Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROYEKSI DIAGRAM FASA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Bahan Teknik Dasar
Dosen : Rivandra Rezani, M.Pd.

Disusun oleh:

Gadang Ishomi A 19503244001


Ardi Tito 19503244004
Syahrul Ramadhan 19503244019

KELAS C
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN – S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
nikmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun penulisan makalah ini.
Makalah ini sedikit membahas mengenai diagram fasa.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami
diagram fasa, mulai dari teori, cara pembacaannya, serta penerapannya pada saat kegiatan
belajar mengajar maupun praktek di lapangan.
Kami jug mengucapkan terima kasih kepda Bapak Rivandra Rezani, M.Pd. selaku dosen
bahan teknik kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan terutama dalam hal bahan teknik dasar.
Kami menydari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari
pembaca.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 18 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................5
1.2 Tujuan ...............................................................................................................................5
1.3 Manfaat .............................................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori .........................................................................................................................6
2.2 Diagram Fasa ( Diagram Keseimbangan ) .........................................................................7
2.3 Tipe Diagram Fasa ..............................................................................................................9
A. Diagram fasa 2D ...........................................................................................................9.
B. Diagram fasa 3D ..........................................................................................................10
2.4 Batas Daya Larut Padat Pada Logam .......................................................................11
2.5 Komposisi Fasa .................................................................................................................12
2.6 Kuantitas Fasa ...................................................................................................................13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3
DAFTAR GAMBAR

Gb. Diagram Pb – Sn
Gb. Diagram Fasa Cu-Ni
Gb. Tipe Diagram Fasa
Gb. Diagram Tekanan - Temperatur
Gb. Diagram paduan Pb-Sn
Gb. Komposisi Fasa
Gb. Kuantitas Fasa ( paduan Pb – Sn )
Gb. Diagram keseimbangan besi – karbon
Gb. Kurva pendingin besi murni
Gb. Reaksi eutektik
Gb. Pergeseran titik eutectoid

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengenalan bahan teknik mempelajari tentang material – material, cara
pembuatan, penerapan di lapangan, dan juga teori-teori mengenai bahan teknik. Salah
satunya adalah diagram fasa, dimana kita dapat mengetahui bahan-bahan pada fase liquid
(cair), padat, atau gas. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat-sifat
fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman
perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan Gibbs. Untuk sistem satu
komponen, persamaan Clausius dan Clausius-Clapeyron menghubungkan perubahan
tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu.
Jika suatu larutan dari dua zat A dan B didinginkan sampai suhu yang cukup
rendah, akan muncul suatu padatan. Suhu ini adalah titik beku larutan, yang bergantung
pada komposisi.

1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa memahami diagram fasa, tahu cara membacanya dan

lebih mengenal fase-fase zat yang ada di sekitar kita.

1.3 Manfaat
Setelah dilakukan penulisan diharapkan makalah ini dapat memiliki mnfaat
sebagai berikut :
 Manfaat teoritis, dapat memberikan sumbangan ilmu pendidikan bagi mahasiswa
lainnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai Diagram Fasa.
 Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa, dapat meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar
dalam mata kuliah Bahan Teknik Dasar terutama dalam bidang Diagram
Fasa.
b. Bagi pengajar, dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran
guna peingkatan siswa didik dalam proses belajar mengajar.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori

5
Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, tetapi lebih banyak
dalam keadaan dipadu atau logam paduan dengan kandungan unsur-unsur tertentu sehingga
struktur yang terdapat dalam keadaan setimbang pada temperatur dan tekanan tertentu akan
berlainan. Kombinasi dua unsur atau lebih yang membentuk paduan logam akan menghasilkan
sifat yang berbeda dari logam asalnya.Tujuan pemaduan adalah untuk memperbaiki sifat logam
Sifat yang diperbaiki adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi, ketahanan aus,
ketahanan lelah, dll. Komponen-komponen umum diagram fase adalah garis kesetimbangan,
yang merujuk pada garisyang menandakan terjadinya transisi fase. Fasa pada suatu material
didasarkan atas daerah yang berbeda dalam struktur atau komposisi dari daerah lainnya.Fasa
adalah bagian homogen dari suatu sistem yang memiliki sifat fisik dan kimia yang
seragam.Untuk mempelajari paduan dibuatlah kurva yang menghubungkan antara fasa,
komposisi dan temperatur.Diagram fasa adalah suatu grafik yang merupakan representasi
tentang fasa-fasa yang ada dalam suatu material pada variasi temperatur, tekanan dan
komposisi.Pada umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan kesetimbangan (kondisinya
adalah pendinginan yang sangat lambat). Diagram ini dipakai untuk mengetahui dan
memprediksi banyak aspek terhadap sifat material.
Informasi penting yang dapat diperoleh dari diagram fasa adalah:
1. Memperlihatkan fasa-fasa yang terjadi pada perbedaan
komposisi dan temperatur dibawah kondisi pendinginan yang
sangat lambat.
2. Mengindikasikan kesetimbangan kelarutan padat satu unsur atau
senyawa pada unsur lain.
3. Mengindikasikan pengaruh temperatur dimana suatu paduan
dibawah kondisi kesetimbangan mulai membeku dan pada
rentang temperatur tertentu pembekuan terjadi.
4. Mengindikasikan temperatur dimana perbedaan fasa-fasa mulai
mencair.

2.2 Diagram Fasa ( Diagram Keseimbangan )


Seperti pada diagram Pb – Sn adalah diagram fasa yang digunakan sebagai peta yang
menunjukkan fasa yang ada pada suhu tertentu dan komposisi paduan pada keadaan
keseimbangan, yaitu semua reaksi yang mungkin terjadi telah selesai.

6
Gb. Diagram Pb – Sn

Pada diagram tersebut pada komposisi 50% Sn dan suhu 100 o C, menunjukkan bahwa
terdapat dua fasa padat yaitu fasa α dan fasa β.
Pada komposisi yang sama pada suhu 200 o C terdapat fasa α dan cairan. |Dan pada
suhu 250 o C seluruh larutan berupa cairan. Sebaliknya pada komposisi 80% Sn dan suhu 200
o
C terdapat fasa β dan cairan. Dan pada komposisi 10% Sn dan suhu 200 o C hanya terdapat
fasa α saja.
Daerah fasa dalam diagram keseimbangan tergantung pada system paduannya. Untuk
diagram keseimbangan tembaga dan nikel bentuk diagramnya sederhana karena hanya ada satu
macam fasa dari kedua logam tersebut.

7
Gb. Diagram Fasa Cu-Ni

Pada bagian bawah dari diagram, semua paduan membentuk satu larutan padat yang
terdiri dari satu struktur kristal yaitu kps. Karena tembaga dan nikel mempunyai struktur
kristal kps dan ukuran kedua atom hampir sama sehingga tembaga dapat saling menggantikan
dalam kristal dengan segala perbandingan pada suhu 1000 o C.

Jenis pemaduan:
1. Unsur logam + unsur logam
Contoh: Cu + Zn; Cu + Al; Cu + Sn.
2. Unsur logam + unsur non logam
Contoh: Fe + C.

8
2.3 Tipe Diagram Fasa

Gb. Tipe Diagram Fasa


A. Diagram Fasa Tipe 2D
Diagram fase yang paling sederhana adalah diagram tekanan- temperatur dari zat
tunggal,seperti air.Sumbu-sumbu diagram berkoresponden dengan tekanan dan
temperatur.Diagram fase pada ruang tekanan-temperatur menunjukkan garis kesetimbangan atau
sempadan fase antara tiga fase padat,cair,dan gas.

Gb. Diagram Tekanan - Temperatur

9
Diagram fase yang umum.Garis titik-titik merupakan sifat anomali air.Garis berwarna
hijau menandakan titik beku dan garis biru menandakan titik didih yang berubah-ubah sesuai
dengan tekanan.
Penandaan diagram fase menunjukkan titik-titik dimana energi bebas bersifat non-
analitis.Fase-fase dipisahkan dengan sebuah garis non-analisitas, dimana transisi fase terjadi, dan
disebut sebagai sempadan fase.
Pada diagaram di atas, sempadan fase antara cair dan gas tidak berlanjut sampai
takterhingga. Ia akan berhenti pada sebuah titik pada diagaram fase yang disebut sebagai titik
kritis. Ini menunjukkan bahwa pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi, fase Cair dan
gas menjadi tidak dapat dibedakan yang dikenal sebagai fluida super kritis.

Pada air, titik kritis ada pada sekitar 647K dan 22,064MPa(3.200,1psi). Keberadaan titik
kritis cair-gas menunjukkan ambiguitas pada definisi diatas.Ketika dari cair menjadi
gas,biasanya akan melewati sebuah sempadan fase,namun adalah mungkin untuk memilih lajur
yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase superkritis.Oleh karena itu,fase cair
dan gas dapat dicampurt erusmenerus.

Sempadan padat-cair pada diagram fase kebanyakan zat memiliki gradien yang
positif.Hal ini dikarenakan fase padat memiliki densitas yang lebih tinggi dari pada fase
cair,sehingga peningkatan tekanan akan meningkatkan titik leleh.Pada beberapa bagian diagram
fase air,sempadan fase padat-cair air memiliki gradien yang negatif,menunjukkan bahwa es
mempunyai densitas yang lebih kecil daripada air.

B. Diagram fasa tipe 3D

Adalah mungkin untuk membuat grafik tiga dimensi (3D) yang menunjukkan tiga
kuantitas termodinamika. Sebagai contoh, untuk sebuah komponen tunggal, koordinat 3D
Cartesius dapat menunjukkan temperatur (T), tekanan (P), dan volume jenis (v). Grafik 3D
tersebut kadang-kadang disebut diagram P-v-T. Kondisi kesetimbangan akan ditungjukkan
sebagai permukaan tiga dimensi dengan luas permukaan untuk fase padat, cair, dan gas.
Garis pada permukaan tersebut disebut garis tripel, di mana zat padat, cair, dan gas dapat
berada dalam kesetimbangan. Titik kritis masih berupa sebuah titik pada permukaan bahkan
pada diagram fase 3D.
Proyeksi ortografi grafik P-v-T 3D yang menunjukkan tekanan dan temperatur sebagai
sumbu vertikal dan horizontal akan menurunkan plot 3D tersebut menjadi diagram tekanan-
temperatur 2D. Ketika hal ini terjadi, permukaan padat-uap, padat-cair, dan cair-uap akan
menjadi tiga kurva garis yang akan bertemu pada titik tripel, yang merupakan proyeksi
ortografik garis tripel.

10
2.4 Batas Daya Larut Padat Pada Logam

Gb. Diagram paduan Pb-Sn

Pada diagram bahan padat yang kaya Pb terdapat atom Sn yang larut dalam struktur kps.
( Berbeda pada NaCl tidak larut dalam struktur kristal Es dalam jumlah yang berarti )
Pada suhu 183 o C batas daya larut Sn sekitar 29% atom ( 19% berat) dalam bahan padat yang
kaya Pb.
Semakin tinggi suhu larutan padat batas daya larutnya semakin rendah Contoh : Pada
300 o C ada 10% atom ( 6% berat ) Sn yang larut pada Pb
Demikian halnya pada 183 o C bahan padat yang kaya Sn dapat mengandung 2.5% berat Pb
yang larut pada struktur tpr ( Sn)
Sesuai perjanjian kedua fasa disebut α ( dengan struktur kristal kps) dan β ( dengan
struktur kristal tpr) dari system Pb – Sn
Batas daya larut padat mempunyai harga maksimum pada suhu eutektik. Baik diatas maupun
dibawah 183 o C jumlah Sn yang dapat larut dalam α kps yang kaya Pb menurun. Hal yang
serupa terjadi pada Pb pada 183 o C, maksimum 2,5% berat Pb larut dalam β tpr yang kaya Sn.

2.5 Komposisi Fasa


11
Diagram keseimbangan selain berguna sebagai peta , juga memberikan komposisi kimia fasa
yang terdapat pada keadaan seimbang setelah semua reaksi berakhir.

Gb. Komposisi Fasa

Daerah Fasa Tunggal


Pada fasa tunggal ( keseluruhan logam dalam keadaan padat atau cair ) komposisi
kimianya sesuai dengan paduannya.
Misalnya dalam paduan 60Sn dan 40 Pb pada 225 o C cairan mempunyai komposisi 60 – 40,
hal serupa berlaku untuk diagram fasa dengan larutan padat fasa tunggal.

Daerah dua fasa


Komposisi kedua fasa terdapat pada kedua ujung garis isotermis yang melintasi daerah dua
fasa.
Sebagai contoh paduan timah patri 80Pb – 20Sn pada 150 o C. Pada diagram dapat
dilihat bahwa α mempunyai komposisi 10% Sn dan komposisi β hampir 100% Sn.

12
Namun pada paduan yang sama dan suhu yang berbeda komposisi α dan β akan
berbeda. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa batas larut Sn dalam α pada 150 o C besarnya
10%. Karena paduan adalah 20%Sn maka α jenuh dengan Sn dan kelebihan Sn terdapat pada
β. Demikian batas daya larut Pb dalam β < 1%, maka hampir seluruh Pb berada dalam fasa
α.

Reaksi Eutektik
Cairan yang mempunyai komposisi eutektik (38.1% Pb – 61.9% Sn pada system (Pb –
Sn) terurai menjadi fasa padat (α dan β) pada suhu eutektik 183 o C . Pda suhu ini saja tiga
fasa berada dalam keseimbangan. Reaksi uetektik dapat ditulis :

didinginkan
L2 → S1 + S 3

Dipanaskan

Catatan : 1,2,3 menunjukkan kadar yang meningkat dari salah satu diantara komponen

2.6 Kuantitas Fasa


Dengan melihat diagram fasa maka dapat mengidentifikasi:
1. Jenis fasa yang telah stabil/seimbang
2. Komposisi kimia
3. Kuantitas setiap fasa yang ada dalam keseimbangan

13
Daerah dua fasa
Kuantitas dari dua fasa ditentukan dengan cara interpolasi komposisi paduan diantara
komposisi kedua fasa itu.

Gb. Kuantitas Fasa ( paduan Pb – Sn )

Sebagai contoh timah patri 80 Pb – 20 Sn pada 150 o C, dari diagram terlihat bahwa
komposisi 80 Pb- 20 Sn terletak pada titik sejauh 0.11 x jarak komposisi kimia α ( 90 Pb -10
Sn ) dan komposisi kimia β (< 1 Pb dan ~ 100Sn ).
Sehingga jumlah seluruh patri , fraksi kuantitas β= 0.11 dan α = 0.89 Jumlah ini dapat
ditulis 89% untuk massa α dan 11% untuk massa β.
Dalam komposisi yang sama ( 80 Pb – 20 Sn ) pada 250 o C dari diagram dapat dilihat
bahwa α ( 88 Pb -12 Sn ) dan L ( 64 Pb - 36 Sn ). Komposisi kimi paduan ini secara
keseluruhan ( 80 Pb – 20 Sn ) sama dengan 1/3 jarak antara α dan komposisi cairan. Sehingga
jumlah patri keseluruhan pada 250 o C kuantitas fraksi cairan 1/3 bagian dan fraksi padat ( α
) 2/3 bagian. Kuantitas dinyatakan dalam fasa α dan β atau α dan L, sesuatu yang beda dengan
komposisi kimia yang dinyatakan dalam jumlah komponen Pb dan Sn.

14
Pada Sistem Besi Karbon
Baja merupakan paduan dari besi dan karbon. Besi murni berubah strukturnya pada
912 o C dari kpr menjadi kps. Pada 1394 o C berubah lagi dari kps menjadi kpr lagi dan kpr ini
stabil sampai besi mencair pada 1538 o C.

Gb. Diagram keseimbangan besi - karbon

15
Gb. Kurva pendingin besi murni

16
17
Ferit atau besi α
Struktur besi murni pada suhu ruangan disebut ferit atau besi α . Ferit mempunyai struktur kpr,
ruangan antar atom kecil dan rapat sehingga sulit menampung atom karbon sekalipun kecil.
Oleh sebab itu daya larut karbon dalam ferit rendah ( < 1 karbon per 1000 atom besi ).

Austenit atau besi -  .


Besi dengan struktur kps disebut Austenit atau besi -  . Besi ini stabil pada suhu
antara 912 o C dan 1394 o C. Austenit mempunyai sifat yang lunak dan ulet sehingga mudah
dibentuk. Besi austenit berstruktur kps yang mempunyai jarak atom yang lebih besar
dibanding ferit.

18
Meskipun demikian lubang pada strtuktur kps hampir tidak dapat menampung atom
karbon dan penyisipan ini menyebabkan regangan dalam struktur. Akibatnya tidak semua
lobang dapat diisi atom karbon (~ 6% pada 912 o C). Daya larut maksimum 2.11% ( 9%atom)
karbon.

Besi-  .
Di atas 1394 o C austenit bukan bentuk besi yang paling stabil karena struktur kristal
berubah dari kps menjadi kpr atau besi-  . Besi-  sama dengan besi α kecuali daerah
suhunya. Oleh karena itu biasa disebut ferit  . Daya larut karbon dalam ferit  kecil, akan
tetapi lebih besar dari pada ferit α , karena suhunya lebih tinggi.

Karbida besi
Pada paduan besi karbon, karbon melebihi daya larut membentuk fasa ke dua yang
disebut karbida besi (sementit) yang mempunyai kompsisi kimia Fe 3 C. Hal ini tidak berarti
sementit membentuk molekul –molekul Fe 3 C, akan tetapi membentuk kisi kristal
mengandung atom besi dan karbon dalam perbandingan tiga – satu.
Fe 3 C mempunyai sel satuan ortorombik ( semua sudut = 90 o C dan a ≠ b ≠ c ) dengan 12
atom besi dan 4 atom karbon per sel. Kandungan karbonnya 6.7%(berat) dan berat jenisnya
7,6 Mg/m 3

Diagram fasa Fe-Fe 3 C


Pada gambar bawah terlihat diagram fasa besi (Fe) dan karbida besi(Fe 3 C). Diagram
ini merupakan landasan untuk memberikan perlakuan panas (kebanyakan jenis baja).
Komposisi eutektik terdapat pada 4.3% (berat) karbon atau 17% atom karbon dan
suhu eutektik adalah 1148 o C.
Besi -  yang kaya Fe dapat menampung sampai 2.11% (berat) atau 9%(atom) karbon.
Atom-atom karbon ini larut secara intersisi dalam besi kps.

19
Reaksi eutektik
Pada gambar bawah merupakan perbandingan antara penambahan karbon pada
austenit dengan penambahan garam pada air. Pada setiap keadaan penambahan bahan yang
dilarutkan menurunkan jangkauan suhu stabil larutan.

Gb. Reaksi eutektik

Pada system es-garam, larutan cairan ada diatas suhu eutektik, sedangkan pada system
besi-karbon terdapat larutan padat sehingga reaksi eutektik sungguhan tidak terjadi sewaktu
pendinginan. Akan tetapi karena analogi reaksi ini dengan reaksi eutektik, reaksi ini disebut
eutectoid ( secara harfiah berarti seperti eutektik ).
didinginkan
Eutektik : L2 → S1 + S 3

Dipanaskan

Didinginkan

Euitektoid S2 → S1 + S 3

Dipanaskan

20
Suhu eutectoid untuk paduan besi – karbon adalah 727 o C Komposisi eutectoid terdiri
sekitar 0.8% karbon.

Reaksi eutectoid untuk paduan Fe – C adalah :


723 o C
 (0.77%C ) α ( 0.02% C ) + Fe 3 C ( 6.7% C)

Pergeseran Eutektoid
Pada baja paduan atom karbon dan atom besi saling berkoordinasi dengan atom lain.
Oleh karena itu kadar karbon Euitektoid dan suhu Euitektoid berubah bila ada elemen paduan
lainnya.
Perubahan kadar karbon Euitektoid dan suhu Euitektoid dapat dilihat pada diagram bawah

Gb. Pergeseran titik eutectoid

Dekomposisi Austenit
Selama pendinginan terjadi reaksi eutiktoid Fe – C yang menyangkut pembentukkan
ferit  dan karbida C sebagai hasil dekomposisi austenit  berkomposisi eutektoid :

 ( ~ 0.8% C ) → α + C

21
Dalam campuran yang dihasilkan terdapat ~ 12% karbida dan lebih dari 88% ferit.
Karena karbida dan ferit terbentuk bersama-sama, keduanya bercampur dengan baik.
Dengan kata lain ferit adalah campuran khusus terdiri dari dua fasa dan terbentuk
sewaktu austenit dengan komposisi eutectoid bertransformasi menjadi ferit dan karbida.

22

Anda mungkin juga menyukai