METALOGRAFI
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(08)
(10)
(12)
(13)
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada saat ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
modern
sangatlah
pesat. Sehingga
membutuhkansumber daya manusia terampil yang dapat
bersaing di dunia teknologi industri modern. Dari hal inipula,
orang mulai mencoba untuk melakukan uji metalografi pada
suatu material. Sehingga dengan cara ini dapat diperoleh bahan
dengan sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Praktikum permesinan khususnya pada pengujian struktur mikro
pada material merupakan langkah awal untuk membuat
mahasiswa terampil yang dapat mengetahui suatu struktur mikro
pada sebuah material.
2.
3.
4.
Menganalisa ukuran butir dan membandingkan dengan
grain size ASTM.
5.
Mengetahui bahan
pengujian metalografi.
dan
alat
yang
6.
Menjelaskan hubungan antara
karakteristik butir terhadap bahan.
7.
digunakan
struktur
mikro
dalam
dan
variable
yang
mempengaruhi adalahketidakrataan pada bahan/logam ketika
dilakukan amplas dan terjadinya gosong pada material saat
material dikeringkan dengan dryer. Mikrostrukur yang diharapkan
didapat dari percobaan ini adalah jenis fasa pada material
ferrous.
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Metalograf
Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan
material untuk mengukur, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam material
yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia, orientasi
butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya.
Merupakan
disiplin
ilmu
yang
mempelajari
karakteristik mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam,
paduan logam dan material lainnya serta hubungannya dengan
sifat-sifat material, atau biasa juga dikatakan suatu proses umtuk
mengukur suatu material baik secara kualitatif maupun
kuantitatif berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari
material yang diamati. Dalam ilmu metalurgi struktur mikro
merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Karena
struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat fisik danmekanik
suatu logam. Struktur mikro yang berbeda sifat logam akan
berbeda pula. Struktur mikro yang kecil akan membuat
kekerasan logam akan meningkat. Dan juga sebaliknya, struktur
mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau
kekerasannya menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi
oleh komposisi kimia dari logam atau paduan logam tersebut
serta proses yang dialaminya.
Metalografi bertujuan untuk mendapatkan struktur makro dan
mikro suatu logam sehingga dapat dianalisa sifat mekanik dari
logam
tersebut.
Pengamatanmetalografi
dibagi
menjadi
dua,yaitu:
1.
2.
1.
Cementite :
Interstitial compound
Karbida besi (Fe3C)
Keras dan getas
Kekuatan tarik rendah
Austenite ()
Interstitial solid solution; larutan padat karbon dalam besi
Struktur kristal FCC (face centered cubic, kubus pemusatan
bidang)
Kelarutan karbon max 2 % pada temperatur 1130 C
Tensile strength 1050 kg/cm2
Tangguh
Biasanya tidak stabil pada temperatur kamar
Ledeburite
eutectic mixture (+Fe3C)
Campuran terdiri dari austenite dan cementite
Mengandung 4,3 % berat karbon
Terbentuk pada temperatur 1130 C (2065 F)
Ferrite ()
Interstitial solid solution
Larutan padat karbon dalam besi
Pada temperatur 723 C, batas kelarutan karbon 0,025 %
Pada temperatur kamar, batas kelarutan karbon 0,008 %
Pada temperatur 1492 C, batas kelarutan karbon 0,1 %
Tensile strength rendah
Keuletan tinggi
Kekerasan < 90 HRB
Struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C
Pearlite
Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (+Fe3C)
Terjadi pada temperatur 723 C
Mengandung 0,8 % karbon
Garis-garis penting dalam diagram Fe-Fe3C
1.
Upper critical temperature (temperatur kritis atas), A3 :
temperatur perubahan
allotropi
2.
Lower critical temperature (temperatur kritis bawah), A1 :
temperatur reaksi
eutectoid
3.
Solvus line Acm : menunjukkan bats kelarutan karbon
dalam austenite.
3. Fasa yang Terbentuk
a) Ferit
Ferit adalah larutan padat karbon dalam besi dan
kandungan karbon dalam besi maksimum 0,025% pada
temperatur 723 oC. pada temperatur kamar, kandungan
karbonnya 0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan tahan
korosi.
b) Cementite
c) Austenite
Merupakan larutan padat interstisi antara karbon dan
besi yang mempunyai sel satuan BCC yang stabil pada
temperatur 912oC dengan siaft yang lunak tapi ulet.
d) Pearlite
Merupakan elekttroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu
ferit dan cementite. Kedua fasa ini tersusun dari bentuk
yang halus. Perlit hanya dapat terjadi dibawah 723 oC.
Sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi serta kandungan
karbonnya 0.83%.
e) Martensite
Merupakan fasa metastable, artinya tidak bisa
melihat fasa. Fasa martensite bisa dihasilkan dengan
pendinginan cepat (quenching) dengan media air atau oli.
Terminologi pendinginan cepat sepertinya lebih objektif
jikalau parameter yang dilihat adalah sifat mampu
kerasnya (hardenability), karena dengan kadar paduan
(alloy) yang bisa meningkatkan sifat mampu keras seperti
nikel, molybdenum, dan mangan, maka suatu baja maupun
besi bisa didapat fasa martensit hanya dengan pendingin
udara.
f) Bainit
Bainit adalah zat kebanyakan logam yang ada dalam
perawatan
steelheat.
Hasil
pendinginan
melewati
o
o
temperatur kritis 723 C (1333 C). Fasa ini berupa struktur
non-lamellar, umumnya terdiri atas ferrite, carbide, dan
sisa austenite. Dari segi komposisi relative dengan pearlite,
namun terbentuk dengan metode displacative mechanism.
Seperti halnya martensit, yang kemudian diikuti dengan
komposisi karbida. Selain itu, bainit lebih cepat dari
pembentukan pearlite dan lebih rendah dari martensite
untuk baja komposisi yang sama.
BAB III
LANGKAH KERJA PRAKTEK PENGUJIAN LOGAM
1. Alat dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
Rotary grinder
Mikroskop optic
Televisi berwarna
Kamera digital
Hair dryer
Kain poles
b. Bahan yang digunakan :
Alkohol
Kertas
amplas
(grit
:
100,200,300,400,600,800,1000,
dan
1200,1500)
Alumina
Air
Nital (HNO3 + alkohol)
Sampel uji berupa logam yang dimounting
2. Langkah pengerjaan
Adapun
langkah-langkah
penting
untuk
mempersiapkan sampel metalografi sebelum kita
melakukan pengamatan metalografi adalah :
a. Pemotongan sampel
Dalam beberapa contoh, sampel untuk pengamatan
metalografi sudah benar bentuk dan ukurannya,
sehingga kita dapat langsung melakukan persiapan
sampel selanjutnya. Namun, apabila sampel sangat
diperlukan untuk memudahkan penanganan sampel.
Pemotongan sampel adalah pengambilan daerah
representatif dari material induk. Alat yang pada
umumnya
digunakan
untuk
melakukan
proses
pemotongan sampel adalah : abrasive cutting (untuk
logam dan metal matrix composites), diamond wafer
cutting (untuk keramik,elektronik,biomaterial,mineral),
atau pemotongan tipis menggunakan microtome (untuk
plastik).
Dalam proses pemotongan sampel, kerusakan dan
perubahan mikrostruktur dari sampel tersebut tidak
boleh terjadi, karena akan menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam karakteristik material. Sehingga dapat
terjadi
kesalahan
analisa
metalografi.
Proses
pemotongan yang sesuai membutuhkan pemilihan jenis
abrasif, ikatan, dan ukuran yang tepat.
Dalam proses pemotongan sampel, daerah atau
bagian dimana material induk akan dipotong untuk
sampel metalografi ditentukan berdasarkan proses
manufaktur, bentuk material induk, dan lokasi pada
material yang akan dipelajari lebih jauh. Pada
umumnya, pemotongan sampel untuk sheet, kawat dan
tube dilakukan tegak lurus terhadap arah rolling atau
drawingyang biasa disebut pemotongan transversal.
Pemotongan transversal digunakan untuk melihat
variasi mikrostruktur material dari permukaan tengah,
kedalaman cacat permukaan, kedalaman korosi,
c. Poles (polishing)
Poles
merupakan
langkah
persiapan
sampel
metalografi yang untuk menghilangkan bekas goresan
pada sampel akibat proses pengamplasan. Pada proses
ini di dapatkan permukaan sampel yang bebas gores
dan
mengkilap
karena
dapet
menghilangkan
ketidakaturan
sampel
hingga
orde
0,01 m.
Permukaan sampel yang akan diamati di bawah
mikroskop harus benar benar rata. Jika permukaan
sampel kasar atau bergelombang, maka pengamatan
struktur mikro akan sulit karena cahaya yang datang
dari mikro dipantulkan secara acak oleh perumkaan
sampel.
Terdapat beberapa teknik dalam proses poles ,yaitu:
attack polishing, chemical polishing, electromechanical
polishing
dan mechanical
polishing. Mechanical
polishing merupakan teknik yang paling banyak
digunakan mengingat metodenya yang mudah dan
cocok untuk banyak jenis material .cara penggunaan
mechanical polishing tidak berbeda jauh dengan
Elektro etsa
Pada dasarnya etsa elektrolitik, potensial yang
digunakan berperan terhadap pengoksidasi yang
diguanakan pada larutan kimia. Larutan tersebut
hampir selalu merupakan anoda, walupun ada
berberapa larutan etsa elektrolitik yang bersifat
katodik. Etsa elektrolitik sering di gunakan untuk etsa
selektif.
Langkah langkah yang dilakukan dalam proses
etsa:
- Benda kerja yang telah dipoles dicuci dengan air
bersih yang mengalir dan dikeringkan dengan kain
atau sejenisnya.
- Stelah permukaan bersing dan kering, teteskan
larutan etsa secukupnya.
- Amati reaksinya yang terjadi, akan terjadi
perubahan kimia yag ditandai dengan perubahan
warna abu- abu atau kehitaman.
- Kemudian cuci dengan air.
- Setalah itu bilas benda uji dengan menggunakan
alcohol
- Terakhir keringkan dengan menggunakan uap
pansa dari hair dryer
e. Mikroskop Metalograf
Mikroskop metalografi berbeda pada cara penyinaran
pada specimen jika di bandingkan dengan mikroskop
biologi. Benda yang diiuji tidak tembus cahaya, sampel
tersebut diberi sinar. Sorotan cahayamendatar dari
sumber cahaya dipantulkan oleh reflector/cermin datar,
kemudian turun melewati lnsa objektif menuju benda
uji. Sebagian dari sinar dipantulkan oleh permukaan,
dan melewati lensa lensa yang ada didalamnya
akibatnya terjadi pembesaran dengan pembesaran
maksimum 100%. Mikroskop tersebut lalu di hubngkan
dengan kabel konektor menuju TV untuk memudahkan
proses penganalisaan dan pemotretan. Caranya yaitu
setelah permukaan benda uji yang dietsa dikeringkan
kemudian langsung amati gambar struktur mikro pada
layar TV dengan cara memutar fakus mikroskop.
f. Dokumentasi
Setelah dambar struktur mikro terlihat pada layar
monitor dengan hasil yang basgu kemudian dilakukan
pemotretan dengan kamrea digital atau handphone.
Pemortetan dimaksudkan untuk menganalisa data dari
gambartersebut.
o Etsa / etching
1. Mengamati dan mengidentifikasi detil
dtruktur
logam
dengan
bantuan
mikroskop optic setelah terlebih dahulu
dilakukan proses etsa pada sampel.
Indra Gunawan
Iwan Cahyono
Mahmudi Anshari
M. Triyanto
Muhamad Firman
Nofyen
Muhammad Harits
Budi Putra
BAB IV
KESIMPULAN
BAB V
DAFTAR PUSTAKA