggul dengan jumlah
sisa amilum dan bahan organik lain oleh enzim-enzim lebih besar di dalam air limbah akan mempengaruhi
mikroba, (b) peningkatan biomassa mikroba yang terdiri anggota spesies lain dari komunitasnya, beberapa spesies
dari polisakarida dan protein, dan (c) akumulasi atau yang ada dalam komunitas akan berinteraksi satu sama
pembebasan hasil akhir (Rao, 1994). lain. Bentuk interaksi dapat berupa interaksi yang positif
sampai negatif (Atlas, 1993,), namun demikian dalam
Pada fermentasi secara aerob, kondisi awal teknologi berwawasan lingkungan diupayakan kondisi
perbandingan C/N yang optimum berkisar antara 25-50. yang optimum agar efek interaksi antar spesies bakteri
Jika perbandingan C/N rendah, organisme akan dapat mereduksi polutan dalam limbah.
menggunakan semua karbon yang tersedia sehingga
38 39

Mikroba tersebar luas di alam sehingga proses Berkaitan dengan interaksi bakteri maka terdapat
fermentasi dapat terjadi secara alami, .namun fermentasi beberapa keunggulan penggunaan bakteri konsorsia atau
alami mempunyai beberapa kelemahan antara lain campuran (polikultur) dibanding bakteri tunggal. Hal ini
prosesnya tidak terkendali sehingga mutu produk yang berkaitan dengan rangkaian proses degradasi oleh satu
dihasilkan tidak konstan. Bakteri yang digunakan dalam jenis biakan dengan biakan lainnya, sehingga
fermentasi perlu diseleksi untuk memperoleh isolat yang kemungkinan besar hasil samping dapat membahayakan
memiliki kemampuan unggul, sehingga memiliki bagi suatu biakan dapat digunakan oleh biakan lain
kelebihan-kelebihan antara lain: (a) memiliki kemampuan (Atmojo, 1988).
adaptasi tinggi terhadap kondisi lingkungan sehingga
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, (b) ketersediaan Hasil penelitian yang dilakukan Purwati (1987)
mikroba terjamin, sebab bersumber dari lingkungan alam memperlihatkan bahwa mikroba campuran lebih baik
Indonesia yang dapat diisolasi dari banyak sumber, (c) dalam menurunkan kadar senyawa organik beracun dari
memungkinkan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat limbah cair industri pulp dibandingkan dengan biakan
dengan biaya yang relatif murah untuk industri besar, murni Pseudomonas flourescens dan P. pyoceaneae.
maupun industri kecil, karena ketersediaan yang cukup Begitu pula halnya dengan penelitian yang dilakukan
serta biaya relatif murah (Misgiyarta, 2002). Wiryani (1991) yang berhasil menurunkan kadar TSS
(Total Suspended Solid), TDS (Total dissolevd solid),
Kelebihan bakteri hasil isolasi (indigen) pada BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical
penelitian asam laktat, memiliki kemampuan lebih unggul Oxygen Demand) limbah cair pabrik tempe dengan
karena menghasilkan asam laktat lebih tinggi dibanding bantuan mikroba dari kotoran sapi. Sedangkan Penelitian
bakteri pembanding selama proses fermentasi Babu et.al,. (2000) menunjukkan bahwa teknik biologi
menggunakan media MRS broth dan pada kondisi mampu mereduksi 62% COD limbah. Hasil penelitian ini
fermentasi sama (Atmojo, 2002). Penelitian Goenadi menemukan sistem kultur campuran lebih efektif
(1977) menunjukkan bahwa dengan teknologi fermentasi dibandingkan kultur tunggal. Salah satu faktor penting
yang memanfaatkan jasa mikrobia alami untuk yang harus diperhatikan untuk memanfaatkan
mempercepat proses ferementasi nanas yang dilakukan mikroorganisme khususnya bakteri dalam teknologi
oleh EM-4 untuk mencapai rasio C/N di bawah 20 bioremediasi adalah proses aklimatisasi. Proses
membutuhkan waktu lebih dari tiga hari sedangkan yang aklimatisasi, yaitu proses mengadaptasikan bakteri untuk
difermentasikan oleh Bokashi (hasil isolasi) waktunya berinteraksi terhadap lingkungan agar aktivitas enzim
lebih singkat yaitu hanya membutuhkan 3 hari. Jasad-jasad optimal. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap proses
renik ini tidak memerlukan lagi waktu adaptasi dan waktu aklimatisasi antara lain faktor abiotik dan biotik.
untuk memperbanyak diri, karena jasad tersebut langsung
dapat melakukan aktivitas fermentasi.
40 41 42

Faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan sinergisme, atau ko-metabolisme, atau komensal.
bakteri antara lain: mutualisme, antagonisme dan Sedangkan interaksi negatif akan terjadi pula antara
sinergisme. Mutualisme meliputi: interaksi simbiose bakteri pengurai dengan bakteri lain (bukan pengurai)
sintropisme, dan komensalisme. Antagonisme, meliputi: dalam limbah yaitu interaksi yang kompetitif. Interaksi
interaksi antibiose, parasitisme, dan predator. Faktor sinergisme (protokooperasi) adalah interaksi di antara dua
abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah populasi mikroba yang kedua-duanya memperoleh
faktor fisik dan kimia, adalah suhu; peranan suhu terhadap keuntungan dari interaksi tersebut, tetapi adanya interaksi
pertumbuhan bakteri sangat berpengaruh karena ini tidak merupakan suatu keharusan. Interaksi ini tidak
berhubungan dengan aktivitas enzim. Jika suhu rendah (di sama dengan mutualisme, contohnya: konsorsium mikroba
bawah optimum), maka aktivitas enzim juga rendah, Arthrobacter-Streptomyces (Atlas, 1993), mampu
dengan demikian pertumbuhan bakteri menjadi lambat. melakukan biodegradasi insektisida organofosfat diazinon
Derajat keasaman (pH); Bakteri tumbuh baik pada pH 6,5- [0,0-diethyl-0-(2-isopropyl-4-methyl-6 pyrimidy)
7,5. Kebutuhan hidup akan oksigen, bakteri dibedakan ke phosphorothi-oate] (Labeda, 1990).
dalam kelompok bakteri aerob (mutlak harus ada oksigen),
bakteri anaerob (tumbuh tanpa oksigen), fakultatif (ada Interaksi ko-metabolisme menurut (Atlas, 1993:44)
atau tanpa oksigen bakteri dapat tumbuh). Sedabngkan merupakan proses pengubahan atau metabolisme suatu
nsur utama yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan senyawa yang diakibatkan oleh pertumbuhan
bakteri adalah nutrisi dalam dosis tertentu, jika berlebihan mikro-organisme, di mana proses metabolisme ini hanya
dapat mematikan (Atmojo, 1988). dimungkinkan dengan keberadaan senyawa lain (ko-
substrat) yang dapat digunakan untuk pertumbuhan.
Limbah tersusun dari komponen fisika, kimia, dan Menurut Labeda (1991) sebagai contoh: pemotongan
biologi. Limbah mengandung bakteri, dimana bakteri senyawa insektisida organofosfat parathion (0, 0-diethyl-0
merupakan komponen biologi yang kehadirannya berupa p-nitrophenyl thiophosphate) oleh Pseudornona stuzeri
komunitas yang terbentuk atas banyak spesies. Kehadiran menghasilkan senyawa p-nitrofenol dan dietiltiofosfat
spesies mikroba tertentu akan dipengaruhi oleh ada atau moiety. Selanjutnya p-nitrofenol dimineralisasi oleh P.
tidak adanya anggota spesies lain dari komunitas itu. aeruginosa. Spesies P. Aeruginosa diuntungkan dari
Beberapa spesies yang ada dalam komunitas akan penguraian senyawa parathion, karena spesies ini tidak
berinteraksi satu sama lain, bentuk interaksi dapat berupa dapat melawan parathion lengkap.
interaksi yang terarah dari hubungan positif sampai
interaksi negatif (Atlas, 1993). Interaksi komensal menurut Atlas (1993) ialah
suatu populasi memperoleh keuntungan dari interaksi ini,
Interaksi positif terjadi di antara bakteri pengurai sementara populasi lainnya tidak dirugikan, contohnya
dalam bentuk interaksi kooperatif, misalnya interaksi bakteri-bakteri anggota konsorsium yaitu Nocardia-
43

Pseudomonas yang tumbuh pada cyclohexan Nocardia yakni (a) Fitoremediasi, yaitu remediasi yang
mendegradasi cyclohexan, namun diperlukan sebagai menggunakan tumbuhan untuk menyerap polutan. Cara ini
faktor pertumbuhan biotin yang diproduksi oleh relatif murah dan memungkinkan sumber pencemar didaur
Pseudomonas. ulang, namun proses alami relatif lambat dalam mereduksi
polutan (Sumardi, 2004); (b) bioremediasi menggunakan
Kompetisi akan terjadi dalam limbah dengan bakteri, dapat secara ideal menghancurkan limbah dengan
memasukkan inokulum ke dalam limbah, sedangkan biaya yang lebih murah dalam waktu relatif singkat.
nutrisi (bahan organik) akan dimanfaatkan oleh semua Prospek bioremediasi di Indonesia sangat besar,
bakteri secara kompetisi. Bakteri pengurai akan mampu mengingat tingkat keanekaragaman mikroorganisme yang
lebih cepat memanfaatkan nutrisi dengan mendegradasi sangat tinggi (Kompas, 24 Juli 2004).
zat organik tersebut, sementara bakteri lain yang
membutuhkan nutrisi yang sama akan kalah bersaing Bioremediasi merupakan cara yang paling efektif
sehingga pertumbuhan populasi bakteri pengurai akan dari proses dan produknya. Suhendrayana (2001)
lebih banyak daripada bakteri bukan pengurai (Atlas, menjelaskan proses bioremediasi berpotensi tinggi untuk
1993). Komunitas bakteri lain yang bukan pengurai dapat mengurangi kadar logam berat pada level konsentrasi yang
terdiri dari bakten patogen maupun non patogen. Jika sangat rendah. Bioremediasi lebih efektif dibandingkan
komunitas bakteri yang kalah kompetisi temyata bakteri pertukaran ion dan reverse osmosis (cara kimiawi), dalam
patogen, maka di akhir interaksi kompetisi jumlah bakteri kaitannya dengan sensisitifitas kehadiran padatan terlarut,
patogen akan dapat dikurangi. Pengurangan jumlah bakteri zat organik, dan logam berat lainnya. bioremediiasi juga
patogen atau peniadaan bakteri patogen dari air limbah lebih baik pada proses pengendapan bila dikaitkan dengan
merupakan salah satu tujuan pengolahan secara kemampuan menstimulir perubahan pH pada konsentrasi
bioremediasi. logam beratnya.
J. Metode Bioremediasi
Proses pengolahan limbah perlu memperhatikan
komponen, yang meliputi bentuk, sifat, jenis dan jumlah
yang bervariasi, sehingga memerlukan tahapan-tahapan
tertentu agar diperoleh hasil akhir yang maksimal.
Tahapan-tahapan pengolahan limbah pada Tabel 2.5
merupakan pengolahan secara biologis yang berkaitan
dengan mengurangi atau menghilangkan bahan organik.
Dalam pengolahan ini terdapat dua macam bioremedasi,
44 45 46

dan komposisi mikrobial (Anas, 1997; Suhendrayana,


Tabel 2.5 Tahapan dan cara Pengolahan Air Limbah 2001; Vidali, 2001).
Bioremediasi secara aerobik lebih dipilih karena
kemampuannya untuk mendegradasi polutan 10 hingga
100 kali lebih cepat dibandingkan dengan bioremediasi
anaerobik (Mellor et al., 1996). Teknologi bioremediasi
melibatkan 3 prinsip, yakni: pelepasan langsung
mikroorganisme ke lingkungan terkontaminasi,
peningkatan kemampuan mikroorgansisme indigenous,
dan penggunaan mikroorganisme dalam reaktor khusus
(Portier, 1991). Judoamijoyo (1990) menyatakan
bioreaktor adalah suatu unit alat yang digunakan untuk
tempat berlangsungnya suatu proses biokimia dari bahan
mentah menjadi bahan atau zat yang dikehendaki,
dikatalisis oleh enzim yang terdapat pada mikroorganisme
hidup atau enzim terisolasi. Penggunaan bioreaktor
merupakan teknologi yang paling maju dalam
bioremediasi lingkungan karena mampu melakukan
bioremediasi dalam waktu yang lebih cepat, dan dalam
kondisi yang lebih terkendali (Bonaventura & Johnson,
1997).
(Sumber: Depkes RI, 1993).
Pada dasamya bioremediasi dapat dilakukan
Bioremediasi banyak menggunakan bakteri melalui proses biodegradasi dari akumulasi bahan
indigenous, meskipun ada yang menggunakan strain kompleks di alam dan selanjutnya terjadi proses
bakteri atau fungi dari luar (Mellor et al., 1996). Hal ini transformasi suatu senyawa secara biologis. Menurut
dilakukan karena bakteri indigenous memiliki daya Martani (1991) ada 3 macarn cara biotransformasi yaitu:
adaptasi yang lebih tinggi pada lingkungannya.
Keberhasilan bioremediasi sangat dipengaruhi oleh faktor 1. Jalur transformasi biologi melalui mineralisasi.
lingkungan yang meliputi ketersediaan oksigen, Senyawa polutan mengalami degradasi sempurna,
kelembaban, temperatur, bahan organik, waktu kontak, yang akan dimineralisasi menjadi senyawa-
47 48

semyawa organik. Jalur transformasi ini Metode-metode yang telah diterapkan dalam
merupakan jalur yang paling menguntungkan. beberapa penelitian di lapangan antara lain:
2. Jalur transformasi biologis melalui bioakumulasi,
yaitu senyawa pencernar membentuk senyawa lain 1. Bioremediasi in situ, yaitu upaya menstimulasi
lebih sederhana dan terakumulasi dalam tubuhnya. aktivitas mikroorganisme di daerah terkontaminasi
3. Jalur polimerisasi terjadi pada senyawa-senyawa (Atlas, 1993). Bioremediasi in situ merupakan
rekalsitran, yaitu senyawa-senyawa yang sulit metode yang diterapkan dengan cara
didegradasi. menambahkan air dan nutrisi (biasanya
menambahkan nitrogen, phosphor dan sedikit
Menurut Atlas (1993) ada dua pendekatan umum logam).
dalam bioremediasi, yaitu: Metode ini sesuai untuk skala besar dan
bukan untuk suatu kontaminan tertentu. Metode ini
1. Modifikasi lingkungan, merupakan penciptaan sejak 1972 oleh Raymond yang pertamakali
kondisi lingkungan yang sesuai untuk mencoba untuk membersihkan minyak bumi di
meningkatkan kontak langsung antara New Jersey, telah berhasil mendegradasi kira-kira
mikroorganisme dengan senyawa kontaminan yang 1080 barel selama periode 1 tahun (Sayler, 1991).
ada di lingkungan, baik bentuk terlarut maupun Selanjutnya metode ini penerapannya ditingkatkan
yang terikat dalam partikel untuk mengalami dengan cara selain menambahkan pupuk, dilakukan
biotransformasi. isolasi mikroba indigen yang kemudian dikultur di
2. Bioaugmentasi, menurut Atlas (1993). yaitu laboratorium.
penambahan mikroba pendegradasi (degrader) atau Uji laboratorium mencari faktor-faktor
menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme fisika dan kimia yang dapat mempercepat aktivitas
indigen yang sengaja dimasukkan dari luar ke mikroba pendegradasi, sehingga diperoleh kondisi
daerah yang terkontaminasi polusi optimum. Akhirnya bakteri pendegradasi ini
mikroorganisme. Mendegradasi senyawa dilepaskan kembali ke lokasi asli untuk
kontaminan merupakan hal yang penting dalam membersihkan tumpahan minyak. Penelitian yang
penentuan keberhasilan bioremediasi lingkungan telah berhasil antara lain dilakukan oleh Litchfield
tercemar. Produk akhir dari bioremediasi yang (Sayler, 1991), dalam presentasinya menyebutkan
efektif adalah CO2 dan H20 yang tidak meracuni bahwa secara aerobik konsorsium bakteri yang
organisme hidup dan tidak membahayakan dilibatkan berhasil mendegradasi 90%
lingkungan. perchloroetilen dan 70% TCE dalam 3 bulan.
2. Bioremediasi ex situ, meliputi bioslurry, land
farming, dan composting. Bioslurry melibatkan
49

penggunaan bioreaktor yang dioperasikan dengan kompos termofilik yang dirawat pada suhu 55°C
mempertahankan kondisi optimum untuk menggunakan jamur Phannerochaete chrysoporum
biodegradasi. Bioreaktor ini biasanya dirancang berhasil mendegradasi (melalui proses
untuk mengolah limbah fase cair atau fase padat transformasi) bahan peledak itu lebih dari 90%
dari bahan-bahan yang sangat berbahaya. Metode selama 80 hari. Konsentrasi awal 18.000 mg/kg
berhasil untuk memperbaiki tanah yang sampai akhir 74 mg/kg sesudah 150 hari (Sayler,
terkontaminasi pentachlorophenol (PCP) dengan 1991).
memanfaatkan inokulum campuran mikroba
pengurai PCP. Hasilnya kontaminasi turun 99% Bioremediasi Badan Air secara teoritis jauh lebih
selama dua minggu (Sayler, 1991). mudah daripada melakukan pemulihan lahan tercemar,
3. Penimbunan atau pengolahan tanah (landfarming namun pada kenyataannya jauh lebih kompleks karena
atau biological land treatment) adalah teknik yang banyak faktor yang terlibat, diantaranya: a) Cakupan
paling sederhana yang prosesnya hampir sama area pencemaran yang jauh lebih luas, b) Stake holder
dengan proses dalam pengolahan tanah untuk yang lebih banyak, c) Polutan lebih mobil. Dengan
daerah pertanian. Pemberian pupuk, suplai air yang demikian maka remediasi badan air berupa sungai, akan
cukup dan penggemburan tanah dapat jauh lebih kompleks dari pada meremediasi kolam, danau,
meningkatkan pertukaran oksigen. Teknik 30 tahun atau saluran drainase (makro). Bioremediasi badan air
yang lalu sudah sangat luas digunakan oleh industri dapat dilakukan pada 3 komponen, a) komponen airnya
petroleum di USA. Tanah yang dibangun khusus sendiri (perbaikan kualitas air); b) komponen padatan
dengan pemantauan terhadap kecepatan yang berada dipermukaan (sampah, skim, busa); dan c)
mendegradasi, kelembaban, pupuk, dan lain lain, komponen sludge atau lumpur yang berada di dasar.
diterapkan terhadap limbah berminyak. Teknik ini
berhasil mendegradasi kira-kira 70% senyawa Semua air buangan yang biodegradable dapat
aromatik, dan 90% senyawa alifatik (Sayler, 1991). diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder,
4. Pembuatan kompos atau pengomposan (composting). pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan
Pendekatan ini telah bertahun-tahun dilakukkan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa
oleh petani perkebunan dalam pengolahan tanah telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dan lumpur untuk pertumbuhan jamur (mushroom). dengan segala modifikasinya.
Pada tahun 1989 Williams, dkk. menerapkan
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi
bioremediasi bahan amunisi pada daerah militer
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: a) reaktor
yang terkontaminasi TNT (2,4,6-trinitrotuluena).
pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor); b)
Proses bioremediasi dengan membuat gundukan
reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor).
50 51

Reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar
tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. 80%-90%.
Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung
dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus proses penguraian secara biologi, proses ini dapat
berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: dibedakan menjadi dua jenis, yaitu a) proses aerob, yang
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan berlangsung dengan hadirnya oksigen; dan b) proses
dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Apabila
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob
BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada
dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi
yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi lebih ekonomis.
mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi
hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-
stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi
melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga
tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan
pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi
maupun yang tidak, termasuk dalam jenis reaktor
pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di
dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat
memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang
diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme
tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk
lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara
lain: a) trickling filter, b) cakram biologi, c) filter
terendam, d) reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini
53 54

BAB III yang ada dalam air dan mikroorganisme yang


PENGOLAHAN LIMBAH CAIR digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam
suatu reaktor. Beberapa contoh pengolahan dengan
SECARA BIOLOGIS
sistem ini antara lain: proses lumpur aktif
Air limbah di Indonesia baik limbah domestik standar/konvesional (standart activated sludge), step
maupun air limbah industri sampai saat masih aeration, contact stabilization, extended aeration,
menjadi masalah yang serius. Di dalam proses oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan
pengolahan air limbah khususnya yang Iainya (Said, 1999).
mengandung polutan seyawa organik, teknologi Proses biologis dengan biakan melekat
yang digunakan sebagian besar menggunakan yakni proses pengolahan limbah dimana
aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada
senyawa polutan organik tersebut. Proses pemgolahan suatu media sehingga mikroorganisme tersebut
limbah dengan aktifitas mikroorganisme biasa disebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut
dengan "Proses Biologis" (Said, 1999). juga dengan proses film mikrobiologis atau proses
Proses pengolahan air limbah secara biologis biofilm. Beberapa contoh teknologi pengolahan air
dapat d , ilakukan pada kondisi aerobik (dengan limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter,
udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau biofilter tercelup, reaktor kontak biologis putar
kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses (rotating biological contacto,) RBC), contact
mengolahan aerobik biasanya digunakan untuk aration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya.
pengolahan air Iimbah dengan beban BOD yang tidak Proses pengolahan air limbah secara
terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas
beban BOD yang sangat : tinggi. dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga
Pengolahan air limbah secara biologis dapat dengan aktivitas mikroorganisme yang tumbuh
dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan secara alami, senyawa polutan yang ada dalam ai
biakan tersuspensi (suspended culture), proses limbah akan terurai. Untuk mempercepat proses
biologis dengan biakan melekat (attached culture) penguraian senyawa polutan atau memperpendek
dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau waktu tinggal dapat juga dilakukam proses aerasi.
kolam. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah
Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam
sistem pengolahan dengan menggunakan aktivitas stabilisasi (stabilization bond). Proses dengan sistem
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan

52
47
55
56

sebagai proses biologis dengan biakan mendapatkan makanan yang sesuai dengan sifat
tersuspensi.Secara garis besar klasifikasi proses metabolisme organisme tersebut. Oleh karena
pengolahan air limbah secara biologis dapat dilihat kemampuan untuk mendapatkan makanan atau
pada Gambar 3.1. kemampunan metabolisme di lingkungan bervariasi,
maka mikroorganisme yang mempunyai kemampuan
adaptasi dan kemampuan mendapatkan makanan dalam
jumlah besar dengan kecepatan maksimum akan
berkembangbiak dengan cepat dan akan dominan di
lingkungannya.
Di antara mikroorganisme di alam, organisme
yang mempunyai kemampuan metabolisme yang
paling tinggi adalah bakteri, diikuti oleh eumycetes
dan protozoa. Mikroorganisme tersebut mempunyai
ukuran yang sangat kecil tetapi kemampuan
metabolismenya sangat tinggi.
Gambar3.1. Klasifikasi Proses Pengolahan Air Limbah Proses pengolahan air limbah secara
secara Biologis. biologis, pada hakekatnya adalah memanfaat kan
Sumber (Said, 1999) mikroorganisme (bakteria) yang mempunyai
kemampuan untuk menguraikan senyawa-senyawa
A. PERANAN MIKROORGANISME DALAM polutan tertentu di dalam suatu reaktor biologis yang
PROSES PENGOLAHAN SECARA kondisinya di buat agar sesuai untuk pertumbuhan
BIOLOGIS mikroorganisme (bakteria) yang digunakan. Didalam proses
pertumbuhan atau perkembangbiakan serta
Kondisi alami, senyawa organik dapat terurai metabolisme mikroorganisme harus mempunyai
menjadi karbon dioksida, air dan sejumlah senyawa sumber energi, karbon untuk pertumbuhan sel baru
anorganik yang stabil oleh aktifitas mikroorganisme. serta elemen anorganik atau nutrien misalnya
Mikroorganisme tersebut tidak dalam dalam satu nitrogen, phospor, sulfur, natrium, kalsium dan
spesies secara bebas, melainkan dalam bentuk magnesium. Karbon dan sumber energi biasanya
konsorsia atau campuran dari bermacam-macam disebut substrat, sedangkan nutrien dan faktor
spesies tertentu tergantung dari kondisi pertumbuhan juga diperlukan untuk . pembentukan sel.
lingkungannya, dimana masing-masing Berdasarkan cara pernafasan dan bentuk
mikrorganisme tersebut bersaing untuk rnetabolismenya, mikroorganisme (bakteria) yang
57

digunakan untuk proses pengolahan air limbah secara Berdasarkan adanya oksigen di lingkungannya,
garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua sintesis bakteria heterotropik dibagi menjadi tiga kelompok:
grup mikroorganisme yang melakukan foto sintesis 1. Bakteri Aerob Mutlak: yakni bakteria yang tidak
dan mikroorganisme yang melakukan sintesis bahan dapat hidup jika tanpa oksigen di lingkungannya.
kimia. Untuk mikroorganisme yang melakunan 2. Bakteri Fakultatif Aerob: yakni bakteri yang
sintesis bahan kimia digolongkan menjadi dua yakni dapat tumbuh tanpa oksigen, tetapi menujukkan
bakteria autotropik dan bakteria heterotropik, pertumbuhan yang lebih eepat bila terdapat oksigen
meskipun ada sebagian bakteri yang melakukan di lingkungannya.
fotosintesis yang mana hal ini merupakan suatu 3. Bakteria Anaerob Mutlak: yakni bakteria yang tidak
perkecualian (Said, 1999). dapat hidup atau tumbuh jika terdapat oksigen di
Mikroorganisme yang melakukan fotosintesis lingkungannya.
umumnya adalah jenis alga yang berkhlorofil yang Bakteria jenis 1) dan 2) umumnya digunakan
mensintesis karbon dioksida dan air untuk keperluan sebagai organisme utama untuk pengolahan air limbah
pertumbuhannnya dengan mengeluarkan oksigen. secara biologis dengan proses lumpur aktif atau proses
Ada juga sebagian alga yang dapat menguraikan biofilm, sedangkan bakteria jenis 3) digunakan untuk
senyawa organik di tempat yang gelap meskipun proses penguraian secara anaerob mutlak. Di dalam
mempunyai khlorofil misatnya chlorella. proses pengolahan air limbah biologis yang perlu
Mikroorganisme autotropik adalah organisme diperhatikan adalah menjaga kondisi reaktor agar
yang menggunakan karbon yang berasal dari mikroorganisme bekerja pada kondisi yang maksimal.
karbondioksida sebagai sumber energi untuk Proses pengolahan air limbah secara biologis
metabolisme dan pertumbuhan sel baru, Sedangkan dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 1, meskipun
mikoorganisme heterotropik adalah mikroorganisme ada beberapa peneliti yang mengklasifikasikan berbeda.
yang menggunakan karbon yang berasal dari senyawa
organik untuk pertumbuhan serta pembentukan sel-sel
baru.
Diantara mikroorganisme yang melakukan
sintesis kimia, bakteria heterotropik adalah
merupakan organisme utama yang digunakan untuk
58
proses pengolahan air limbah secara biologis,
kelompok bakteria jenis ini sangat mudah
59
Tabel 3. 1 Proses Pengolahan secara Biologis yang Umum Digunakan
berkembangbiak dengan cara oksidasi dan menguraikan
Untuk Air Limbah.
senyawa organik (senyawa karbon). Jenis Proses Nama yang Umum Pen..unaan
_
Proses secara Lanjutan Tabel 3.1
aerobik 3. Proses Aerobik
1. E.akan Proses biakan Proses
DenitiLumpur
ifikasi Aktif :
dengan Penghilangan
Denitritikasi
tersuspensi
tersuspensi Konvensionalistandar
Biakan denitrifikasisenyawa
(Suspended Pencampuran
tersuspensi Suspd:ded Sempurna
Growth BOD
Groth) Proses biakan (Complete mix process)
denitrification) organik ,(nitrifikasi)
melekat Step Aeration (Aerasi
Denitrifikasi unggunbertahap)
tetap
Porses
(FixedOksigen Murni
film denitrification) 60
3. 1 Proses Anaerobik : Kontak Stabilisasi
Biakan Proses Oksidasi Parit
tersuspensi (Oxydation
AnaerobicDitch)
digestion
Proses
Prosesdeep satu
shaft aeration
Suspended growth nitrification
tahap, Stabilisasi,
Nitrifikasi . BCC Secara garis besar ada lima kelompok
kecepatan penghilangan
Areated Lagoonstandar Penghilangan BOD pengolahan yakni proses aerobik, proses anoxic,
Aerobic digestion : (nitrifikas ) Stabilisasi,
Proses satu
Proses
tahap,
konvensional dg. udara
Stabilisasi,
penghilangan BOD
proses anaerobik, proses kombinasi aerobik, anoxic
kecepatan tinggi penghilangan BOC
Proses
Proses denaragcsi
dua tahap en murni Stabilisasi, penghilangan dan anaerobik, dan proses dengan lagoon atau kolam.
Biakan Trickiing Filter Penghilangan
PenghilanganBOD,
melekat
Proses kontak anaerobik
Proses
BCC BOO Penerapan dalam pengolahan, umumnya
Prosesdg.
l Kecepatan rendah Penghilangan
nitrifikas,
anaerobik Sludge BOD
(Atttached Proses
blanketdo.UpKecepatan.tinggi
Flow
digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:
Growth) Filter Kasar (Roughing Filters)
Bia kan Proses Biofilter Anaerobik Penghilangan BOO,
Penghilancan
1. Menghilangkan senyawa organik yang ada di
Melekat Stabilisas a ir limba h,
BOO
de nitr if ika si
dalam air limbah yang biasanya diukur sebagai
Reaktor Putar Riologis (RBC) Penghilangan BOO, Biological Oxygen Demand (BOD), Total
Proses Epanded Bed Penghilangan BOO ,
Biofilter d e n g a n u n g g u n t e t a sta p nitri'ikasi Penghilangan
4. Kombinasi proses aerobik, anoxix dan bilisa s air limbah Karbon Organik (TOD), Chemical Oxygen
Kombinasi Lumpur ktif biofilter, proses BOO, nitrifikasi
anaerobik
proses trckling filte, solid contact, Penghilangan BOD, Demand (COD).
Bia kan Proses satu tahap atau 1 Penghilangan
nit , ifircaSi BOO, nitr
biakan proses biofilter
tersuspen
Tersuspensi tahap banyak, variasi
lumpur aktif, proses trickling
fikasi . denitrifikasi, 2. Untuk proses nitrifikasi
proses yang sesuai penghilangan p h o s p o r
si dan filter seri- elumpur aktif dll . 3. Denitrifikasi
biakan
melekat
Kombinasi Proses satu tahap atau
Penghilangan BOD, 4. Menghilangkan senyawa phopor, dan
biakan tahap banyak (multi stage)
tersuspensi dan
nitrifikasi, denitrifikasi, 5. Untuk stabilisasi air limbah.
penghilangar phospor
biakan melekat
5. Jenis Proses Nama yang Umum Penggunaan
Proses dengan
B. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH
lagoon atau Kolam aerobik Penghiilangan BOD, DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF
kola m
Penghiilangan BOD,
Kolam maturasi (stabilisasi)
nitrifikasi Proses pengolahan air limbah secara
Kolam Fakultatitf Penghiilangan BOD biologis dengan sistem biakan tersuspensi telah
Kolam anaerobik
Penghiilangan BOD,
stabilisasi limbah
digunakan secara luas di seluruh dunia untuk
Sumber (Horan, 1990) pengolahan air limbah domestik. Proses ini
secara secara prinsip m erupakan proses aerobik
62

dimana senyawa organik dioksidasi menjadi pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak
CO 2 ,H 2 O, NH 4 dan biomasa baru. Untuk suplai aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang
oksigen biasanya dengan menghembuskan udara biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa atau
secara mekanik. mikroorganisme inilah yang akan menguraikan
Sistem pengolahan limbah dengan biakan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
61
tersuspensi yang paling umum dan telah Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
digunakan secara luas yaitu proses pengolahan pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
dengan sistem lumpur aktif ( Activated Sludge yang mengandung massa mikroorganisme
Process). diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.
aktif konvensional (standar) secara umum terdiri dari Air limpasan ( over flow) dari bak pengendap
bak pengendapan awal, bak aerasi dan bak akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
membunuh bakteri patogen. Secara umum proses senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme
pengolahannya adalah sebagai berikut. Air limbah patogen. Air olahan, yaitu air yang keluar setelah
yang berasal dari industri ditampung dalam bak proses klorinasi dapat langsung dibuang ke sungai
penampung air limbah. Bak penampung ini atau saluran umum.
berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah Dengan proses ini air limbah dengan
serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk konsentrasi BOD 250 -300 mg/l dapat di turunkan
memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air kadar BOD nya menjadi 20-30 mg/I. Proses
limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
pengendap awal. standar atau konvensional disajikan pada Gambar
Bak pengendap awal berfungsi untuk 3.2.
menurunkan padatan tersuspensi ( Suspended Solids)
sekitar 30 - 40 %, serta BOD sekitar 25 %. Air
limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak
aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air
limbah dihembus dengan udara sehingga
mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah. Energi yang
didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut
digunakan oleh mikrorganisme untuk proses
64

Gambar 3.2 Proses Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif Dimana:
Standar (Konvensional). Q = debit air limbah yang masuk (m 3/ hari)
So = Konsentrasi BOD di dalam air limbah
Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun yang masuk (kg/m 3 )
akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, V = Volume reaktor (m3)
sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak c. Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi di
63
penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur dalam bak aerasi pada proses pengolahan air
aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan limbah dengan sistem lumpur aktif disebut
beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan sebagai mixed liqour yang merupakan
tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan campuran antara air limbah dengan biomassa
untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang mikroorganisme serta padatan tersuspensi
besar. Sedangkan beberapa kelemahannya antara lain lainnya. MLSS adalah jumlah total dari
yaitu kemungkinan tadi bulking pada lumpur padatan tersuspensi yang berupa material
aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang organik dan mineral, termasuk di dalamnya
dihasilkan cukup. adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan
dengan cara menyaring lumpur campuran
1. Variabel Operasional Di Dalam Proses dengan kertas saring (filter), kemudian filter
Lumpur Aktif. dikeringkan pada temperatur 105 ° C, dan
berat padatan dalam contoh ditimbang.
a. Variabel porencanan (design variabel) yang d. Mixed Lquour Volatile Suspended Solids
umum digunakan dalam proses pengolahan (MLVSS). yang berisi material organik bukan
dengan sistem lumpur aktif (David dan mikroba, mikroba hidup dan mati, dan
Cornweel1, 1985; Verstraete dan van hancuran sel (Nelson dan Lawrence, 1980).
Vaerenbergli, 1988) sebagai berikut. MLVSS diukur dengan memanaskan terus
b. Beban BOD (BOD Loading Rate atau sampel filter yang telah kering pada 600 -
Volumetric Loading Rate). Beban BOD 650 ° C, dan nilainya mendekati 65-75% dari
adalah jumlah massa BOD di dalam air MLSS.
limbah yang masuk (influent) dibagi dengan e. Food - to - microorganism ratio atau Food to -
volume reaktor. Beban BOD dapat dengan mass ratio disingkat F/M Ratio. Parameter ini
rumus sebagai berikut. menujukkan jumlah zat organik (BOD) yang
Q x So dihilangkan dibagi dengan jumlah massa
Beban BOD = ------------ kg/m3.hari mikroorganisme di dalam bak aerasi atau
V reaktor. Besarnya nilai F/M ratio umumnya
ditunjukkan dalam kilogram BOD per kilogram f. Hidraulic Retention Time (HRT). Waktu
MLLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983; tinggal hidraulik (HRT) adalah waktu rata-
Nathanson, 1986). F/M dapat dihitung dengan rata yang dibutuhkan oleh larutan influen
menggunakan rumus sebagai berikut. masuk dalam tangki aerasi untuk proses
Q (So-S) lumpur aktif, nilainya berbanding terbalik
F/M = ------------- 66
65 dengan laju pengenceran (dilution rate, D)
MLSS x V (.Sterritt dan Lester, 1988).
HRT = 1/D = V/Q
dimana: dimana :
Q = Laju air limbah Juta Galon per V = Volurm reaktor atau bak aerasi (m3).
hari (MGD) Q = Debit air limbah yang masuk ke dalam
So = Konsentrasi BOD di dalam air tangki aerasi (m3/jam)
limbah yang masuk ke bak D = Laju pengenceran (jam -1).
aerasi (reaktor) (kg/m3) g. Ratio Sirkulasi Lumpur (Hidraulic
S = Konsentrasi BOD di dalam efluen
Recycle Ratio, HRT). Ratio sirkulasi
(kg/m3)
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids
lumpur adalah, perbandingan antara jumlah
(kg/m3) lumpur yang disirkulasikan ke bak aerasi
V = Volume reaktor atau bak aerasi dengan jumlah air limbah yang masuk ke
(m3) dalam bak aerasi.
Rasio F/M dapat dikontrol dengan cara mengatur h. Umur lumpur (sludge age) atau sering
laju sirkulasi lumpur aktif dari bak pengendapan disebut waktu tinggal rata-rata sel (mean
akhir yang disirkulasi ke bak aerasi, Lebih cell residence). Parameter ini adalah
tinggi laju sirkulasi lumpur aktif lebih tinggi menujukkan waktu tinggal rata-rata
pula rasio F/M-nya. Untuk pengolahan air limbah mikroorganisme dalam sistem lumpur aktif.
dengan sistem lumpur aktif konvensional atau Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka
standar, rasio F/M adalah 0,2 - 0,5 kg BOD 5 per waktu tinggal sel mikroba dalam bak aerasi
kg MLSS per hari, tetapi dapat lebih tinggi dapat dalam hitungan hari. Parameter ini
hingga 1,5 jika digunakan oksigen murni berbanding terbalik dengan laju
(Hammer, 1986). Rasio F/M yang rendah pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dapat
menunjukkan bahwa mikroorganisme dalam dihitung dengan rumus sebagai berikut
tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin (Hammer, 1986; Curds dan Hawkes, 1983) :
rendah rasio F/M pengolah limbah semakin
efisien. MLSS x V
Umur Lumpur (Hari) = ------------------- dibuang den dipindahkan ke pengolahan lumpur.
SS e 0 e + SS w X Q w Sel-sel mikroba terjadi dalam bentuk agregat atau
dimana : flok, densitasnya cukup untuk mengendap
MLSS= Mixed Liquor Suspended dalam tangki penjernih. Pengendapan lumpur
Solids (mg/l).
tergantung ratio F/M dan umur lumpur.
V = Volume bak aerasi (L) 67 68
SSe = Padatan tersuspensi dalam
Pengendapan yang baik dapat terjadi jika
efluen (mg/l) lumpur mikroorganisme berada dalam fase
SSw = Padatan tersuspensi dalam endogeneous, yang terjadi jika karbon dan
lumpur limbah (mg/l) sumber energi terbatas dan jika pertumbuhan
Qe = Laju efluen limbah (m3/hari) bakteri rendah. Pengendapan lumpur yang balk
Qw = Laju influen limbah (m3/hari). dapat terjadi pada rasio F/M yang rendah
(contoh : tingginya konsentrasi MLSS).
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 - 15 Sebaliknya, Rasio F/M yang tinggi mengakibatkan
hari untuk sistem lumpur aktif konvensional. pengendapan lumpur yang buruk.
Pada musim dingin dapat menjadi lebih lama Dalam air limbah domestik, rasio F/M
dibandingkan pada musim panas (U.S. EPA, yang optimum antara 0,2 - 0,5 (Gaudy dan
1987). Parameter penting yang mengendalikan Gaudy, 1988; Hammer, 1989). Rata-rata waktu
operasi lumpur aktif adalah beban organik atau tinggal sel yang diperlukan untuk pengendapan
beban BOD, suplai oksigen, pengendapan dan yang efektif adalah 3 - 4 hari (Metcalf dan
operasi bak pengendapan akhir. Bak Eddy, 1991). Pengendapan yang tidak baik
pengendapan akhir ini mempunyai dua fungsi dapat terjadi, akibat gangguan yang tiba-tiba
yakni untuk penjernihan (clarification) dan pada parameter fisik (suhu dan pH), kekurargan
pemekatan lumpur (thickening). makanan (N, suhu, mikronutrien), dan kehadiran
zat racun seperti logam berat) yang dapat
Campuran air limbah dan lumpur menyebabkan hancurnya sebagian flok yang
(mixed liqour) dipindahkan dari tangki aerasi sudah terbentuk (Chudoba, 1989).
ke bak pengendapan akhir. Di dalam bak Untuk operasi rutin, operator harus
pengendapan akhir ini, lumpur yang mengukur laju pengendapan lumpur dengan
mengandung mikroorganisme yang masih aktif menentukan indeks volume lumpur (sludge
dipisahkan dari air limbah yang telah diolah. volume index, SVI), Voster dan Johnston, 1987.
Sebagian dari lumpur yang masih aktif ini Cara konvensional untuk mengamati
dikembalikan ke bak aerasi dan sebagian lagi kemampuan pengendapan lumpur ,adalah
dengan menentukan Indeks Volume Sludge
(Sludge Volume Index = SVI). Caranya adalah
sebagai berikut campuran lumpur dan air limbah
(mixed liquor) dari bak aerasi dimasukkan dalam
silinder kerucut volume 1 liter dan dibiarkan 69
selama 30 menit. Volume sludge dicatat, SVI 70
menunjukkan besarnya volume yang ditempati 1
gram lumpur (sludge). SVI dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut .
SV x 1 000
SVI (ml/g) = -------------- mililiter per gram
MLSS
dimana :
SV = Volume endapan lumpur di dalam silinder
kerucut setelah 30 menit pengendapan
(ml).
MLSS =Mixed Liqour Suspended Solid (mg/l).
Di dalam unit pengolahan air limbah dengan
sistem lumpur aktif konvensional dengan MLSS
< 500 mg/I) nilai SVI yang normal berkisar antara
50 - 150 ml/g.
Untuk merancang instalasi pengolahan
air limbah dengan proses lumpur aktif, beberapa
kriteria perencanaan, karakteristik pengolahan,
parameter perencanaan serta efisiensi
pengolahan untuk tiap jenis proses dapat dilihat
pada tabel 3.2.
72
71

Tabel 3.3. Masalah yang Sering Terjadi pada Proses Lumpur


2. Masalah Yang Sering Dijumpai Dalam Proses Aktif
Lumpur Aktif

Masalah yang sering terjadi pada proses


pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif
maupun proses biologis lainnya adalah "sludge
bulking"(Sykes,1989). Bulking adalah fenomena di
dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif di mana lumpur aktif (sludge) berubah
menjadi keputih-putihan dan sulit mengendap,
sehingga sulit terbentuk mengendap. Hal ini
mengakibatkan cairan supernatan yang dihasilkan
masih memiliki kekeruhan yang cukup tinggi.
Masalah yang sering terjadi pada Proses Lumpur Aktif
ditunjukkan pada Tabel 3.3.

a. Pertumbuhan Terdispersi (Dispersed


Growth)
Proses lumpur aktif yang beroperasi
dengan baik, bakteri yang tidak bergabung,
dalam bentuk flok biasanya dikonsumsi
protozoa. Adanya bakteri dalam bentuk
dispersi sel yang tidak bergabung dalam
bentuk flok dalam jumlah yang besar akan
mengakibatkan efluen yang keruh. Fenonema
74
pertumbuhan terdispersi ini berhubungan 73 flok lumpur berkurang dan efluen menjadi
dengan kurang berfungsinya bakteri keruh.
pembentuk flok (Floc-forming bacteria) dan hal d. Lumpur Yang Mengambang (Rising
ini disebabkan karena beban Organik (BOD) Sludge)
yang tinggi dan kurangnya suplai udara atau Indikasi dapat dilihat adanya Rising
oksigen. Selain itu senyawa racun misalnya Sludge adalah terjadinya lumpur yang
logam berat juga dapat menyebabkan menggambang pada permukaan bak
pertumbuhan terdispersi (dispersed - growth) pengendapan akhir. Gangguan ini disebabkan
di dalam proses lumpur aktif. karena terjadinya ekses denitrifikasi yang
b. Nonfilamentous Bulking berlebihan yang mengakibatkan suasan
Fenomena nonfilarnetous bulking ini anoxic - di dalam bak pengendapan akhir.
juga sering disebut zoogleal bulking yakni Selain itu gas nitrogen yang terjadi akibat
terjadinya ekses produksi exopotysaccharida proses denitrifikasi akan keluar ke atas dan
oleh bakteria misalnya zooglea. Hal ini akan mengikat flok lumpur aktif dan lumpur
menyebabkan berkurangnya efektivitas akan mengambang di permukaan sehingga
pengendapan serta kompaksi lumpur. efluen menjadi keruh. Salah satu cara untuk
Fenomena nonfIilamentous bulking ini dapat mengatasi hal tersebut yakni dengan cara
dicegah dengan proses khlorinasi (Chudoba, mengurangi waktu tingga1 sludge dengan
1989). cara meningkatkan laju sirkulasi lumpur di
c. Pinpoint Floc dalam bak pengendap.
Gejala Pinpoint floc adalah gejala e. Pembentukan Buih atau Busa (Foaming or
dimana flok lumpur aktif pecah menjadi scum Formation)
flok-flok yang halus dan ikut keluar di Indikasi yang terlihat adatah
dalam efluen sehingga air olahan terbentuknya busa pada permukaan bak aerasi
menjadi keruh. Menurut beberapa dalam jumlah yang besar yang dapat
peneliti mengatakan bahwa bakteri melampaui ruang bebas dan melimpah ke
bakteri filamentous merupakan bak pengendapan akhir. Hal ini di sebabkan
mikroorganisme utama yang menyususn adanya senyawa surfactant yand tidak dapat
flok di dalam sistem lumpur aktif sehingga terurai dan akibat berkembang-biaknya
keberadaaanya dalam jumlah yang sedikit Nocardia dan Microthox paricella.
dapat mengakibatkan flok yang terbentuk
kurang baik yang berakibat efisiensi pengendapan
75 76

C. PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN kombinasi anaerob-aerob adalah merupakan gabungan


PROSES FILM MIKROBIOLOGIS proses anaerobik dan proses aerobik. Proses ini
(BIOFILM)
biasaaya digunakan untuk menghilangkan kandungan
Proses pengolahan air limbah dengan proses nitrogen di dalam air limbah. Pada kondisi aerobik
biakan melekat, prinsip dasarnya adalah mengal irkan terjadi proses nitrifikasi yakni nitrogen amonium
air limbah ke dalam suatu biakan mikroorganisme diubah menjadi nitrat (NH 4 +  NO 3 ) dan pada
yang melekat di permukaan unggun media, sehingga kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi yakni
polutan yang ada di dalam air limbah akan diuraikan nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen
oleh mikroorganisme tersebut menjadi senyawa yang (NO 3  N 2 ).
tidak mencemari lingkungan. Proses peruraiannya
dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik,
atau kombinasi anaerob dan aerob.

1. Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis


(Biofilm)

Proses pengolahan air limbah dengan sistem


biofilm atau biofilter secara garis besar dapat
diklasifikasikan seperti pada Gambar 3. Proses
tersebut dapat dilakukan dalam kondisi aerobik,
anaerobik atau kombinasi kombinasi anaerobik dan
aerobik. Proses aerobik dilakukan dengan kondisi Gambar 3.3 Klasifikasi Cara Pengolahan Air LImbah dengan
Proses Film mikroorganisme (Biofilm)
adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah,
dan proses anaerobik dilakukan dengan tanpa adanya
oksigen dalam reaktor air limbah. Sedangkan proses
77 78

2. Prinsip Perngolahan Air Limbah Dengan Sistem dalam kondisi anaerobik. Pada kondisi anaerobik akan
Biofilm terbentuk gas H 2 S dan jika konsentrasi oksigen
Mekanisme proses metabolisme di dalam sistem terlarut cukup besar maka gas H 2 S yang terbentuk
biofilm secara sederhana dapat diterangkan pada Gambar tersebut akan diubah menjadi sulfat (SO 4 ) oleh
3. 4. Gambar tersebut menunjukan suatu sistem biofilm bakteri sulfat yang ada dalam biofilm.
yang yang terdiri dari medium penyangga, lapisan biofilm Selain itu pada zona aerobik nitrogen
yang melekat pada medium, lapisan air limbah dan ammonium akan diubah menjadi nitrit dan nitrat
pengisian udara yang terletak diluar. Senyawa dan selanjutnya pada zona anaerobik nitrat yang
limbah/polutan yang ada di dalam air lmbah misalnya terbentuk mengalami proses denitrifikasi menjadi
senyawa organik (BOD, COD), amoniak, phospor dan gas oksigen. Oleh karena di dalam biofilm terjadi
lainnya akan berdifusi ke dalam lapisan atau biofilm anaerobik dan aerobik pada saat yang bersamaan
biologis yang melekat pada permukaan medium. Pada saat maka dengan sistem tersebut proses penghilangan
yang bersamaan dengan menggunakan oksigen yang senyawa nitrogen menjadi lebih mudah. Hal ini
terlarut di dalam air limbah senyawa polutan tersebut akan secara sederhana ditunjukkan Gambar 3.4.
diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam lapisan
biofilm dan energi yang dihasilkan akan diubah menjadi
biomassa. Pada saat yang bersamaan suplai oksigen di
dalam biofilm dapat dilakukan dengan beberapa cara
misalnya sistem RBC yaitu dengan cara kontak dengan
uadra luar, pada sistem Trickling Filter dengan aliran balik
udara sedangkan pada sistem biofilter tercelup dengan
menggunakan blower udara atau pompa sirkulasi.
Jika lapisan mikrobiologis cukup tebal, maka
pada bagian luar lapisan mikrobiologis akan
berada pada kondisi aerobik sedangkan bagian
80
79

Gambar 3.5. Mekanisme Penghilangan Amonia di dalam Proses Biofilter

3. Keunggulan Proses Biologis Biakan Melekat


(Biofilm)

Gambar 3.4. Mekanisme Proses Metabolisme di dalam Ssitem Biofilm.


Pengolahan air limbah dengan proses biofilm
mempunyai beberapa keunggulan antara lain :
a. Pengoperasiannya mudah
Di dalam proses pengolahan air limbah
dengan sistem biofilm, tanpa dilakukan sirkulasi
lumpur, tidak terjadi masalah "bulking" seperti pada
proses lumpur aktif (Activated sludge process). Oleh
karena itu pengelolaanya sangat mudah.
81 82

b. Lumpur yang dihasilkan sedikit d. Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah
maupun fluktuasi konsentrasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur Di dalam proses biofilter mikroorganisma
aktif, lumpur yang dihasilkan pada proses melekat pada permukaan unggun media, akibatnya
biofilm relatif lebih kecil. Di dalam proses konsentrasi biomasa mikroorganisme per satuan
lumpur antara 30 - 60 % dari BOD yang volume relatif besar sehingga relatif tahan terhadap
dihilangkan (removal BOO) diubah menjadi lumpur fluktuasi beban organik maupun fiuktuasi beban
aktif (biomasa) sedangkan pada proses biofilm hidrolik.
hanya sekitar 10-30 %. Hal ini disebahkan karena e. Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi
pada proses biofilm rantai makanan lebih panjang pengolahan kecil.
dan melibatkan aktifitas mikroorganisme dengan Jika suhu air Iimbah turun maka aktifitas
orde yang lebih tinggi dibandingkan pada proses mikroorganisme juga berkurang, tetapi oleh karena di
lumpur aktif. dalam proses biofilm substrat maupun enzim dapat
c. Dapat digunakan untuk pengolahan air Iimbah terdifusi sampai ke bagian dalam lapisan biofilm
dengan konsentrasi rendah maupun dan juga lapisan biofilm bertambah tebal maka
konsentrasi tinggi. pengaruh penurunan suhu (suhu rendah) tidak
Oleh karena di dalam proses pengolahan air begitu besar.
limbah dengan sistem biofilm mikroorganisme atau
mikroba melekat pada permukaan medium D. PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN
penyangga maka pengontrolan terhadap PROSES TRICKLING FILTER
mikroorganisme atau mikroba lebih rnudah. Proses
biofilm tersebut cocok digunakan untuk mengolah Pengolahan air Iimbah dengan proses Trickling
air Iimbah dengan konsentrasi rendah maupun Filter adalah proses pengolahan dengan cara menyebarkan
konsentrasi tinggi. air limbah ke dalam suatu turnpukan atau unggun media
yang terdiri dari bahan batu pecah (kerikil), bahan
83 84

keramik, sisa tanur (slag), medium dari bahan plastik atau Pertama air limbah dialirkan ke dalam bak
lainnya. Dengan cara demikian maka pada permukaan pengendapan awal untuk mengendapkan padatan
medium akan tumbuh lapisan biologis (biofilm) seperti tersuspensi (suspended solids), selanjutnya air
lendir, dan lapisan biologis tersebut akan kontak dengan limbah dialirkan ke bak trickling filter melalui pipa
air Iimbah dan akan menguraikan senyawa polutan yang yang berputar. Dengan cara ini maka terdapat zona
ada di dalam air Iimbah. Proses pengolahan air limbah basah dan kering secara bergantian sehingga terjadi
dengan sistem Trickling Filter pada dasarnya hampir transfer oksigen ke dalam air limbah. Pada saat
sama .dengan sistem lumpur aktif, di mana kontak dengan media trickling filter, akan kontak
mikroorganisme berkembangbiak dan menempel pada dengan mikroorganisme yang menempel pada
permukaan media penyangga. permukaan media, dan organisme inilah yang akan
Di dalam aplikasinya, proses pengolahan air menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air
limbah dengan sistem Trickling filter secara garis besar limbah.
pada Gambar 3.6. Air limbah yang masuk ke dalam bak
trickling filter selanjutnya akan keluar melalui pipa
yang ada di dasar bak dan keluar melalui saluran
efluen. Dari saluran efluen dialirkan ke bak
pengendapan akhir dan air limpasan dari bak
pengendapan akhir adalah merupakan air olahan.
Lumpur yang mengendap di dalam bak
pengendapan akhir selanjutnya disirkulasikan ke
inlet pengendapan awal. Gambar penampang bak
trickling filter dapat ditunjukkan seperti pada
Gambar 3. 7.
Gambar 3.6 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem
Trickling Filter
85 86

Tabel 3. 4. Parameter Disain Trickling Filter.

:PARAMETER TRICKLING FILTER TRICKLING


STANDAR FILTER (HIGH
RATE)
Beban Hidrolik 0,5 – 4 8 - 40
m3/m2.hari
Beban BOD kg/m3.hari 0,08 - 0,4 0,4 - 4,7
Jumlah Mikroorganisme 4,75 - 7,1 3,3 - 6,5
/m3 media)
Stabilitas Proses Stabil Kurang Stabil
Air Olahan <20 Fluktuasi
Berat dalam Air Olahan Tinggi Rendah
Efisiensi Pengolahan 00 -95 4 80

Sumber: (Gouda T., 1979)

Gambar 3. 7. Penampang Bak Trickling Filter


2. Masalah yang sering terjadi pada Proses Trickling
1. Disain Parameter Operasional Filter
Masalah yang sering timbul pada operasi
trickling filter adalah sering timbul lalat dan bau
Di dalam operasional Trickling filter secara
yang berasal dari reaktor. Sering terjadi
garis besar dibagi menjadi dua yaitu trickling filter
pengelupasan lapisam biofilm dalam jumlah
Car (Low Rate) dan trickling filter kecepatan
yang besar, pengelupasan lapisan biofilm ini
tinggi. Parameter disain untuk trickling filter
disebabkan karena perubahan beban hidrolik atau
standar dan trickling filter kecepatan tinggi
beban organik secara mendadak sehingga lapisan
ditunjukkan pada Tabel 3. 4.
biofilm bagian dalam kurang oksigen dan
suasana berubah menjadi asam karena menerima
beban asam organik sehingga daya adhesiv dari
biofilm berkurang hingga terjadi pengelupasan.
87 88

Cara mengatasi gangguan tersebut dengan cara Dengan cara seperti ini mikroorganisme
menurunkan debit air limbah yang masuk ke misalnya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya
dalam reaktor atau dengan cara melalukan aerasi tumbuh melekat .pada permukaan media yang berputar
di dalam bak aerasi untuk menaikkan konsentrasi tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri
oksigen terlarut. mikroorganisme yang disebut biofilm (lapisan biologis).
Mikroorganisme akan menguraikan atau mengambil
E. PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil
REAKTOR BIOLOGIS PUTAR (ROTATING oksigen yang larut dalam air atau udara untuk proses
BIOLOGICAL CONTACTOR, RBC)
metabolismenya, sehingga kandungan senyawa
Reaktor biologis putar (rotating biological organik dalam air limbah berkurang.
contactor) disingkat RBC adalah salah satu teknologi Pada saat biofilm yang melekat pada media
pengolahan air limbah yang mengandung polutan yang berupa piringan tipis tersebut tercelup kedalam
organik yang tinggi secara biologis dengan sistem air limbah mikroorganisme menyerap senyawa organik
biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja yang ada dalam air limbah yang mengalir pada
pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di
mengandung polutan organik dikontakkan dengan atas permukaan air, mikroorganisme menyerap
lapisan mikroorganisme (microbial film) yang melekat okigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air
ada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media untuk menguraikan senyawa organik. Energi hasil
tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh
(disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan mikroorganisme untuk proses perkembangbiakan atau
disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga metabolisme. Senyawa hasil proses metabolisme
membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul mikroorganisme tersebut akan keluar dari biofilm dan
tersebut diputar secara perlahan dalam keadaan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan
tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada
secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut. pada mediumnya, sedangkan untuk padatan
89 90

tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan


lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi
bentuk yang larut dalam air.
Pertumbuhan mikroorganisme atau biofilm
tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya
karena gaya heratnya sebagian akan mengelupas dari
mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya,
mikroorganisme pada permukaan medium akan tumbuh
lagi dengan sendirinya hingga terjadi kesetimbangan
sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada
dalam air limbah. Secara sederhana proses penguraian Gambar 3.8. Mekanisme Proses Penguraian Senyawa
Organik oleh Mikroorganisme di dalam
senyawa organik oleh mikroorganisme di dalam RBC
RBC.
dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.8.
Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi
maupun konstruksinya sederhana, kebutuhan energi 1. Proses Pengolahan
relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam Secara garis besar proses pangolahan air limbah
jumlah yang besar, lumpur yang terjadi relatif kecil dengan sistem RBC terdiri dari bak pemisah pasir, bak
dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif pengendap awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontaktor
tidak menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari biologis putar (RBC), Bak pengendap akhir, bak
sistem RBC yakni sensitif terhadap temperatur. khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur. Diagram
proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC
adalah seperti pada Gambar 3. 9.
91

Dari bak pemisah/pengendap pasir, air


limbah dialirkan ke bak pengendap awal. Di
dalarn bak pengendap awal ini lumpur atau
padatan tersuspensi sebagian besar
mengendap. Waktu tinggal di bak pengendap
awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah
mengendap dikumpulkan dan dipompa ke bak
pengendapan lumpur.

c. Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi
Gambar 3.9 Diagram Proses Pengolahan Air kapasitas perencanaan, kelebihan debit air
Kimbah dengan Sistem RBC limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran
untuk disimpan sementara. Pada waktu debit
a. Bak Pemisah pasir
aliran turun/kecil, maka limbah yang ada di
Air limbah dialirkan dengan tenang ke
dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap
dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran yang
awal bersama-sama air limbah yang baru
berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan.
sesuai dengan debit yang diinginkan.
Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya
sampah, plastik, sampah kain dan lainnya
2. Kontaktor (Reaktor) Biologis Putar
tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa
pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.
piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik
92 dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit
pada suatu poros, diputar secara pelan dalam
keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah.
b. Pengendap Awal
93 94

Warktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di
jam.Dalam kondisi demikian, mikroorganisme akan pompa ke bak pemekat lumpur bers ama-sama
tumbuh pada permukaan, media yang berputar dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis.
Film biologis tersebut terdiri dari berbagai spesi es 4. Bak Khlorinasi
mikroorganisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap
lainnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri patogen,
perrnukaan media inilah yang akan menguraikan atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke
senyawa organik yang ada di dalam air limbah. masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air
Lapisan biologis tersebut makin lama makin limbah yang keluar dari bak pengendap akhir
tebal dan karena gaya beratnya akan menge lupas dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh
dengan sendirinya dan lumpur organik tersebut akan mikroorganisme patogen yang ada dalam air. Di dalam
terbawa aliran air keluar. Selanjutnya biakan biologis bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa
akan tumbuh dan berkembang pada permukaan media khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu
dengan sendirinya. sehingga seluruh mikroorgnisme patogennya dapat
dimatikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah
3. Pengendap Akhir sudah boleh dibuang ke ladang air.
Air limbah yang keluar dari bak kontaktor
(reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap 5. Bak Pemekat Lumpur
dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal
Dibandingkan dengan Proses lumpur aktif, lumpur maupu. bak pengendap akhir dikumpulkan di bak
berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur
ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan diaduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan
(over flow) dari bak pengendap akhir relatif sudah cara didiarnkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya
jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorin asi. mengendap, selanjutnya air supernatant ada pada bagian
95
96

alas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur a. Pengontrolan jumlah mikroorganisme sulit
yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau dilakukan.
ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim b. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
ke pengolahan lumpur di tempat lain. c. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan
masih tinggi.
6. Keunggulan dan kelemahan RBC d. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing
Beberapa keunggulan proses pengolahan air rambut, serta kadang-kadang timbul bau
limbah denga sistern RBC antara lain: busuk.
a. Pengoperasian alat serta perawatannya
mudah. 7. Masalah yang terjadi pada Proses RBC
b. Untuk kapasitas kecil/paket, dibandingkan Beberapa masalah atau gangguan yang terjadi
dengan proses lumpur aktif konsumsi energi di dalam proses RBC antara lain:
lebih rendah. a. Terjadi suasana anaerob dan gas H 2 S
c. Dapat dipasang beberapa tahap ( multi di dalam reaktor RBC.
stage). sehingga tahan terhadap fluktuasi Indikasi yang dapat dilihat dari luar
beban pengolahan. adalah ketebalan lapisan
d. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, mikroorganisme di bagian inlet dan dan
sehingga efisiensi penghilangan ammonium out let sama-sama tebal, dan lapisan
lebih besar. Tidak terjadi bulking ataupun mikroorganisme yang melekat pada
buih (foam) seperti pada proses lumpur permukaan media berwarna hitam.
aktif. Gangguan tersebut disebabkan karena
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses beban hidrolik atau beban organik
pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara melebihi kapasitas disain.
lain: Penanggulangan masalah tersebut antara
lain dengan cara menurunkan debit air
97 98

limbah yang masuk dalam reaktor RBC atau lndikasi yang terlihat adalah
melakukan aerasi di dalam bak ekualisasi timbulnya lapisan biofilm pada permukaan
sehingga jumlah oksigen bertambah media yang berbentuk seperti gelatin
diharapkan beban organik atau beban BOD berwarna putih agak bening transparan.
diturunkan. Jumlah oksigen terlarut lebih kecil 0,1
b. Kualitas air hasil olahan kurang balk dan mg/I. sebab-sebab gangguan antara lain
lapisan mikroorganisme cepat terkelupas. terjadi perubahan beban hidrolik atau
lndikasi yang dapat dilihat yakni beban BOD yang besar, mikroorganisme
biofilm terkelupas dari permukaan sulit mengkonsumsi oksigen, air limbah
media dalam jumlah yang besar dan mengandung senyawa reduktor dalam
petumbuhan biofilm yang melekat pada jumlah yang besar, keseimbangan nutrien
permukaan media tidak normal. kurang baik. Penanggulangan masalah
Gangguan tersebut disebabkan karena dapat dilakukan dengan cara melakukan
terjadinya fluktuasi beban BOD yang aerasi, di dalam bak ekualisasi, menaikkan
sangat besar, perubahan pH air limbah pH air limbah dan memperbaiki
yang tajam, serta perubahan sifat atau keseimbangan nutrien.
karakteristik limbah. Penanggulangan d. Terdapat banyak gumpalan warna
masalah dapat dilakukan dengan cara merah yang melayang-layang di
pengontrolan terhadap beban BOD, dalam reaktor RBC
kontrol pH dan pengukuran konsentrasi Indikasi yang nampak adalah
BOD, COD serta senyawa-senyawa yang terjadi cacing air, cacing bebang secara
menghambat proses. tidak normal, dan lapisan biofilm yang
c. Terjadi kelainan pada pertumbuhan tumbuh pada permukaan media sangat
biofilm dan timbul gas H 2 S dalam tipis. Gangguan tersebut disebabkan
jum lah yang besar. karena beban hidrolik atau beban organik
99
100

(BOD) sangat kecil dibandingkan dengan (split), kerikil, batu marmer, batu tembikar, batu bara
kapasitas disainnya. Cara mengatasi (kokas) dan lainnya.
gangguan tersebut yaitu dengan cara Di dalam proses pengolahan air limbah dengan
memperbesar debit air limbah yang masuk sistem biofilter tercelup aerobik, sistem suplai udara
ke dalam reaktor. dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi yang
sering digunakan adalah seperti yang tertera pada
F. PROSES BIOFILM ATAU BIOFILTER Gambar 3. 10. Beberapa cara yang sering digunakan
TERCELUP(SUBMERGED BIOFILTER ) antara lain aerasi samping, aerasi tengah (pusat),
aerasi merata seturuh permukaan, aerasi eksternal,
Proses pengolahan air limbah dengan proses
aerasi dengan air lift pump, dan aerasi dengan sistern
biofilm atau biofilter tercelup dilakukan dengan
mekanik. Masing-masing cara mempunyai keuntungan
cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor
dan kekurangan.Sistem aerasi juga tergantung dari jenis
biologik yang di dalamnya diisi dengan media
media maupun efisiensi yang diharapkan. Penyerapan
penyangga untuk pengembangbiakan
oksigen dapat terjadi disebabkan terutama karena aliran
mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk
sirkutasi atau aliran putar kecuali pada sistem aerasi
proses anaerobik dilakukan tanpa pemberian udara
merata seluruh permukaan media.
atau oksigen. Posisi media biofilter tercelup di bawah
permukaan air. Media biofilter yang digunakan secara
umum dapat berupa bahan material organik atau
anorganik.
Untuk media biofilter dari bahan organik
misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring buliran tak
teratur (random packing), bentuk papan (plate),
bentuk sarang tawon dan lainnya. Sedangkan untuk
media dari bahan anorganik misalnya batu pecah
101

karena itu untuk penambahan jumlah beban yang sulit


dilakukan. Berdasarkan hal tersebut di atas 102
belakangan ini penggunaan sistem aerasi merat a
banyak dilakukan karena mempunyai kemampuan
penyerapan oksigen yang hesar.
Jika kemampuan penyerapan oksigen besar
maka dapat digunakan untuk mengolah air limbah
dengan beban organik (organic loading) yang
besar pula. Oleh karena itu diperlukan juga media
yang dapat melekatkan mikroorganisme dalam
jumlah yang besar. Biasanya untuk media biofilter
dari bahan anorganik semakin kecil diameternya
luas permukaannya semakin besar, sehingga jumlah
mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi
besar. Jika sistem aliran dilakukan dari atas kebawah
Gambar 3.10. Beberapa Metode Aerasi untuk Proses
(down flow) maka sedikit banyak terjadi efek filtrasi
Pengolahan Air Limbah dengan Sistem sehingga terjadi penumpukan lumpur organik pada bagian
Biofilter Tercelup. atas media yang dapat mengakibatkan penyumbatan,
karena itu perlu proses pencucian secukupnya.. Jika
Di dalam proses hiofilter dengan sistem aerasi
terjadi penyumbatan maka dapat terjadi aliran singkat
merata, lapisan mikroorganisme yang melekat di
(Short pass) dan juga terjadi penurunan jumlah aliran
permukaan media mudah terlepas, sehingga seringkali
sehingga kapasitas pengolahan rnenurun secara drastis.
proses menjadi tidak stabil. Tetapi di sistem aerasi melalui
Untuk media biofilter dari bahan organik banyak
aliran putar, kemampuan penyerapan oksigen hampir sama
yang dibuat dengan cara dicetak dari bahan tahan karat
dengan aerasi dengan menggunakan difuser, oleh
dan ringan misalnya PVC dan lainnya, dengan luas
permukaan spesifik yang besar dan volume rongga ekuilisasi air Iimbah dipompa ke bak pengendap awal,
(porositas) yang besar, sehingga dapat melekatkan 103 untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir 104 dan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar dengan resiko kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak
kebuntuan yang sangat kecil. Dengan demikian pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol
memungkinkan untuk pengolahan air limbah dengan aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang
beban konsentrasi yang tinggi serta efisiensi pengolahan berbentuk padatan, sludge digestior (pengurai lumpur)
yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter dan penampung lumpur.
yang banyak digunakan yaitu media dalam bentuk saran Air limpasan dari bak pengendap awal
tawon (honeycomb tube) dari bahan PVC. Beberapa selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan
contoh perbandingan luas permukaan spesifik dari arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas.
berbagai media biofilter dapat dilihat pada Tabel Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan
3.5. media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak
kontaktor anaerob terdiri dari dua ruangan. Penguraian
Tabel 3.5 Perbandingan Luas Permukaan Spesifik Media Biofilter zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerob atau fakultatif aerob. Setelah beberapa
No. Jenis Media Luas permukaan
spesifik (m2/m3) hari operasi, pada permukaan media filter akan
1. Trickling Filter dengan batu pecah 100-200. tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme
2. Modul Sarang Tawon (honeyComb modul) 150-240
3. Tipe Jaring 50 inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
4. RBC 80 -150
sempat terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob
G. PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di bak
DENGAN ANAEROB-AEROB kontraktor aerob diisi dengan media dari bahan
plastik sarang tawon, sambil diaerasi, atau dihembus
Seluruh air Iimbah dialirkan masuk ke bak
dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan
pengumpul atau bak ekualisasi, selanjutnya dari bak
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
106

tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap
demikian air limbah akan kontak dengan akhir. Di dalam bak lumpur aktif yang banyak
105
mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun mengandung massa . mikroorganisme diendapkan dan
yang menempel pada permukaan media yang mana hal dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat pompa sirkulasi lumpur.
organik serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan
efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini
Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Iimbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk
Aeration). membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan yaitu
Air Iimbah yang dihasilkan dari industri air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat
dikumpulkan melalui saluran air Iimbah, kemudian langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.
dilairkan ke bak kontrol untuk memisahkan kotoran Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut
padat. Selanjutnya, sambil dibubuhi dengan larutan selain dapat menurunkan zat organik (BOC, COD)
kapur atau larutan NaOH air Iimbah dialirkan ke bak juga ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS),
pengurai anaerob. Di dalam bak pengurai anaerob phospat dan lainnya.
tersebut polutan organik yang ada di dalam air Skema proses pengolahan air limbah rumah
Iimbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara tangga dengan sistem biofilter anaerob-aerob pada
anaerob, menghasilkan gas methan yang dapat Gambar 3. 11.
digunakan sebagai bahan bakar. Dengan proses
tahap pertama konsentrasi COD dalam air Iimbah
dapat diturunkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi
pengolahan 90%). Air olahan tahap awal ini
selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut
dengan sistem biofilter aerob.
108

Gambar 3. 11 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah 107


dengan proses Biofilter Aerob-anaerob.

Penguraian senyawa organik secara anaerob


secara garis besar bagi menjadi dua yaitu
Gambar 3. 12. Penguraian Anaerob Satu tahap
penguraian satu tahap dan penguraian dua tahap.

1. Penguraian satu tahap 2. Penguraian dua tahap


Penguraian anaerobik membutuhkan tangki Proses ini membutuhkan dua tangki pengurai
fermentasi yang besar, memiliki pencampur (reaktor) yakni satu tangki berfungsi mencampur
mekanik yang besar, pemanasan, pengumpul gas. secara terus-menerus dan pemanasan untuk stabilisasi
penambahan lumpur, dan keluaran supernatan (Metcalf lumpur, sedangkan tangki yang satu lagi untuk
dan Eddy, 1991). Penguraian lumpur dan pengendapan pemekatan dan penyimpanan sebelum dibuang ke
terjadi secara simultan dalam tangki. Stratifikasi pembuangan. Proses ini dapat menguraikan senyawa
lumpur dan membentuk lapisan berikut dari bawah organik dalam jumlah yang lebih besar dan lebih
ke atas: lumpur hasil penguraian, lumpur pengurai cepat. Secara sederhana proses Penguraian anaerob dua
aktif, lapisan supernatan (jernih), lapisan buih tahap dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 3. 13.
(skum), dan ruang gas. Hal ini secara ditunjukkan
Gambar 3. 12.
109
110

Bacteroides, Bilidobacterium, Clostridium,


Lactobacillus, Streptococcus) terlibat dalam proses
hidrolisis dan fermentasi senyawa organik. Proses
penguraian senyawa organik secara anaerobik secara
garis besar Gambar 3. 14.
Ada empat grup bakteri ya ng ter libat dalam
transformasi material komplek menjadi rnolekul
sederhana seperti metan dan karbon dioksida.
.Gambar 3. 13. Penguraian Anaerob-Aerob Kelompok bakteri ini bekerja secara sinergis
(Arcrier can Kirsop, 1991; Barnes da Fitzgerald,
3. Proses Mikrobiologi Dalam Penguraian Anaerob 1987; Sahm, 1984; Sterritt dan Lester, 1988;
Zeikus,1980).
Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri,
terlibat dalam transformasi senyawa komplek arganik
menjadt metan. Lebih jauh lagi, terdapat interaksi
sinergis antara bermacam-macam k elompok bakteri
yang berperan dalam penguraian limbah. Keseluruhan
reaksi dapat digambarkan sebagai berikut (Polprasert,
1989).
Seyawa Organik  CH 4 + CO 2 + H 2 + NH 4 + H 2 S
Meskipun beberapa jamur- (fungi) dan protozoa
dapat ditemukan dalam penguraian anaerobik, bakteri-
bakteri tetap merupakan mikroorganisme yang paling
dominan bekerja didalam proses penguraian anaerobik.
Gambar 3. 14. Kelompok Bakteri Metabolik yang Terlibat dalam
Sejumlah besar bakteri anaerobik dan fakultatif (seperti: Penguraian Limbah Sistem Anaerobik.
111 112

a. Bakteri Hidrolitik fermentasi karbohidrat. Hasil dari fermentasi


Kelompok bakteri anaerobik ini bervariasi tergantung jenis bakteri dan
memecah molekul organik komplek kondisi kuttur seperti temperatur, pH, potensial
(protein, cellulose, lignin, dan lain lain ) redok.
menjadi molekul monomer yang terlarut
seperti asam amino, glukosa, asam lemak, dan c. Bakteri Asetogenik
gliserol. Molekul monomer ini dapat Bakteri asetogenik (bakteri yang
langsung dimanfaatkan oleh kelompok memproduksi asetat dan H 2 seperti
bakteri berikutnya. Hidrolisis komplek Syntrobacter wollini dan Nitrophomonas
dikatalisasi oleh enzim ekstra seluler wolfei (Mc.Enernay et al., 1981) merubah
seperti sellulase, protease, dan lipase, asam lemak (seperti asam propionat, asam
Walaupun demikian proses penguraian sitrat) dan alkohol menjadi asetat, hidrogen,
anaerobik sangat lambat dan menjadi dan karbon dioksida, yang digunakan oleh
terbatas dalam penguraian limbah bakteri pembentuk metan (metanogen).
sellulolitlk yang mengandung lignin (Speece, Kelompok ini membutuhkan ikatan hidrogen
1983). rendah untuk merubah aam lemak; dan oleh
karenanya diperlukan monitoring hidrogen
b. Bakteri Asidogenik Fermentatif yang ketat.
Bakteri asidogenik (pembentuk asam) Dibawah kondisi tekanan H 2 parsial
seperti Clostridium merubah gula, asam amino, yang relatif tinggi, pembentukan asetat
dan asam lemak menjadi asam organik berkurang dan karbohidrat dirubah menjadi
(seperti asam asetat, propionik, formik, asam propionat, asam butirat, dan etanol dari
lactik, butirik), alkohol dan keton (seperti pada metan. Ada hubungan antara bakteri
etanil, metanol, gliserol, aseton), asetat, C0 2 asetonik dan metanogen. Metanogen
dan H 2 . Asetat adalah produk utama dalam membantu menghasilkan ikatan hidrogen
113
114
-
rendah yang dibutuhkan oleh bakteri 1984; Sahm, 1984). Bakteri metanogen terjadi
asetogenik. secara alami didalam sedimen yang dalam atau
Etanol, asam propionat, dan asam dalam pencernaan herbivora. Kelompok ini
butirat dirubah menjadi asam asetat oleh dapat berupa kelompok bakteri gram p o s i t i p
bakteri metagogenik dengan reaksi seperti d a n g r a m n e g a t i f d e n g a n v a r i a s i ya n g
berikut. b a n ya k d a l a m b e n t u k . Mikroorganime
H2CH2OH + CO2  CH3COOH + 2H2 metanogen tumbuh secara lambat dalam air
Etanol Asam Asetat limbah dan waktu tumbuh berkisar 3 hari pada
H2CH2C00H + 2H20 CH3000H+C02 + 3H2 suhu 35°C sampai dengan 50 hari pada suhu
Propionat Asam asetat 10°C.
CH3CH2CH2COOH + 2H20  2CH3COOH + 2H2 Bakteri metanogen dibagi menjadi dua katagori,
Asam Butirat Asam Asetat yaitu:
(1) bakteri metanogen hidrogenotropik (seperti
Bakteri asetogenik tumbuh jauh Iebih cepat
chemolitotrof yang menggunakan hidrogen)
dari pada bakteri metagonik. Kecepatan
merubah hidrogen dan karbon dioksida
pertumbuhan bakteri mendekati 1 per
menjadi metan.
jam sedangkan bakteri metagonik 0,04
CO2 + 4H2 --> 4CH4 + 2H20
p e r j a m (Hammer, 1986).
Metan
Bakteri metanogen yang menggunakan
d. Bakteri Metanogen
hidrogen membantu memelihara tekanan
Penguraian senyawa organik oleh
parsial yang sangat rendah yang
bakteri anaerobik dilingkungan alam melepas
dibutuhkan untuk proses konversi asam
500 - 800 juta ton metan ke atmosfir tiap tahun
volatil dan alkohol tnenjadi asetat
dan ini mewakili 0,5% bahan organik yang
(Speece, 1983).
dihasilkan oleh proses fotosintesis (Kirsop,
116

115
(2) Bakteri metanogen Asetotropik, atau biasa Batch et al, (1979) mengelompokkan
disebut sebagai bakteri asetokiastik atau Metanogen menjadi tiga order:
bakteri penghilang asetat, merubah asam Metanobakteriales (contoh: Metanobakterium,
asetat menjadi metan dan CO2. Metanobreviater, Metanotermus), Metanomikro-
CH3COOH  CH4 + CO2 biales (contoh: Metanomikrobium,
Bakteri asetokiastik tumbuh jauh lebih Metanogenium, Metanospirilium, Metanosar-
lambat (waktu generasi = beberapa hari) dari kina, dan Metanokokoid), dan
pada bakteri pembentuk asam (waktu generasi Metanokokales (contoh: Metanokokkus).
= beberapa jam). Kelompok ini terdiri dari dua Paling sedikit ada 49 spesies metanogen yang
kelompok, yaitu : Metanosarkina (Smith don Mah, telah didiskripsi (Vogels et al., 1988). Koster
1978) dan Metanotrik (Huser et at, 1982). (1988) telah mengkompilasi beberapa bakteri
Selama penguraian termofilik (58°C) dari metanogen yang telah diisolasi dan masing-
limbah lignosellulosik, Metanosarkina adalah tnasing substratnya.
bakteri asetotropik yang ditemukan dalam
bioreaktor. Sesudah 4 minggu, Metanosarkina 4. Pengolahan lanjut
(µ.mak= 0,3 tiap hari; K s = 200 mg/I) digantikan Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan
oleh Metanotrik (µ. mak = 0,1 tiap hari; = 30 mg/ l). sistem biofilter anaerob-aerob. Pengolahan air limbah
Kurang Iebih sekitar 2/3 metan dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari
dihasilkan dari konversi asetat oleh beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter
metanogen asetotropik. Sepertiga sisanya anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap
adalah hasil reduksi karbon dioksida oleh akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak
hidrogen (Mackie dan Bryant, 1984). Diagram kontaktor khlor. Air limbah yang berasal dari proses
neraca masa pada penguraian zat organik penguraian anaerob (pengolahan tahap pertama)
komplek menjadi gas methan secara dialirkan ke bak pengendap awal, untuk
anaerobik mengendapkan partikel lumpur pasir dan kotoran
lainnya. Selain sebagai bak pengendapan juga 117 udara sehingga mikroorganisme yang ada akan 118
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak menguraikan zat organik ada dalam air limbah serta
pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, tumbuh dan menempel pada permukan media.
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung Dengan demikian air limbah akan kontak dengan
lumpur. mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun
Air limpasan dari bak pengendap awal yang menempel pada permukaan media yang mana hal
seianjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
dengan arah aliran atas ke dan bawah ke atas. Di organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi,
dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi
media dari bahan plastik atau kerikil, batu split. lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi
Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih Kontak (Contact Aeration).
dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak
yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang pengendapan akhir.Di dalam bak ini lumpur aktif
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan
anaerobik atau fakultatif aerobik Setelah beberapa dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
hari operasi, pada permukaan media filter akan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over
tumbuh lapisan film mikroorganisme. flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
organik yang belum sempat terurai pada bak senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme
pengendap. patogen. Air olahan, yaitu air yang keluar setelah
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai
dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak atau saluran umum.
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan Dengan kombinasi proses anaerob dan
kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau aerob tersebut selain dapat menurunkan zat
bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan organik (BOD, COD), ammona, deterjen, padatan
120

tersuspensi (SS) phospat dan lainnya. Dengan adanya 119 b. Biofilter juga berfungsi sebagai media
proses pengolahan lanjut tersebut konsentrasi COD penyaring air limbah yang melalui media ini.
dalam air olahan yang dihasilkan relatif rendah yakni Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung
sekitar 60 ppm. Proses pengolahan lanjut dengan suspended solids dan bakteri E.coli setelah
sistem Biofilter Anaerob-Aerob ini m empunyai melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya.
beberapa keuntungan yakni: Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena
a. Adanya air buangan yang melalui media kerikil dengan adanya biofilter up flow yakni
yang terdapat pada biofilter mengakibatkan penyaringan dengan sistem aliran dari bawah
timbulnya lapisan Iendir yang menyelimuti ke atas akan mengurangi kecepatan partikel
kerikil atau yang disebut juga biological film. Air yang terdapat pada air buangan dan partikel yang
limbah yang masih mengandung zat organik yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan
belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui di dasar bak filter. sistem biofilter anaerob-
lapisan lendir ini akan mengalami proses aerob ini sangat sederhana operasinya mudah
penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tanpa memakai bahan kimia serta tanpa
tergantung sari luas kontak antara air limbah membutuhkan energi. Proses ini cocok digunakan
dengan rnikroorganisme yang rnenempel pada untuk mengolah air limbah dengan kapasitas
permukaan media filter tersebut. Makin luas yang tidak terlalu besar.
bidang kontaknya maka efisiensi penurunan c. Dengan kombinasi proses "Anaerob-Aerob",
konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. efisiensi penghilangan senyawa phospor menjadi
Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi lebih besar bila dibandingkan dengan proses
BOD dan COD, cara ini dapat juga mengurangi anaerob atau proses aerob saja. Selama berada
konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik
solids (SS), deterjen (MBAS), ammonium dan yang ada dalam sel-sel mikrooragnisme akan
posphor. keluar sebagi akibat hidrolisa senyawa phospor.
Sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk
menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di yang cukup besar, dan dapat menghilangan padatan
dalam air limbah. Efisiensi penghilangan BOO 121 tersuspensi (SS) dengan baik.
akan berjalan baik apabila perbandingan antara
BOD dan Phospor (P) lebih besar 10 (Metchalf
and Eddy, 1991). Selama berada kondisi aerob, BAB IV
senyawa phospor terlarut akan diserap oleh BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR NANAS
bakteria/mikroorganisme dan akan disintesis DENGAN BAKTERI INDIGEN
menjadi polyphasprit dengan menggunakan
A. Limbah Cair Nanas (LCN)
energi yang dihasikan oleh proses oksidasi
senyawa organik (BOD). Dengan demikian dengan Uraian Limbah Cair Nanas meliputi: proses
kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan Produksi Nanas dalam kaleng, karakteristik Limbah Cair
Nanas dan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL).
BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban 3. Proses Produksi Nanas dalam Kaleng
organik yang cukup besar. Perkembangan teknologi dewasa ini sejalan dengan
pertumbuhan berbagai jenis industri. Industri-industri
tersebut selain memberi manfaat dalam pembangunan
5. Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob ekonomi, ternyata di pihak lain dapat menyebabkan
Beberapa keunggulan proses pengolahan air merosotnya kualitas lingkungan hidup akibat pencemaran
limbah dengan biofilter anaerob-aerob antara lain limbah (Said & Djuli, 1988).
yakni pengelolaannya sangat mudah, biaya operasinya PT. Great Giant Pineapple (GGP) berdiri pada
rendah, dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur tahun 1979, berlokasi di Terbanggi Besar Propinsi
yang dihasilkan relatif sedikit, dapat menghilangkan Lampung, merupakan perkebunan pertama di Indonesia
yang mengembangkan riset secara intensif dalam
nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan membudidayakan tanaman nanas jenis smooth cayenne
euthropikasi, suplai udara untuk aerasi relatif kecil, yang cocok untuk dikalengkan. Nanas dikenal luas
dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD diantara buah-buahan tropis lainnya, sebagai salah satu
buah yang terbaik karena rasa dan aromanya yang
sempurna. Nanas adalah tanaman padat karya dan dipanen
sepanjang tahun. Setiap tanaman hanya menghasilkan satu
buah dengan populasi per-hektar sekitar 66.000 tanaman.
(Lucky, 2006) 122
Tabel 3. 2 Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biologis Aerobik.

BEBAN BOD EFISIENSI


JENIS PROSES BOO kg/kg SS.d BOD MLSS (mg/It) 0A/0 T (Jam) PENGHILANGAN
kg/m3/d BOD (%)
PROSES Lumpur Aktif Standar 0,2 - 0,4 0,3 - 0.8 1500 - 2000 3 -7 6-8 85 - 95
BIOMASA Step Aeration 0,2 - 0,4 0,4 - 1.4 1000 - 1500 3-7 4-6 85 - 95
TERSUS Modified Aeration 1,5 - 3,0 0,6 - 2,4 400 - 800 2 - 2,5 1,5 - 30 60 - 75
PENSI Contact Stabilization 0,2 0,8 - 1,4 2000 - 8000 >12 >5 80 - 90
High Rate Aeration 0,2 - 0,4 0.6 - 2,4 3200 - 6000 5-8 2-3 75 - 90
Pure Oxygen Process 0.3 - 0.4 1,0 - 2,0 1000 - 4000 - 1-3 85 - 95
Oxidation Ditch 0,03 - 0,04 0,1 - 0,2 3000 - 4000 - 24-48 75 - 95
Extended Aeration 0,03 - 0.05 0,15 - 0,25 3000 - 6000 >15 16 - 24 75 - 95
t
PROSES Trickling Filter - 0,08 - 0,4 - . 80 - 95
BIOMASA Rotating Biological . 0,01 - 0,3 - 80-95
MELEKAT Contactor -
Contact Aeration . . . - 80 - 95
-
Process
Biofiller Unaerobic - 65 - 85 70
CATATAN : 0 : Debit Air Limbah (M 3 /day) Qa Return Sludge (∆t/day)O A : Laju Alir Suplai Udara (M 3 /day)

123

Operasional perkebunan terintegrasi penuh dengan Pengembangan dan peningkatan mutu varietas nanas
Pabrik Pengalengan yang berada di tengah Perkebunan. secara berkelanjutan melalui budi daya nanas yang intensif
dan terintegerasi penuh dengan proses pengalengan nanas. membangun suatu reputasi pasar yang cukup kuat. PT.
Selama 30 tahun lebih PT. Great Giant Pineapple (GGP) Great Giant Pineapple telah mengekspor nanas ke 50
telah mengembangkan industri nanas untuk mencapai negara lebih dan mensuplai lebih dari 15% total kebutuhan
kualitas produk yang sempurna. Perkebunan memiliki luas nanas dunia. 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika
sekitar 32.200 ha (80.000 acre) dengan budidaya utama Utara dan 25% lainnya ke Asia Pacific. Produksi PT. GGP
adalah nanas varietas smooth cayenne. Lahan tersebut tahun 2005 mencapai 500.000 ton nanas segar per tahun,
telah dipilih untuk menghasilkan buah berkualitas. dan diharapkan dapat mencapai angka 600.000 ton pada
Perkebunan nanas berada pada 40 59' Lintang Selatan dan tahun 2006.
1050 13' Bujur Timur. Rata-rata curah hujan tahunan
mencapai 2541 mm/tahun, dengan suhu berkisar antara Untuk mendukung usaha tersebut, saat ini PT. GGP
21-340 C dan kelembaban udara 84 - 91% memperkerjakan sekitar 18.000 pekerja di perkebunan dan
Di lokasi yang sama, PT. GGP telah mendirikan di pabrik. Dengan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak,
pula pabrik pengalengan nanas ( canned pineapple ) yang PT. GGP menempatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada akhir tahun 1984 telah mampu mengekspor produk menjadi prioritas sehari-hari dalam bekerja untuk
nanas kaleng sebanyak 4 kontainer. Pada tahun 1989, meningkatkan produktivitas. Dan dengan dukungan
perusahaan mengembangkan usaha dengan membangun komitmen manajemen, PT. GGP memberikan kontribusi
pabrik untuk produksi konsentrat sari buah nanas ( dengan menciptakan industri manufaktur yang ramah
pineapple juice concentrate ) yang memulai ekspor lingkungan. Keunggulan kedua adalah proses produksi
produk tersebut dalam kemasan aseptic pada tahun 1990 GGP yang terintegrasi penuh dalam satu area, mulai dari
sebanyak 117 kontainer. Produksi nanas kaleng saat ini penanaman sampai pengiriman ke produsen. Keunggulan
telah mencapai 10.000 kontainer per tahun. Bahkan saat lainnya, pihak GGP juga tercatat sebagai satu-satunya
ini, GGP merupakan produsen nanas kalengan private perkebunan nanas di dunia yang bersertifikasi ISO 125
label terbesar di dunia dengan pangsa pasar 17%. 9001:2000, sertifikat Kosher yang menandakan kehalalan
Merambah pasar ekspor sejak 1984, sampai saat ini makanan bagi umat Yahudi.
mayoritas produk GGP diekspor ke Eropa, Amerika Produksi Industri Nanas di Lampung umumnya
Serikat (35%), serta ke Jepang dan negara lainnya (5%).
124 memproduksi nanas kaleng dan jus sari buah nanas PJC
Tahun lalu, nilai ekspor GGP mencapai US$ 107.135.529. (Pineapple Juice Concentrate) serta CPJ (Clarified
GGP saat ini sudah mengekspor ke 50 negara. Pineapple Juice). Kegiatan industri ini juga menghasilkan
PT. GGP telah berkembang sejak memulai limbah padat, cair dan gas, yang berasal dari unit pengolahan
produksinya secara komersial. Pada saat ini PT. GGP pada tahapan tertentu, sehingga bentuk, sifat dan kualitas
merupakan perusahaan pengalengan nanas ketiga terbesar limbah yang dihasilkan juga berbeda. Limbah cair yang
di dunia setelah Dole dan Del Monte, dan telah dihasilkan dari aktivitas industri berasal dari pencucian serta

19
126

proses pemisahan dan produksi konsentrat nanas.


Kualitas limbah yang dihasilkan dari kedua sumber
tersebut berupa limbah cair dengan kandungan asam
dan bahan organik yang tinggi (Sutanto. 2009a). Secara
umum proses pengalengan diuraikan dalam Gambar 4.1
Skema Umum Pembuatan Buah dalam Kaleng. Proses
terbentuknya limbah dan pemanfaatannya dari bahan
mentah, produk dan limbah baik organik maupun
anorganik diuraikan Gambar 4.2 Proses Bahan Mentah
Dikonversikan menjadi berbagai Macam Produk dan
Sejumlah Limbah. Limbah Cair Nanas dengan kandungan
asam dan bahan organik tinggi, secara spesifik
komposisinya sebelum masuk ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dijelaskan Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Skema Umum Pembuatan Buah dalam Kaleng


(Sumber: Hariyadi, 2000)
127 128

Gambar 4.3 Skema Proses Pembuatan Nanas


Kaleng dan Jus Nanas PT GGP Lampung. Limbah Cair
Nanas dari proses produksi yang bermuara pada inlet 1
dan inlet 2 akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
Berkaitan dengan pengembangan produksi maka
prediksi kapasitas produksi dan limbah yang dihasilkan
sampai dengan tahun 2012 diuraikan Tabel 4.1.

4. Karakteristik Limbah Cair Nanas (LCN)


Gambar 4.2 Pengelompokan Bahan yang Terkandung di dalam
Air Limbah. (Sumber: Sugiharto, 1987)
Produksi nanas yang utama adalah proses
pembuatan nanas dalam kaleng dan jus nanas. Kedua
Gambar 4.1 dan 4.2 menjelaskan proses produksi
proses ini menghasilkan limbah cair yang bermuara pada
dari bahan mentah nanas menjadi produk nanas kaleng
saluran pembuangan limbah inlet 1 dan inlet 2. Skema
serta Limbah Cair Nanas yang didominasi bahan organik.
proses pembuatan nanas kaleng dan jus nanas ditampilkan
Gambar 2.4 Volume limbah cair yang dihasilkan dari
pengolahan nanas setiap hari 5.000-7.000 m3, semua
ditampung dalam laguna (kolam IPAL) dengan kapasitas
total 380.366,40 m3. Penampungan ini rata-rata waktu
tinggal selama 2-3 bulan sebelum dialirkan ke sungai atau
dimanfaatkan untuk irigasi (Julius, 2008).
Air limbah adalah semua jenis air buangan yang
mengandung kotoran. Air limbah dapat berasal dari
manusia, binatang, tumbuhan, industri dan buangan
tertentu. Karakteristik LCN dipengaruhi oleh sifat fisik,
kimia dan biologi dari limbah itu sendiri. Secara fisik,
LCN dipengaruhi oleh adanya kandungan zat padat
melayang, tersuspensi dan mengendap, sedangkan secara
kimia oleh adanya bahan organik terlarut seperti protein,
karbohidrat, protein dan bahan anorganik seperti logam
Gambar 4.3 Skema Proses Pembuatan Nanas Kaleng dan Jus Nanas PT GGP
Lampung. Sumber: CDMA (2006).
129 130

berat dan gas, secara biologis berhubungan dengan adanya Data Limbah Cair Nanas (LCN) PT GGP
mikroba di perairan (Droste, 1997). Lampung bulan Nopember 2008 Tabel 4.1 dan Tabel 4.2,
rmenunjukkan kualitas LCN kandungan bahan organik
maupun unsur hara sebelum masuk IPAL.
Tabel 4.1 Kualitas Limbah Cair Nanas (LCN) sebelum masuk
IPAL bulan Nopember 2008 Proses pembuatan makanan dari nanas
NO. PARAMETER SAT. LIMBAH CAIR
menggunakan banyak air dan sebagai akibatnya, limbah
LINGKUNGAN KISARAN RATA-RATA cairnya merupakan polutan yang mengandung zat organik
1. pH 1,92-5,86 3,44 dan padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah ini
2. BOD mg/L 296-20.042 338 tidak diolah akan menyebabkan persoalan lingkungan,
3. COD mg/L 1.310-21.180 4.200
4. TSS mg/L 140-2.260 390 namun disisi lain limbah nanas ini berpotensi untuk diolah
(Sumber: Julius, 2009) menjadi bahan baku produk yang berguna dan mempunyai
nilai tambah. Limbah nanas ini mengandung komponen
Tabel 4.2 Kandungan Hara Limbah Cair Nanas (Januari-Juli bermanfaat, seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, dan nutrisi
2008) lain (Abdullah, 2003). Beberapa peneliti telah
mengadakan penelitian penggunaan limbah nanas untuk
NO. PARAMETER SAT. LIMBAH CAIR NANAS
LINGKUNGAN KISARAN RATA- dibuat bahan kimia seperti protein sel tunggal, asam asetat,
RATA asam oksalat, dan gas metan. Berdasarkan sifat fisika dan
1. C % 0,01-0,28 0,14 kimia dari limbah nanas, maka limbah ini sangat potensial
2. N ppm 1,45-77,20 26,17 untuk digunakan sebagai sumber karbon dalam pembuatan
3. P ppm 3,96-88,53 31,78 alkohol (Sasaki, 1992; Popi&Yefta, 2004)
4. K ppm 15,23-689,18 134,08
5. Ca ppm 5,70-234,65 39,53
Atmojo (2002) menyatakan bahwa limbah nanas
6. Mg ppm 2,40-27,40 7,47 merupakan salah satu limbah domestik berupa bahan
7. Na ppm 32,70-3220,00 474,00 organik yang dibuang setiap hari dalam jumlah besar.
8. Fe Ppm 2,76-92,29 16,26 Limbah ini mengandung air ±87%, karbohidrat 10,54%,
9. Zn ppm 0,06-0,80 0,47 serat kasar 1,7%, protein 0,7%, abu 0,5% dan lemak
10. Mn ppm 0,21-13,60 3,30
11. S ppm 1,89-2452,00 238,59
0,02%. Nanas mempunyai pH berkisar antara 2-4 dan
12. NO3 ppm 0,75-16,87 3,94 mengandung bromelin, suatu protease, sehingga bila
13. NH4 ppm 1,12-26,51 13,62 limbah ini dibuang begitu saja akan menyebabkan
14. C/N - 3,76-207,30 105,53 kerusakan tanah dan penurunan kesuburan tanah, antara
(Sumber: Julius, 2009) lain penurunan pH tanah dan kerusakan protein organisme
131 132

tanah serta perairan. Hasil karakterisasi limbah cair nanas Tabel 4.4 Kandungan Asam Organik Limbah Cair Nanas
beserta pembandingnya disajikan Tabel 4.3.
NO. ASAM ORGANIK SATUAN (ppm)
Tabel 4.3. Karakterisasi Limbah Cair Nanas dari Berbagai 1. Citrate 400
Peneliti 2. Succinat-Malate 161
3. Phosphate 23
Parameter Abdullah (2003) 1 Sasaki 1992)2 Popi & Yefta (2004)3 4. Oxalate 13,8
5. Glutarate 13
Gula total (g/l) 75,47 78,70 91,35
6. Lactate 9
Nitrogen (g/l) 0,15 0,16 0,14 7. Sulfate 4,4
Fosfor (mg/l) 12,0 - 8. Quinate 4
Asam sitrat (g/l) 3,84 - 1,2 9. Isoclinate 4
Keasaman * (g/l) 3,95 - 1,2 10. Formate 3
pH 4,0 4,0 4,39 11. Malonate 3
*) sebagai asam sitrat monohidrat 12. Chlorida 2
Perbedaan kandungan gula total, nitrogen dan 13. Propionate 1,9
14. Acetate 0,5
fosfor dengan peneliti sebelumnya disebabkan daerah asal 15. Nitrate 0,1
tempat ditanam nanas (1. Malaysis, 2. Thailand dan 3. (Sumber: Sutanto 2009b)
Indonesia), musim panen dan cara memperoleh
limbahnya. pH yang diperoleh pada penelitian ini lebih Penelitian Atmojo (2002) menyatakan limbah
besar, hal ini dapat ditunjukkan dari kandungan asam nanas berupa kulit, ati/ bonggol buah atau cairan buah
sitrat maupun keasamannya. Penelitian Mulyoharjo (1984) dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau
menyatakan komposisi ekstrak ampas nanas terdiri dari sirup, sedangkan Kumalaningsih (1993), secara ekonomi
zat padat 16,43%, asam sitrat 0,615%, gula invert 3,60%, kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk
sukrosa 8,87%, vitamin A 29,0 (S.I), vitamin C 22,0 dan pakan ternak. Komposisi limbah nanas diuraikan pada
mg/100g, vitamin B 0,08 mg/100g serta kadar mineral tabel 4.5.
Nitrogen 0,115% dan Eter 0,20%. Kandungan pH tinggi
disebabkan oleh tingginya asam organik dalam nanas. Tabel 4.5. Hasil Analisis Limbah Nanas
Data macam asam organik diuraikan Tabel 4.4. Komposisi Rata-rata Berat Basah (%)
Air 86,70
Protein 0,69
Lemak 0,02
Abu 0,48
Serat basah 1,66
karbohidrat 10,54
34
133
(Sumber: Sidharta, 1989)
Tabel 4.6 Produksi dan Estimasi Limbah PT GGP
Ginting (2005) menyatakan Ananas communus L.
diolah menjadi sari minuman nanas (konsentrat) yang
menghasilkan limbah berupa campuran kulit dan serat
perasan daging buah. Potensi penggunaan limbah
pengalengan nanas sebagai bahan pakan telah diteliti pada
sapi (Muller, 1978). Potensi komposisi kimiawi limbah
nanas telah dievaluasi oleh Hutagalung (1977), Hartadi
(1986) dan Susanto (1995). Akan tetapi, komposisi
kimiawi limbah nanas dapat bervariasi karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti varietas, kematangan buah,
tingkat penyulingan serta proporsi bagian yang menyusun
limbah nanas (Muller, 1978)..
Karakteristik Limbah Cair Nanas (LCN)
dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia dan biologi dari limbah
itu sendiri. Secara fisik, LCN dipengaruhi oleh adanya
kandungan zat padat melayang, tersuspensi dan
mengendap, secara kimia oleh adanya bahan organik
terlarut seperti protein, karbohidrat, lemak dan bahan
anorganik seperti logam berat dan gas, secara biologis
berhubungan dengan adanya mikroba di perairan (Droste,
1997). Berdasarkan penjelasan di atas maka Limbah Cair
Nanas memilki pH asam dan kandungan bahan organik
yang tinggi.

Prediksi kapasitas produksi dan limbah yang


dihasilkan sampai dengan tahun 2012 diuraikan tabel 4.6.

Tabel 4.6 menunjukkan estimasi produksi limbah


yang dihasilkan sampai dengan tahun 2012 menjadi 7.672
m3/hari atau naik 12%. Tabel 4.7 menunjukan pemantauan
kualitas LCN bulan Nopember 2008 dan Standar Baku
Mutu dari Kepmen LH 2007.
135 136

Tabel 4.7 Kualitas Limbah Cair Nanas (LCN) sebelum masuk IPAL keadaan air limbah yang dinyatakan dengan volume dan
Nopember 2008
kadar pencemaran, mutu air limbah cair nanas di atas
NO. PARAMETER SAT. ambang batas ketentuannya, maka LCN belum memenuhi
LINGKUNGAN RATA-RATA BAKU baku mutu air limbah yang dipersyaratkan dari parameter
LCN MUTU pH, BOD, COD dan TSS, yang bersumber pada rendahnya
1. Ph 3,44 6-9 pH dan kandungan bahan organik tinggi.
2. BOD mg/l 338 100
3. COD mg/l 4.200 75
4. TSS mg/l 390 150
5. Pengolahan Limbah Cair Nanas dengan Konsorsia
Tabel 4.7 LCN bulan Oktober 2008 dan Baku Bakteri Indigen
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran yang Salah satu masalah industri nanas adalah pengolahan
Melakukan Kegiatan Pengolahan Gabungan. (MNLH, limbah, baik padat maupun cair. Karakteristik Limbah Cair
2007)
Nanas (LCN) memiliki keasaman dan bahan organik
Tabel 4.7 menunjukkan kualitas LCN dari
parameter pH, BOD, COD dan TSS melebihi ambang tinggi tercermin dari rerata kandungan derajad keasaman
batas yang dipersyaratkan Baku Mutu pada Tabel 2.9. (pH) 3,44; Biochemical Oxygen Demand (BOD) 338
Industri memiliki kewajiban memberikan jaminan mg/L; Chemical Oxygen Demand (COD) 4.200 mg/L dan
keamanan proses maupun produknya, maka pemerintah
menetapkan Baku Mutu Air Limbah (MNLH, 2007). Baku Total Suspended Solid (TSS) 390 mg/L (Julius, 2009).
Mutu Air Limbah merupakan ukuran batas atau kadar Limbah nanas merupakan salah satu limbah domestik
unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang berupa bahan organik yang dibuang setiap hari dalam
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan
jumlah besar. Limbah ini mengandung air ±87%,
dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha
dan atau kegiatannya. karbohidrat 10,54%, serat kasar 1,7%, protein 0,7%, abu
Pengalengan nanas termasuk usaha dan/atau 0,5% dan lemak 0,02% (Atmojo, 2002).
kegiatan pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran yang Limbah Cair Nanas Nanas mempunyai pH berkisar
melakukan kegiatan pengolahan gabungan menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 antara 2-4 dan mengandung bromelin, suatu protease,
Tahun 2007 tanggal 08 Mei 2007 terdapat empat sehingga bila limbah ini dibuang begitu saja tanpa
parameter yakni pH 6-9, TSS 100 mg/l, BOD 75 mg/l dan pengolahan terlebih dahulu akan menyebabkan
COD 150 mg/l (MNLH, 2007). Berdasarkan Tabel 2.8
pencemaran tanah dan penurunan kesuburan tanah, antara
138
137

lain penurunan pH tanah dan kerusakan protein organisme pH 4,39. Limbah Cair Nanas di lokasi penelitian rerata
tanah serta perairan. Dari data tersebut juga menunjukkan pH 3,44 dengan kisaran 1,92 - 5,86 (Julius, 2009).
LCN belum memenuhi Baku Mutu Standart Limbah Penelitian Mulyoharjo (1984) menyatakan kandungan pH
Industri (Sutanto, 2008). tinggi disebabkan oleh tingginya asam organik dalam
Volume limbah setiap hari berkisar 5.000-7.000 m3, nanas, salah satunya adalah asam sitrat 61,5 mg/l.
sebelum dibuang limbah dikelola dengan cara ditampung Penelitian Abdullah (2003) 385 mg/l, Popi dan Yefta
dalam kolam-kolam IPAL (laguna) selama kurun waktu 2- (2004) asam sitrat 120 mg/l dan di lokasi penelitian tiga
3 bulan, setelah itu baru dialirkan ke sungai (Julius, 2009). asam organik yang dominan adalah asam sitrat 157 mg/l
Pengelolaan ini menjadi kurang efisien karena diperlukan (uji pendahuluan 400 mg/l), asam malat 88,9 mg/l dan
waktu lama dan penanganan dengan pembiayaan mahal. asam suksinat 66,21 mg/l.
Limbah Cair Nanas dengan kandungan keasaman dan Limbah Cair Nanas yang bersifat asam
bahan organik tinggi melebihi ambang batas baku mutu, memungkinkan bakteri teradaptasi dengan lingkungan
dapat mempengaruhi ekosistem perairan. asam. Lingkungan yang sangat asam merupakan
Atmojo (2002) menyatakan bahwa limbah nanas lingkungan ekstrim bagi mikroorganisme, sehingga
merupakan salah satu limbah domestik berupa bahan mikroorganisme yang berhasil beradaptasi dan tumbuh di
organik yang dibuang setiap hari dalam jumlah besar. lingkungan ini hanya bakteri ekstrimofil (Moat dan Foster,
Limbah ini mengandung air ±87%, karbohidrat 10,54%, 1995). Contoh isolat pH ekstrim (pH 2-4) dapat diperoleh
serat kasar 1,7%, protein 0,7%, abu 0,5% dan lemak jenis isolat asidofil (Horikoshi dan Grant, 1998). Bakteri
0,02%. Keberadan bahan organik ini memberikan peluang ekstrimofil sudah sejak lama diketahui potensinya
bakteri indigen pengurai organik lebih dominan. Mikroba (Costa, 1989) dan saat ini banyak dimanfaatkan
pendegradasi zat organik lebih eksis hidup pada kondisi bioteknologi dalam memproduksi berbagai macam
lingkungan yang banyak mengandung zat organik enzim (Suhartono, 2002), juga untuk teknologi
(Madigan, 2003). Karakteristik LCN yang dominan bioproses (Lidya dan Djenar, 2000).
adalah sifat asam yang tinggi. Derajad Keasaman LCN
penelitian Abdullah (2003) pH 4, Popi dan Yefta (2004)

164
39 140

Eksosistem secara normal akan menyeimbangkan diperbanyak di laboratorium dapat digunakan sebagai
siklus ekologi yang ada, oleh karena itu secara alamiah starter untuk pemulihan air limbah (Kardena, 2003).
proses pemulihan limbah oleh bakteri sudah terjadi dengan Reaksi enzimatis oleh bakteri merupakan kunci
sendirinya (Atlas, 1993). Limbah Cair Nanas dengan terselenggaranya proses transformasi bertahap dalam
kandungan bahan organik tinggi tidak mampu diuraikan pengelolaan air limbah dari substrat yang umumnya
oleh bakteri diperairan/sungai secar alami, karena volume berupa bahan-bahan organik dengan susunan molekul
dan kadar limbah yang tinggi, serta jumlah dan jenis kompleks, menjadi unsur-unsur yang sederhana. Peran
bakteri yang tidak memadai di perairan, untuk itu kualitas mikroba dalam proses pengolahan air limbah sudah
LCN harus memenuhi standar baku mutu untuk emisinya. banyak memberikan hasil yang menggembirakan.
Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam air
aman dan berwawasan lingkungan adalah menggunakan limbah merupakan sumber nutrisi bagi mikroba. Mikroba
bakteri yang berpotensi pengurai. Teknologi pengolahan akan mengurai senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk
ini biayanya lebih murah daripada menggunakan zat yang lebih sederhana dan stabil sehingga kadar zat
kimia maupun fisika (Droste, 1997). pencemar yang terkandung dalam air limbah tersebut
Upaya pengelolaan limbah dengan menggunakan menjadi turun.
bakteri sudah dilakukan di berbagai negara dan banyak Proses pengolahan limbah tersebut umumnya
dipasarkan starter siap dipakai yang dikemas dalam menggunakan sistem polikultur yaitu menggunakan
bentuk bubuk atau cair. Secara alamiah untuk memperoleh mikroba campuran. Hal ini berkaitan dengan rangkaian
bakteri yang berpotensi sebagai pengurai dapat dilakukan proses degradasi oleh satu jenis biakan dengan lainnya,
dengan mengisolasi limbah itu sendiri (bakteri indigen), sehingga kemungkinan besar hasil samping yang dapat
kemudian dikultur secara murni di laboratorium secara membahayakan bagi suatu biakan dapat digunakan oleh
Secara alamiah untuk memperoleh bakteri yang berpotensi biakan lain (Atmojo, 1999). Sejalan dengan itu Habibah
sebagai pengurai dapat dilakukan dengan mengisolasi (2006) menemukan bahwa kultur campuran dibanding
limbah itu sendiri (bakteri indigen (Labeda, 1990). kultur tunggal memiliki kemampuan lebih efektif dalam
Pemanfaatan konsorsia bakteri berpotensi yang telah mereduksi COD sebesar 95% dalam waktu 30 hari.
141 142

Alternatif pengelolaan air limbah yang diuraikan tersebut a. Alat dan Bahan
dikenal dengan bioremediasi. Alat-alat yang digunakan adalah
Bioremediasi merupakan teknik memperbaiki 1) Bioreaktor dengan sistem biofilm kelengkapannya,
lingkungan melalui suatu proses yang memanfaatkan meliputi ukuran 2x1x1meter (panjangx
keberadaan organisme di alam untuk mentransformasikan lebarxtinggi); volume LCN sebanyak 1,8 m3,
substansi-substansi organik menjadi hasil samping yang porositas media PVC 0,98; luas kontak spesifik
tidak toksik (EPA, 2000; Encrata, 2001). Keutamaan 200-226 m2/m3; ketebalan 0,15 – 0,23 mm; bahan
bakteri untuk produksi bioteknologi memiliki laju PVC sheet; diameter lubang 2cmx2cm.
pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan dengan 2) Bahan yang digunakan adalah limbah cair nanas
organisme tingkat tinggi, maupun jamur dan khamir. sebanyak 1000 L, starter konsorsia bakteri indigen
Aktivitas tidak tergantung musim dan tidak menimbulkan yang diinkubasi 1x24 jam, media nutrien cair.
masalah limbah (Suarsini, 2007). Produk akhir dari
bioremediasi yang efektif adalah CO2 dan H2O yang tidak b. Prosedur Penelitian
meracuni organisme hidup dan tidak membahayakan 1) Menyiapkan bioreaktor dengan mengecek
lingkungan (Atlas, 1993). kebocoran, aertor dan kompresor, blower, timer,
Limbah Cair Nanas perlu ditangani melalui pH meter, higrotermometer, pompa air.
alternatif starter alamiah dengan mencari isolat bakteri 2) Menyiapkan starter, yaitu inokulum yang terdiri
indigen (bakteri strain lokal) yang memiliki kemampuan dari konsorsium bakteri sebanyak 5% dari LCN
menguraikan LCN, karena bakteri indigen umumnya yang akan diolah, sebanyak 50 L.
lebih teradaptasi dengan limbah yang ada, dan selama ini 3) .Mengisi bioreaktor dengan air limbah cair nanas
belum digunakan untuk mendegradasi limbah cair nanas. dengan volume 1000 L
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan 4) Menginokulasikan starter ke dalam limbah cair
untuk mengolah LCN secara biologis dengan memanfaatkan nanas, kemudian menginkubasikan. Selama
mikroba hasil isolasi dari limbah tersebut. inkubasi dialirkan oksigen menggunakan aerator
dan diaduk dengan blower.
143 144

5) Mengamati perubahan parameter setiap hari. c. Efektivitas Konsorsia Bakteri Mendegradasi


Parameter yang diamati meliputi: pH, BOD, Limbah Cair Nanas (LCN).
COD, TSS, asam sitrat, asam malat dan asam
Kemampuan konsorsia bakteri hasil penelitian diuji
suksinat.
sesuai dengan kondisi alami limbah, hal ini untuk
6) Pengamatan dilakukan setiap hari sampai
mengetahui kemampuan konsorsia bersaing dengan
paramater pH, BOD, COD dan TSS memenuhi
bakteri alami LCN dan juga faktor fisik dan kimianya.
Baku Mutu.
Kemampuan mendegradasi LCN diukur berdasarkan
7) Kelayakan efluen dilakukan dengan menguji hasil
parameter pH, BOD, COD dan TSS sesuai dengan
outlet dari perlakuan ex situ, dicek dengan Baku
baku mutu untuk industri makanan.Hasil degradsi
Mutu Limbah industri.
disajikan Gambar 4. 4 berikut.
8) Uji hayati Terhadap Komunitas Biota Air.
Kelayakan efluen terhadap viabilitas organisme
perairan dilakukan dengan menguji hasil outlet
dari perlakuan, dengan cara dipersiapkan 2
NAB
NAB
akuarium volume 6L (satu untuk LCN hasil Maks.
Maks.

bioremediasi, satu akuarium untuk LCN tanpa


perlakuan) dilengkapi dengan aerator. Masing-
(a) (b)
masing akuarium diisi dengan 5 ekor ikan gatul
(Poecilia sp) dan 5 ekor ikan komet (Carassius
auratus) dan 5 ekor Lele (Clarias batrachus). NAB
NAB
Maks.
Maks.
9) Mengamati hasil pendedahan outlet terhadap
ikan, dengan mencatat jumlah ikan yang hidup
dan ikan yang mati pada masing-masing akuarium
setiap hari sampai dengan hari ke 10. (Selama
(c) (d)
pendedahan, setiap hari ikan diberi makan). Gambar 4.4 Perubahan pH, BOD, COD dan TSS Limbah Cair Nanas oleh
Konsorsia Bakteri. Keterangan: NAB, Nilai Ambang Batas
145 146

Waktu inkubasi sampai dengan 12 hari akuarium yang diisi outlet hasil bioremediasi.
menunjukkan perubahan kenaikan pH, penurunan BOD, Dibandingkan dengan akuarium berisi Limbah Cair Nanas
COD, TSS terjadi degradasi bahan organik LCN.
Ketercapaian Nilai Ambang Batas pH pada hari ke 6 terjadi penurunan dari ketiga jenis ikan. Hari ke 10
(6,15), BOD hari ke 10 (75,1 mg/l), COD hari ke 10 viabilitas cupang 20%, ikan gatul 20% dan ikan lele 20%..
(100,35 mg/l) dan TSS hari ke 9 (100,05 mg/l). Secara keseluruhan maka LCN hasil bioremediasi layak
Kelayakan hasil bioremediasi diuji dengan
untuk hidup ikan, sehingga layak dialirkan ke perairan
viabilitas hewan uji ikan. Tiga jenis ikan yaitu, Komet
(Carassius auratus), ikan Gatul (Poecilia sp) dan Lele sungai.
(Clarias batrachus). Hasil uji viabilitas disajikan Gambar Ikan komet adalah jenis hias yang biasa dipelihara
4.5 berikut. dalam akuarium air tawar dan bersih. Ikan komet berenang
dalam air mulai dari melayang sambil sekali-kali
memunculkan kepalanya ke perrmukaan air untuk
menghirup oksigen. Ikan gatul merupakan ikan air tawar
yang mampu hidup pada kondisi pencemaran organik
ringan (BOD, 25 mg/l, lebih banyak berenang dan berada
dipermukaan air. Ikan lele juga merupakan jenis ikan air
tawar, namun biasanya berenang pada perairan dasar
sehingga jarang ke permukaan air tahan terhadap
pencemaran organik berat (BOD>25 mg/l).
Bahan organik secara alami terdapat di perairan,
dengan konsentrasi rendah, berupa plankton, partikel
Keterangan: A Media A= Hasil Bioremediasi, tersuspensi dari detritus dan bahan organik terlarut (Boyd,
B Media B= Limbah Cair Nanas
Gambar 4. 5 Viabilitas Ikan pada Pemeliharaan Media A hasil bioremediasi dan 1979). Senyawa ini merupakan pendukung utama
Media B Limbah Cair Nanas.
kehidupan jamur, bakteri dan avertebrata di perairan
Setelah waktu pemeliharaan hari ke 10 viabilitas (Chiras, 1988), berasal dari hasil fotosintesis dan masukan
ikan cupang 100%, gatul 100% dan ikan lele 100 % pada dari luar ekosistem berupa bahan organik hanyutan (Lind,
147 148

1971). Bahan organik hanyutan ini dapat berasal dari menghasilkan bau dan dapat mematikan berbagai
vegetasi terestrial, atau dari buangan domestik dan limbah kehidupan perairan (Chiras, 1988).
industri makanan dan buah-buahan (Haslam, 1990). Penguraian bahan organik adalah peristiwa alami,
Bahan organik yang berasal dari vegetasi dan telah kalau perairan tercemar oleh bahan organik, bakteri dapat
mengalami penguraian merupakan pendukung utama menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses
kehidupan hewan di sungai (Russel dan Hunter, 1970). oksidasi berlangsung. Hal ini dapat mengakibatkan
Bahan organik dalam perairan merupakan sumber kondisi perairan menjadi anaerobik dan hewan air
makanan bagi hewan yang tingkatannya dalam rantai mengalami kematian (Michael, 1984). Jenis bakteri yang
makanan lebih tinggi, terutama pemakan detritus; yang mampu mengoksidasi zat organik pada umumnya terdapat
berupa partikel merupakan pendukung pertumbuhan secara alami ( Chiras, 1985).
mikroorganisme, yang terlarut, sangat penting untuk Padatan tersuspensi yang terdapat secara
pertumbuhan organisme (Lind, 1971). berlebihan serta diikuti oleh proses pembusukan dan
Konsentrasi buangan limbah organik yang bersifat pengendapan akan mengurangi nilai guna perairan, dan
degradabel sulit untuk diprediksi, sebab konsentrasi untuk partikel berukuran >10 m dapat menyebabkan
buangan ini berkurang oleh proses alam sepanjang kekeruhan (Alaerst dan Santika, 1987). Menurut Haslam
perjalanan ke hilir. Beban pencemar organik diukur (1990) padatan tersuspensi dalam perairan dapat
dengan BOD yaitu oksigen dalam satuan ppm yang berpengaruh serius, antara lain: penetrasi sinar matahari
dibutuhkan perairan untuk kelangsungan oksidasi bahan turun, sehingga kedalaman fotosintesis turun; perubahan
organik menjadi senyawa-senyawa yang relatif tidak substrat dasar, sehingga habitat dan komposisi organisme
berbahaya. Keseimbangan kadar oksigen dalam perairan berubah; mengganggu respirasi hewan air karena terjadi
tergantung pada kecepatan kelangsungan oksidasi bahan penyumbatan permukaan insang; mengganggu
organik (deoksigenasi) dan kecepatan pelarutan oksigen mekanisme net filter feeding maupun feeding appendages
dari udara ke dalam perairan (reoksigenasi). Jika BOD organisme dalam mengumpulkan makanan. Menurut
menghabiskan DO dalam perairan seluruhnya, akan terjadi Hellawell (1986) perairan yang layak dimanfaatkan untuk
kondisi aerob yang mengubah sifat dekomposisi, kegiatan manusia, mengandung padatan tersuspensi <25
149 150

mg/l. Padatan tersuspensi > 400 mg/l tidak layak untuk keadaan basis muatannya cenderung negatif sehingga
usaha perikanan. aktivitas enzimnya menjadi berkurang atau bahkan
menjadi tidak aktif.
Uji hayati yang dilakukan menunjukkan bahwa Teknologi bioremediasi biasanya melibatkan 3
hasil bioremediasi aman terhadap viabilitas ikan air tawar prinsip yaitu, pelepasan langsung mikroorganisme ke
Komet (Carassius auratus), Gatul (Poecilia sp) dan Lele lingkungan terkontaminasi, peningkatan kemampuan
mikroorganisme indigen, dan penggunaan
(Clarias batrachus). Hal ini menunjukkan Limbah Cair
mikroorganisme dalam reaktor khusus (Portier, 1991).
Nanas yang sudah diproses dengan bioremediasi, bahan Bioremediasi merupakan salah satu teknologi
organiknya telah terdegrasi dan tidak menggenggu pengolahan limbah yang berwawasan lingkungan.
komunitas hayati khususnya ikan. Oleh karena itu pemilihan mikroba yang akan dilepas
kelingkungan untuk diaplikasikan dalam bioremediasi
Aplikasi hasil temuan ini di IPAL memiliki harus memenuhi beberapa kriteria sifat-sifat bakteri
prospek ke depan yang positif yakitu untuk budidaya ikan. unggul sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Ketiga jenis ikan dapat membantu reduksi sisa-sisa zat Bakteri yang digunakan dalam fermentasi perlu
diseleksi untuk memperoleh isolat yang memiliki
organik yang masih ada, dan sekaligus ikan komet dan kemampuan unggul, sehingga memiliki kelebihan-
gatul berfungsi sebagai bioindikator keamanan outlet. kelebihan antara lain: (a) memiliki kemampuan adaptasi
tinggi terhadap kondisi lingkungan sehingga memiliki
B. Bakteri Indigen Berpotensi menetralkan pH dan tingkat efisiensi yang tinggi, (b) ketersediaan mikroba
Mendegradasi Bahan Organik dalam Bioremediasi terjamin, sebab bersumber dari lingkungan alam Indonesia
yang dapat diisolasi dari banyak sumber, (c)
Limbah Cair Nanas yang memiliki keasaman memungkinkan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat
tinggi memungkinkan bakteri patogen terhambat dengan biaya yang relatif murah untuk industri besar,
pertumbuhannya (Roesli, 2005). Sumiarsih (2003) maupun industri kecil, karena ketersediaan yang cukup
menyatakan pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim, serta biaya relatif murah (Misgiyarta, 2002).
daya katalisis enzim menjadi rendah pada pH rendah Tujuan pengolahan limbah meliputi 3 aspek,
maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi protein enzim. yaitu, dan aspek kesehatan, untuk menghindari penyakit
Enzim mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif (+) menular melalui air; dari aspek estetika, untuk
dan negatif (-). Aktivitas enzim akan optimum kalau melindungi air sari warna dan bau yang tidak
terdapat keseimbangan antara kedua muatannya. Pada menyenangkan; dan aspek ekologi, untuk
keadaan masam muatannya cenderung positif, dan pada mengurangi kandungan organik limbah (misalnya
151 152

penetralan pH, mengurangi BOD), mengurangi toksik, pektin metil esterase, sedangkan amilase merupakan
atau karsinogenik. Proses ini secara secara prinsip enzim pemecah pati atau glikogen.
merupakan proses aerobik dimana senyawa organik Irianto (2003) menyatakan amilum adalah senyawa
dioksidasi menjadi CO 2 , H 2 O, NH 4 dan biomasa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer
baru. glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan
Suprayogi (2006) menyatakan bahwa limbah glikosidik. Degradasi amilum membutuhkan enzim
nanas mengandung sekitar 300 mg/l asam sitrat disamping amilase yang akan memecah/menghidrolisis menjadi
asam organik lain. Kandungan asam sitrat merupakan polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya
salah satu penyebab pH limbah cair nanas rendah. Said menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan
(1999) menyatakan proses ini secara secara prinsip glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam
merupakan proses aerobik dimana senyawa organik sel.
dioksidasi menjadi CO 2 ,H 2 O, NH 4 dan biomasa
baru. Aktivitas bakteri asam memungkinkan terjadi
kenaikan pH karena NH4+ akan berikatan dengan air
sehingga terbentuk NH4OH yang bersifat basa dengan
reaksi sebagai berikut.
Enzim bakteri asam
C6H8O7 NH4+ + H2O
(asam sitrat)

Limbah Cair Nanas menjadi netral karena NH4+,


merupakan senyawa konjugat yaitu senyawa yang
berikatan dengan atom H bersifat basa (pH ke netral),
pKa (konstanta keasaman > 2) untuk NH4+, senyawa asam Gambar 4.6. Aktivitas Enzim Amilase
pKa < 2 atau 0. Selain itu peningkatan CO2 karena akivitas
bakteri akan terjadi reaksi CO2+H2O menjadi H2CO3, Enzim amilase dibedakan menjadi tiga, yaitu a)
asam karbonat ini juga merupakan senyawa konjugat. α-amilase, merupakan endoenzim yang bekerja memutus
Enzim-enzim yang bekerja untuk menguraikan ikatan α-1,4 secara acak di bagian tengah molekul amilosa
karbohidrat, meliputi, enzim-enzim pemecah amilum maupun amilopektin. Enzim ini diisolasi dari Bacillus
seperti amilase, invertase, laktase, selulase, dan ezim- subtilis, b) β-amilase, suatu eksoenzim yang mengurai
enzim pemecah pektin seperti poligalakturonase dan unit-unit gula dari ujung molekul amilum, c)
Glukoamilase, suatu enzim yang dapat memisahkan
153
154
glukosa dari terminal gula non-pereduksi substrat amilum
(Hidayat, 2008). Melalui proses mineralisasi protein tersebut akan
Bakteri pengurai amilum ialah Bacillus subtilis, B. terbentuk amonium yang merupakan bentuk nitrogen
polymyxa, B. mecerans, B. licheniformis dan B. anorganik. Selanjutnya amonium dapat diubah oleh
diastaticus (Schlegel, 1994). Endoenzim amilolitik Pseudomonas menjadi bentuk-bentuk nitrit atau nitrat
dihasilkan Bacillus subtilis var. amylosacchariticus dan dalam proses nitrifikasi. Nitrat kemudian akan segera
Bacillus polymyxa. Exoenzim β-amilase dihasilkan oleh B. direduksi menjadi amonia begitu berada dalam sel bakteri
cereus, B. circulans, B. megaterium, B. polymyxa (Fogarty, dan bergabung sebagai senyawa organik. Beberapa
1983). Pseudomonas merupakan bakteri berbentuk senyawa organik yang mampu dipecah oleh bakteri
batang, bersifat aerob dan banyak dijumpai pada habitat Pseudomonas seperti: selulosa hemiselulosa, pati, protein,
tanah, air tawar dan laut. Bakteri tersebut dapat tumbuh asam nukleat kutin, lignin, pektin, inulin dan kitin (Rao,
pada berbagai media, mampu menggunakan glukosa, 1994). Penelitian Siahaan dkk (2003) menunjukkan
laktosa dan asetat. kemampuan Bacillus sp dan Pseudomonas pseudomalei
Pertumbuhan optimum dicapai pada suhu 30°C dan mampu mendegradasi tanah dari cemaran minyak
pH 3,0-7,0 (Buchanan & Gibbons, 1974). Pseudomonas diperkaya bahan organik yang memiliki pH rendah hingga
mampu menghasilkan enzim pemecah pati seperti α- 95%.
amilase, eksomaltopentahidrolase dan iso-amilase. Acinetobacter baumanni merupakan bakteri
Enzim-enzim tersebut akan mengkatalisis pemecahan berbentuk batang, bersifat gram negatif dan aerob.
ikatan glikosida α-1,3, α -1,4 dan α-1,6 pada pati. Hasil Bakteri ini mampu tumbuh pada berbagai media, dapat
pemecahan pati tersebut berupa gula-gula sederhana memanfaatkan sitrat maupun glukosa sebagai sumber
seperti glukosa, oligosakarida dan maltosa (Dasinger dkk., karbon, dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Selama
1985). Selain pati, Pseudomonas juga mampu memecah proses fermentasi selain adanya peruraian polimer juga
protein menjadi polipeptida dan asam-asam amino dengan terjadi pembentukan senyawa asam-asam organik sebagai
bantuan enzim protease (Casida, 1968; Frazier & Westhoff hasil antara yang kemudian akan segera dibentuk menjadi
1983). Hidrolisis kasein secara bertahap akan senyawa lain atau gas yang sifatnya tidak asam, misal gas
menghasilkan monomernya berupa asam amino. Proses ini sulfida, fenol, ligno-proteinat, dan sebagainya (Jones et
dinamakan peptonisasi atau proteolisis. al., 1998).
Judoamijoyo (1990) asam organik dapat digunakan
mikrooganisme untuk biosintesis, bila bahan-bahan
organik digunakan untuk pertumbuhan bakteri maka pH
cenderung meningkat karena bahan-bahan tersebut akan
Gambar 4.7 Aktivitas Enzim Protease terdeaminasi. Prescott (2002) deaminasi adalah proses
156
155
mengkatalisasi pemindahan gugus amino (NH2) dari asam dari sumber amonia dan karbon. Banyak pula bakteri yang
amino dan molekul lainnya yang mengandung –NH. dapat mereaksikan amonia dengan asam fumarat
Selain itu, proses deaminasi menetralisasikan amin yang membentuk aspartat. Dengan transaminasi asam amino ini
menghambat pertumbuhan. Bila mikroba mampu berfungsi sebagai donor amino terhadap asam alfa-keto
menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari seperti asam piruvat, oksalat, alfa-keto-isovalerat untuk
medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan pH. membentuk asam amino (Setiawan, 2001).
Perombakan asam sitrat diuji oleh Frazeir dan
Westhoff ( 1979) sebagai berikut. C. Potensi Konsorsia Bakteri menetralkan pH dan
Enzim bakteri Degradasi Bahan Organik
(Citrat permease)
Natrium sitrat Asam piruvat + Asam oksaloasetat + CO2 Penelitian tahap in vitro bertujuan menentukan
Citratase perlakuan konsorsia inokulum bakteri pengurai yang
Kelebihan Na dari Na.sitrat+CO2 + H2O Na2CO3 paling tepat dan waktu yang optimum terhadap penguraian
Na2CO3 bersifat alkali sehingga pH menjadi Limbah Cair Nanas (LCN) ditinjau dari parameter pH,
meningkat. Austin (1988) menyatakan bahwa BOD, COD dan TSS. Penelitian dilakukan dua tahap,
Pseudomonas dan Bacillus memilki kemampuan pertama menguji konsorsia bakteri dengan 2, 3 dan 4
menghasilkan enzim tunggal maupun beberapa enzim bakteri terhadap Limbah Cair Nanas (LCN) steril. Setelah
untuk degradasi asam organik. Hasil penelitian diperoleh konsorsia paling potensial dilanjutkan tahap
memperoleh bakteri yang memiliki kemampuan kedua, diuji untuk menentukan bentuk konsorsia, volume
mendegradasi protein. Protein adalah poli-peptida dengan starter dan waktu inkubasi paling efektif.
struktur tertentu, suatu hetero-polimer dari asam amino. Temuan penelitian pada tahap uji biodegradasi in
Ensim protease (poli-peptidase, oligo-peptidase, di- vitro adalah perlakuan Penggunaan jenis konsorsia
peptidase) merombak protein menjadi peptida yang lebih secara nyata berbeda dalam reduksi Limbah Cair Nanas,
sederhana atau asam amino. Selanjutnya asam amino penggunaan empat konsorsia paling efektif mereduksi
mengalami transaminasi, deaminasi, dekarboksilasi, atau bahan organik LCN ditunjukkan dengan kenaikan pH
dehidrogenasi menjadi zat lain yang lebih sederhana yang dan penurunan BOD, COD dan TSS. Konsorsia ABCD
selanjutnya dapat dimetabolisme kembali. (A: Bacillus cereus, B: Acinetobacter baumanni, C:
Secara umum pemecahan bahan organik Bacillus subtilis dan D: Pseudomonas pseudomallei)
diperlukan untuk pembentukan energi dan biosintesis, diproleh pH 5,9 (Nilai Ambang Batas/NAB: 6-9), BOD
sebab dapat menyediakan kerangka karbon untuk berbagai 51 mg/l (NAB: 75 mg/l), COD 28 mg/l (NAB 150 mg/l)
senyawa penting dalam sel. Pada kebanyakan bakteri, dan TSS 28 mg/l (NAB 100 mg/l). Konsorsia ABCD
asam glutamat adalah asam amino kunci yang dibentuk
57 158

dalam mendegradasi LCN selain pH memenuhi Nilai proses penguraian senyawa organik yang terkandung dalam
Ambang Batas yang dipersyaratkan. LCN oleh bakteri-bakteri Bacillus cereus, Acinetobacter
Bakteri Acinetobacter baumanni menunjukkan baumanni, Bacillus subtilis dan Pseudomonas
penggandaan tercepat dalam waktu 24 jam diperoleh pseudomallei. Masing-masing spesies bakteri
jumlah bakteri terbanyak, diikuti bakteri Bacillus subtilis, berperan menguraikan bahan organik yang berbeda
Pseudomonas pseudomallei dan Bacillus subtili. sesuai enzim ekstraseluler (eksoemzim) yang
Pertumbuhan bakteri pada media Limbah Cair Nanas dihasilkan. Sumiarsih (2003) menyatakan eksoenzim
dengan biofilter menunjukan pertumbuha yang cepat pada (enzim ekstraseluler), yaitu enzim yang bekerjanya di luar
penggunaaan biofilter. Pertumbuhan bakteri sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat
Acinetobacter baumanni dengan metode McFarland secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih
menunjukkan kecepatan reproduksi dua kali lipat sederhana dengan Berat Molerkul (BM) lebih rendah
dibandingkan bakteri lainnya selama inkubasi 24 jam, sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang
bakteri Bacillus cereus 3x108 sel/ml, Bakteri dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel
Acinetobacter baumanni 6x108 sel/ml, Bakteri c Bacillus tidak digunakan dalam proses kehidupan sel. Bahan
subtilis 3x108 sel/ml dan bakteri Pseudomonas organik LCN merupakan substrat makromolekul, oleh
pseudomallei 3x108 sel/ml. adanya enzim mengalami perubahan menjadi molekul
Jumlah bakteri a. Bacillus cereus, b. yang lebih sederhana. Proses transformasi bahan
Acinetobacter baumanni, c. Bacillus subtilis, d. organik LCN, akibat pertumbuhan bakteri yang telah
Pseudomonas pseudomallei dan bukan abcd berpengaruh diinokulasikan ke dalam LCN dan memiliki
terhadap pH dengan kontribusi sebesar 72,7% dan kemampuan degradasi yang potensial .
berkorelasi positif, berarti kenaikan jumlah bakteri akan Efektivitas penguraian bahan organik dengan
diikuti kernaikan pH. Secara parsial bakteri a, b, c, dan d penambahan inokulan bakteri (starter) menjadi lebih
berkorelasi positif, bakteri b. Acinetobacter baumanni tinggi jika dibandingkan dengan penguraian bahan
memiliki koefisien determinasi tertinggi yaitu 68,7%. tanpa penambahan inokulan (kontrol). Selama
Bakteri selain a,b,c,d korelasi tidak signifikan dan negatif, biodegradasi berlangsung terjadi transformasi dari
penurunan bakteri bukan abcd akan menaikkan pH LCN. senyawa-senyawa yang terkandung dalam LCN.
Acinetobacter baumanni bakteri ini mampu Limbah Cair Nanas mengandung air ±87%,
tumbuh pada berbagai media, dapat memanfaatkan sitrat karbohidrat 10,54%, serat kasar 1,7%, protein 0,7%, abu
maupun glukosa sebagai sumber karbon, dan mereduksi 0,5% dan lemak 0,02%. Bahan organik yang
nitrat menjadi nitrit (Jones et al., 1998). dominan adalah amilum, gula total, asam-asam
Berdasarkan temuan penelitian ini maka dapat organik, Secara keseluruhan transformasi bahan
dijelaskan bahwa selama uji biodegradasi telah terjadi
159 160

organik tersebut ditunjukkan oleh kenaikan pH, enzim pengurai bahan organik yang dapat mendegradasi
penurunan BOD, COD dan TSS dan asam organik. bahan organik menjadi substrat yang lebih sederhana.
Benton dan Warner (1976) menyatakan BOD Substrat ini terhidrolisis menjadi asam piruvat,
(Biochemical Oxygen Demand) digunakan untuk selanjutnya jika cukup oksigen melalui mobilisasi asetil-
mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh KoA masuk lingkaran asam trikarboksilat (Krebs cycle)
mikroba untuk menguraikan/mengoksidasi hampir semua yang akhirnya dibebaskan menjadi CO 2 dan H2O (Sigit,
bahan organik yang terlarut dan zat-zat organik yang 2006).
tersuspensi dalam LCN sedangkan COD (Chemical Proses fermentasi Limbah Cair Nanas memberikan
Oxygen Demand) didefinisikan sebagai jumlah oksigen pengaruh yang cukup berarti bagi perubahan keasaman,
kimiawi (mg/l) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi dengan pola mula-mula pH meningkat kemudian
bahan organik pada suatu contoh air limbah yang menurun. Fermentasi menggunaan EM-4 dan Bokashi
dianalisis. Sebagai sumber oksigen digunakan (Jones et al., 1998), perubahannya mempunyai pola yang
pengoksidasi K2Cr2O7 atau KMnO4, COD digunakan mirip, yaitu mula-mula pH turun kemudian meningkat
sebagai ukuran pencemaran limbah oleh zat-zat organik kembali. Ini membuktikan bahwa selama proses
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses fermentasi selain adanya peruraian polimer juga terjadi
biologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut pembentukan senyawa asam-asam organik sebagai hasil
dalam limbah. Secara alamiah biodegradasi bahan antara yang kemudian akan segera dibentuk menjadi
organik ini mudah terurai. Walaupun demikian hasil senyawa lain atau gas yang sifatnya tidak asam, misal gas
penelitian membuktikan setelah perlakuan pemberian sulfida, fenol, ligno-proteinat, dan sebagainya, sehingga
inokulan bakteri telah terjadi penurunan kadar bahan pH menjadi meningkat.
organik tersebut. Hasil ini merupakan indikasi adanya Fermentasi Limbah Cair Nanas hasilnya berbau
reduksi bahan organik yang diamati. khas nanas, bukan bau busuk, hal ini dikarenakan
Biodegradasi bahan organik yang terjadi selama mikrobia yang melakukan proses fermentasi dapat
perlakuan adalah meliputi: Biodegradasi amilum, memanfaatkan secara maksimal hasil peruraian polimer
protein, gula total dan asam organik. Keempat isolat dan segera disintesis menjadi polimer baru, dan yang
mampu mendegradasi bahan organik tersebut, yang dilepas hanyalah karbodioksida. Gugus-SH dan amonium
berarti mampu menghasilkan enzim amilolitik, enzim sebagai sumber bau terus dimanfaatkan untuk membentuk
proteolitik serta pemecah asam organik antara lain protein komplek yang baru sehingga tidak timbul bau
akonitase dan Suksinat dehidrogénase. Pertumbuhan (Ramachandra et al., 1998).
konsorsia bakteri Bacillus cereus, Acinetobacter Pada waktu mikroba tumbuh dan berkembang biak
baumanni, Bacillus subtilis dan Pseudomonas dalam Limbah Cair Nanas LCN), karbon digunakan untuk
pseudomallei masing-masing menghasilkan enzim- menyusun bahan sel-sel mikroba dengan membebaskan
161 162

karbon dioksida, dan bahan-bahan lain yang mudah D. Starter yang Efektif dalam Biorenediasi Limbah
menguap. Dalam proses ini mikroba turut mengasimilasi Cair Nanas
nitrogen, fosfor, kalium dan belerang yang terikat di dalam
protoplasma sel. Jadi pada proses pengolahan LCN Hasil uji konsorsia paling potensial yaitu konsorsia
berlangsung tiga proses yang paralel: (a) degradasi sisa- bakteri Bacillus cereus, Acinetobacter baumanni, Bacillus
sisa amilum dan bahan organik lain oleh enzim-enzim
mikroba, (b) peningkatan biomassa mikroba yang terdiri subtilis dan Pseudomonas pseudomallei dengan bentuk
dari polisakarida dan protein, dan (c) akumulasi atau konsorsia, volume starter dan waktu inkubasi tertentu.
pembebasan hasil akhir (Rao, 1994). Variasi volume strater dan waktu inkubasi berbeda
Tjondronegoro (1997) menyatakan tujuan utama
sangat nyata, sedangkan variasi konsorsia tidak ada
penanganan limbah secara biologik adalah untuk
mengoksidasi kadar organik limbah, yaitu makanan untuk perbedaan. Volume starter 5% dan waktu inkubasi 6 hari
mikroorganisme. Oksidasi senyawa-senyawa yang menunjukkan degradasi bahan organik paling efektif.
mengandung karbon organik menggambarkan mekanisme Hasil penelitian terbukti diperoleh kenaikan pH 102%
di mana organisme heterotrofik memperoleh energi untuk
sintesis. Konsentrasi limbah turun dengan meningkatnya (3,40 menjadi 6,9 Nilai Ambang Batas/NAB: 6-9), BOD
massa mikroba. Dalam sistem aerobik, kira-kira 0,7 lb 79% (258 mg/l menjadi 54,18 mg/l NAB: 75 mg/l), COD
massa sel disintesis untuk setiap 1,0 lb makanan, sebagai 88% (208 mg/l menjadi 24 mg/l NAB 150 mg/l) dan TSS
BOD yang dioskidasi. Dilanjutkan dengan respirasi
75% (400 mg/l menjadi 100 mg/l NAB 100 mg/l). Asam
indigen yang ekstensif, atau pencernaan aerobik dari sel.
Konsentrasi 0,7 sel tersebut akan direduksi hingga sekitar organik terjadi penurunan yang sangat nyata, asam sitrat
0,17 lb bahan seluler yang tersisa untuk dibuang. Padatan 84% (142,6 mg/l menjadi 22,81 mg/l), asam malat 67%
seluler residu yang sebenarnya dalam sistem akan berada
(33 mg/l menjadi 10,89 mg/l) dan asam suksinat 82% (12
di atara dua nilai terakhir, tergantung bagaimana sistem
aerobik yang dioperasikan. mg/l menjadi 2,16 mg/l).
Suprapto (1979) proses secara aerobik teridir dua Hubungan perlakuan variasi konsorsia, volume
reaksi biokima, yaitu 1) reaksi pertumbuhan dan starter dan waktu inkubasi terhadap pH adalah signifikan,
metabolisme bakteri (Organik terlarut) + O2 + N + P sel
+ CO2 + H2O + sisa bahan organik yang tak terurai, dan dengan koefisien determinasi sebesar 74,3% dan bentuk
2) reaksi untuk oksidasi dari sel mereka sendiri korelasi positif. Hal ini memberikan infomasi semakin
(endogenous respiration) dengan urutan sel + O2 CO2 tinggi volume starter dan waktu inkubasi akan menaikkan
+ H2O + N + P + sisa terurai.
pH. Komponen asam organik (asam sitrat, malat dan
164
163

suksinat) berkorelasi negatif baik secara bersama maupun bahan organik dalam LCN, maka diusahakan reaksi
sendiri-sendiri dengan koefisien determinasi 92,3%. Hal biotransformasi berlangsung secara optimum yaitu pada
ini menunjukkan penurunan konsentrasi asam organik perlakuan dikendalikan dengan cara menambah
akan menaikkan pH LCN. oksigen terus-menerus (diaerasi). Demikian pula
Hubungan perlakuan variasi konsorsia, volume upaya waktu kontak antara substrat dengan
starter dan waktu inkubasi terhadap BOD adalah bakteri penghasil enzim berlangsung baik dan
siginifikan, dengan koefisien determinasi sebesar 60,8% merata, maka diperlakukan pengocokan setiap hari
dan bentuk korelasi negatif. Biological Oxygen Demand (dengan cara menghidupkan shaker pada botol
(BOD) menurun seiring kenaikan volume starter dan fermentor).
waktu inkubasi. Variasi konsorsia 2 (K2) dua kali lipat Keberhasilan degradasi bahan organik LCN dapat
variasi konsorsia 1 (K1) untuk isolat Bacillus cereus dan dilihat dari kenaikan pH dan penurunan BOD, COD dan
Acinetobacter baumanni secara parsial tidak signifikan TSS. Adanya Perubahan kadar bahan organik LCN
berkorelasi terhadap pH dan BOD. menunjukkan bahwa bakteri pendegradasi mampu
Penguraian suatu senyawa tergantung pada menguraikan bahan organik dalam limbah. Degradasi
konsentrasi dan waktu kontak (Madigan, 2003). LCN oleh konsorsia bakteri indigen menghasilkan
Pemberian inokulan bakteri yang diperlakukan ke nilai pH, BOD, COD dan TSS memenuhi ambang
dalam LCN bertujuan memfasilitasi terjadinya interaksi batas yang dipersyaratkan. Mencermati waktu
antara bakteri dengan lingkungan limbah. Bakteri akan inkubasi berkaitan dengan proses degradasi LCN
melakukan aktivitas metabolisme untuk tumbuh dan bakteri pendegradasi mampu mendegradasi polutan
berkembangbiak, hingga mencapai konsentrasi yang organik secara bertahap dengan mengeluarkan enzim,
optimum untuk dapat mengurai senyawa -senyawa jika jumlah enzim yang dikeluarkan seimbang dengan
organik yang ada dalam LCN. Senyawa organik dapat volume polutan, maka reduksi total dapat terjadi. Enzim
teroksidasi, oleh karena itu optimasi metabolisme ekstraselular yang dihasilkan bakteri secara individu
bakteri diperlakukan secara aerobik. Sesuai dengan memberi pengaruh kurang berarti terhadap reduksi
tujuan penelitian untuk dapat mereduksi timbunan zat organik, tetapi secara bersama-sama (konsorsia)
165 166

memberikan hasil yang lebih efektif. Susbtrat mendegradasi 1.0 g substrat organik. Jika dihitung
organik dapat tereduksi oleh enzim bakteri jika penurunan konsentrasi substrat oleh setiap individu
jumlah biomassa (densitasnya) dalam lingkungan sel bakteri, maka penurunan konsentrasi 0,1 per
cukup mendukung adanya interaksi antara substrat dan volume ini tidak dapat terdeteksi. Oleh karena itu untuk
enzim. tujuan biodegradasi suatu substrat perlu dilakukan
Penelitian Purwati (1987) memperlihatkan bahwa tahap aklimatisasi bakteri dalam substrat sampai
mikroba campuran lebih baik dalam menurunkan kadar tercapai kepadatan populasi lebih besar. Judoamijoyo
senyawa organik beracun dari limbah cair industri pulp (1990) pertumbuhan mikroba biasanya ditentukan oleh
dibandingkan dengan biakan murni Pseudomonas waktu yang diperlukan untuk menggandakan massa sel.
flourescens dan P. pyoceaneae. Begitu pula halnya dengan Waktu pengandaan massa sel dapat berbeda dengan waktu
penelitian yang dilakukan Wiryani (1991) yang berhasil penggandaan jumlah karena massa sel dapat meningkat
menurunkan kadar TSS (Total Suspended Solid), TDS tanpa penambahan jumlah sel. Tetapi bila dalam suatu
(Total dissolevd solid), BOD (Biochemical Oxygen lingkungan tertentu interval antara penggandaan massa sel
Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) limbah dan jumlah dengan waktu berlangsung konstan, maka
cair pabrik tempe dengan bantuan mikroba dari kotoran mikroorganisme tumbuh pada laju eksponensial.
sapi. Sedangkan Penelitian Babu et.al,. (2000) Penerapan dalam penelitian diperlakukan
menunjukkan bahwa teknik biologi mampu mereduksi aklimatisasi masing-masing spesies bakteri yang
62% COD limbah. Hasil penelitian ini menemukan ditumbuhkan dalam media nutrient cair sebagai kultur
sistem kultur campuran lebih efektif dibandingkan kultur murni yang diinkubasi selama 24 jam. Biakan ini disebut
tunggal. starter. Penghitungan total koloni bakteri pada volume
Alexander (1999) menyebutkan bahwa starter 5% ternyata densitasnya mencapai 108 sel/ml,
degradasi senyawa kimia (substrat organik) oleh sedangkan volume starter 0,5%; 1%, dan 2,5% densitasnya
bakteri dapat dideteksi hanya jika kepadatan < 108 sel/ml. Dengan demikian terbukti bahwa volume
populasi mikroba (densitas) telah melampaui tahap yang efektif digunakan sebagai starter adalah pada
eksponen. Misalnya pada densitas 10 2 sel/volume dapat densitas 108sel/ml.
167 168

Bakteri memiliki kemampuan menghasilkan lactone (AHL) untuk saling berkomunikasi dalam rangka
quorum sensing, yaitu suatu ekspresi gen regulasi mengatur sejumlah fungsi biologis seperti motilitas dan
sebagai respon terhadap fluktuasi kepadatan populasi pembentukan biofilm. Sementara bakteri gram positif
sel. Bakteri menghasilkan qorum sensing dan seperti Bacillus subtilis menggunakan suatu peptida atau
melepaskan autoinducer yaitu molekul sinyal untuk protein khusus untuk tujuan dan fungsi serupa.
mendeteksi batas minimum konsentrasi sebagai fungsi Bakteri memerlukan suatu keadaan kuorum untuk
meningkatkan kepadatan sel. Sistem komunikasi mengekspresikan sifat-sifat tertentu. Sebagai contoh,
melalui autoinducer ini dapat terjadi di dalam spesies apabila telah mencapai suatu kuorum, bakteri dapat secara
dan antar spesies bakteri. Proses ini berperan mengatur bersama menghasilkan cahaya (bioluminescens). Pada
aktifitas fisiologi yang meliputi, simbiosis, virulensi, kondisi ini, AHL akan membentuk kompleks dengan
kompetensi, konjugasi, produksi antibiotik, motilitas, protein pengatur khusus yang kemudian mengaktifkan
sporulasi, dan pembentukan biofilm. Umumnya bakteri sejumlah gen-gen penyandi enzim-enzim untuk
gram-negatif menggunakan autoinducer homoserine bioluminescens.
cylated lactones, dan bakteri Gram-Positif Apabila hanya terdapat sedikit bakteri sejenis,
memproses oligo-peptida untuk komunikasi (Miller, beberapa sifat tertentu mungkin tidak akan dimunculkan.
2001). Pengaktifan gen tertentu hanya terjadi saat bakteri sejenis
Ulvestad (2009) menyatakan proses mencapai jumlah tertentu. Mekanisme quorum sensing ini
komunikasinya pada bakteri dinamai quorum sensing, bekerja pula pada pengaktifan faktor-faktor pengaturan
yang melibatkan pertukaran suatu senyawa kimia (auto keputusan pembentukan spora atau virulensi. Bakteri
inducer). Sebagai contoh, saat berjumlah sedikit, bakteri memanfaatkan mekanisme quorum sensing untuk dapat
Pseudomonas sp tidak membentuk biofilm, namun ketika merespon perubahan kondisi lingkungan yang berlangsung
jumlahnya mencapai konsentrasi tertentu, bakteri tersebut begitu cepat. Pada konsentrasi yang rendah, bakteri
kemudian menjadi agresif dan membentuk biofilm. Bacillus subtilis tidak mengaktifkan gen yang terkait
Melalui mekanisme quorum sensing, sejumlah bakteri dengan pembentukan spora. Namun ketika mencapai
gram negatif menggunakan senyawa acyl homoserine
169 170

konsentrasi yang cukup, mekanisme quorum sensing


mulai berjalan dan dua set gen mulai diekspresikan.
Labbate (2004) melaporkan suatu gen regulasi
AHL pembentuk sel filamentous dan sel rantai yang
penting untuk pembentukan biofilm normal. N-Acyl-
homoserine Lactone (AHL), merupakan sistem kuorum-
sensing untuk pembentukan biofilm yang ditemukan pada
bakteri Pseudomonas aeruginosa, Burkholderiacepacia dan
Aeromonas hydrophila. Gen AHL berfungsi sebagai
sistem pengatur penting bagi pembentukan struktur
mikrokoloni. Ukuran sel-sel S liquefaciens MG1 Iebih
panjang 15 µm daripada protozoa. Sel-sel yang berbentuk
filamen panjang merupakan mekanisme pertahanan
melawan protozoa sebagai predator di dalam lingkungan.
Beberapa contoh molekul sinyal quorum sensing Gambar 4.8 Struktur Molekul Quorum Sensing
Sumber Atkinson (2009)
yang terdapat pada Acinetobacter dan Pseudomonas
disajikan pada Gambar 4.8
E. Bioremediasi Sebagai Upaya Pengelolaan Limbah
yang Efisien.

Penerapan teknologi bioremediasi bukan


dimaksudkan untuk mengganti pengelolaan limbah yang
telah ada. Teknologi ini merupakan upaya untuk
mengoptimalkan pengolahan limbah di IPAL guna
mencapai hasil yang lebih baik. Mekanisme kerjanya
adalah penambahan (inokulasi) konsorsia bakteri
pendegradasi indigen ke dalam limbah cair melalui
reaksi enzimatis yang menghasilkan senyawa-senyawa
171 172

yang dapat secara langsung digunakan atau diserap jumlah kepadatannya meningkat. Kelompok koloni
organisme perairan. membentuk kuorum sensing sehingga dapat
Aplikasi penambahan inokulan konsorsia menstimulasi fisiologis sel dengan menghasilkan enzim
bakteri pendegradasi ke dalam LCN di bioreaktor ekstraseluler untuk mereduksi polutan yang ada dalam
terbukti berpengaruh menurunkan bahan organik limbah. Sebagian bakteri yang mati akan larut terbawa air
terutama pH, BOD, COD dan TSS yang memenuhi dan mengendap di dasar bioreaktor . Hasil proses biodegrasi
Baku Mutu Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah- konsentrasi volume starter 5% cukup untuk digunakan sebagai
buahan dan/atau Sayuran yang Melakukan Kegiatan starter untuk mendegradasi LCN berikutnya., dengan demikian
Pengolahan Gabungan yang dipersyaratkan sehingga mekanisme ini dapat digunakan secara berkelanjutan untuk
layak untuk digunakan. Perubahan ini terlihat mulai volume limbah yang besar.
hari ke 6 pH sudah memenuhi standart sedangkan BOD Hasil pemantauan kolam terakhir sebelum
dan COD hari ke 12 disusul TSS hari ke 8. Hubungan dialirkan ke sungai pada bulan Agustus 2010,
antara BOD dengan pH berkorelasi negatif, artinya menunjukkan parameter pH 5,3 (NAB: 6-9), BOD 169,4
penurunan BOD akan diikuti kenaikan pH. (NAB: 75 mg/l), COD 532,76 (NAB 150 mg/) dan TSS
Pada waktu yang bersamaan terlihat adanya 211,0 (NAB 100 mg/l). Limbah Cair Nanas ini sudah
sedikit lapisan tipis transparan menempel mengelilingi berproses melalui kolam-kolam aerasi kurang lebih
sisi permukaan dalam bioreaktor dan biofilter. Lapisan ini selama 3 bulan. Penerapan pengolahan limbah dengan
merupakan biofilm yang setiap hari sedikit demi sedikit menggunakan biofilter perlu diterapkan di IPAL pabrik.
terbentuk, sehingga makin lama makin tebal. Pada Keunggulan proses pengolahan air limbah dengan
minggu kelima lapisan tebal yang terbentuk berwarna biofilter antar lain pengelolaannya sangat mudah, biaya
kekuningan, dan cairan limbah mulai menjadi jernih. operasional rendah dibandingkan dengan lumpur aktif,
Fenomena yang dapat dideskripsikan dari lumpur yang dihasilkan sedikit, suplai udara untuk aerasi
temuan ini adalah pada hari pertama sampai dengan hari relaitf sedikit, dapat digunakan untuk air limbah dengan
ke-5 merupakan tahap awal terjadinya aklimatisasi, yaitu beban BOD yang cukup besar dan dapat menghilangkan
penyesuaian bakteri terhadap lingkungan LCN. Sel bakteri padatan tersuspensi (SS) dengan baik (Said, 2000).
yang telah dikultur di laboratorium mengalami fase Ketercapaian Nilai Ambang Batas hasil penelitian
pertumbuhan cepat (tahap eksponensial) selama 1 x 24 menunjukkan, pH pada hari ke 6 (6,15), BOD hari ke 10
jam, kemudian dilepas dalam LCN yang merupakan (75,1 mg/l), COD hari ke 10 (100,35 mg/l) dan TSS hari
lingkungan baru bagi bakteri. Selama aklimatisasi, sel-sel ke 9 (100,05 mg/l). Sugiharto (2006) menyatakan waktu
bakteri yang semula dilepas sebagai individu tinggal (detention time) adalah waktu yang diperlukan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selanjutnya oleh suatu tahap pengolahan agar tujuan pengolahan dapat
setiap sel bakteri tumbuh menjadi mikrokoloni, sampai dicapai secara optimal. Pada setiap bagian bangunan
173 174

pengolah mempunyai waktu tinggal yang berbeda-beda,


sehingga waktu tingal ini perlu diketahui lamanya pada
setiap jenis bangunan pengolah. Bioreaktor yang
digunakan dalam penelitian ini diisi LCN volume 1000
liter, memerlukan waktu tinggal 10 hari untuk proses
degradasi sampai memenuhi Baku Mutu yang
dipersyaratkan. Dibandingkan dengan proses alami yang
ada dengan waktu tinggal 3 bulan, maka bioremediasi
LCN dengan bakteri indigen membantu percepatan
degradasi bahan organik khususnya pH yang rendah.
Hasil penilaian Baku Mutu Pertanian dengan
Metode Storet (Israelsen dan G.E. Shringkam. 1986)
diperoleh skor -2 termasuk kualitas baik karena berada
rentang skor 1-10. Parameter yang melebihi baku mutu
adalah garam alkali (Na) sebesar 92,078 mg/l, baku mutu
60 mg/l. Meskipun demikian kandungan garam alkali ini
masih dapat ditolerir oleh tanaman. Hasil penilaian
disajikan Tabel 4.8

Metode penilaian ini dikenal dengan metode penilaian


stroret, dimana dalam penilaiannya kualitas air dibagi
kedalam 4 kelas kualitas berdasarkan skor yang diperoleh
dari hasil penilaian, yaitu :

- Kualitas baik sekali, jika skor = 0


- Kualitas baik, jika skor 1 – 10
- Kualitas sedang, jika skor 11 – 30 dan
- Kualitas buruk, jika skor > - 31
182

DAFTAR RUJUKAN
183

limbah cair tahu dengan berbagai dosis


Abdullah, M.B. 2003. Optimasi Pembuatan Alkohol dari inokulum. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:
Limbah Cair Nenas Menggunakan Pasca Sarjana Biologi ITB. Bandung.
Saccharomyces cerevisiae. Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan APHA. 1985. Standard methods for the examination of
Proses 2004. Jurusan Teknik Kimia Fakultas water and wastewater. 20tb edition.
Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Washington DC: Amer. Publ. Health Assoc.
Aunstrup, K. 1979. Production, Isolation, and Economics
Alaerts, G dan S.S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. of Extraoolluler Enzymes. In: Applied
Surabaya: Usaha Nasional. biochemistry and bioenginnering. Vol. 3. Eds.
Wiugard L.B., E. Katchalski-Katzir & L.
Arsatmojo, F., 1996. Formulasi Pembuatan Nata de pina. Goldstein. New York: Academic Press.
Skripsi (tidak dipublikasikan) Jurusan
Teknologi dan Gizi. IPB, Bogor. 90 hal. Atlas, R. & Bartha, R. 1993. Microbial Ecology,
Fundamentals and Aplication. Ed. ke 3. New
Atmodjo, K. 2002. Pengomposan Kulit Nanas York: The Benyamin Cummings Publishing
Menggunakan Starter Mikroorganisma Effektif Company Inc.
dan Bokashi Dalam Kondisi pH Asam dan
Netral. Jurnal Biota Vol. VII (3) : 131-138, Atmodjo Kianto. 2002. Pengomposan Kulit Nanas
Oktober 2002 ISSN 0853-8670. Menggunakan Starter Mikroorganisma Effektif
Dan Bokashi Dalam Kondisi pH Asam Dan
Anonim. 2000. International Journal of Systematic Netral (The Pineapple Skin Decomposition
Bacteriology (USB)/ International Journal of Utilising Effective Microorganism And
Systematic and Evolutionary Microbiology Bokashi In Acid And Neutral pH). Jurnal
(USEM).(on line), (http://ijs.sgmjournals.org/, Biota Vol. VII (3) : 131-138, Oktober 2002
diakses 5 Desember 2008). ISSN 0853-8670

185

Babu, B.V., Rana, H.T., Krishna, V.R., and Sharma, M.


Aroita. 1894. Produksi enzim protease dari AspergiIlus (2000). COD Reduction of Reactive Dyeing
oryzae dan Bacillus subtilis menggunakan
Effluent from Cotton Textile Industry. India:
Birla Institute of Technology & Science. Brown, James W, Norbrg, Kenneth D, Syrgley, Sara.
1972. Management of Intructional Media.
Bachrudin Z. Astuti dan Y.S. Dewi. 2000. isolasi dan New York: Mc. Graw Hill Book Company.
seleksi mikroba penghasil laktat dan
aplikasinya pada fermentasi Limbah industri Buchanan, R.E. & N.E. Gibbons. 1974. Bergey's Manual
tahu. Prosiding seminar nasional Industri of Determinative Bacteriology 8th edition. The
enzim dan bioteknologi, Mikrobiologi enzim Williams & Wilkins Company. Baltimore.
dan Bioteknologi.
Barnes D. Blisse PJ. 1980. Biological Process Design for Cappucino, J.G. dan Sherman, N. 2005. Microbiology: A
Waster Water Treatments, United Statet Labiratory Manual. Seventh edition. New
America.Prenice-Hall,Inc. York: Benjamin Cummingham. Inc.

Benathen, I.A. dan Saccardi, M. 2000. Killer Pigments in Dasinger, B.L., D.M. Fenton, R.P. Nelson, F.F. Roberts, &
Bacteria. An Ecological Nigthmare. The S.J. Truesdell. 1985. Enzym and microbial
American Biology Teacher. Vol 62 (9). 649- 51. processes in the conversion of carbohydrates
derived from starch. In: Starch conversion
Berg, Ed Van den. 1995. Pengajaran Sains Sekarang dan technoIogy. Eds. Van Doyuom, Q.M.A. & J.A.
Masa yang akan datang: Suatu Tinjauan Roels. New York: Marcel Dekker Inc
Internasional. Makalah. Disampaikan pada
Seminar Nasional Pendidikan Sains dan Direktorat Gizi Departemen KesehatanR.I., 1981. Daftar
matematika UKSW Salatiga 10-12 Januari Komposisi Bahan Makanan. Barata. Jakarta.
1995.
Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun), 2004.
Bergey's. Manual of Systematic Bacteriology. Vol. 2. Statistik Perkebunan Indonesia 2001 - 2003.
Williams & Wilkins. Baltimore. Jambu mete. Departemen Pertanian. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 1991. Survei PertanianProduksi Droste, R.L. 1997. Theory and Practice of Water and 187
Buah-buahan di Jawa, BPS, 186 Wastewater Treatment. USA: John Wiley &
Jakarta-Indonesia. Sons, Inc.
Boyd. C.E. 1979. Water Quality in Warmwater. Fish Encarta. 2001. World English Dictionsry (North American
Ponds. Craft Master Printers Inc. Alabama Edition) (On Line)
188

(http://dictionary.msn.com/find/entry.asp? York: John Willey and Sons, Inc. Vol. 26. Issue
refid=186199647.diakses 12 Mei 2009 9 December 1989.pp.126-127.

Environmental Services Program. 2007. Buku Panduan Goenadi, D.H. 1997.Kompos Bioaktif dari Tandan Kosong
Umum WQM -ubungan Kualitas Air dengan Kelapa Sawit. Kumpulan Makalah Pertemuan
Lingkungan-Ekonomi dan Kesehatan Teknis Bioteknologi Perkebunan Untuk
Masyarakat. This publication was produced by Praktek. Bogor: Deptan.
Development Alternatives, Inc. for the United
States Agency. http://usem.co.id. Diakses Gouda T. 1979. Suisithu Kougaku-Ouyouchen Marozoo
tanggal 20 Januari 2009. Kabusakhi Kaisha. Tokyo.

EPA. 2000. Definition of Remediation; Technologies (on


line)http://www.epa reachit.org/infohelp/ Gubernur Lampung. 2007. Keputusan Gubernur Lampung
defiehtyp.html. Diakses 12 April 2009 No. 214/KPTS/2007, tentang Baku Mutu
Lingkungan Daerah untuk Wilayah Propinsi
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Lampung. Lampung: Pemda Lampung.
Raja Grafindo Persada.
Habibah Nor Binti Mohd. Rosli. 2006. Development of
Fogaty, WM.1983. Microbila Enzymes and Biotechnology. Biological Treatment System for Reduction of
London and New York: Applied Science COD from Textile Wasterwater. Tesis. Faculty
Publisher. of Science Universiti Teknologi Malaysia. (On
line) http://www.utm.my/4902/
Gandjar, I., I.R. Koentjoro, L. Soebagyo & W. 1/NorHabibahMohdRosliKPFS2006TTT.pdf
Margopardojo. 1986. Pedoman praktikum Diakses 15 Pebruari 2009.
mikrobio1ogi dasar. Jakarta: Universitas
Indonesia. Hariyadi, P. (Ed). 2000. Dasar-dasar Teori dan Praktek
Glasson, E. George. 1989. “The Effect of Hands and Proses Termal. Pusat STudi Pangan dan Gizi
Teacher Demonstration Laboratory Methods IPB. Bogor: IPB 189
on Science Achievment in Relation to
Reasioning Ability and Prior Haslam, S.M. 1990. River Pollution, An Ecological
Knowledge”.Yeany Jr. H. Russel, (Ed.)., Persective. London: Belhaven Press.
Journal of Research in Science Teaching. New
Herman, A. H., 1979. Pengolahan air kelapa. Buletin
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Julius S. 2009. (Julius@ggpc.co.id). 21 Pebruari 2009.
Indonesia 4 (1). hal. 9 - 17. Kualitas Fisik Kimia IPAL PT Great Green
Pineapple Lampung. E-mail kepada Agus
Hellawell, J.M. 1986. Biological indicators of Freshwater Sutanto (sutanto11@gmail.com)
Pollution an Environmental Management.
London: Elsevier Applied Science Publishing. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1988.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Hidayat Nur. Masdiana. Sri Suhartini. 2008. Mikrobiologi Pedoman penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi. Nomor 05 Tahun 2007 tanggal 08 Mei 2007.
Sekretaris Menteri Negara Kependudukan dan
Horan, NJ. 1990. Biological Waster Treatment System. Lingkungan Hidup (on line)..
Theory and Operation. University of Leeds. http://www.mnlh.go.id. Diakses 12 April 2009
England.John Wiley&Sons Ltd.
Irianto, K. .2006. Mikrobiologi, Menguak Dunia Kompas. 2009. Artikel Bioremediasi, 24 Juli 2004
Mikroorganisme. Bandung, CV. Yrama (Online). (Http://www.kompas.com, diakses
Widya. tanggal 10 Mei 2009)
Labeda, D.P. 1990. Environmental
Israelsen dan G.E. Shringkam. 1986. Irrigation Biotechnology.Isolaition of Biotechnological
Principles and Practices.John Wilky & Son. Organisme From Nature.USA: Mc. Graw Hill
Publishing Company. Hal 283-305
New York.

Jones D.L. and D.D. Brassington. 1998. Scorption of Lucky. 2006. PT. Great Giant Pineapple: Raja Nanas
origional bacterial its implication in the Dunia. Jakarta: Majalah SWA Sembada.
rhizosphere. Europ J. Soil. Sc., 49:447-455.
Lapuz, M.N., Gullardo F.G, and Palo M.A, 1967. The Nata
Joyce, B. and Marsha, Weil. 1996. Models of Teaching. Organism Cultural Requrirements
Boston, Singapore: Allyn and Bacon. Characteristic and Identify. The Philipines
191
190
Journal of Science. 9.2
Judoamidjojo, M., Darwis, A.A. dan Sa'id, E.G., 1990.
Teknologi Fermentasi. PAU Bioteknologi. IPB. Leonard, William.H. 1987. An Experimental Test of an
Jakarta: Rajawali Pers. Extended Descretion Laboratory Appriach for
University General Biologi. Yeany Jr, H. Miller, M.B. dan Bonnie L. Bassler. 2001. Quorum
Russel, (Ed.)., Journal of Research in Science Sensing In Bacteria. (On line). Annual Review
Teaching. New York: John Willey and Sons, of Microbiology Vol. 55: 165-199 (Volume
Inc. Vol. 26. Issue 9 December 1989. publication date October 2001). hap:
w.sam.ac.uk . Diakses 20 Januari 2009
Madigan, M.T., Martinko J.M., Parker J. 2003. Brock
Biology of Microorganism Tenth Edition. Mitchell, D.G. 1974. Aquatic vegetation and it's use and
USA: Prentice-Hall International, Inc. control. Paris: Imprimerie Louis-Jean, Gap..

Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Misgiyarta dan Sri Widowati. 2002. Seleksi dan
Limbah Industri. Jakarta: CV. Rajawali. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL)
Indigenus. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Mangunwidjaya, D., Suryani, A. 1994. Teknologi Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. Balai
Bioproses. Penebar Swadaya. Jakarta. Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. Departemen Pertanian. Hal.
Maria Rosana Sari. 1995.Pengolahan Limbah Cair 375-397. 2002. Diakses tanggal 1 Desember
Tapioka secara Biologis Menggunakan Eceng 2008) .
Gondok, Eichhornia crassipes (Mart) Solms, Muljohardjo, M., 1984. Nenas dan Teknologi
dan Mikroba Rizofirnya. Thesis.tidak Pengolahannya. Liberty. Yogyakarta.
diterbitkan. Bogor: PPS Institut Pertanian
Bogor. Neneng Liswara. 2008. Pengaruh Kondisi Lingkungan
terhadap Efektifitas Bioremediasi Merkuri
Martani, E. 1991. Buku Monograf Mikrobiologi oleh Isolat Bakteri dan Sosialisasi Aplikaisnya
Lingkungan, Yogyakarta: PAU Bioteknologi dalam Bioreaktor Sederhana Kepada
UGM. Penambang Emas di DAS Kahayan Kalimanat
Tengah. Disertasi. Tidak dipublikasikan. PPS
McNiff, Jean.1992. Action Reseach: principle and UM Malang. 193
Practice. London&New York: Routledge). 192
Nugroho, A. 2006. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak
MetCalf dan Eddy. 1991. Waster Water Enginering. Bumi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Mc.Graw Hill.
Pambayun, R., 2002. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Cadmium Content of Rice (Oryza sativa, L.)
Kanisius. Yogyakarta. 95 hal. grown on an ultizol. Fres.s Env. Bulletin.7.

Pikoli, M.R., Aditiawati,P dan Astuti, D.I. 2000. Isolasi Rao, J.F. 1994. Enzymes in the hydrolysis and ol/otbemig
Bertahap dan Identifikasi Isolat Bakteri of starch. In: Starch: Chemistry and
Termofilik Pendegradasi Minyak Bumi dan technology. 2" ed. Eds. Whistler, R.L., J.N.
Sumur Bangko. Proceedings Institut Teknologi Bemiller & E.F. Paschall. Orlando: Academic
Bandung, (On line), Vol 32 (2), hal. 1-8, Press. Inc.. D.
(http://www.lp.itb.ac.id/product/
vol32no2iMega/mega.html). Diakses tanggal 2 Ristiati, N.P. 2000. Pengatar Mikrobiologi Umum. Jakarta.
Pebruari 2009. Proyek Pengembangan Buku Sekolah
Menengah. IBRD Loan 1979.
Popi, Y. 2004. Optimasi Pembuatan Alkohol dari Limbah Rukmana, R. 1996. Nenas, Budidaya Pasca Panen.
Cair Nanas Menggunakan Saccharomyces Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
cerevisiae. Makalah disajikan dalam Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004. Said, E.G. & Djuli, M. 1988. Penanganan dan
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik pemanfaatan Limbah padat. PT. Mediyatama
Universitas Diponegoro Semarang. Sarana Perkasa. Jakarta.

Purwati, S. & H. Hardiani. 1987. Pemanfaatan aktivitas Said Nusa Idaman.2000. Teknologi Pengolahan Air
mikroorganisme untuk pengolahan air limbah Limbah Tahu Tempe dengan Proses Biofilter
beracun pada industri pulp. Berita Selulosa Anaerob dan Aerob. Kelompok Teknologi
23(4) : 91-99. Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair
Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi
Purwoko Tj. 2007. Fisiologi Mikrobiologi. Jakarta: Bumi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material
Aksara. dan Lingkungan. Badan Pengkajian dan
194 195
Penerapan Teknologi. Jakarta.

Ramachandran, V.B.M. Bhujbal, & T.J.Dsouza. 1998. Saragih, Y.P. 2004. Membuat Nata de Coco. Puspa Swara.
Influence of Rock Phosphatewith and Without Jakarta.
vegetable compost on yield, Phosphorus and
Sasaki. 1992. Optimasi Pembuatan Alkohol dari Limbah Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. 1981. Principle and
Cair Nanas Menggunakan Saccharomyces procedures of statistics. New York: McGraw-
cerevisiae. Makalah disajikan dalam Seminar Hill Int. Book Co.
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Steinkraus, K. H., R. E. Cullen, C. S.Pederson and L. E.
Universitas Diponegoro Semarang. Nellis, 1983. Handbook of Indigenous
Fermeted Food. Marcel Dekker Inc. New
Sastrosupadi, A. 1994. Rancangan Percobaan Praktis York.
Untuk Bidang Pertanian. Yogyakarta: Kanisus.
Steerit, RM. dan Lester, JN. 1988. Microbilogy for
Sayler G.S., Fox R. dan Blackburn J.W. 1991. Environmental and Public Health Enginers.
Environmental Biotechnology for Waste E&Fn Sipon Ltd.London.
Treatment. USA: Plenum Press.
Suarsini Endang. 2007. Bioremediasi Limbah cair Rumah
Sheehan, D. 1997. Methods in Biotechnology Tangga menggunakan Konsorsia Bakteri
Bioremediation Protocol. Totowa New Jersey: Indigen dalam Menunjang Pembelajaran
Humana Press. Masyarakat. Disertasi tidak diterbitkan.
Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Sim.R.C. 1999. Background Information for
Bioremediatio Apliccations. Seminar Subriadi Fejri. 1999. Laju Dekomposisi Sampah Kertas
Bioreemdiation of Hazzardous Waste Sites: dalam Sampah Kota dengan Proses
Practical Approaches to Implementation. (on Pengomposan sederhana. Thesis. Bidang
Line). Hal 1.1.-1.6. (http://www.waspola.org. Khusus Teknologi Pengelolaan
Diakses 11 April 2009 Lingkungan.Prodi Teknik Lingkungan PPS
ITB.
Smith, Julian et al. 1973. Outdoor Education. New Jersey
196 197
07632. Englewood Cliffs, Pretice Hall.Inc. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah.
Jakarta: UI Press.
Sneath, P.H.A., N.S. Mair, M.E. Sharpe & J.G. Bolt. 1986. Susanto, T, 2000. Pembuatan Nata De Pina dari Kulit
Bergey's manual of systematic bacteriology. Nenas Kajian Dari Sumber Karbon dan
Vol. 2. Williams & Wilkins. Baltimore. Pengenceran Medium Fermentasi, Jurnal
Teknologi Pertanian,58-66.
Chalengger in Developing Countries.
Sutanto, Agus. 2008. Manajemen Mutu dan Penanganan University of Muhammadiyah Malang 27-28
Limbah Agroindustri. Jurnal Manajemen July 2010.
Derivatif. Volume 2 (1) 86-106 Nopember
2008. Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra & G. Sastroatmodjo.
1991. Mikrobiologi tanah. Jakarta: Penerbit
__________. 2009a. Isolasi Bakteri Indigenous Limbah Rineka Cipta.
cair Nanas Berpotensi Bioremediasi. Jurnal
Bioedukasi. Volume VII (1) 56-66 April 2009. Tahir I, Sumarsih S, Astuti SD. 2008. Kajian Penggunaan
Limbah Buah Nanas Lokal sebagai Baku
___________. 2009b. Potensi Bioremediasi Senyawa Pembuatan Nata. Makalah diajikan dalam
Asam dan Organik. Jurnal Mentari. Volume Seminar Nasional Kimia XVIII. Jurusan Kimia
13 (2) 7-12 Nopember 2009. PMIPA UGM Yogyakarta 19 Juli 2008.

___________. 2010a. Bioetika Pemanfaatan Genetik Tjiptadi. 1985. Telaah Kualitas dan Kuantitas Limbah Cair
Mikroorganisme. Jurnal Bioedukasi. Volume 1 Tapioka serta cara Pengendaliannya di daerah
(1) 57-68 Mei 2010. Bogor dan Sekitarnya. Disertasi tidak
diterbitkan. Bogor: PPS IPB. Bogor.
___________2010b Bioremediation Potention of Waste Trilling, B. and Hood, Paul. 1999. Learning, Technology,
Water Pineaple with Indigenous Bacteria. and Education Reform in The Knowledge Age.
Seminar Nasional Biologi dan Pengembangan Educational Technology. Mey-Juni; 5-18
Profesi Pendidik Biologi. Jurusan pendidikan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Whitaker J.R. 1994. Principle of Enzymology Furthe food
Juli 2010. Science. 2 nd New York: Macel Dekker Inc.

Winarno F.G. 1986. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia. 199


198
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT.
___________2010c. Pineapple Wastewater (PW) Grasindo.
As Raw Material In Making Nata De Pina. International
Biotechnology Seminar 2010. Biotechnology: Wiryani, E. 1991. Analisis kandungan limbah cair pabrik
Breakthrough for the Future of Industrial tempe kedelai dan upaya pengolahannya
dengan proses anaerobik. Tesis tidak suksinat. Asam sitrat (asam B-
diterbitkan. Bogor: Pasca Sarjana IPB Bogor. hydroxytricarballylat; asam 2-hydroxy-
1,2,3-propanetricarboxylat).
anaerob suatu organisme yang tumbuh tanpa
oksigen molekuler, bandingkan dengan
aerob
anaerob suatu bakteri yang tumbuh dalam
fakultatif keadaan aerobik atau anaerobik
aerob organisme yang memerlukan oksigen,
bandingkan dengan anaerob.
amilase sustu enzim yang menghidrolisis pati
amonifikasi pross pembentukan ammonia oleh
bakteri dengan cara merombak senyawa
nitrogen orgnaik
bakteri bakteri yang diperoleh secara alamiah
indigen dengan mengisolasi dari limbah itu
sendiri, memiliki potensi sebagai
pengurai, kemudian dikultur secara
murni di laboratorium dengan cara in
vitro.
bakteri bakteri yang menghasilkan gas metan
metagenik dalam keadaan anerobik
biodegradabel dapat dirombak oleh mikroorganisme
201
200
biomanipulasi mengintroduksi bakteri-bakteri indigen
GLOSARIUM yang telah diseleksi dari pengujian
potensi pendegradasi yang tinggi, dan
Asam merupakan senyawa asam larut dalam diperbanyak dengan kultur media di
organik air dan menghasilkan ion hidrogen, laboratorium, kemudian dimasukkan
asam organik dominan yang terdapat kembali ke limbah
dalam Limbah Cair Nanas (LCN) biakan sistem pengolahan dengan
adalah asam sitrat, sama malat dan asam
tersuspensi menggunakan aktivitas mikroorganisme Bioteknologi ilmu tentang makhluk hidup (terutama
untuk menguraikan senyawa polutan mikrobiologi dan biologi molekuler)
yang ada dalam air dan mikroorganisme bersama-sama dengan teknologi untuk
yang digunakan dibiakkan secara memanfaatkan komponen subsel
tersuspesi di dalam suatu reaktor organisme hidup sebagai pabrik untuk
biakan proses pengolahan limbah dimana menghasilksn barang yang dikehendaki
melekat mikroorganisme yang digunakan bioreaktor suatu unit alat yang digunakan untuk
dibiakkan pada suatu media sehingga tempat berlangsungnya suatu proses
mikroorganisme tersebut melekat pada biokimia dari bahan mentah menjadi
permukaan media. bahan atau zat yang dikehendaki,
Bioremediasi teknik penguraian Limbah di luar lokasi dikatalisis oleh enzim yang terdapat
ex situ limbah. pada mikroorganisme hidup atau enzim
Baku mutu adalah ukuran batas atau kadar unsur terisolasi
air limbah pencemar dan atau jumlah unsur biodegradasi Perombakan bahan kimia dari struktur
pencemar yang ditenggang komplek ke strktur sederhana oleh
keberadaanya dalam air limbah yang makhluk hidup
akan dibuang atau dilepas ke dalam biotransfor Perubahan zat oleh makhluk hidup
sumber air dari suatu usaha dan atau masi
kegiatan bioaugmentasi penambahan mikroba pendegradasi
bioremediasi teknik memperbaiki lingkungan melalui (degrader) atau menstimulasi
suatu proses yang memanfaatkan pertumbuhan mikroorganisme indigen
keberadaan organisme di alam untuk yang sengaja dimasukkan dari luar ke
mentransformasikan substansi-substansi daerah yang terkontaminasi polusi 203
organik menjadi hasil samping yang 202 mikroorganisme
tidak toksik
biofilm kumpulan bakteri yang berada pada biomassa massa benda hidupyang ada di suatu
permukaan media atau biofilter dalam area tertentu
bentuk lapisan bening, berlendir. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya
Bioremediasi pengujian bioremediasi di laboratorium (Biochemical oksigen yang dikonsumsi oleh mikroba
in vitro yang menggunakan kultur steril dalam Oxygen untuk menguraikan/mengoksidasi
botol dan terkontrol kondisi Demand) hampir semua bahan organik yang
lingkungannya. terlarut dan zat-zat organik yang
tersuspensi dalam air membentuk produk-produk melalui
COD jumlah oksigen kimiawi (mg/l) yang intrevensi sebuah melekul air
(Chemical dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan inokulasi dimasukkannya suatu mikroorganisme
Oxygen organik pada suatu contoh air limbah atau substabsi secara buatan ke dalam
Demand) yang dianalisis. Sebagai sumber oksigen tubuh atau ke dalam media biakan.
digunakan pengoksidasi K2Cr2O7 atau inokulum substansi yang mengandung
KMnO4 COD digunakan sebagai mikroorganisme atau bahan lain yang
ukuran pencemaran limbah oleh zat-zat dimasukkan pada proses inokulasi
organik yang secara alamiah dapat inkubasi dalam mikrobiologi, dikenakannya
dioksidasi melalui proses biologi dan kondisi (terutama suhu) yang baik bagi
mengakibatkan berkurangnya oksigen pertumbuhan terhadap biakan-biakan
terlarut dalam limbah mikroorganisme
deaminasi dibuangnya sustu gugus amino, terutam in situ upaya menstimulasi aktivitas
dari asam amino mikroorganisme di daerah
Derajat indeks untuk densitas ion hidrogen terkontaminasi
keasaman (H+1) dalam air limbah. Nilai pH in vitro secara harfiah “dalam gelas” berkenaan
(pH) rendah merupakan indikasi bahwa air dengan percobaan biologis yang
limbah bersifat asam, berarti dalam dilakukan dalam tabung reaksi/ wadah
rangkaian reaksi biodegradasi terakhir laboratoris lainnya.
dihasilkan asam. IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
endoemzim suatu enzim yang terbentuk di dalam sel fase perode petumbuhan biakan pada waktu
dan tidak diekskresikan ke dalam eksponensial sel-selnya membelah diri secar mantap
medium, disbut juga enzim intraseluluer denagn laju yang kosntan, juga disebut
205
efluen bahan buangan cair yang berasal 204 dari logaritma (fase log).
limbah atau sisa pengolahan industri
emzim suatu katalsi organik yang dihasilkan fermentasi osksidasi anaerobik senyawa-senyawa
oleh suatu organisme. oleh kerja enzim mikroorganisme, gas
eksoemzim suatu enzim yang diekskresikan oleh oksigen tidak terlibat di dalam proses
mikroorganisme ke dalam lingkungan yang membangkitykan energi ini.
ex situ upaya menstimulasi aktivitas Penerima elektronnya ialah senyawa
mikroorganisme di luar daerah organik.
terkontaminasi dipindahkan ke tempat lain kuorum proses komunikasinya pada bakteri,
hidrolisis proses pemecahan suatu substrat untuk
sensing yang melibatkan pertukaran suatu asam, karbohidrat dan protein.
senyawa kimia (auto inducer) medium suatu subtansi yang dugunakan untuk
kolam aerasi menampung air limbah pada suatu menyediakan nutrien bagi pertumbuhan
kolam yang luas dengan waktu tinggal dan perkembangbaikan
yang cukup lama sehingga dengan mikroorganisme.
aktivitas mikroorganisme yang tumbuh mikroba organisme mikroskopik, suatu
secara alami, senyawa polutan yang ada organisme
dalam ai limbah akan terurai mikroorgani organisme berukuran renik
Konsorsia Beberapa isolat bakteri yang paling sme
bakteri berpotensi pendegradasi. Konsorsia itu Nata selulosa hasil sintesis gula oleh
pendegradasi sendiri terdiri dari beberapa spesies bakteri Azatobacter xylinum berbentuk
yang bekerja bersama mendegradasi agar, berwarna putih dan mengandung
komponen suatu senyawa air sekitar 98%.
Limbah adalah sisa hasil produksi nanas berupa organotrof suatu organisme yang memperoleh
Cair Nanas cairan sebelum masuk ke Instalasi makananya dari penelanan dan
(LCN ) Pengolahan Limbah (IPAL) perombakan bahan organik.
lumpur bagain setengah padat pada limbah yang oksidasi proses penggabungan dengan oksigen,
telah diendapkan atau diberi perlakuan kehilangan elektron atau hidrogen
bakteri pasteurisasi prose pemanasan makanan cair atau
lagoon kolam oksidasi minuman pada suhu terkendali untuk
limbah sampah cair atau padat (sampah meningkatkan kualitas penyimpanan 207
domestik atau industri)yang disalirkan dan memusnahkan mikroorganisme
di dalam selokan atau saluran yang berbahaya.
206
penghambat dalam mikrobiologi, pencegahan
an pertumbuhan atau perkembangbiakan
Limbah komponen dalam limbah, umumnya mikroorganisme
Organik berupa padatan berisi kombinasi polikultur suatu sistem simbiosis kehidupan di
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan (sistem anatar dua atau lebih jasad selema
elemen lain belerang, fosfor, dan besi., simba) proses biologis atau mikrobiologis
limbah ini umumnya dalam bentuk Penelitian penelitian yang menggunakan
karbohidrat, lemak atau minyak, dan pilot plan bioreaktor mini dengan penerapan hasil
protein. Penelitian ini difokuskan pada pengujian in vitro yang diperbesar
volumenya dengan skala tertentu (100- padatan
5.000 kali). Trickling proses pengolahan dengan cara
reduksi suatu proses kimiawi yang melibatkan Filter menyebarkan air limbah ke dalam suatu
penyingkiran oksigen, penambahan turnpukan atau unggun media yang
hidrogen atau diperolehnya elektron terdiri dari bahan batu pecah (kerikil),
respirasi proses oksidasi di dalam sel hidup bahan keramik, sisa tanur (slag),
dengan oksigen atau senyawa organik medium dari bahan plastik atau lainnya
sebagai penerima elektron viabilitas kemampuan untuk hidup, tumbuh dan
yangdisingkirkan dari substrat, suatu berkembang
proses yang menyediakan energi bagi waktu selang waktu yang diperlukan bagi
sel. generasi sebuah sel untuk membelah diri
siklus kreb sustu sistem enzim yang mengubah asm waktu tingal waktu yang diperlukan oleh suatu
pirufat menjadi karbondioksida bila ada (detention tahap pengolahan agar tujuan
oksigen disertai pembebasan energi time) pengolahan dapat dicapai secara
yang ditangkap dalam bentuk molekul- optimal.
molekul ATP. Juga disebut siklas asam
sitrat, siklus asam trikarboksilat
spesies suatu jenis mikroorganisme, suatu sub
divisi dalam suatu genus
sterilisasi proses untuk membuat keadaan menjadi
steril, mematikan semua bentuk
kehidupan
208 209

INDEKS
TSS (Total Total padatan tersuspensi dapat
A L
Suspended diklasifikasikan menjadi padatan
aerob 8, 10, 45,46 Lele (Clarias 126,
Solid). terapung (organik) dan padatan batrachus) 151
terendam (organik dan anorganik), anaerob 10, 45,46 Lactobacillus 13
terdiri dari plankton, detritus, kotoran casei
hewan, lumpur, limbah rumah tangga, akumulasi 9 Lactobacillus 13
dan limbah industri yang berupa fersantum
anoksigenik 10 lagoon 45, 153,
46 171,
acidulans 13 Lactobacillus 97 181
Akonitase 18 M biakan melekat 46 pineapple juice 155
asam sitrat 23 Metanosarkina 101 concentrate)
Acinetobacter 30 Metanotrik 101 biofilm 70 Q
calcoaceticus bulking 84 Quorum sensing 148
genospecies 3, Bacteroide, 97 R
Acinetobacter 30 Metanobakterial 102 Bilidobacterium Rhociobacter 11
baumannii es capsulates ElF1
Aerasi Kontak 92 Metanomikro- 102 Bakteri 98 Rotating 76
biales Hidrolitik Biological
aklimatisasi 153 Metanokokales 102 Contactor, RBC
Acetobacter 156, 161 N Bakteri 98 S
xylinum Asidogenik
analisis ekonomi 182 Nitrophomonas 99 Fermentatif
wolfei Bakteri 98 siklus krebs 17
Ananas communus 117, 158 nanas 155 Asetogenik
L bakteri indigen 122 siklus asam sitrat 17,
B nata 168 18
bioremediasi 6, 7,12, 38, Novel pollutan 5 baku mutu air 171 Suksinat 18
39, 40, 44, limbah dehidrogénase
123, 170 bioteknolgi 1, 3,4 Suksinat 18
biomanipulasi 13 O dehidrogénase 211
210
bioreaktor 19, 40, 126, outlet 126 BOD 150,153, Saccharomyces 30
156 171, 181 cerevisiae
Bacillus subtilis 26 P biofilter 153 sinergisme 36
Bacillus cereus 29 Pseudomonas 27, C Streptococcus 97
37 Clostridium 29,97 Syntrobacter 99
biodegradasi 40 Pseudomonas 29 botulinum wollini dan
aeruginosa Clostridium 29 starter 178
biotransformasi 40 polikultur 123 nigrificans
bioaugmentasi 41 Poecilia sp 126, Carassius auratus 126 senyawa organik 5,7
151 Clarias batrachus 126 T
biakan tersuspensi 46, 53 pH 150, COD 150, trickling filter 73
153,171,181
clarified pineapple 156 TSS 151,
juice 53,
171,
181
Conventional 5 V
polutan
E viabilitas 127,
128
ex situ 42, 126 W
enzim 3, 7 waktu tingal 154
(detention time)
F
fermentasi 2,
G
gatul (Poecilia sp) 126, 128
I
indigenous 40
in situ 42
in vitro 122
K
Klebsiella 26
konsorsia bakteri 122
komet (Carassius 126, 128
auratus)
kuorum sensing 153

Anda mungkin juga menyukai