DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik
serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas kliping Bahasa Indonesia ini. Tidak
lupa pula sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang terang
benderang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk umatnya yang akan
mendapatkan syafaatnya besok di hari kiamat. Amin.
Kliping Bahasa Indonesia ini saya buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan
Kewrganegaraan, Kliping ini berisi tentang Pungutan Liar (Pungli) yang Terancam Dipecat pada
tahun 2016 lalu.
Semoga kliping ini bisa memberikan manfaat kita semua, terutama bagi kami siswa MTS
MABAUL HUDA. Saya menyadari bahwa kliping ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan kliping ini untuk kedepannya.
Akhir kata, saya sampaikan terimakasih apabila ada kekeliruan kata atau kalimat, saya
mohon maaf yang sebesar besarnya.
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
Latar Belakang dan Isi...........................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................9
A. Kesimpulan........................................................................................................................9
B. Saran...................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam surat kabar Suara Merdeka : KUDUS – Beberapa waktu lalu, seseorang Warga Desa
Gondosari, Kecamatan Gebog mengeluhkan soal biaya yang harus dikeluarkan saat akan
mengurus surat pindah kea kun Bupati Kudus @MusthofaWardoyo (22/11/2016). Bupati Kudus
Mushofa memutuskan untuk memberhentikan atau memecat satu orang pperangkat desa, yang
terbukti melakukan tindakan pungutan liar (pungli) kepada masyarakat. Perangkat desa yang
dipecat itu adalah perangkat Desa Gondosari, Kecamatan Gebog. Yang bersangkutan, diketahui
telah menarik pungli sebesar Rp 400.000, kepada warga yang mengurus berkas-berkas
administrasi. “Saya memang sudah memerintahkan untuk memberhentikan perangkat Desa
Gondosari. Karena dia terbukti menerima Rp 400.000 kepada warga, yang membuat surat
keterangan yang tidak melalui prosedur,” terangnya. Dikatakan bupati, saat ini kasus tersebut
sudah ditindaklanjuti Inspektorat Kudus. Pasalnya, ada banyak pihak yang kemudian harus
diperiksa terkait hal ini. “Termsuk juga kepala desa (kades). Kita sudah perintahkan Inspektorat
untuk memeriksa kasus ini,” katanya.
Pemecatan terhadap perangkat desa ini, adalah salah satu tindak lanjut dari upaya bupati
untuk memberantas pungli di wilayahnya. Sebelumnya, bupati juga sempat mengecek adanya
informasi, jika guru-guru di salah satu kecamatan, ditarik pungli atas nama iuran. Namun,
masalah itu sudah diselesaikan dan ditegaskan bupati untuk tidak dilakukan lagi. Laporan soal
pungli perangkat desa ini, menurut bupati, dating dari warga. Namun pihaknya tidak lantas
melakukan tindakan pemecatan saat itu juga. “Setiap ada laporan selalu kami tindaklanjuti.
Kemudian kita teliti dengan pihak-pihak terkait. Kalau memang sudah ada buktinya, baru kita
lakukan tindakan. sebagaimana kepada perangkat desa tersebut,” paparnya.
Dikatakan buapati, pihaknya memang memberikan sanksi yang tegas kepada setiap pelaku
pungli. Pihaknya tidak ingin lagi ada pembinaan-pembinaan sebagai salah satu bentuk tindakan
sanksi yang diberikan. “Kami tidak ada lagi kompromi. Tidak ada lagi pembinaan-pembinaan,”
tandasnya. Bupati mengatakan, sejak awal, pihaknya sudah menekankan bahwa kades itu adalah
bupatinya desa. Sedangkan perangkatnya adalah pelayanan masyarakat, yang harus melayani
dengan tepat, cepat dan memuaskan. “Mereka sudah tahu akan fungsi dan tugasnya. Trmasuk
soal kebijakan-kebijakan daerah, di mana salah satunya adalah menindak tegas soal pungli. Kami
tidak ingin ada permainan-permainan seperti ini lagi. Kalau sampai ada, saya anggap bandel,
karena mereka tidak melihat situasi yang berkembang. Jadi, kita tidak kompromi lagi akan
pungli ini,” Imbuhnya.
Adanya kewenangan yang dimiliki oleh lembaga kepolisian republik Indonesia dalam
pencegahan dan pemberantasan praktek-praktek pungutan liar di sektor sektor pelayanan public
sudah jelas terbukti dengan operasi tangkap tangan yang terlebih dahulu telah dilakukan oleh
lembaga Negara ini.. Sulit rasanya memisahkan keeratan hubungan antara masyarakat dengan
polisi. Polisi dan masyarakat bagaikan air dengan ikannya. Tidak ada masyarakat tanpa polisi.
Sebaliknya, keberadaan polisi tidak dapat dilepaskan dari masyarakat. Dimana ada masyarakat,
disitulah terdapat institusi yang namanaya polisi ubi societas ubi politie. Kepolisian hanyalah
salah satu dari sekian lembaga negara yang mana setiap lembaga tersebut mempunyai fungsi
yang relatif berbeda. Walaupun demikian tugas utama dari setiap Lembaga Negara adalah sama,
yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang aman, adil
makmur dan sejahhtera. Dalam hal ini masyarakat yang membutuhkan pelayanan oleh aparatur /
lembaga/ pelayan-pelayan negara memiliki hak-hak yang mana harus dipenuhi dalam rangka
kualitas penyelenggara pelayanan pemerintahan yang baik (Good Governance).
Dengan kualitas pelayanan yang cepat, bersih dan transparan terhindar dari korupsi
(termasuk pungutan liar) yang di lakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Sebelum
lahir atau adanya nya tim khusus yang penangangan nya memang di khususkan untuk fokus
memberantas praktek-praktek pungutan liar, lembaga Polri sendiri memang sudah memiliki
kewenangan untuk melalukan operasi tangkap tangan terkait praktek-praktek pungutan liar yang
dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab ke masyarakat . pemberantasan praktek
pungutan liar yang dilakukan oleh kepolisian ini tentunya sangat terbantu dengan adanya intruksi
oleh Presdien Jokowidodo untuk membentuk suatu tim yang di khususkan untuk menanggulangi
masalah pungli.
Tetapi ada nya fakta hukum ini juga mengakibatkan kewenangan yang ada kepada lembaga
kepolisian dan tim ini menjadi terbagi. Kewenangan nya yang ada pada kepolisian lalu lahir tim
baru yang kewenangan nya ada padanya bahkan kewenangan nya disini dikhsusukan untuk
memberantas praktek-praktek tindak pidana pungutan liar. Pungutan liar yang sudah terlalu lama
dibiarkan terjadi mungkin telah menjadi budaya tersendiri dalam pelayanan di Indonesia dan
sulit rasanya membuktikan penegakkan hukum yang berkualitas jika aparatur negara nya masih
mau disuap bahkan masyarakat juga tidak keberatan memberikan karena tidak mau repot dengan
aturan-aturan atau prosedur yang telah ditetapkan. Upaya pemberantasan pungli bukanlah
terletak pada jumlah kerugian yang ditimbulkannya, namun lebih pada akar budayanya yang
hendak dihilangkan demi memperbaiki sistem pelayanan public yang beritegrasi dan berkualitas.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pungutan Liar (Pungli) yang saat ini tengah fokus diberantas pemerintah, terjadi di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Untuk memberantas pungutan liar, tidak bisa hanya
dipercayakan ke kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus mampu mengendalikan
dan meminimalisir kendala-kendala yang ada baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Hal ini bertujuan agar kejadian pungutan liar dapat dihindari dan diberantas,
sehingga menekan angka kejadian kejahatan atau pidana. Adapun peran masyarakat
dalam membantu tugas kepolisian juga menjadi faktor penentu untuk keberhasilan tugas
polisi, masyarakat sebagai warga Negara yang baik harus bersikap aktif dalam membantu
kinerja kepolisian, apabila terjadi suatu tindak pidana harus berani menindak pelaku dan
berperan aktif menjadi saksi dalam proses penyidikan karena saksi dan korban memiliki
peranan yang penting dalam proses penyidikan pada tahap pertama proses peradilan
pidana.
2. Peran Kepolisian dalam memberantas pungutan liar tidak dapat dilakukan secara
independent. Karena bawasaannya hal ini seperti yang sudah dibahas dalam, pungutan
liar melibatkan banyak pihak, sehingga jika polisi hanya bekerja sendiri tanpa
mengkoordinasi pihak – pihak yang bersangkutan, maka mustahil untuk dapat diberantas.
Untuk itu saat ini mulai disiapkan upaya nyata dari Polres yang berkerja sama dengan
orang terkait supaya pungutan liar dapat diatasi atau diberantas.
B. Saran
1. Pungutan Liar (pungli) adalah fakta yang praktiknya dapat dilakukan oleh mereka yang
memiliki kewenangan atau kekuasaan atas kepentingan publik, dan masyarakat sangat
bergantung pada mereka.Masyarakat ada dalam posisi membutuhkan dan merasa dirinya
ada dalam posisi ”memohon” yang harus tunduk pada ”syarat-syarat” yang ditentukan
oleh pemegang kewenangan itu. Maka langkah pemberantasan pungli sebagai bagian
reformasi hukum bisa dibenarkan. Masyarakat harus mulai berani melaporkan praktik-
praktik pungli.Masyarakat tidak perlu merasa dirinya sebagai objek yang dapat
diperlakukan sewenangwenang melalui praktik pungli karena secara yuridis justru
masyarakat berhak mendapatkan pelayanan baik dari negara sesuai denan peraturan
hukum yang berlaku.
2. Namun upaya pemerintah untuk memberantas pungli yang sangat masif itu bukan hal
yang mudah dilaksanakan di tingkat lapangan. Jadi pungli menjadi semakin masif karena
ada sinergi kepentingan pemegang kewenangan publik dengan masyarakat (publik)
selaku pihak yang membutuhkan. Praktik pungli dengan demikian, harus ditindak tegas
oleh negara. Oleh karena itu langkah pemberantasan praktik pungli, melalui Perpres
Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungli harus dibuktikan di
lapangan, dan masyarakat pun harus berani ikut mengungkap praktik pungli.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.murianews.com/2016/10/22/98433/terbukti-pungli-rp-400-ribu-satu-perangkat-desa-
dipecat-bupati