Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Daulah Turki Utsmani

Dosen Pengampu :
Jamalul Akbar, Lc. MA

Disusun Oleh :

Nirwanto ( 22001011024 )

Firda Ni’matul Qonita (

Muhammad Firman Syah Putro (22001011243)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG ( UNISMA )

2022 / 2023
ABSTRACT
Abstract : The purpose of the discussion in this paper is to find out the civilization,
development, progress and decline of the Ottoman Empire, which was founded by the Bani
Uthman, which stood for more than a century and was led by 36 sultans. Historically, the
Turkish nation was founded by Kabilah Oghuz, whose name was Ertgrul, he pioneered the
Turkish empire and died in 1289 AD, followed by his son Uthman's leadership. Uthman bin
Ertugrul is considered the founder of the Ottoman Empire. This article also discusses the
leadership of the sultans in the Ottoman Empire such as the leadership, Sultan Muhammad II
"Al-Fatih", Sultan Salim I, Sultan Sulaiman I Al Qanun, and so on. And also a discussion
about the period of progress and decline of the Ottoman state.
Key word : History, Development, Ottoman Turkey.
Abstrak : Tujuan pembahasan pada makalah ini ialah untuk mengetahui peradaban,
perkembangan, kemajuan dan kemunduran Dulah Turki Utsmani, yang didirikan oleh Bani
Utsman, yang berdiri lebih dari satu abad dan dipimpin oleh 36 orang sultan. Secara historis
bangsa turki didirikan oleh Kabilah Oghuz, yang beranama Ertgrul ia merintis kerajaan turki
dan meninggal pada tahun 1289 M lalu, kepemimpinan dilanjutkan putranya yaitu Utsman.
Utsman bin Ertugrul inilah yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Utsmani. Dalam artikel
ini juga membahas tentang kepemimpinan para sultan pada daulah utsmani seperti
kepemimpinan, Sultan Muhammad II “Al-fatih”, Sultan Salim I, Sultan Sulaiman I Al Qanun,
dan lain sebagainya. Dan juga pembahasan tentang masa kemajuan dan kemunduran daulah
utsmani.
Kata kunci : Sejarah, perkembangan, Turki Utsmani.
PENDAHULUAN
Sejarah peradaban Islam belum lengkap rasanya kalau belum membaca sejarah Kesultanan
Daulah Utsmaniyah, karena daulah ini merupakan satu-satunya negara yang berhasil
menaklukkan Konstantinopel, meskipun banyak Daulah yang mencoba menaklukkannya
lebih awal.
Setiap negara Muslim memang memiliki peran yang berbeda dalam memberikan
kontribusi kepada dunia Islam, ketika negara Umayyah Siria berhasil memberikan kontribusi
terhadap dunia Islam dengan wilayah teritorial yang sangat besar mulai dari Persia, indus di
bagian timur sampai afrika dan eropa barat di bagian barat, sehingga mereka disebut negara
Adipower pada waktu itu.
Daulah Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umayyah II di Cordoba, Daulah Fatimiyah dan
Daulah Mamalik di Mesir berlomba-lomba untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban,
sehingga mereka berhasil memajukan dunia Islam di bidang pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban.
Selain itu Turki Utsmani kembali memberikan wilayah yang luas kepada peradaban
islam, dan mereka berhasil melakukan ekspansi Islam ke Eropa Timur. Bukan itu saja,
mereka lah satu-satunya daulah yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang menjadi ibu
kota Kekaisaran Romawi pada tahun 153 M. di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih
(Sang Penakluk). Dengan demikian menjadi semakin sukses di bawah kendali Konstantinopel
dan membuka pintu untuk ekspansi ke Eropa.
Puncak kejayaan Kesultanan Utsmaniyah dalam memperluas wilayah kekuasaannya pada
masa pimpinan Sultan Sulaiman I (1520-1566), yang dikenal dengan Sulaiman Agung dan
Sulaiman Al-Qanun. Selama masa pemerintahannya, Turki Usmani meliputi; Afrika Utara,
Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Balkan, Yunani, Bosnia, Bulgaria, Hongaria,
Rumania hingga Danube; di tiga laut yaitu Laut Merah, Laut Mediterania dan Laut Hitam.
Inilah gambaran luas wilayah Turki Utsmani dari Asia, Afrika hingga Eropa Timur, yang
berbatasan dengan tiga laut yang mereka sumbangkan untuk peradaban Islam. Utsmaniyah
Turki adalah negara terbesar dan terpanjang dibandingkan daulah-daulah muslim lainnya.

1. Asal Usul Dulah Turki Usmani

Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang
mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia
Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis
dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus,
yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina kurang lebih tiga abad.
Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-
9/10 ketika menetap di Asia Tengah.

Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya
mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu
orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Orthogul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium.
Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka
terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.

Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289, kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya,


Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman
memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali
menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh.
Setelah wafatnya Sultan Alaudin, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering
disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja
besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.

Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-
raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar
raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni; Islam, membayar Jizyah
dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam dan ada juga yang
mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu
sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa
takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam menghadapi bangsa Tartar,
sehingga mereka dapat ditaklukkan.

2. Kemajuan Turki Usmani

Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam
mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan
dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat diraihnya dengan cepat. Dengan cara atau
taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperti Sultan Muhammad yang
mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya
yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M)6 sehingga Turki Usmani mencapai
puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini ditindak lanjuti oleh
raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak
mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah Timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang
berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia
Kecil.

Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan
cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting,
di antaranya:

1. Bidang Kemiliteran

Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan
kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan
adalah masa pembentukan kekuatan militer Perang dengan Bizantium merupakan awal
didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer
yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur
pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana
Menteri yang membawahi Gubernur.

Pembaharuan dalam tubuh militer oleh Sultan ke-2 Orkhan tidak hanya dalam mutasi
militer, tetapi juga anak-anak Kristen Eropa yang sudah masuk Islam diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam yang kelak akan dijadikan prajurit. Hal ini sangat
menguntungkan sehingga terbentuklah militer yang baru dalam tubuh Daulah Turki Usmani
yang disebut “Yenisseri”

Di samping Yenisari ada lagi pasukan militer Turki Usmani dari tentara kaum foedal yang
dikirim kepada pemerintah pusat, yaitu pasukan militer “Thajiah”.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan di


antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka
banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana rajaraja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium, dan ajaran tentang
prinsipprinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab.
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih
memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada
Ilmuan yang terkemuka dari Turki Usmani.

3. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ajaran-
ajaran tharikat berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti
menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam
memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.

3. Masa Kesultanan

Masa kesultanan pada daulah turki Usmani dimulai pada pemerintahan Sultan Ustman bin
Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M). Pada tahun 699 H Usman melakukan perlusan
kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk.
Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah
yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah.

Pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)


yaitu putra dari Usman I. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan
menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi
nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman
inilah pertama kali dipergunakan senjata Meriam

Selanjutnya Pengganti Sultan Urkhan adalah Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/
1359-1389 M). selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan
perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel,
yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan
berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia,
Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Maka peperangan antara
pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan
oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan
Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan
Saloniki.

Perjuangan dilakukan oleh Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M). Ia
meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan,
dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat
besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan
penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal
terjadinya Perang Salib. Berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat
ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa
tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.

Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang


semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti
wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru
berakhir setelah Sultan Muhammad I (816-824 H/ 1403-1421 M) putra Bayazid dapat
mengatasinya.

Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II.
Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang
dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan
Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika
Albania, Falokh, dan Hongaria.

Pemerintahan lalu dilanjutkan oleh Sultan Muhammad II “Al-fatih” (855-886 H/ 1451-


1481 M). Dengan sedemikian luasnya kekuasaan daulah utsmaniyah dari asia kecil hingga
eropa timur tidak dapat kuat kecuali sampai bisa menaklukkan konstantinopel. oleh
karenanya, menaklukkan konstantinopel suatu kenyataan yang harus dilakukan, karena hidup
dan matinya daulah usmani dipertaruhkan dengan berhasil atau tidaknya dalam menaklukkan
konstantinopel. Perseteruan umat islam dengan romawi telah terjadi mulai sejak zaman nya
nabi Muhammad SAW yang bermula ketika baginda nabi mengutus delegasinya yaitu “harits
bin umair al azdi” yang mengirim surat dakwah kepada setiap raja-raja salah satunya yaitu ke
raja bushro, yang mana bushro itu termasuk dalam kekuasaan romawi, namun hal tersebut
tidak diterima dengan baik oleh raja bushro yang ditandai dengan dibunuhnya delegasi yang
dikirim oleh nabi Muhammad SAW. yang mana semangat juang ini telah dikobarkan secara
turun temurun, dan usaha penaklukkan konstantinopel telah dilakukan sejak zaman
muawiyah I berkuasa.

Sultan Muhammad II dalam penaklukannya melakukan sebuah taktik yang mana taktik
tersebut berbeda bahkan tidak pernah dilakukan oleh sultan-sultan sebelumnya. Jauh hari
sebelum menaklukan konstantinopel beliau membuat sebuah benteng yang kokoh nan tinggi
yang diberi nama runli hisar. Kaisar yunani mengirimkan utusannya untuk menyampaikan
protes terhadap pembangunan benteng tersebut, akan tetapi sultan Muhammad II malah
mengancam akan menghukum mati sang utusan, sehingga tujuannya dalam membatalkan niat
sultan pun tidak berhasil. Benteng ini berfungsi sebagai tempat mengumpulkan persediaan
perang untuk menyerang Konstantinopel. Benteng ini berada di seberang selat Borporus,
dekat konstantinopel, dengan memakan waktu pembangunan selama tiga bulan.

Sebelum melakukan penyerangan sultan dan bala tentaranya mengelilingi parit pertahanan
dengan bertujuan melihat kekuatan dan kelemahan lawan , sehingga dapat mengetahui cara
yang efektif dalam mengatasinya. Disamping itu, kaisar kedua kalinya membujuk sultan
untuk membatalkan niatnya untuk menyerang konstantinopel, akan tetapi sultan Muhammad
II bersikukuh untuk tetap melakukan penyerangan. Dengan kekhawatiran tersebut kaisar
akhirnya meminta bantuan dari luar, akan tetapi bantuan tersebut tidak kunjung datang
dikarenakan berbagai hal, salah satunya dari eropa bahwa mereka telah menandatangani
sebuah perjanjian kepada sultan agar tidak saling menyerang.

Sultan Muhammad II melakukan penyerangan melalui selat borporus, akan tetapi selat
tersebut penuh dipagari oleh rantai-rantai dan ranjau, sehingga kapal-kapal tidak bisa
melaluinya, oleh karenanya sultan memerintahkan untuk memindahkan kapal ke arah daratan.
Akhirnya pada tanggal 29 Mei 1453 M, penyerangan terakhir dilakukan pada subuh hari,
dengan diluncurkannya sebuah meriam yang berhasil menembus tembok pertahanan dari
konstantinopel yang kemudian digunakan untuk masuk menyerbu ke dalam, akhirnya kaisar
pun terbunuh dan konstantinopel jatuh dalam kekuasaan umat islam.

Dengan penyerangan yang begitu dramatis dan mendebarkan , pantas untuk seorang sultan
yaitu Muhammad II diberikan gelar dan julukan “Al-fatih / Sang Penakluk “, dengan dasar
utama dalam keberhasilan beliau yaitu perencanaan yang matang, strategi yang jitu dan
membangun sebuah benteng di dekatnya untuk tempat penyimpanan senjata.

Selanjutnya, dengan kepemimpinan Sultan Salim I (1512-1520 M), beliau memulai


periode peralihan dari masa kesultanan menuju kekhalifahan terjadi pada masa kesultanan
sultan salim I, dan juga mengalihkan ekspansinya dari dunia barat menuju dunia timur
dengan menaklukkan Persia, Syria dan Daulah Mamalik di Mesir. Saat di mesir, ketika
penaklukan daulah mamalik sultan salim I meminta daulah abbasiyah untuk menyerahkan
kekhalifahan kepadanya. Seharusnya sultan salim I tidak perlu meminta abbasiyah untuk
memberikan kekhalifahannya, karena ia adalah sultan usmani, yang mana sebelum-
sebelumnya telah banyak daulah yang menggunakan kekhalifahan seperti bani fatimiyah di
mesir, daulah umayyah di spanyol, dan lain-lainnya. Dan sekarang ditambah daulah usmani
di turki memakai gelar khalifah.

Dalam masa pemerintahan beliau ekspansi lebih berarah ke dunia timur dengan
menaklukan beberapa kekuasaan seperti Persia, Syah Ismail dari Daulah Safawiyah dipaksa
untuk mengakui kekalahannya dalam pertempuran yang terjadi di lembah Chaldiran terletak
di antara danau Urmia dan Tabriz, tanggal 23 Agustus 1514 M. kemudian Syria, Aleppo
berhasil dikuasainya, dan Sultan Salim melanjutkan penyerangan ke Mesir di bawah
kekuasaan Daulah Mamalik dan berhasil menaklukkannya juga, kemudian Cairo punjuga
dikusai pada tahun 21 Januari 1517 M dan Sultan Salim mengumumkan bahwa dirinya
sebagai khalifah.

Pada tanggal 2 September 1520, Beliau wafat karena terserang suatu penyakit dan
kekuasaan pun diserahkan oleh putranya yaitu Sulaiman.

Melanjutkan perjuangan ayahnya, Sultan Sulaiman I Al Qanun (1520-1566 M) Pada masa


periodenya, ekspansi bukan hanya ke dunia eropa tetapi hingga dunia timur, dan seluruh
wilayah yang berada disekitar turki usmani. Dalam kekuasaannya, ia berhasil membawa turki
usmani ke puncak klimaks kejayaan sebagai sultan yang menggantikan dan melanjutkan
perjuangan ayahnya.

Pada masanya luas wilayah kekuasaan Turki Usmani mencapai klimaksnya, hal itu
mencakup dari Asia Kecil, Irak, Armenia, Syria, Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libya,
Tunisia dan Aljazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan
Rumania di Eropa. Tidak dapat dipungkiri perkembangan militer pada saat itu begitu pesat,
sehingga banyak daerah bisa dikuasainya, karena pada hakikatnya turki usmani memiliki para
pemimpin yang kuat dan pasukan yang sangat berani. Dan militer yang terkenal dalam daulah
usmani yaitu militer yang diberi nama “yanisseri”.

4. Masa Kemunduran

Banyak sekali yang melatarbelakangi kemunduran dari turki usmani baik karena ada
peperangan hingga adanya penyelewengan dalam kekuasaan, kami akan menjabarkan
dibawah ini :
a. Kemerosotan Turki Usmani dimulai dari krisis suksesi sepeninggal Sultan Sulaiman
pada 1566 M hingga masa pimpinan nya mustafa kemal at-taturk, tercatat 27 sultan
tidak lagi bisa diharapkan, pastinya dikarenakan terlena akan kemewahan hidup
dalam istana
b. Sultan Salim II (1566-1573 M) pengganti Sultan Sulaiman melakukan sebuah
peperangan antara angkatan laut Turki Usmani dengan angkatan laut Spanyol di selat
Liponto (Yunani). Dalam pertempuran itu, Turki Usmani mengalami kekalahan
sehingga Tunisia dapat direbut musuh.
c. Adanya kejelekan moral dan akhlak yang dimiliki oleh pemimpin utsmani yaitu sultan
Murad II dan Sultan Muhammad III yang menimbulkan kekacauan dalam negeri.
d. Wilayah kekuasaan yang sangat luas, rumit menyusun administrasi negara, sehingga
administrasi negara kacau balau, sementara itu penguasanya sangat berambisi
memperluas wilayah, ikut perang terus menerus, akibatnya tidak ada waktu lagi dalam
mengurusi dan memanajemen administrasi negara.

Kesimpulan

Asal mula dari dulah usmani adalah dari Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka
mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan
mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di
dataran tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada
Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium.

Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289, kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya,


Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman
memerintah antara tahun 1290-1326 M.

Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga
Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah
perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun
1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. kerajaan turki usmani terus melakukan ekspansi
seiring dengan bergantinya kesultanan yang memimpin, diantantaranya adalah Sultan Urkhan
bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M),Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389
M), Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M), Sultan Muhammad I bin
Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M), Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-
1451 M), Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M), Sultan Bayazid II (1481-
1512 M) Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M) Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566
M) Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)

Anda mungkin juga menyukai