Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

METALOGRAFI

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hirzan Fairuz Zofari


Indra Gunawan
(09)
Iwan Cahyono
Mahmudi Anshari
(11)
Muhammad Triyanto
Muhamad Firman Nofyen
Muhammad Harits Budi Putra (14)

(08)
(10)
(12)
(13)

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


TEKNIK MESIN
Tahun Ajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Laporan ini berisikan informasi tentang Metalografi atau
yang lebih khususnya membahas proses pembentukan fasa apa
saja yang terjadi. Selama penyusunan makalah ini, kami telah
mendapat banyak bantuan, bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini dengan kerendahan
hati, kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan laporan penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Pak Dewin Purnama, M.T. selaku dosen dan
pembimbing
teknik
yang
telah
memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Para anggota kelompok yang telah memberikan ide
dan meluangkan waktu untuk bersama-sama
mengerjakan laporan ini.
Akhir kata, kami meminta maaf jika ada kesalahan kata
dalam penulisan karena kami ini jauh dari kesempurnaan. Segala
kekurangan yang ada disebabkan karena keterbatasan kami baik
dalam kemampuan, pengetahuan maupun pengalaman dalam
menyusun laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, agar kami dapat mengevaluasi segala kesalahan.

Depok, 21 Desember 2016

Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada saat ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
modern
sangatlah
pesat. Sehingga
membutuhkansumber daya manusia terampil yang dapat
bersaing di dunia teknologi industri modern. Dari hal inipula,
orang mulai mencoba untuk melakukan uji metalografi pada
suatu material. Sehingga dengan cara ini dapat diperoleh bahan
dengan sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan teknologi modern yang meningkat.
Praktikum permesinan khususnya pada pengujian struktur mikro
pada material merupakan langkah awal untuk membuat
mahasiswa terampil yang dapat mengetahui suatu struktur mikro
pada sebuah material.

2. Tujuan Pengujian Struktur Mikro Material


Setelah melakukan pengujian struktur mikro material
praktikan dapat:
1.

Menjelaskan tujuan dari proses metalografi.

2.

Menjelaskan langkah-langkah pengujian metalografi.

3.

Mengetahui bentuk fasa dari logam.

4.
Menganalisa ukuran butir dan membandingkan dengan
grain size ASTM.
5.
Mengetahui bahan
pengujian metalografi.

dan

alat

yang

6.
Menjelaskan hubungan antara
karakteristik butir terhadap bahan.
7.

digunakan

struktur

Mampu melakukan pengujian metalografi.

mikro

dalam
dan

3. Prinsip Pengujian Struktur Mikro Material


Benda uji atau sampel dengan ukuran dan bentuk tertentu
(dalam
standart
DIN
atau
JIS
atau
ASTM
)
di
amplassecara continue dengan
grid tertentu, kemudian
dipoles, dan diberi etsa hingga bahan atau logam tersebut sesuai
dengan
standar
untuk
dilihat
mikro
strukturnya
melalui Optical Microscope. Perubahan material terjadi setelah
material diberi zat etsa, kemudian dikeringkan,hingga benda
terjadi pengkorosian.
4. Ruang Lingkup Pengujian Struktur Mikro Material
Pengujian ini memakai benda uji atau sampel dari bahan
logam baik itu ferrous atau non-ferrous. Ukuran sampel telah
disesuaikan dengan standart SII (dalam percobaan ini), atau JIS
atau
ASTM.
Variable

variable
yang
mempengaruhi adalahketidakrataan pada bahan/logam ketika
dilakukan amplas dan terjadinya gosong pada material saat
material dikeringkan dengan dryer. Mikrostrukur yang diharapkan
didapat dari percobaan ini adalah jenis fasa pada material
ferrous.

BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Metalograf
Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan
material untuk mengukur, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam material
yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia, orientasi
butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya.
Merupakan
disiplin
ilmu
yang
mempelajari
karakteristik mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam,
paduan logam dan material lainnya serta hubungannya dengan
sifat-sifat material, atau biasa juga dikatakan suatu proses umtuk
mengukur suatu material baik secara kualitatif maupun
kuantitatif berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari
material yang diamati. Dalam ilmu metalurgi struktur mikro
merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Karena
struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat fisik danmekanik
suatu logam. Struktur mikro yang berbeda sifat logam akan
berbeda pula. Struktur mikro yang kecil akan membuat
kekerasan logam akan meningkat. Dan juga sebaliknya, struktur
mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau
kekerasannya menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi
oleh komposisi kimia dari logam atau paduan logam tersebut
serta proses yang dialaminya.
Metalografi bertujuan untuk mendapatkan struktur makro dan
mikro suatu logam sehingga dapat dianalisa sifat mekanik dari
logam
tersebut.
Pengamatanmetalografi
dibagi
menjadi
dua,yaitu:
1.

Metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan


pembesaran 10 100kali.

2.

Metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan


pembesaran 1000 kali.
Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam
tersebut biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji
diamati pada mikroskop optik, benda uji tersebut harus melewati
tahap-tahap preparasi.
Tujuannya adalah agar pada saat diamati benda uji terlihat
dengan jelas, karena sangatlah penting hasil gambar pada
metalografi. Semakin sempurna preparasi benda uji, semakin
jelas gambar struktur yang diperoleh. Adapun tahapan
preparasinya meliputi pemotongan, mounting, pengampelasan,
polishing dan etching (etsa).
B. Diagram Fasa
Diagram
Fasa adalah
diagram
yang
menampilkan
hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa
selama proses pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan
kadar karbon. Tidak seperti struktur logam murni yang hanya
dipengaruhi oleh suhu, sedangkan struktur paduan dipengaruhi
oleh suhu dan komposisi. Pada kesetimbangan, struktur paduan
ini dapat digambarkan dalam suatu diagram yang disebut
diagram fasa (diagram kesetimbangan) dengan parameter suhu
(T) versus komposisi (mol atau fraksi mol). (Fase dapat
didefinisikan sebagai bagian dari bahan yang memiliki struktur
atau komposisi yang berbeda dari bagian lainnya). Diagram fasa
khususnya untuk ilmu logam merupakan suatu pemetaan dari
kondisi logam atau paduan dengan dua variabel utama
umumnya ( Konsentrasi dan temperatur). Diagram fasa secara
umum dipakai ada 3 jenis :

1.

Diagram fasa tunggal/Uner ( 1 komponen/Komposisi sama


dengan Paduan )
2.
Diagram fasa Biner ( 2 komponen unsur dan temperatur)
3.
Diagram fasa Terner ( 3 komponen unsur dan temperatur)
Diagram fasa tunggal memiliki komposisi yang sama
dengan paduan, misalnya timbale dan timah. Diagram fasa biner
misalnya paduan kuningan ( Cu-Zn), (Cu-Ni) dll. Diagram fasa
terner misalnya paduan stainless steel (Fe-Cr-Ni) dll. Diagram
pendinginan merupakan diagram yang memetakan kondisi
struktur mikro apa yang anda akan dapatkan melalui dua
variabel utama yaitu ( Temperatur dan waktu) disebut juga
diagram TTT atau juga dua variabel utama yaitu (temperatur dan

cooling rater) disebut juga diagram CCT. Diagram ini berguna


untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu dan mikrostruktur
tertentu, Fasa bainit misalnya pada baja hanya terdapat pada
diagram TTT bukan diagram isothermal Fe-Fe3C. Kegunaan
Diagram Fasa adalah dapat memberikan informasi tentang
struktur dan komposisi fase-fase dalam kesetimbangan. Diagram
fasa digunakan oleh ahli geologi, ahli kimia, ceramists,
metallurgists dan ilmuwan lain untuk mengatur dan meringkas
eksperimental dan data pengamatan serta dapat digunakan
untuk membuat prediksi tentang proses-proses yang melibatkan
reaksi kimia antara fase.

Diagram fase yang paling sederhana adalah diagram


tekanan-temperatur dari zat tunggal, seperti air. Sumbu-sumbu
diagram
berkoresponden
dengan tekanan dan temperatur.
Diagram fase pada ruang tekanan-temperatur menunjukkan
garis kesetimbangan atau sempadan fase antara tiga
fase padat, cair, dan gas. Penandaan diagram fase menunjukkan
titik-titik di mana energi bebas bersifat non-analitis. Fase-fase
dipisahkan dengan sebuah garis non-analisitas, di mana transisi
fase terjadi, dan disebut sebagai sempadan fase.
Pada diagaram sebelah kiri, sempadan fase antara cair dan gas
tidak berlanjut sampai tak terhingga. Ia akan berhenti pada
sebuah titik pada diagaram fase yang disebut sebagai titik kritis.
Ini menunjukkan bahwa pada temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi, fase cair dan gas menjadi tidak dapat dibedakan [1],
yang dikenal sebagai fluida superkritis. Pada air, titik kritis ada
pada sekitar 647 K dan 22,064 MPa (3.200,1 psi)
Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukkan ambiguitas pada
definisi di atas. Ketika dari cair menjadi gas, biasanya akan
melewati sebuah sempadan fase, namun adalah mungkin untuk

memilih lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan


menuju fase superkritis. Oleh karena itu, fase cair dan gas dapat
dicampur terus menerus.
Sempadan padat-cair pada diagram fase kebanyakan zat
memiliki gradien yang positif. Hal ini dikarenakan fase padat
memilikidensitas yang lebih tinggi daripada fase cair, sehingga
peningkatan tekanan akan meningkatkan titik leleh. Pada
beberapa bagian diagram fase air, sempadan fase padat-cair air
memiliki gradien yang negatif, menunjukkan bahwa es
mempunyai densitas yang lebih kecil daripada air.
1. Fe-Fe3C Carbon Diagram

2. Penjelasan Diagram Fe-Fe3c


Diagram Fe-Fe3C yaitu diagram yang menampilkan hubungan
antara temperatur dan kandungan karbon (%C) selama
pemanasan lambat. Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh
hasil yaitu berupa informasi penting yaitu antara lain :
1.
Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang
berbeda dengan pendinginan lambat.
2.
Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan
paduan Fe -C bila dilakukan pendinginan lambat.
3.
Temperatur cair dari masing-masing paduan.
4.
Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari
unsur karbon fasa tertentu.
5.
Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi.
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi.
Sifat allotropi yang dimiliki besi sendiri ada 3, yaitu :

Delta iron () mampu melarutkan karbon max 0,1% pada


1500 C

Gamma iron () mampu melarutkan karbon max 2 % pada


1130 C

Alpha iron () mampu melarutkan karbon max 0,025%


pada 723 C
Dalam kondisi cair karbon dapat larut dalam besi. Dalam
kondisi padat besi dan
karbon dapat membentuk :

Larutan padat (solid solution)

Senyawa interstitial (interstitial compound)

Eutectic mixture : campuran antara austenite () dan


cementite (Fe3C)

Eutectoid mixture : campuran antara ferrite () dan


cementite (Fe3C)

Grafit : karbon bebas, tidak membentuk larutan padat


ataupun tidak berikatan
membentuk senyawa dengan Fe.
Struktur-struktur yang ada pada diagram fase besi karbida
besi :

Cementite :
Interstitial compound
Karbida besi (Fe3C)
Keras dan getas
Kekuatan tarik rendah

Kekuatan tekan tinggi


Struktur kristal orthorhombic
Struktur paling keras pada diagram Fe-Fe3C

Austenite ()
Interstitial solid solution; larutan padat karbon dalam besi
Struktur kristal FCC (face centered cubic, kubus pemusatan
bidang)
Kelarutan karbon max 2 % pada temperatur 1130 C
Tensile strength 1050 kg/cm2
Tangguh
Biasanya tidak stabil pada temperatur kamar

Ledeburite
eutectic mixture (+Fe3C)
Campuran terdiri dari austenite dan cementite
Mengandung 4,3 % berat karbon
Terbentuk pada temperatur 1130 C (2065 F)

Ferrite ()
Interstitial solid solution
Larutan padat karbon dalam besi
Pada temperatur 723 C, batas kelarutan karbon 0,025 %
Pada temperatur kamar, batas kelarutan karbon 0,008 %
Pada temperatur 1492 C, batas kelarutan karbon 0,1 %
Tensile strength rendah
Keuletan tinggi
Kekerasan < 90 HRB
Struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C

Pearlite
Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (+Fe3C)
Terjadi pada temperatur 723 C
Mengandung 0,8 % karbon
Garis-garis penting dalam diagram Fe-Fe3C

1.
Upper critical temperature (temperatur kritis atas), A3 :
temperatur perubahan
allotropi
2.
Lower critical temperature (temperatur kritis bawah), A1 :
temperatur reaksi

eutectoid
3.
Solvus line Acm : menunjukkan bats kelarutan karbon
dalam austenite.
3. Fasa yang Terbentuk
a) Ferit
Ferit adalah larutan padat karbon dalam besi dan
kandungan karbon dalam besi maksimum 0,025% pada
temperatur 723 oC. pada temperatur kamar, kandungan
karbonnya 0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan tahan
korosi.

b) Cementite

Merupakan senyawa logam yang mempunyai


kekerasan tinggi atau mengeras diantara fasa-fasanya
yang mungkin terjadi pada baja yang mengandung 6,67%
kadar karbon, walaupun sangat keras tapi bersifat getas

c) Austenite
Merupakan larutan padat interstisi antara karbon dan
besi yang mempunyai sel satuan BCC yang stabil pada
temperatur 912oC dengan siaft yang lunak tapi ulet.

d) Pearlite
Merupakan elekttroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu
ferit dan cementite. Kedua fasa ini tersusun dari bentuk
yang halus. Perlit hanya dapat terjadi dibawah 723 oC.
Sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi serta kandungan
karbonnya 0.83%.

e) Martensite
Merupakan fasa metastable, artinya tidak bisa
melihat fasa. Fasa martensite bisa dihasilkan dengan
pendinginan cepat (quenching) dengan media air atau oli.
Terminologi pendinginan cepat sepertinya lebih objektif
jikalau parameter yang dilihat adalah sifat mampu
kerasnya (hardenability), karena dengan kadar paduan
(alloy) yang bisa meningkatkan sifat mampu keras seperti
nikel, molybdenum, dan mangan, maka suatu baja maupun
besi bisa didapat fasa martensit hanya dengan pendingin
udara.

f) Bainit
Bainit adalah zat kebanyakan logam yang ada dalam
perawatan
steelheat.
Hasil
pendinginan
melewati
o
o
temperatur kritis 723 C (1333 C). Fasa ini berupa struktur
non-lamellar, umumnya terdiri atas ferrite, carbide, dan
sisa austenite. Dari segi komposisi relative dengan pearlite,
namun terbentuk dengan metode displacative mechanism.
Seperti halnya martensit, yang kemudian diikuti dengan
komposisi karbida. Selain itu, bainit lebih cepat dari
pembentukan pearlite dan lebih rendah dari martensite
untuk baja komposisi yang sama.

BAB III
LANGKAH KERJA PRAKTEK PENGUJIAN LOGAM
1. Alat dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
Rotary grinder
Mikroskop optic
Televisi berwarna
Kamera digital
Hair dryer
Kain poles
b. Bahan yang digunakan :

Alkohol
Kertas
amplas
(grit
:
100,200,300,400,600,800,1000,
dan
1200,1500)
Alumina
Air
Nital (HNO3 + alkohol)
Sampel uji berupa logam yang dimounting

2. Langkah pengerjaan
Adapun
langkah-langkah
penting
untuk
mempersiapkan sampel metalografi sebelum kita
melakukan pengamatan metalografi adalah :
a. Pemotongan sampel
Dalam beberapa contoh, sampel untuk pengamatan
metalografi sudah benar bentuk dan ukurannya,
sehingga kita dapat langsung melakukan persiapan
sampel selanjutnya. Namun, apabila sampel sangat
diperlukan untuk memudahkan penanganan sampel.
Pemotongan sampel adalah pengambilan daerah
representatif dari material induk. Alat yang pada
umumnya
digunakan
untuk
melakukan
proses
pemotongan sampel adalah : abrasive cutting (untuk
logam dan metal matrix composites), diamond wafer
cutting (untuk keramik,elektronik,biomaterial,mineral),
atau pemotongan tipis menggunakan microtome (untuk
plastik).
Dalam proses pemotongan sampel, kerusakan dan
perubahan mikrostruktur dari sampel tersebut tidak
boleh terjadi, karena akan menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam karakteristik material. Sehingga dapat
terjadi
kesalahan
analisa
metalografi.
Proses
pemotongan yang sesuai membutuhkan pemilihan jenis
abrasif, ikatan, dan ukuran yang tepat.
Dalam proses pemotongan sampel, daerah atau
bagian dimana material induk akan dipotong untuk
sampel metalografi ditentukan berdasarkan proses
manufaktur, bentuk material induk, dan lokasi pada
material yang akan dipelajari lebih jauh. Pada
umumnya, pemotongan sampel untuk sheet, kawat dan
tube dilakukan tegak lurus terhadap arah rolling atau
drawingyang biasa disebut pemotongan transversal.
Pemotongan transversal digunakan untuk melihat
variasi mikrostruktur material dari permukaan tengah,
kedalaman cacat permukaan, kedalaman korosi,

ketebalan lapisan, dan retak. Sebaliknya, pemotongan


sampel
yang sejajar dengan arah rolling dan drawing disebut
dengan pemotongan longitudinal. Pemotongan jenis ini
umumnya oleh distorsi butir dan untuk memonitoring
dari perlakuan panas yang anil..
b. Amplas (grinding)
Sampel yang baru dipotong atau sampel yang telah
terkorosi akan memilik permukaan yang kasa.
Permukaan yang kasar tadi harus diratakan lagi agar
pengamatan
struktur
dapat
mudah
dilakukan.
Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas
amplas yang ukuran abrasivenya dinyatakan dengan
mesh.
Pengamplasan merupakan langkah yang penting saat
mempersiapkan sampel metalografi. Apabila terjadi
kesalahan dalam proses ini, akan terus berlanjut pada
tahap selanjutnya sehingga mengakibatkan kesalahan
interpretasi mikrostruktur.
Terdapat beberapa cara untuk melakukan proses
pengamplasan, mulai dari menggosokan sampel pada
tempat yang statis (manual grinding) sehingga yang
otomatis (automatic grinding).
Manual grinding merupakan metode pengamplasan
yang paling murah, namun memiliki kelmahan yaitu
prosesnya yang sangat lama dan sulit. Metode yang
saat ini sering digunakan adalah proses pengamplasan
menggunakan rotating disk. Pada metode ini, kertas
amplas abrasive berbentuk lingkaran diletakan di atas
roda alumunium/kuningan yang dapat bergerak
otomatis, kemudian sampel ditahan di atas roda yang
berputar tersebut.
Semua metode pengamplasan memiliki urutan
pengerjaan yang sama, yaitu : proses pengamplasan
dimulai dari grit yang paling kasar (100 cw,400cw) agar
dapat
membuat
sampel
menjadi
rata
dan
menghilangkan
efek
deformasi
dari
pengerjaan
sebelumnya, seperrti pemotongan. Ukuran grit pertama
yang dipakai tergantung pada kekerasan permukaan
dan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan oleh
pemotongan.
Setelah itu dilanjutkan dengan kertas amplas dengan
grit
yang
lebih
halus
(600cw,800cw)
guna
menghilangkan goresan akibat amplas sebelumnya.
Proses penggantian kertas amplas dengan grit yang

paling halus (1000cw,1200cw) dilakukan beberapa kali


hingga sampel menjadi rata dan memiliki satu goresan.
Terdapat beberapa hal penting dalam melakukan
pengamplasan yaitu : mengucurkan air secara kontinyu
agar sampel tidak mengalami kerusakan (perubahan
fasa). Selain itu perubahan arah pengamplasan harus
tetap konstan antara 45-90 derajat.

c. Poles (polishing)
Poles
merupakan
langkah
persiapan
sampel
metalografi yang untuk menghilangkan bekas goresan
pada sampel akibat proses pengamplasan. Pada proses
ini di dapatkan permukaan sampel yang bebas gores
dan
mengkilap
karena
dapet
menghilangkan
ketidakaturan
sampel
hingga
orde
0,01 m.
Permukaan sampel yang akan diamati di bawah
mikroskop harus benar benar rata. Jika permukaan
sampel kasar atau bergelombang, maka pengamatan
struktur mikro akan sulit karena cahaya yang datang
dari mikro dipantulkan secara acak oleh perumkaan
sampel.
Terdapat beberapa teknik dalam proses poles ,yaitu:
attack polishing, chemical polishing, electromechanical
polishing
dan mechanical
polishing. Mechanical
polishing merupakan teknik yang paling banyak
digunakan mengingat metodenya yang mudah dan
cocok untuk banyak jenis material .cara penggunaan
mechanical polishing tidak berbeda jauh dengan

pengamplasan hanya saja kertas abrasive diganti


dengan kain abrasive yang diberikan suspensi alumina
dan diamond serta air.
Urutan proses poles diklasifikasikan menjadi dua
bagian, yaitu poles kasar dan poles halus , poles kasar
menggunakan abrasive dengan rentang 30 - 3 mikron
pada kain low nap atau napless, sedangkan poles halus
menggunakan abrasive dengan rentang 1 mikron atau
kurang pada kain low medium atau high nap.
Pergerkan sampel yang kostan akan mencegah
terjadinya cacat ekor komet dan cacat lainya yang
berkaitan dengan arah poles .proses poles akan terus
berlanjut hingga goresan hasil pengamplasan hilang,
sampel hasil poles dibersihkan dengan air yang
mengalir, kemudian dilap dengan kain katun lalu di
keringkan.
d. Etsa (ethcing)
Sampel yang berhasil diamplas dan dipoles, pada
dasarnya siap untuk langsung dilakukan pengamataan
mikrostruktur. Namun, jika sampel terdiri dari beberapa
lapisan paduan yang memiliki warna yang sama, ukuran
butir atau munculnya fasa tertentu yang harus diamati,
maka harus dilakukan proses data.
Etsa merupakan suatu proses pengikisan batas butir
secara selektif dan terkendali dengan pencelupan ke
dalam lautan pengetsa baik menggunakan listrik
maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil
struktur yang akan diamati akan terlihat dengan jelas
dan
tajam.
Untuk
berberapa
jenis
material,
mikrostruktur baru muncul ketika diberi zat etsa ,
sehingga perlu pengetahuan yang tepat untuk memilih
zat etsa yang tepat pula. Ada dua jenis penggolongan
etsa, yaitu :
Etsa kimia (yang kita gunakan)
Etsa kimia merupakan proses pengetsaan
dengan menggunakan larutan kimia dimana etsa
yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel
yang akan diamati contohnya antara lain: nitrit acid
(asam nitirit+alkohol 95%), pictral (asam picric +
alkohol) dll. Perlu diingat bahwa waktu etsa jangan
telalu lama (umumnya sekitar 3 30 detik) , dan
setelah dietsa segera di cuci dengan air mangalir lalu

di beri alkohol dan di keringkan. Etsa kimia


merupakan etsa yang paling sering digunakan karena
aplikasinya cukup muda.

Elektro etsa
Pada dasarnya etsa elektrolitik, potensial yang
digunakan berperan terhadap pengoksidasi yang
diguanakan pada larutan kimia. Larutan tersebut
hampir selalu merupakan anoda, walupun ada
berberapa larutan etsa elektrolitik yang bersifat
katodik. Etsa elektrolitik sering di gunakan untuk etsa
selektif.
Langkah langkah yang dilakukan dalam proses
etsa:
- Benda kerja yang telah dipoles dicuci dengan air
bersih yang mengalir dan dikeringkan dengan kain
atau sejenisnya.
- Stelah permukaan bersing dan kering, teteskan
larutan etsa secukupnya.
- Amati reaksinya yang terjadi, akan terjadi
perubahan kimia yag ditandai dengan perubahan
warna abu- abu atau kehitaman.
- Kemudian cuci dengan air.
- Setalah itu bilas benda uji dengan menggunakan
alcohol
- Terakhir keringkan dengan menggunakan uap
pansa dari hair dryer
e. Mikroskop Metalograf
Mikroskop metalografi berbeda pada cara penyinaran
pada specimen jika di bandingkan dengan mikroskop
biologi. Benda yang diiuji tidak tembus cahaya, sampel
tersebut diberi sinar. Sorotan cahayamendatar dari
sumber cahaya dipantulkan oleh reflector/cermin datar,
kemudian turun melewati lnsa objektif menuju benda
uji. Sebagian dari sinar dipantulkan oleh permukaan,
dan melewati lensa lensa yang ada didalamnya
akibatnya terjadi pembesaran dengan pembesaran
maksimum 100%. Mikroskop tersebut lalu di hubngkan
dengan kabel konektor menuju TV untuk memudahkan
proses penganalisaan dan pemotretan. Caranya yaitu
setelah permukaan benda uji yang dietsa dikeringkan
kemudian langsung amati gambar struktur mikro pada
layar TV dengan cara memutar fakus mikroskop.

f. Dokumentasi
Setelah dambar struktur mikro terlihat pada layar
monitor dengan hasil yang basgu kemudian dilakukan
pemotretan dengan kamrea digital atau handphone.
Pemortetan dimaksudkan untuk menganalisa data dari
gambartersebut.

3. Tujuan Preparasi Sampel


o Cutting
Mengetahui prosedur proses pemotongan
sampel dan menentukan teknik pemotongan
yang
tepat
dalam
pengambilan
sampel
metalografi, sehingga di dapat banda uji yang
representative.
o Grinding
Meratakan dan menghaluskan permukaan
sampel dengan cara menggosokkan sampel
pada kain abrasive/ amplas
o Pemolesan / Polishing
1. Mendapatkan permukaan sampel yang
halus dan mengkilat seperti kaca tanpa
gores.
2. Memperoleh permukaan sample yang
halus bebas
goresan dan mengkilap
seperti cermin.
3. Menghilangkan ketidakteraturan sampel
orde 0,01.

o Etsa / etching
1. Mengamati dan mengidentifikasi detil
dtruktur
logam
dengan
bantuan
mikroskop optic setelah terlebih dahulu
dilakukan proses etsa pada sampel.

2. Mengetahui perbedaan antara etsa kimia


dengan eletro etsa serta aplikasinya.
3. Dapat melakukan preparaso sampel
metalografi secara baik dan benar.
o Tujuan pengamatan Struktur Makro dan Mikro
1. Menganalisa struktur mikro dan sifat
sifatnya.
2. Mengenali fasa fasa dalam struktur
mikro.
3. Mengetahui proses pengambilan foto
mikrostruktur.

Tabel Pemotretan Spesimen

Hirzan Fairuz Zofari

Indra Gunawan

Iwan Cahyono

Mahmudi Anshari

M. Triyanto

Muhamad Firman
Nofyen

Muhammad Harits
Budi Putra

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang


telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Proses etsa yang terlalu lama mengakibatkan benda uji


menjadi gosong/gelap dan sulit utuk diamati.
Kadar karbon dapat diketahui melalui hasil pengamatan.

Pada proses pengampelasan, jika benda uji tidak rata


maka akan sulit diamati pada proses pembesaran.
Ukuran dan bentuk butir dari tiap-tiap logam berbedabeda.
Kandungan karbon tiap logam berbeda-beda.
Besi cor mempunyai karbon lebih besar dari pada baja.
Menganalisa struktur mikro dan sifat-sifatnya.
Menganalisa fasa-fasa alam struktur mikro.
Mengetahui proses pengambilan foto mikrostruktur.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Modul Pengujian Logam 1, Jurusan Teknik Mesin Politeknik


Negeri Jakarta, 2010
George F. Vandervot, Metallography Principles and Practice,
McGraw-Hill, 1984
http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai