Pendekatan Fenomenologis
terhadap Etika dan Teknologi
Informasi
Teknologi bukan sekadar alat pasif menunggu tapi kita yang menggunakannya. Seperti yang
disarankan Latour (2005, 107), teknologi (sebagai aktor) membuat kita melakukan sesuatu
tetapi teknologi dapat menghasilkan transformasi yang diwujudkan dalam banyak peristiwa tak
terduga yang dipicu dalam mediator lain yang mengikuti mereka sepanjang garis.
3. Teknologi Informasi sebagai
Cakrawala Makna dan Tindakan yang
Berkelanjutan
Teknologi bukan hanya sebuah alat, melainkan alat sudah muncul dari
sikap 'teknologi' yang sebelumnya terhadap dunia (Heidegger 1977)
yang sudah merupakan kemungkinan konstitutif bagi manusia untuk
menjadi manusia (Stiegler, 1998, 2009).
Contoh: satu individu adalah orang yang berbeda bagi individu yang
lain dengan menggunakan ponsel daripada tanpa ponsel.
Pendekatan Fenomenologis terhadap Teknologi
Fenomenologi menyelidiki kondisi sesuatu seperti yang dianggap demikian yang
menunjukkan hubungan co-constitutive dalam keterlibatan dengan dunia.
Esensi teknologi adalah cara berperilaku terhadap dunia sebagai sesuatu yang
harus sejalan dengan proyek, niat, dan keinginan. Sebuah ‘will to power’ yang
memanifestasikan dirinya sebagai ‘will to technology’.
40
Keaslian Teknis dan Teknis bukan bagian yang terpisah dari
Manusia manusia atau mausia bukan bagian
terpisah dari teknis, keduanya
30 merupakan dua domain yang co-
constitude satu sama lain sejak awal.
20
Stiegler menggambarkan argumenya
dengan menggunakan
10 Paleoanthropology Andre Leroi-Gourhan
yang diakui secara khusus dan luas
0
berjudul Gesture and Speech yang
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 dipublish tahun 1964 dalam bahasa
Perancis.
Bernard Siegler dalam argumenya
menyatakan bahwa hubungan
antara manusia dan teknis
disebut sebagi co-original
Manusia tetap generalis yang berspesialisasi jika diperlukan
Dalam pandangan etika teknologi informasi ini, tugas etika adalah untuk membuka 'kotak
hitam' untuk mengungkapkan teknologi informasi atau mengungkapkan nilai-nilai dan
kepentingan yang diwujudkannya untuk pengawasan dan refleksi tidak hanya dalam
desain akhir tetapi juga dalam proses pengembangan (Introna 2007).
Dari diskusi sebelumnya, jelas bahwa fenomenologis cenderung tidak hanya menyibukkan
diri dengan artifact atau teknologi ini atau itu. Mereka lebih suka peduli dengan dunia yang
membuat artifact atau teknologi ini tampak perlu atau jelas di tempat. Mereka juga akan
peduli dengan cara-cara di mana teknologi tertentu 'membingkai' dan mengungkapkan kita,
atau dunia kita, saat kita memanfaatkannya. Mereka akan mengklaim bahwa ini adalah ko-
konstitusi yang sedang berlangsung yang harus kita fokuskan jika kita ingin memahami
implikasi sosial dan etika ICT dan media baru (Verbeek 2008)
Orang mungkin menggambarkan pendekatan fenomenologis sebagai proses berulang pengungkapan ontologis
di mana dunia (praktik sosial yang relevan atau keterlibatan keseluruhan) dan teknologi (perhubungan
teknologi yang relevan) diambil sebagai konteks interpretatif yang saling konstitutif di mana yang satu
membuat yang lain dapat dimengerti, alasan itu sebagai cara yang 'tampaknya' bermakna untuk menjadi.
Fenomenologi, Etika dan
Teknologi Informasi: Kasus
Virtualitas
-Teknologi dan masyarakat saling membentuk sejak awal. Teknologi bukanlah sebagai alat
saja, tetapi juga sikap atau disposisi teknologi yang membuat alat tampak bermakna dan
perlu pada awalnya. Namun, alat yang pernah ada dan disposisi yang membuatnya
bermakna untuk mengungkapkan dunia di luar keberadaan alat.