Anda di halaman 1dari 11

Puisi

Tema : Perempuan

Puisi 1

Ibu, ayah telah pulang


Sambutlah ia yang baru
Dengan wajah penuh senyuman
Yang mendahaga bak romeo-juliet

Aku telah siapkan tempat bercengkerama


Yang bagus berhias lampu neon kuning
Sebagai lambang suasana hati,
Cerahnya akan terbit membuka lahan bumi

Ibu, tolong buka pintumu


Jangan engkau kunci terlalu lama
Anakmu ini memerlukan kehangatan
Walau kerincuan yang merdu
Puisi 2

Perempuan Dan Kodratnya

Jiwa yang dimuliakan Tuhan


Bagai mutiara cantik dalam lautan
Pemandangan indah yang sejukkan mata
Tutur katanya yang lembut bagai penengan saat gelisah menghampiri

Bahagialah menjadi perempuan


Perempuan perkasa bermental baja
Menjunjung tinggi harga diri dan kehormatan
Hidup anggun dan merekah meski badai menerjang

Seharusnya kami dijaga


Dirawat dengan kehati hatian
Dilindungi dari kekerasan yang merusak mental
Perundungan yang hilangkan akal

Kami diam bukan karena lemah


Kami diam bukan karena tak ingin melawan
Kami diam karena menghargai martabat kami
Kami diam karena ingin melihat anak kami tumbuh bahagia

Janganlah tindas kami


Jangan rundung kami
Hargai kami
Jangan rusak mental kami

Kami bertahan dari segala siksa karena kodrat kami


Kami ingin masa depan anak kami terjamin
Kami melindungi mereka sebagai ibu
Kami menjaga mereka dengan nyawa kami karena itu kodratnya

Hamil...
Melahirkan...
Menyusui...
Tiga kodrat yang mulia bagi perempuan dan tak mungkin bisa digantikan oleh lelaki
manapun.
Puisi 3

Perempuan hebat

Saat kutatap netranya yang sayu

Binarnya meredup pertandakan lelah pada raga

Para awam menilainya lemah hanya karena netranya yang sayu

Sembunyikan tangisnya yang tanpa suara

Memendam seorang diri tak izinkan siapapun tahu

Dia kuat tanpa penopang

Dia kokoh tanpa orang lain

Dia perempuan hebatku

Dia kebanggaanku

Dia yang kupuja tanpa henti

Dia yang selalu kusebut dalam sujudku

Dialah ibuku

Perempuan hebat yang dengan ikhlas merawatku menjagaku dan menemaniku


hingga sebesar ini.
Perempuan

Berbicara tentang perempuan Lagi-lagi membahas tentang perempuan.


Walaupun seringkali perempuan dianggap remeh dan lemah. Tetapi sebagai
seorang perempuan kita juga bisa menjadi seorang yang menyuarakan hati
perempuan yang sampai saat ini masih tak tersampaikan. Seperti halnya
kebebasan, perempuan tak menginginkan bebas sebebas bebasnya. Namun
perempuan hanya ingin kebebasan jam keluar yang seringkali dibatasi,
dikonstruk sebagai sesuatu yang tidak wajar, perempuan sembarangan,
melanggar norma adat, dan agama oleh masyarakat. Karena jam pulang di atas
jam 12 malam. Padahal pulang diatas jam tersebut karena ada hal mendesak yang
tak bisa ditunda. Pemikiran masyarakat memang tak bisa diubah mengenai
perempuan. Namun bisakah kita sama seperti laki-laki yang tak dicurigai hanya
karena keluar malam. Pelarangan dan stigma buruk adalah gejala otoritas sosial
dengan pemaknaan moral yang berlebihan. Bagi saya itu ambigu, tetapi faktanya
ambiguitas sering menjadi doktrinasi bangunan moral. Menyesatkan bila
menempatkan perempuan keluar malam atas satu derajat sosial. Kesosialan
menjadi agung karena sering dianggap inilah eksitensi derajat manusia. Anehnya
lagi, tak jarang kita menemui laki-laki yang dilarang keluar malam, itupun bisa
mereka bantah dengan dalil fisik yang kuat, bisa menjaga diri. Sementara
perempuan dengan banyak pertimbangan, bisa iya bila ada pengawalan.
Eksistensi perempuan, tidak seharusnya dianggap inferior. Jika lelaki
ditempatkan pada kasta paling atas, lalu mengapa perempuan tak bisa setara
dengan lelaki kemudian keduanya menempati dan dianggap sama? Peradaban
kita telah dikuasai cara pandang yang salah jikalau deskriminasi terhadap
perempuan terus berjalan.

Puisi 4

Perempuan Sederhana

Dia perempuan sederhana

Menangis ketika hatinya sedang sedih

Tersenyum saat kebahagiaan menyapa

Memaafkan ketika seorang meminta

Meminta maaf ketika seorang terluka karenanya

Ia hanya perempuan sederhana

Yang menghadapi masalah dengan memaafkan

Merendahkan hatinya pada yang meninggi

Menunduk kepada tetua

Penyayang pada yang lemah

Dia hanya perempuan sederhana

Tak banyak keinginannya

Tak banyak harapannya

Dia perempuan sederhana


Yang Hanya ingin dicintai dan mencintai dengan sederhana

Puisi 5

Hei kau,
Aku adalah aku
Jangan definiskan aku menurut seleramu

Biarlah...
Biar diam-diam kurajut harapan
Setinggi gunung yang menyundul awan

Biar kutimpakan tuk membungkam


Pemilik api hasad yang tak pernah padam

Hei nyonya...
Bicaralah semaumu

Nanti dalam diam kuracik harumnya impian


Untuk mengusir lalat-lalat usil yang berseliweran

Oh puan,
Picingkan saja matamu menatapku,

Tapi nanti...
Akan aku adukan luka ini pada ilahi Robbi

Puisi 6

Patah hati pertama seorang anak perempuan

Hari ini tanggal 12 November...

Hari dimana para anak rayakan hari ayah dengan suka cita...

Hari spesial bagi para anak yang dapatkan kasih dari ayahnya...

Tapi ini tak berlaku untukku...

Aku iri pada mereka yang selalu bisa rayakan hari ayah...

Aku iri pada mereka yang selalu banggakan ayahnya...

Aku iri saat mereka mendapatkan cinta kasih yang utuh...

Sedangkan aku hanya anak perempuan yang dipatahkan oleh cinta pertamanya...

Lukaku bukan dari orang lain...

Patah hati pertamaku bukan dari pria lain...


Namun ayahlah yang jadi luka pertamaku...

Ayahlah yang jadi patah hati pertamaku...

Aku ingin seperti anak perempuan lain...

Yang bangga karena cinta pertama mereka...

Yang selalu dilindungi dijaga bagai berlian...

Aku ingin merasakan kasih sayang yang sebenarnya dari ayah...

Ayah...

Bisakah ayah kembali pada anak perempuan yang terluka ini...?

Bisakah ayah sembuhkan luka ini...?

Ayah adalah cinta pertamaku dan juga luka pertamaku...

Ayah...

Aku tak ingin apapun...

Yang kuingin hanya hadirmu...

Yang kuingin hanya cinta kasih yang tulus dari seorang ayah...
Puisi 7

Mawar

Tak kan pernah layu jika yang merawat selalu peduli kepada mawar itu,
Kau indah begitu penuh warna
Setiap warna melambangkan arti namun sampai ada orang yang datang dan
merusak keindahan itu dan menjadi layu,
Banyak orang mengagumi keindahanmu,
Banyak orang pula yang benci terhadap durimu,
Duriku memang sakit
Tapi...
Keindahanku membuat banyak orang menyukaiku.
Haruskah kau menyakiti dirimu, hanya membuat orang lain bahagia ?
Terkadang memang harus begitu saat diri merasa lelah dengan semuanya
Duri yang ada dibunga mawar ibarat diri sendiri sering kali dipatahkan orang
lain.
Semakin orang memegangku semakin sakit,
Jika saja dia tak menyentuhku, maka dia tak perlu merusak duriku bukan ?
Namun sebagian orang semakin pintar berpura pura seakan ingin menyentuh
tanpa merusak.sakit rasanya sakit tapi keadaan yang membuatku berbohong,
Jumantara hingga menangis melihatmu berhujan air mata,
Semua orang kagum akan indahmu, tapi sebagian dari mereka tak tau yang kau
rasakan,
Sebagian dari mereka hanya bisa menyakiti tanpa tau apa yg dirasakan
Sampai akhirnya ada orang yang datang tanpa berpura pura menghadiakan
kebahagian
Dia yang datang dengan lapang dada menerimamu dengan kelebihan dan
kekurangannya,
Karena mawar yang indah akan tetap terawat di tangan orang yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai