Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HIPOTESIS UNTUK 2 SAMPEL VARIANS

DAN PROPORSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistik Inferensial

Dosen Pengampu:

Rendra Erdkhadifa, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 3 MKS 4C:

1. Nabila Eka Anggraeni (126406212105)


2. Nindia Novita Sari (126406212131)
3. Meyse Brilian Eka Suciati (126406212143)
4. Niken Dessy Fitriana (126406212146)

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2023
PEMBAHASAN

A. Hipotesis Dua Varians


Hipotesis dua varians adalah uji statistik yang digunakan untuk mengetahui apakah dua
populasi memiliki varians yang sama, atau selisih variansnya lebih kecil atau lebih besar
dari suatu nilai tertentu sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan.
Asumsi:
Dua populasi normal dan sampel random saling bebas dari setiap populasi dengan
masing-masing berukuran n1 dan n2.

1. H0 : σ 21 = σ 22 ; artinya H0 : [ σ 21 /σ 22 ] = 1

Melawan Ha : σ 21 ≠ σ 22 ; artinya Ha : [ σ 1 /σ 2 ] ≠ 1 (pengujian dua arah)


2 2

Atau Ha : σ 21 > σ 22 ; artinya Ha : [ σ 1 /σ 2 ] > 1 (pengujian 1 arah sebelah kanan)


2 2

Atau Ha : σ 21 < σ 22 ; artinya Ha : [ σ 21 /σ 22 ] < 1 (pengujian 1 arah sebelah kiri)


Untuk menguji 2 varians kita gunakan rasio dua varians. N 0 dan Ha dinyatakan dalam
bentuk rasio, hal ini disebabkan karena distribusi samprilng dari rasio dua varians
sampel yang bisa diturunkan secara matematik (bukan perbedaannya, seperti kasus 2
rata-rata sampel dan 2 proporsi sampel.
Dalam menguji populasi sama besar, maka yang dilakukan adalah apakah rasio dua
varians tersebut sama dengan 1, bukan beda kedua varians tersebut sama dengan nol.
2
S1
Hal ini disebutkan terdahulu, adalah karena rasio dua varians sampel yaitu 2 yang
S2
bisa diturunkan distribusi samplingnya, yaitu mengikuti distribusi F dengan derajat
bebas, yaitu (n1 – 1) dan (n2 – 1).
2. α = 1, atau 5, atau 10%
3. Statistik Uji:
S 21
Fobservasi = , nilai ini akan dibandingkan dengan nilai F tabel dengan tingkat
S 22
signifikansi, α tertentu dan dua buah derajat bebas, yaitu (n1 – 1) dan (n2 – 1).
4. Daerah kritis: Ftabel, derajat bebas (db)
Catatan: db adalah (n1 – 1), (n2 – 1).
5. Kesimpulan:
 Dalam pengujian dua arah:
Tolak H0 bila Fobservasi > Fα/2; n1-1; n2-1’ atau F < F1-α/2; n1-1; n2-1
 Dalam pengujian satu arah sebelah kanan:
Tolak H0 bila Fobservasi > Fα/2; n1-1; n2-1
 Dalam pengujian satu arah sebelah kiri:
Tolak H0 bila Fobservasi < F1-α/2; n1-1; n2-1

Contoh Soal :

Hasil penelitian mengenai keragaman (dalam deviasi standar) harga beras yang
dilakukan dengan mengamati 25 pasar di kota 1 adalah Rp.500/kg, sedangkan dengan
mengamati 30 pasar di kota 2, keragaman harga beras adalah Rp.400/kg. Apakah
keragaman harga beras (biasanya pengujian keragaman dalam bentuk varians, bukan
dalam bentuk deviasi standar) di kota 1 lebih besar dibandingkan di kota 2 dengan
menggunakan tingkat signifikasi 5%?
Jawab:
1. Diketahui :
n1 = 25 s1= 500
n2 =30 s2 = 400
2. Tetapkan hipotesis:
H0 : σ 21 = σ 22
Ha : σ 21> σ 22
α = 5%
3. Statistik uji:
S 21 5002❑
Fobservasi = = = 1,5625
S 22 4002❑
4. Daerah kritis:
α
5. F ; n - 1 ; n2 - 1
2 1
0,05
F ; 25 ; 30
2
F 0,025; 24 ; 29
F observasi: 1,562 < 2.154
6. Kesimpulan:
Karena Fobservasi < Ftabel, yaitu 1,562 < 2,154, maka terima H 0; dengan perkatan
lain, keragaman harga beras di kota 1 sama dengan di kota 2.

B. Pengujian Hipotesis 2 Proporsi


Seringkali kita berhadapan dengan masalah yang mengharuskan untuk menguji
hipotesis nol bahwa dua proporsi adalah sama. Misalnya, saat ingin menunjukkan bahwa
proporsi dokter anak di suatu daerah lebih besar daripada proporsi dokter anak di daerah
lain. Seorang perokok misalnya saja akan memutuskan berhenti merokok hanya ia merasa
yakin bahwa proporsi perokok yang menderita kanker paru-paru lebih besar daripada
proporsi bukan perokok yang menderita kanker paru-paru.
Terdapat beberapa prosedur untuk pengujian hipotesis dua proporsi, prosedur
pengujiannya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan formulasi hipotesis
1) H 0 : P1=P2
H 1 : P1 > P2
2) H 0 : P1=P2
H 1 : P1 < P2
3) H 0 : P1=P2
H 1 : P1 ≠ P 2

b. Nilai α ( taraf nyata) dan nilai tabel


Mengambil nilai α sesuai soal (sesuai kebijakan), kemudian menentukan nilai Z α
atau Zα/2 dari tabel.

c. Kriteria Pengujian
1) Untuk H 0 : P1=P2 dan H 1 : P1 > P2 :
a) H 0 diterima apabila Z 0 ≤ Z α ’
b) H 0 ditolak apabila Z 0> Z α .
2) Untuk H 0 : P1=P2 dan H 1 : P1 < P2 :
a) H 0 diterima apabila Z 0 ≥−Z α ’
b) H 0 ditolak apabila Z 0<−Z α .
3) Untuk H 0 : P1=P2 dan H 1 : P1 ≠ P 2 :
a) H 0 diterima apabila – Z α/2 ≤ Z 0 ≤ Z α/2’
b) H 0 ditolak apabila Z 0> Z α/2 atau Z 0<−Z α/2 .

d. Uji Statistik
di mana,
X1 X2
^p1 = dan ^p2 = masing-masing merupakan penduga ^p1 dan ^p2 ( ^p dan p
n1 n2
“topi” atau p“cap”).
X1 X2
akan tetapi, karena p1 = p2 = p, maka baik maupun merupakan penduga p.
n1 n2

σ ¿) =
√ p1 ( 1− p1 )
n1
+
p 2(1− p2)
n2

=
√ p(1− p) p (1− p)
n1
+
n2


= p (1− p)(
1 1
+ )
n1 n2
X1 X2
Karena p lebih baik diestimasi dengan ( − ), maka
n1 n2

σ ( x1 x2

n1 n 2
=) √( X1+ X 2
n1 +n 2 )(
X +X
1− 1 2
n1 +n2 )( 1 1
+
n 1 n2 )
X1 X2
= kesalahan baku untuk ( − ¿
n1 n2

P1 −P2
Z 0=

√ P ( 1−P ) (
1 1
+ )
n1 n 2
X1 X2
P1= dan P2=
n1 n2
X1+ X2
P=
n1 +n 2

Sehingga :
X 1 X2

n 1 n2
Z 0=

√ (
X 1+ X 2
n1 + n2
)(1−
X1+ X 2 1 1
)( + )
n1 +n 2 n 1 n2

Keterangan:

Z = Nilai Z

X1 = Banyaknya kejadian kelompok satu

X2 = Banyaknya kejadian kelompok dua

n1 = banyaknya sampel 1

n2 = banyaknya sampel 2

e. Kesimpulan :
Kesimpulan pengujian merupakan penerimaan atau penolakan dari H 0
1) Jika H 0 diterima maka H I ditolak
2) Jika H 0 ditolak maka H I diterima

Contoh Soal :

1. Seorang direktur pemasaran berpendapat, bahwa proporsi/presentasi barang yang


tidak laku adalah sama untuk suatu jenis barang dengan merek berbeda, yaitu merek
A dan merek B, dengan alternative ada perbedaan. Setelah dilakukan pengecekan
barang A sebanyak 200. Dari jumlah tersebut, yang tidak laku 50 buah dan barang
merek B sebanyak 200 buah dan yang tidak laku 70 buah. Dengan menggunakan α =
0,10 ( x 10%), ujilah pendapatan tersebut.

Penyelesaian :
Diketahui :
H 0 : P1=P2
H 1 : P1 ≠ P 2
Merek A Merek B
n1 =200 n2 =200
X 1 =50 X 2 =50

X 1 X2

n 1 n2
Z 0=

√ (
X 1+ X 2
n1 + n2
X +X 2 1 1
)(1− 1 )( + )
n1 +n 2 n 1 n2

50 70

200 200
Z 0=

√ (
50+70
200+ 200
)(1−
50+70
)(
1
+
1
200+200 200 200
)

0,25−0,35
Z 0=
√( 0,3 )( 0,7 ) ,(0,01)
= - 2,18

Α = 0,10, - Z0,05 = - 1,64

Oleh karena Z 0=−2,18<−Z 0,05=−1,64 , maka H 0 ditolak. Berarti, ada perbedaan


proporsi atau presentase barang yang tidak laku dari merek A dan B.

2. Seorang pejabat dari BRI berpendapat, bahwa proporsi petani peminjam kredit Bimas
yang belum melunasi kredit tepat pada waktunya untuk Desa I dan II adalah sama
dengan alternatif tak sama. Berdasarkan hasil penelitian dari Desa I, ada sampel
petani 1000 orang, yang belum melunasi 150 orang. Dari Desa II, 800 orang petani,
yang belum melunasi 100 orang. Dengan α = 5%, ujilah pendapat tersebut.

Penyelesaian :
H 0 : p 1− p2=0 ( p1 =p 2 ) n1 =1000 n2=800
H 0 : p 1− p2 ≠ 0 (p 1 ≠ p 2) X 1 =150 X 2=100
X 1 X2

n 1 n2
Z 0=

√ (
X 1+ X 2
n1 + n2
)(1−
X1+ X 2 1 1
)( + )
n1 +n 2 n 1 n2

0,025
=
√(0,1389)(0,8611)(0,001+ 0,00125)

= 1,5244
Z 0,025=1,96

Oleh karena Z 0=1,5244< Z 0,025 =1,96 ,maka H 0 tidak ditolak. Berarti, pendapat yang
menyatakan bahwa proporsi petani yang belum melunasi kredit Bimas dari Desa I
dan II sama, sama dapat diterima.

3. Suatu pemungutan suara hendak dilakukan di antara penduduk suatu kota dan
sekitarnya untuk mengetahui pendapat mereka mengenai rencana pendirian sebuah
gedung pertemuan serba guna. Lokasi geddung yang akan dibangun itu di dalam
kota, sehingga para penduduk yang tinggal di sekitar kota itu merasa bahwa rencana
itu akan lolos karena besarnya proporsi penduduk kota yang menyetujuinya. Untuk
mengetahui apakah ada selisih yang nyata antara proporsi penduduk kota dan
penduduk sekitar kota itu yang menyetujui rencana tersebut, diambil suatu contoh
acak. Bila ternyata 120 di antara 200 penduduk kota dan 240 di antara 500 penduduk
sekitar kota menyetujui rencana tersebut, apakah anda setuju bila dikatakan bahwa
proporsi penduduk kota yang menyetujui rencana tersebut lebih tinggi daripada
proporsi penduduk sekitar kota yang menyetujui rencana tersebut? Gunakan taraf
nyata 0,025.

Penyelesaian:
Misalkan p1 dan p2 adalah proporsi sebenarnya penduduk kota dan sekitar kota yang
menyetujui rencana tersebut. Selanjutnya, ikuti langkah seperti yang telah
disarankan di atas:
H 0 : p 1 = p2
H 1 : p 1> p2
α =0,025.
Wilayah kritik : z >1,96.
Perhitungan:
x 1 120
^p= = =0,60
n 1 200
x2 240
^p = = =0,48
n2 500
x1 + x 2 120+240
^p = = =0,51
n1 +n 2 200+500
Oleh karena itu,

0,60−0,48
z=

√ ( 0,51 )( 0,49 ) [ ( 2001 )+( 5001 )] = 2,9


Kesimpulan :

Tolak H 0 dan kita setuju dengan pendapat bahwa proporsi penduduk kota yang
menyetujui rencana itu lebih besar daripada proporsi penduduk sekitar kota yang
menyetujui rencana tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asra, Abuzar dan Slamet Sutomo. 2014. Pengantar Statistik II. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.

Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sumantri, Bambang. 1998. Pengantar Statistika (Edisi 3). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Supranto. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi (Edisi 6). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai