Makalah Bank & Lembaga Keuangan Lainnya "Otoritas Moneter, Penggunaan Dana & Pengeluaran Dana Dan Bank Syariah"
Makalah Bank & Lembaga Keuangan Lainnya "Otoritas Moneter, Penggunaan Dana & Pengeluaran Dana Dan Bank Syariah"
DISUSUN OLEH
ANDI ASRA AINUN A.ASIRI (02220200295)
KATA PENGANTAR
Penulisan Makalah Berjudul “Otoritas Moneter, Penggunaan Dana dan Pengeluaran Dana,
Bank Syariah” Dapat Diselesaikan. Saya Berharap Makalah Tentang Otoritas Moneter,
Penggunaan Dana dan Pengeluaran Dana, Bank Syariah Dapat Menjadi Pengetahuan Baru
Terhadap Saya dan Pembaca. Selain Itu, Saya Juga Berharap Agar Pembaca Mendapatkan
Sudut Pandang Baru Setelah Membaca Makalah Ini.
Saya Menyadari Makalah Bertema Otoritas Moneter, Penggunaan Dana dan Pengeluaran
Dana, Bank Syariah Ini Masih Memerlukan Penyempurnaan, Saya Menerima Segala Bentuk
Kritik Dan Saran Pembaca Demi Penyempurnaan Makalah. Apabila Terdapat Banyak
Kesalahan Pada Makalah Ini, Saya Memohon Maaf.
Demikian Yang Dapat Saya Sampaikan. Akhir Kata, Semoga Makalah Bank & Lembaga
Keuangan Lainnya Ini Dapat Bermanfaat.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
▪Dana Sendiri
Meskipun Untuk Suatu Usaha Bank Proporsi Dana Sendiri Ini Relatif Kecil Apabila
Dibandingkan Dengan Total Dana Yang Dihimpun Ataupun Total Aktivanya,
Namun Dana Sendiri Ini Tetap Merupakan Hal Yang Penting Untuk Kelangsungan
Usahanya. Begitu Pentingnya Proporsi Dana Sendiri Ini Dibuktikan Dengan Adanya
Ketentuan Dari Bank Sentral Yang Mengatur Tentang Proporsi Minimal Modal
Sendiri Dibandingkan Dengan Total Nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Atmr
Proporsi Ini Lebih Dikenal Dengan Istilah Rasio Kecukupan Modal Capital Eduction
Atau Care Apabila Suatu Bank Terlalu Rendah Maka Kemampuan Bank Tersebut
Untuk Bertahan Pada Saat Mengalami Kerugian Juga Rendah Modal Sendiri Akan
Dengan Cepat Habis Untuk Menutup Kerugian, Dan Ketika Kerugian Telah Melebihi
Modal Sendiri Maka Kemampuan Bank Tersebut Untuk Bertahan Pada Saat
Mengalami Kerugian Juga Rendah.
▪ Dana Pinjaman
Dana Pinjaman Yang Diperoleh Oleh Bank Dalam Rangka Menghimpun Dana
Antara Lain Dapat Berupa :
1 . Call Money Merupakan Sumber Dana Yang Dapat Diperoleh Bank Berupa
Pinjaman Jangka Pendek Dari Bank Lain Melalui Interval Moneymarket. Sumber
Dana Ini Sering Digunakan Oleh Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan Dana Mendesak
Dalam Jangka Pendek Seperti Bila Terjadi Kalah Kliring Atau Adanya Penarikan
Dana Besar-Besaran Oleh Para Deposan Titik Dana Dari Karmoni Ini Berjangka
Waktu Relatif Pendek Yaitu 1 Hari Atau Over Night Sampai Dengan 180 Hari, Dan
Tingkat Bunganya Berfleksi Serta Sangat Dipengaruhi Oleh Permintaan Dan
Ketersediaan Dana Di Pasar Pada Suatu Saat.
2. Pinjaman Antarbank Kebutuhan Pendanaan Kegiatan Usaha Suatu Bank Dapat
Juga Diperoleh Dari Pinjaman Jangka Pendek Dan Menengah Dari Bank Lain .
Berbeda Dengan Call Money Seperti Telah Diuraikan Pada Bagian Sebelumnya,
Pinjaman Ini Dilakukan Bukan Untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam Mendesak
Dalam Jangka Pendek Melainkan Untuk Memenuhi Sebuah Suatu Kebutuhan Dan
Yang Lebih Terencana Dalam Rangka Pengembangan Usaha Atau Meningkatkan
Penerimaan Bank.
3.Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sesuai Dengan Namanya Kredit Likuiditas Bank
Indonesia Klbi Adalah Kredit Yang Diberikan Oleh Bank Indonesia Terutama
Kepada Bank Yang Sedang Mengalami Kesulitan Likuiditas. Masalah Kesulitan Ini
Bisa Terjadi Karena Kalah Kliring Atau Adanya Penarikan Dana Besar-Besaran Oleh
Nasabah Nasabah Suatu Bank Untuk Kepentingan Mempertahankan Kepercayaan
Masyarakat Terhadap Sektor Perbankan Secara Umum Maka Bank Indonesia Akan
Berusaha Memberikan Bantuan Likuiditas Kepada Bank Tersebut Sepanjang Masih
Memungkinkan Untuk Ditolong.
2. Jangka Waktu Dan Likuiditas Dana Yang Telah Berhasil Dihimpun Oleh Bank
Menyangkut Berbagai Macam Jangka Waktu Pengembaliannya Di Samping Itu,
Bank Juga Memerlukan Berbagai Bentuk Aktiva Disesuaikan Dengan
Keperluan Kegiatan Usahanya Berdasarkan Pertimbangan Tersebut Bank
Memilih Berbagai Macam Bentuk Aktiva Dengan Mempertimbangkan Jangka
Waktu Aktiva Tersebut Dapat Dijalankan Alat Dapat Dijadikan Alat Liquid.
Adanya Sumber-Sumber Dana Jangka Pendek Menuntut Agar Bank
Mengalokasikan Sejumlah Tertentu Dananya Dalam Bentuk Aktiva Dan Tingkat
Likuiditasnya Cukup Tinggi Sehingga Sewaktu Kewajibannya Jatuh Tempo Bank
Mempunyai Cukup Alat Liquid Untuk Memenuhi Kewajibannya. Bank Juga
Harus Menyediakan Sejumlah Alat Liquid Dengan Tujuan Memenuhi Kewajiban
Giral Minimum Yang Ditetapkan Oleh Bank Indonesia. Bank Perlu Juga
Mengalokasikan Sebagian Dananya Dalam Bentuk Aktiva Tetap, Seperti
Bangunan, Mobil, Tanah Dan Komputer Untuk Keperluan Kegiatan Usahanya.
C.Investasi Alocasi Dana Pada Aktiva Dengan Rate Of Return Yang Cukup Tinggi
Selain Dapat Berupa Penyaluran Kredit, Dapat Juga Berupa Investasi. Investasi Dapat
Berupa Penanaman Dana Dalam Surat-Surat Berharga Jangka Menengah Dan
Panjang, Atau Berupa Penyertaan Langsung Pada Badan Usaha Lain. Bentuk Dari
Surat Berharga Tersebut Antara Lain Adalah Saham Dan Obligasi. Hal Yang Perlu
Diingat Tentang Penyertaan Langsung Adalah Bahwa Berdasarkan UU Nomor 7
Tahun 1992 Bank Hanya Boleh Melakukan Penyertaan Pada Dua Jenis Badan Usaha
Yaitu :
1. Lembaga Keuangan.
2. Debitor Yang Kreditnya Macet Dan Sifatnya Penyertaan Adalah Sementara.
Seperti Halnya Penyaluran Kredit Karena Rate Of Return Dari Aktiva Ini Relatif
Tinggi Atau Dengan Kata Lain Investasi Ini Tergolong Aktiva Produktif, Maka
Aktiva Ini Juga Mengandung Risiko Yang Relatif Lebih Tinggi Juga Dibandingkan
Cadangan Primer Dan Sekunder.
D. Aktiva Tetap Dan Inventaris Tergolong Sebagai Aktiva Yang Tidak Produktif
Dalam Menghasilkan Penerimaan Dan Oleh Bank Indonesia Dipandang Sebagai
Aktiva Yang Resikonya Cukup Tinggi Risiko Ini Dikaitkan Dengan Kemungkinan
Rusak, Terbakar, Atau Hilangnya Dari Aktiva Tetap Dan Inventaris. Oleh Sebab Itu,
Perlu Dilakukan Pembatasan Penanaman Dana Dalam Aktiva Tetap Dan Inventaris
Agar Tingkat Kesehatan Bank Tetap Terjaga. Hal Ini Berarti Bahwa Ketika
Menanamkan Dana Dalam Aktiva Tetap Dan Inventaris Bank Harus Membiayai
Dalam Modal Sendiri Sehingga Jika Aktiva Ini Rusak, Hilang, Atau Terbakar Tidak
Akan Membukakan Kewajiban Bank Tersebut Kepada Pihak Lain. Meskipun Aktiva
Ini Tidak Produktif, Tidak Liquid, Dan Suku Beresiko, Faktor Tetap Perlu
Mengalokasi Kendaraannya Untuk Aktiva Ini Karena Bank Memerlukan Kantor,
Mobil, Komputer, Dan Lain-Lain Untuk Kegiatan Usahanya.
Yang Termasuk Dalam Sistem Moneter Adalah Bank-Bank Atau Lembaga-Lemba Yang
Ikut Menciptakan Uang Giral. Di Indonesia Yang Dapat Digolongkan Ke Dalam Sistem
Moneter Adalah Otoritas Moneter Yaitu Bank Indonesia Dan Bank-Bank Pencipta Uang
Giral. Oleh Karena Itu Sistem Perbankan Merupakan Bagian Integral Dari Suatu Sistem
Moneter.
Otoritas Moneter Sebagai Lembaga Yang Berwenang Dalam Pengambilan Kebijakan Di
Bidang Moneter, Juga Merupakan Sumber Uang Primer, Baik Bagi Perbankan,
Masyarakat Maupun Pemerintah. Di Samping Mengeluarkan Uang Kartal, Otoritas
Moneter Juga Menerima Simpanan Giro Dari Perbankan Atau Pemerintah. Simpanan
Giro Tersebut Bagi Otoritas Moneter Merupakan Uang Primer Sedangkan Bagi Bank-
Bank Uang T Ersebut Merupakan Alat Likuid. Dalam Kaitan Tersebut Semua Bank
Diharuskan Memiliki Rekening Giro Pada Bank Sentral Dan Menwajibkan Setiap Bank
Mempertahankan Sejumlah Tertentu Dana Dalam Rekening Gironya Tersebut Di Bank
Indonesia Sebagai Bank Sentral. Fungsi Giro Tersebut Pada Dasarnya Adalah Untuk
Memperlancar Transaksi Antarbank Melalui Mekanisme Kliring Di Samping Sebagai
Alat Kebijakan Moneter Dalam Rangka Pengendalian Jumlah Uang Beredar.
Saldo Minimum Yang Wajib Dipelihara Pada Bank Sentral Pada Dasarnya Merupakan
Pelaksanaan Dari Ketentuan Cadangan Likuiditas Wajib Minimum Yang Dikenal
Sebagai Statutory Reserve Requirement. Ketentuan Giro Wajib Minimum Yang Berlaku
Saat Ini Adalah 5% Dari Total Dana Masyarakat Yang Dihimpun Bank.
Pengaturan Jumlah Uang Yang Beredar Pada Masyarakat Diatur Dengan Cara Menambah
Atau Mengurangi Jumlah Uang Yang Beredar. Kebijakan Moneter Dapat Digolongkan
Menjadi Dua, Yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah Suatu Kebijakan Dalam Rangka Menambah Jumlah Uang Yang Beredar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah Suatu Kebijakan Dalam Rangka Mengurangi Jumlah Uang Yang Beredar.
Disebut Juga Dengan Kebijakan Uang Ketat (Tight Money Policy)
SISTEM PEMBAYARAN
Di Sisi Alat Pembayaran Tunai, Bank Indonesia Merupakan Satu-Satunya Lembaga
Yang Berwenang Untuk Mengeluarkan Dan Mengedarkan Uang Rupiah Serta
Mencabut, Menarik Dan Memusnahkan Uang Dari Peredaran. Terkait Dengan Peran
Bi Dalam Mengeluarkan Dan Mengedarkan Uang, Bank Indonesia Senantiasa
Berupaya Untuk Dapat Memenuhi Kebutuhan Uang Kartal Di Masyarakat Baik
Dalam Nominal Yang Cukup, Jenis Pecahan Yang Sesuai, Tepat Waktu, Dan Dalam
Kondisi Yang Layak Edar (Clean Money Policy). Untuk Mewujudkan Clean Money
Policy Tersebut, Pengelolaan Pengedaran Uang Yang Dilakukan Oleh Bank
Indonesia Dilakukan Mulai Dari Pengeluaran Uang, Pengedaran Uang, Pencabutan
Dan Penarikan Uang Sampai Dengan Pemusnahan Uang.
Sebelum Melakukan Pengeluaran Uang Rupiah, Terlebih Dahulu Dilakukan
Perencanaan Agar Uang Yang Dikeluarkan Memiliki Kualitas Yang Baik Sehingga
Kepercayaan Masyarakat Tetap Terjaga. Perencanaan Yang Dilakukan Bank
Indonesia Meliputi Perencanaan Pengeluaran Emisi Baru Dengan
Mempertimbangkan Tingkat Pemalsuan, Nilai Intrinsik Serta Masa Edar Uang.
Selain Itu Dilakukan Pula Perencanaan Terhadap Jumlah Serta Komposisi Pecahan
Uang Yang Akan Dicetak Selama Satu Tahun Kedepan. Berdasarkan Perencanaan
Tersebut Kemudian Dilakukan Pengadaan Uang Baik Untuk Pengeluaran Uang
Emisi Baru Maupun Pencetakan Rutin Terhadap Uang Emisi Lama Yang Telah
Dikeluarkan.
Uang Rupiah Yang Telah Dikeluarkan Tadi Kemudian Didistribusikan Atau
Diedarkan Di Seluruh Wilayah Melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan Uang
Rupiah Di Setiap Kantor Bank Indonesia Didasarkan Pada Jumlah Persediaan,
Keperluan Pembayaran, Penukaran Dan Penggantian Uang Selama Jangka Waktu
Tertentu.
Kegitan Distribusi Dilakukan Melalui Sarana Angkutan Darat, Laut Dan Udara.
Untuk Menjamin Keamanan Jalur Distribusi Senantiasa Dilakukan Baik Melalui
Pengawalan Yang Memadai Maupun Dengan Peningkatan Sarana Sistem
Monitoring.
Kegiatan Pengedaran Uang Juga Dilakukan Melalui Pelayanan Kas Kepada Bank
Umum Maupun Masyarakat Umum. Layanan Kas Kepada Bank Umum Dilakukan
Melalui Penerimaan Setoran Dan Pembayaran Uang Rupiah. Sedangkan Kepada
Masyarakat Dilakukan Melalui Penukaran Secara Langsung Melalui Loket-Loket
Penukaran Di Seluruh Kantor Bank Indonesia Atau Melalui Kerjasama Dengan
Perusahaan Yang Menyediakan Jasa Penukaran Uang Kecil.
Lebih Lanjut, Kegiatan Pengelolaan Uang Rupiah Yang Dilakukan Bank Indonesia
Adalah Pencabutan Uang Terhadap Suatu Pecahan Dengan Tahun Emisi Tertentu
Yang Tidak Lagi Berlaku Sebagai Alat Pembayaran Yang Sah. Pencabutan Uang
Dari Peredaran Dimaksudkan Untuk Mencegah Dan Meminimalisasi Peredaran Uang
Palsu Serta Menyederhanakan Komposisi Dan Emisi Pecahan. Uang Rupiah Yang
Dicabut Tersebut Dapat Ditarik Dengan Cara Menukarkan Ke Bank Indonesia Atau
Pihak Lain Yang Telah Ditunjuk Oleh Bank Indonesia.
Sementara Itu Untuk Menjaga Menjaga Kualitas Uang Rupiah Dalam Kondisi Yang
Layak Edar Di Masyarakat, Bank Indonesia Melakukan Kegiatan Pemusnahan Uang.
Uang Yang Dimusnahkan Tersebut Adalah Uang Yang Sudah Dicabut Dan Ditarik
Dari Peredaran, Uang Hasil Cetak Kurang Sempurna Dan Uang Yang Sudah Tidak
Layak Edar. Kegiatan Pemusnahan Uang Diatur Melalui Prosedur Dan Dilaksanakan
Oleh Jasa Pihak Ketiga Yang Dengan Pengawasan Oleh Tim Bank Indonesia (Bi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otoritas Moneter Adalah Suatu Entitas Yang Memiliki Wewenang Untuk
Mengendalikan Jumlah Uang Yang Beredar Pada Suatu Negara Dan Memiliki Hak Untuk
Menetapkan Suku Bunga Dan Parameter Lainnya Yang Menentukan Biaya Dan
Persediaan Uang. Umumnya Otoritas Moneter Adalah Bank Sentral, Meskipun Kadang
Kala Lembaga Eksekutif Pemerintah Mempunyai Hak Tertinggi Untuk Menetapkan
Kebijakan Moneter Dengan Cara Mengendalikan Bank Sentral. Ada Berbagai Jenis
Otoritas Moneter Lainnya, Seperti Dibentuknya Satu Bank Sentral Untuk Beberapa
Negara, Terdapatnya Suatu Dewan Yang Mengontrol Jumlah Uang Yang Beredar
Terhadap Mata Uang Lain, Dan Juga Diperbolehkannya Beberapa Entitas Untuk
Mencetak Uang Kertas Ataupun Uang Logam.
Dari Uraian Kita Sepakati Bersama Bahwa Perbankan Islam Adalah Lembaga Keuangan
Yang Menjalankan Aktivitas Perbankan Konvensional Murni Yang Tidak Sama Sekali
Ada Kaitannya Dengan Kegiatan Keagamaan Yang Akan Menimbulkan Kontradiksi
Apabila Terjadi Sebuah Kesalahan, Maka Agama Islam Termasuk Di Dalamnya Umat
Islam Itu Akan Tersalahkan.
Namun Dalam Kegiatannnya Perbankan Islam Tidak Boleh Menyimpang Dari Landasan
Dan Prinsip-Prinsip Islam Itu Sendiri, Karena Timbulnya Perbankan Islam Adalah Untuk
Menyempurnakan Dari Sistem Sosialis Dan Konvensional. Yang Bukan Saja Berorientasi
Pada Profitabilitas Tapi Juga Bagaimana Perbankan Islam Itu Sendiri Mengedepankan
Etika Dan Moral Dalam Berbisnis Di Dunia Perbankan Yang Dapat Menciptakan Sebuah
Kegiatan Perbankan Yang Efisien Dan Efektip (Bebas Dari Riba, Gharar, Maysir, Dll)
Sehingga Dapat Berimplikasi Pada Pembangunan Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat,
Menciptakan Pasar Ekonomi Yang Sehat Dan Menghilangkan Paradigma Dzalim.