Anda di halaman 1dari 2

Efek pasang surut

Artikel utama: Gaya pasang surut, Akselerasi pasang surut, Pasang surut, dan Teori pasang
surut

Pasang surut di Bulan umumnya disebabkan oleh adanya kecepatan perubahan intensitas
daya tarik gravitasi Bulan pada salah satu sisi Bumi terhadap sisi lainnya, atau disebut dengan
gaya pasang surut. Fenomena ini membentuk dua tonjolan pasang surut di Bumi, yang akan
terlihat jelas di permukaan laut setelah air surut.[112] Karena Bumi berputar 27 kali lebih cepat
daripada Bulan, tonjolan ini bergerak bersama permukaan Bumi lebih cepat daripada
pergerakan Bulan, yang berputar mengelilingi Bumi sekali sehari sebagaimana Bulan
berputar pada sumbunya.[112] Pasang surut juga dipengaruhi oleh efek lainnya, di antaranya
gaya gesek air terhadap sumbu rotasi Bumi melalui lantai samudra, inersia pergerakan air,
basin samudra yang mengalami pendangkalan, dan osilasi antara basin samudra berbeda.[113]
Daya tarik gravitasi Matahari terhadap samudra Bumi hampir setengah dari daya tarik
gravitasi Bulan, dan gravitasi kedua benda langit ini berperan penting dalam menyebabkan
pasang surut perbani dan musim semi.[112]

Librasi Bulan dalam waktu satu bulan.

Interaksi gravitasi antara Bulan dan tonjolan di sekitar Bulan berfungsi sebagai torsi pada
rotasi Bumi, yang menguras momentum sudut dan energi kinetik rotasi dari perputaran Bumi.
[112][114]
Akibatnya, momentum sudut disertakan ke orbit Bulan, yang mempercepat rotasinya
dan menyebabkan Bulan naik ke orbit yang lebih tinggi dan dengan periode yang lebih lama.
Oleh sebab itu, jarak antara Bumi dengan Bulan juga akan meningkat, dan perputaran Bumi
akan melambat.[114] Pengukuran dengan metode eksperimen rentang Bulan menggunakan
reflektor laser yang dilakukan dalam misi Apollo menemukan bahwa jarak Bulan ke Bumi
meningkat sekitar 38 mm per tahun[115] (meskipun angka ini hanya 0,10 ppb/tahun dari radius
orbit Bulan). Jam atom juga menunjukkan bahwa lama hari di Bumi meningkat sekitar 15
mikrodetik per tahun,[116] yang secara perlahan-lahan memperpanjang waktu UTC yang
disesuaikan oleh detik kabisat. Tarikan pasang surut Bulan akan terus berlanjut sampai
perputaran Bumi dan periode orbit Bulan sesuai. Namun, Matahari akan berubah menjadi
raksasa merah dan memusnahkan Bumi jauh sebelum hal tersebut terjadi.[117][118]

Permukaan Bulan juga mengalami pasang surut dengan amplitudo ~10 cm, yang berlangsung
selama 27 hari lebih. Fenomena ini disebabkan oleh dua hal, yakni karena Bulan dan Bumi
berada pada rotasi sinkron, dan berbagai hal yang disebabkan oleh Matahari.[114] Komponen
Bumi yang diinduksi terbentuk karena librasi, yang diakibatkan oleh eksentrisitas orbit
Bulan; jika orbit Bulan bulat sempurna, maka yang akan muncul hanyalah pasang surut
surya.[114] Librasi juga mengubah sudut penampakan Bulan, yang menyebabkan sekitar 59%
permukaan Bulan terlihat dari Bumi.[49] Efek kumulatif dari fenomena pasang surut memicu
terjadinya gempa bulan. Gempa bulan ini lebih jarang terjadi dan lebih lemah kekuatannya
daripada gempa bumi, meskipun gempa ini dapat bertahan hingga satu jam karena ketiadaan
air yang berfungsi sebagai peredam getaran seismik. Fenomena gempa bulan ini merupakan
penemuan tak terduga dari seismometer yang diletakkan di Bulan oleh astronaut Apollo dari
tahun 1969 hingga 1972.[119]

Anda mungkin juga menyukai