Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“DIAGRAM FASA EUTEKTIK”


“DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATERIAL TEKNIK”

Dosen Pengapu:
Agus Dwi Putra, S.Pd., M.T

Disusun Oleh

1. Rendra Ihza S. 22212011018


2. Tri Ayu Tirta K. 22212011013
3. M. Busro Al K. 22212011011

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG


FAKULTAS SAIS DAN TEKNOLOGI
PRODI TEKNIK MESIN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
saya akan membahas mengenai (Diagram Fasa Eutektik).

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Malang, 20 Novermber 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
KATA PENGATAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................1


1.2. Manfaat Alat.................................................................................1
1.3. Tujuan penlisan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

2.1. Pengertian Setrika Listrik ...............................................................3


2.2. Mekanisme Perpindahan Panas.......................................................4
2.3. Proses Perpindahan Panas Pada Setrika..........................................5
2.4. Prinsip Kerja Setrika Listrik ...........................................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................8

3.1. Kesimpulan......................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengenalan bahan teknik tentang material-material, cara pembuatan,
penerapan dilapangan, dan juga teori-teori pengenalan bahan. Salah satunya
adalah diagram fasa, dimana kita dapat mengetahui bahan-bahan pada fase liquit
(cair), padat, atau gas. Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang
memiliki sifat fisik dan kimia yang seragam (Barus, 2017). Fasa bagian sistem
dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian
sistem lain oleh suatu bidang batas. Sampai saat ini sebagian besar material
rekayasa terdiri dari campuran fasa-fasa,misalnya : Baja, solder, semen portland,
batu gerinda, cat, dan fiber glass. Campuran dari dua atau lebih fasa dalam satu
material memungkinkan terjadinya interaksi antara fasa. Diagram fase sangat
membantu dalam mengatur dan meringkas eksperimental, data pengamatan serta
dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang proses-proses yang melibatkan
reaksi kimia antara fase.
Rumusan Masalah
Dari deskripsi latar belakang yang sudah dibahas maka, dapat diajukan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.1.1 Apa itu diagram fase?
1.1.2 Bagaimana gambaran umum dan spesifikasi diagram fase?
1.1.3 Bagaimana reaksi eutektik pada diagram fase?
1.2 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka, dapat diajukan beberapa tujuan
sebagai berikut:
1.2.1 Untuk mendeskripsikan pengertian diagram fase
1.2.2 Untuk mendeskripsikan gambaran umum dan spesifikasi diagram fase
1.2.3 Untuk mendeskripsikan reaksi eutektik pada diagram fase

1
BAB II
PEMBAHASAN

Pembahasan dalam makalah ini dibagi menjadi beberapa sub-Bab yang


akan diuraikan sebagai berikut.
2.1 Diagram Fasa
Diagram Fasa adalah Sebuah grafik yang digunakan untuk menunjukkan
kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama
(Setiyawan, 2017). Diagram fasa ini menampilkan hubungan antara temperatur
dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan yang
lambat dengan kadar karbon. Tidak seperti struktur logam murni yang hanya
dipengaruhi oleh suhu, sedangkan struktur paduan dipengaruhi oleh suhu dan
komposisi. Pada kesetimbangan, struktur paduan ini dapat digambarkan dalam
suatu diagram yang disebut diagram fasa (diagram kesetimbangan) dengan
parameter suhu (T) versus komposisi (mol atau fraksi mol). (Fase dapat
didefinisikan sebagai bagian dari bahan yang memiliki struktur atau komposisi
yang berbeda dari bagian lainnya). Diagram fasa khususnya untuk ilmu logam
merupakan suatu pemetaan dari kondisi logam atau paduan dengan dua variabel
utama umumnya ( Konsentrasi dan temperatur).
Fasa adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik
dan kimia yang seragam (Barus, 2017). Fasa dapat memberikan informasi tentang
struktur dan komposisi fase-fase dalam kesetimbangan. Ada dua macam fasa yaitu
sistem fasa tunggal (homogen), sistem 2 atau lebih fasa (heterogen). Contoh fasa
tunggal seperti air dan gula menjadi larutan gula, sedangkan contoh sistem 2 atau
lebih fasa seperti air dengan minyak yang tidak bisa bersatu.
Kesetimbangan fasa jika sebuah sistem mempunyai energi bebas minimum pada
temperatur, tekanan dan komposisi tertentu tidak terjadi perubahan kondisi Makin
tinggi energi bebas gerak atom pada bahan makin acak dan tidak teratur (Fadul,
2019). ). Diagram fasa secara umum dipakai ada 3 jenis :
1. Diagram fasa tunggal/Uner (1 komponen/Komposisi sama dengan Paduan)
2. Diagram fasa Biner ( 2 komponen unsur dan temperatur)
3. Diagram fasa Terner ( 3 komponen unsur dan temperatur)

2
Diagram fasa tunggal memiliki komposisi yang sama dengan paduan,
misalnya timbale dan timah. Diagram fasa biner misalnya paduan kuningan ( Cu-
Zn), (Cu-Ni) dll. Diagram fasa terner misalnya paduan stainless steel (Fe-Cr-Ni)
dll. Diagram fasa digunakan oleh ahli geologi, ahli kimia, ceramists, metallurgists
dan ilmuwan lain untuk mengatur dan meringkas eksperimental dan data
pengamatan serta dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang proses-proses
yang melibatkan reaksi kimia antara fasa.

• Titik Peritektik adalah : Titik pelelehan diatas suhu peritektik (Tp) dan
pendinginan melalui Tp.

• Titik Eutektik adalah  : Titik leleh komposisi hanya pada suhu (suhu
eutektik/Te) atau perpotongan antara kurva likuidus dan garis solidus.
• Garis Solidus adalah   :  Garis yang menunjukkan temperatur terendah
dimana logam dalam keadaan cair atau temperatur dimana awal terjadinya
pembekuan dari kondisi cair akibat proses pendinginan.
• Garis Liquidus :  Garis antara fasa cairan dan fasa transisi padat-cair  ( α 
dan L) dimana paduan berubah menjadi liquid/cair. Garis yang
menunjukkan temperatur tertinggi suatu logam dalam keadaan padat atau
temperatur terendah dimana masih terdapat fasa cair.
• Level Rule : perhitungan yang digunakan untuk menghitung besarnya
presentasi suatu fasa pada bagian dua fasa pada diagram biner
Eutektik biner diagram fase menjelaskan perilaku kimia dua tidak
bercampur (unmixable) kristal dari yang benar-benar bercampur (mixable)

3
meleleh, seperti olivin dan pyroxene, atau pyroxene dan Ca plagioclase. Tipe lain
dari diagram fasa biner adalah diagram titik didih campuran dari dua komponen,
yaitu senyawa kimia. Selama dua khusus volatile komponen pada tekanan tertentu
seperti tekanan atmosfer, diagram titik didih menunjukkan apa uap (gas)
komposisi berada dalam kesetimbangan dengan komposisi cairan yang diberikan
tergantung pada suhu. Dalam biner khas titik didih diagram suhu diplot pada
sumbu vertikal dan campuran komposisi pada sumbu horizontal.

Reaksi Eutektik dapat disebut juga dengan Reaksi Invarian. Reaksi ini
memiliki jumlah fasa maksimum adalah tiga, dimana terdapat secara bersamaan
dalam kondisi kesetimbangan pada sistem biner yang melibatkan larutan cairan.
Reaksi Invarian Kedua disebut dengan Peritektik.

2.2 DIAGRAM EUTEKTIK SEDERHANA PADA KESETIMBANGAN PADAT-CAIR


Jika suatu larutan dari dua zat A dan B didinginkan sampai suhu yang
cukup rendah, akan muncul suatu padatan. Suhu ini adalah titik beku larutan,
yang bergantung pada komposisi. Dalam diskusi pada penurunan titik beku
larutan, kita memperoleh persamaan.
−∆ H fus 1 1
ln xA= ( − )…………………….(6.4)
R T ¿A

Dengan asumsi bahwa padatan murni A ada dalam kesetimbangan dengan


larutan idealnya. Persamaan (6.4) menghubungkan titik beku larutan ke xA, fraksi
mol A dalam larutan.Plot dari fungsi ini tampak pada gambar 6.6.a. Titik di atas
kurva menunjukkan keadaan cair dari sistem, sedangkan di bawah kurva
menunjukkan keadaan padatan murni A ada dalam kesetimbangan dengan larutan.
Kurvanya dinamakan kurva liquidus.

4
Gambar 6.6 Kesetimbangan padat–cair dalam sistem 2 komponen

Titik a menunjukkan larutan dengan komposisi b dalam kesetimbangan


dengan padatan dengan komposisi c, yaitu, zat murni A. Dengan aturan lever,
rasio jumlah mol larutan terhadap jumlah mol padatan A adalah sama dengan
rasio bagian garis dari ac/ab. Makin rendah suhu, makin besar jumlah relatif
padatan pada suatu keseluruhan komposisi tertentu. Kurva ini tidak dapat
menunjukkan situasi meliputi keseluruhan daerah komposisi. Jika xB ---1, kita
dapat mengharapkan padatan B akan membeku jauh di atas suhu yang ditunjukkan
oleh kurva pada daerah ini. Jika larutan ideal, aturan yang sama berlaku untuk zat
B:

−∆ H fus B 1 1
ln xB= ( − )………………………. (6.5)
R T ToB

Dengan T adalah titik beku B dalam larutan. Kurva ini digambarkan dalam
Gambar 6.6b bersama dengan kurva A pada gambar 6.6a. Kurva berpotongan
pada suhu Te, yaitu suhu eutektik. Komposisi xe adalah komposisi eutektik. Garis
GE adalah titik beku melawan kurva komposisi B. Titik semacam a di bawah
kurva ini menunjukkan keadaan yaitu padatan B dalam kesetimbangan dengan
larutan pada komposisi xb. Titik pada EF menunjukkan padatan B murni dalam
kesetimbangan dengan larutan berkomposisi xe. Sedangkan titik pada DE
menunjukkan padatan murni A dalam kesetimbangan dengan larutan
berkomposisi xe. Oleh karena itu larutan yang memiliki komposisi eutektik xe ada
dalam kesetimbangan dengan padatan A dan padatan B. Jika terdapat tiga fase

5
bersama, maka F’ = 3 – P = 3-3=0; sistemnya adalah invarian pada suhu ini. Jika
panas keluar dari sistem ini, suhunya akan tetap sampai satu fase lenyap, sehingga
jumlah relatif dari ketiga fase berubah hingga panas dihilangkan. Jumlah cairan
berkurang sedangkan jumlah kedua padatan yang ada bertambah. Di bawah garis
DEF adalah keadaan sistem yaitu hanya dua padatan, dua fase, murni A dan murni
B. Beberapa contoh sistem kesetimbangan padat cair adalah : sistem Sb-Pb, yang
diagram fasenya dapat dilihat di gambar 6.7. Daerah berlabel L adalah cairan, Sb
adalah padatan Sb dan Pb adalah padatan Pb. Suhu eutektik adalah 2460C,
komposisi eutektik adalah 87% massa Pb. Nilai xe dan te dihitung dengan
persamaan 6.4 dan 6.5 dan ternyata sesuai dengan hasil eksperimen. Berarti cairan
tersebut hampir menyerupai larutan ideal.

Gambar 6.7 Sistem Antimoni–lead

Bentuk kurva titik beku dapat ditentukan secara experimental dengan


analisa termal. Pada metoda ini, campuran yang diketahui komposisinya
dipanaskan sampai suhu yang cukup tinggi hingga homogen. Kemudian
didinginkan secara bertahap. Suhu diplot sebagai fungsi waktu. Kurva yang
diperoleh pada berbagai komposisi untuk sistem A-B tampak pada gambar 6.8.
Kurva pertama, cairan homogen didinginkan sepanjang kurva ab, pada b pertama
kali terbentuk kristal komponen A. Peristiwa ini melepaskan panas laten
pembekuan, laju pendinginan berkurang dan lekukan pada kurva muncul di b.

6
Banyak sistem biner, baik ideal maupun tidak, memiliki diagram fase bertipe
eutektik sederhana. Invariansi sistem pada titik eutektik memungkinkan campuran
eutektik dipergunakan sebagai bak bersuhu konstan. Misalnya padatan NaCl
dicampur dengan es pada 0oC dalam labu vakum. Titik komposisi berpindah dari
0% ke sejumlah kecil nilai positif. Padahal pada komposisi ini titik beku es di
bawah 0oC, sehingga sejumlah kecil es melebur. Karena sistem ada dalam labu
terisolasi, meleburnya es mengurangi suhu campuran. Jika NaCl yang
ditambahkan cukup, suhu akan turun sampai suhu eutektik,-21,1oC. Pada suhu
eutektik ini, es,padatan garam dan larutan jenuh terdapat bersama sama dalam
kesetimbangan. Suhu bertahan di suhu eutektik hingga es yang tersisa melebur
karena panas yang menerobos secara lambat ke dalam labu.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Barus, T. R. (2017). Makalah Diagram Fasa.


Fadul, F. M. (2019). Materi Pokok Bahasan Diagram Fasa. 135–153.
Setiyawan, Y. (2017). Diagram Fasa 3D. 1–14.

Anda mungkin juga menyukai