Anda di halaman 1dari 33

KEADAAN UMUM

& VITAL SIGN


P P D S - 1 I L M U P E N YA K I T DA L A M A N G K ATA N 3 3
KEADAAN UMUM

• Perhatikan ekspresi wajahnya, gaya berjalannya dan tanda-tanda


spesifik lain yang segera tampak begitu kita melihat pasien,
(eksoftalmus, cusingoid, parkinsonisme dan sebagainya).
• Keadaan umum pasien dapat dibagi menjadi
1. Tampak sakit ringan
2. Tampak sakit sedang
3. Tampak sakit berat
• Keadaan umum pasien seringkali dapat menilai apakah keadaan
pasien dalam keadaan darurat medis atau tidak.
KEADAAN UMUM

• Perhatikan habitus
Habitus atletikus : berat badan dan bentuk badan yang ideal
Habitus astenikus : kurus
Habitus piknikus : gemuk
• Perhatikan keadaan gizi : kurang, cukup atau berlebih
• Ukur berat badan dan tinggi badan untuk mengukur Indeks Massa
Tubuh (IMT)
(Berat badan) 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑔
• IMT =
Tinggi Badan 2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
KESADARAN
• Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat
reaksi pasien yang wajar terhadap stimulus visual, auditorik maupun
taktil.
• Seorang yang sadar dapat tertidur, tapi segera terbangun bila
dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat diperiksa dengan
memberikan rangsang nyeri
KESADARAN

• TINGKAT KESADARAN
✓ Komposmentis : Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
✓ Apatis : Keadaan di mana pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
✓ Delirium : Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus
tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi dan merontaronta.
✓ Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia) : Keadaan mengantuk
yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang
berhenti, pasien akan tertidur kembali.
KESADARAN

✓ Sopor (stupor) : Keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih


dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya
rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak
dapat memberikan jawaban verbal yang baik
✓ Semi-koma (koma ringan) : Penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik.
Respons terhadap rargsang nyeri tidak adekuat
✓ Koma : Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri
• SKALA KOMA GLASGOW
SUHU

• Normal : 36°-37°C. Mendekati 36°C pada pagi hari, mendekati 37°C


pada sore hari
• Tempat pengukuran :
✓ Rektum (2-5 menit) -> lebih tinggi 0,5° -1°C dibandingkan suhu mulut
✓ Mulut (10 menit) -> lebih tinggi 0,5°C dibandingkan suhu aksila
✓ Aksila (15 menit)
SUHU

• Suhu diatur oleh pusat suhu di otak, yaitu hipotalamus, di tuber


senereum melalui proses fisik dan kimiawi
• Suhu merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan
demam tidak cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus
dicari apa etiologinya dan bagaimana menghilangkan etiologi
tersebut
SUHU

• Di RS suhu tubuh diukur berulang kali dalam waktu 24 jam, kemudian dibuat grafik
• Stadium peningkatan suhu dari suatu penyakit disebut stadium prodromal,
sedangkan stadium penurunan suhu disebut stadium rekonvalesensi

• Selain membuat grafik suhu, frekuensi nadi juga harus diukur.


• Biasanya, setiap kenaikan suhu 1°C akan diikuti kenaikan frekuensi nadi 10 kali per-
menit.

• Pada demam tifoid didapatkan bradikardia relatif, di mana kenaikan suhu tidak
diikuti kenaikan frekuensi nadi yang sesuai.
• Pada keadaan syok, frekuensi nadi meningkat, tapi suhu tubuh menurun. Keadaan
ini disebut sebagai crux mortis.
SUHU

• Grafik suhu dapat dibagi atas 3 stadium, yaitu :


1. stadium inkrementi : Suhu tubuh meningkat, dapat perlahan-lahan atau
mendadak. Biasanya akan diikuti oleh rasa letih, lemah, muntah dan
anoreksia
2. Stadium fastigium atau Puncak dari demam terbagi menjadi :
a. Febris kontinua : Variasi suhu < 1°C, terdapat pada pneumonia dan
demam tifoid;
b. Febris remiten : Variasi suhu 1°C;
c. Febris intermiten : variasi suhu > 1°C, sehingga kadang-kadang suhu
terendah dapat mencapai suhu normal. Keadaan ini dapat ditemukan
pada malaria, tuberkulosis milier dan endokarditis bakterialis;
d. Tipus inversus: Suhu pagi meningkat, sedangkan suhu siang dan sore
menurun
3. Stadium dekrementi : Turunnya suhu tubuh yang tinggi
TEKANAN DARAH
• Menggunakan tensimeter (sfigmomanometer)
• Cara :
✓ Melingkarkan manset pada lengan kanan 1 ½ cm di atas fossa
kubiti anterior
✓ Kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil meraba denyut
A. Radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik
✓ Kemudian tekanan diturunkan perlahan-lahan sambil
meletakkan stetoskop pada fossa kubiti anterior di atas A.
Brakialis atau sambil melakukan palpasi pada A. Brakialis atau A.
Radialis.
• Dengan cara palpasi, hanya akan didapatkan tekanan sistolik
saja.
TEKANAN DARAH

Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi Korotkov, yaitu:


• Korotkov I : Suara denyut mulai terdengar, tapi masih lemah dan akan
mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mmHg. Fase ini sesuai dengan
tekanan sistolik
• Korotkov II : Suara terdengar seperti bising jantung (murmur) selama 15-20
mmHg berikutnya,
• Korotkov III : Suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih jelas dan
lebih keras selama 5-7 mmHg berikutnya,
• Korotkov IV : Suara akan meredup sampai kemudian menghilang setelah 5-6
mmHg berikutnya,
• Korotkov V : Titik di mana suara menghilang, fase ini sesuai dengan tekanan
diastolik.
TEKANAN DARAH

• Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi


• Bila terdapat kelainan jantung atau kelainan pembuluh darah, maka
tekanan darah harus diukur baik pada lengan kanan maupun lengan
kiri, bahkan bila perlu tekanan darah tungkai juga diukur
• Dalam keadaan normal, tekanan sistolik akan turun sampai 10 mmHg
pada waktu inspirasi
• Pada tamponade perikardial atau asma berat, penurunan tekanan
sistolik selama inspirasi akan lebih dari 10 mmHg
TEKANAN DARAH

• Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi hasil pengukuran tekanan


darah adalah :
- lebar manset
- posisi pasien
- emosi pasien
NADI

• Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan palpasi A.


Radialis.
• Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di tempat lain :
✓ A. Brakialis di fosa kubiti
✓ A Femoralis di fosa inguinalis
✓ A. Poplitea di fosa poplitea
✓ A. Dorsalis pedis di dorsum pedis
NADI

Pada pemeriksaan nadi, perlu diperhatikan :


1. Frekuensi Denyut Nadi
✓ Normal 60-80 kali permenit.
✓ > 100x/m : takikardia (pulsus frequent)
✓ < 60 x/m : bradikardia (pulsus rarus)
✓ Bila terjadi demam, maka frekuensi nadi akan meningkat,
kecuali pada demam tifoid, frekuensi nadi justru menurun dan
disebut bradikardia relatif
NADI

2. Irama nadi
✓ Teratur (reguler) atau tidak teratur (irreguler)
✓ Sinus aritimia : Denyut nadi lebih lambat pada waktu ekspirasi
dibandingkan pada waktu inspirasi (normal)
✓ Pulsus deficit : Frekuensi nadi < frekuensi denyut jantung (pada atrial
fibrilasi dimana denyut nadi sangat ireguler)
✓ Pulsus bigeminus : 2 denyut nadi dipisahkan oleh interval yang panjang
(pada aritmia)
✓ Dicrotic pulse (bisferiens) : ditemukan nadi dengan 2 puncak (pada
keadaan demam misalnya demam tifoid)
✓ Pulsus alternans : Denyut nadi yang kuat dan lemah terjadi secara
bergantian (pada kelainan jantung koroner)
NADI

3. Isi Nadi
✓ Dinilai apakah cukup, kecil (pulsus parvus) atau besar (pulsus
magnus)
✓ Pengisian nadi apakah selalu sama (ekual) atau tidak sama
(anekual)
✓ Pada inspirasi, denyut nadi akan lebih lemah dibandingkan
dengan pada waktu ekspirasi, karena pada waktu inspirasi darah
akan ditarik ke rongga toraks -> pulsus paradoksus
NADI

4. Kualitas Nadi
✓ Tergantung pada tekanan nadi.
✓ Bila tekanan nadi besar maka pengisian dan pengosongan nadi
akan berlangsung mendadak, dan disebut pulsus celer (abrupt
pulse),
✓ Bila pengisian dan pengosongan berlangsung lambat, disebut
pulsus tardus (plateau pulse), misalnya pada stenosis aorta.
5. Dinding Arteri
✓ Pada keadaan aterosklerosis, biasanya dinding arteri akan
mengeras. Demikian juga pada arteritis temporalis.
FREKUENSI PERNAPASAN

✓ Normal 16-24 kali per menit


✓ < 16 kali per menit -> Bradypneu
✓ > 24 kali permenit -> Takypneu
✓ Pernapasan yang dalam -> Hiperpneu, terdapat pada pasien
asidosis atau anoksia
✓ Pernapasan yang dangkal -> Hipopneu, terdapat pada gangguan
susunan saraf pusat
FREKUENSI PERNAPASAN

✓ Kesulitan bernapas atau sesak napas -> Dyspneu


Tanda : Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal, dapat
disertai sianosis dan takipneu
✓ Pada pasien gagal jantung -> Paroxysmal Nocturnal Dyspneu
Tanda : Sesak napas setelah pasien tidur beberapa jam, biasanya
pada malam hari
FREKUENSI PERNAPASAN

✓ Pada pasien gagal jantung atau asma bronkiale -> Ortopneu


Tanda : Sesak napas bila berbaring dan akan lebih nyaman bila
dalam posisi tegak (berdiri atau duduk)
✓ Sifat pernapasan :
▪ Perempuan abdomino-torakal, yaitu pernapasan torakal
lebih dominan
▪ Laki-laki torako-abdominal, yaitu pernapasan abdominal
lebih dominan
FREKUENSI PERNAPASAN

✓ Pernapasan Kussmaul : pernapasan yang dalam dan cepat (pada


asidosis metabolik)
✓ Pernapasan Biot : Pernapasan yang tidak teratur irama dan
amplitudonya dengan diselingi periode henti napas/apneu (pada
kerusakan otak)
✓ Pernapasan Cheyne-Stokes : Irama pernapasan dengan amplitudo
yang mula-mula kecil, kemudian membesar dan mengecil kembali
dengan diselingi periode apneu
✓ Pada pleuritis sika (Schwarte) : Didapatkan asimetri pernapasan, di
mana dinding toraks kiri dan kanan tidak bergerak secara bersamaan
selarna inspirasi dan ekspirasi
TIPE-TIPE PERNAPASAN
CHECK LIST PEMERIKSAAN KEADAAN
UMUM & VITAL SIGN
REFERENSI

• Setiyohadi B dan Subekti I. 2014. Pemeriksaan Fisis Umum dan Kulit


dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid I hal 129-133.
Jakarta: Interna Publishing.
• Rinaldi I, Hidayat R, Edi T J, dkk. 2017. Panduan Teknik Pemeriksaan
dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam (Untuk Peserta Didik Program
Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam) hal 1-2. Jakarta: Kolegium
Ilmu Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai