Anda di halaman 1dari 9

RMK KELOMPOK 2

KEWIRAUSAHAAN

(KREATIVITAS)

Disusun Oleh:
Ni Komang Diah Tri Utari SN (05 / 2002622010124)
Ni Luh Ayu Sekar Wangi (11 / 2002622020130)
Putu Indah Rosmayani (12 / 2002622010131)
NI Kadek Intani Sridevi (20 / 2002622010140)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
PEMBAHASAN

A. Mengukur Potensi Kreatif


Potensi kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki suatu individu untuk
menghasilkan suatu hal yang baru, orisinal, dan bersifat unik berdasarkan tinjauan
ide individu tersebut. Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung
dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non-tes. Ada pula alat
untuk mengukur ciri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan
langsung terhadap kinerja kreatif.
Pengukuran-pengukuran kreativitas dapat dibedakan atas pendekatan-
pendekatan yang digunakan untuk mengukurnya. Ada lima pendekatan yang
lazim digunakan untuk mengukur kreativitas, yaitu:
1) analisis obyektif terhadap perilaku kreatif,
Pendekatan obyektif dimaksudkan untuk menilai secara langsung
kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain
yang dapat diobservasi wujud fisiknya. Metode ini tidak cukup
memadai untuk digunakan sebagai metode yang obyektif untuk
mengukur kreativitas, karena sangat sulit mendeskripsikan kualitas
produk-produk yang beragam secara matematis, untuk menilai kualitas
instrinsiknya.
Kelebihan metode ini adalah secara langsung menilai kreativitas
yang melekat pada obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan metode
ini yaitu hanya dapat digunakan terbatas pada produk-produk yang
dapat diukur kualitas instrinsiknya secara statistik, dan tidak mudah
melukiskan kriteria suatu produk berdasarkan rincian yang benar-benar
bebas dari subyektivitas.
2) pertimbangan subyektif,
Pendekatan ini dalam melakukan pengukurannya diarahkan kepada
orang atau produk kreatif. Cara pengukurannya menggunakan
pertimbangan-pertimbangan peneliti, seperti yang dikemukakan
Francis Galton, Castle, Cox, MacKinnon. Prosedur pengukurannya ada
yang menggunakan catatan sejarah, biografi, antologi atau cara
meminta pertimbangan sekelompok pakar. Dasar epistemologis dari
pendekatan ini, yaitu bahwa obyektivitas sesungguhnya adalah
intersubyektivitas; artinya meskipun prosedurnya subyektif hasilnya
menggambarkan obyektivitas, karena sesungguhnya subyektivitas
adalah dasar dari obyektivitas.
Prosedur lain yang digunakan dalam pendekatan pertimbangan
subyektif yaitu dengan menggunakan kesepakatan umum, hal tersebut
apabila jumlah subyeknya terbatas. Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang praktis penggunaannya, dan dapat diterapkan pada
berbagai bidang kegiatan kreatif, juga dapat menjaring orang-orang,
produk-produk yang sesuai dengan kriteria kreativitas yang ditentukan
oleh pengukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip pada akhirnya
kreativitas sesuatu atau seseorang ditentukan oleh apresiasi pengamat
yang ahli. Adapun kelemahannya yaitu setiap penimbang mempunyai
persepsi yang berbeda-beda terhadap yang disebut kreatif, dan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3) inventori kepribadian,
Pendekatan inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan kepribadian kreatif seseorang atau
korelat-korelat kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas.
Kepribadian kreatif meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan
kebiasaan-kebiasaan dalam berperilaku.
4) inventori biografis,
Pendekatan ini digunakan untuk mengungkapkan berbagai aspek
kehidupan orang-orang kreatif, meliputi identitas pribadinya,
lingkungannya, serta pengalaman-pengalaman kehidupannya.
5) tes kreativitas
Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif yang
ditunjukkan oleh kemampuannya dalam berpikir kreatif. Hasil tesnya
dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ
(creative quotient) yang analog dengan IQ (intellegence quotient)
untuk inteligensi. Perbedaan tes inteligensi dengan tes creativitas, yaitu
pada kriteria jawaban. Tes inteligensi menguji kemampuan berpikir
memusat (konvergen), karena itu ada jawaban benar dan salah,
sedangkan tes creativitas menguji berpikir menyebar (divergen) dan
tidak ada jawaban benar atau salah.
B. Teknik Untuk Meningkatkan Proses Kreativitas
Dalam melakukan sesuatu atau berwirausaha, perlu adanya potensi
kreativitas dalam diri agar usaha tetap berjalan secara berlanjut dan sukses. Cara
umum yang dipakai adalah dengan mengubah cara berpikir dan proses tindakan.
Selain itu, teknik meningkatkan proses kreativitas diantaranya:
1. Amati disekeliling lingkungan
Mencoba untuk mengamati hal-hal apasaja yang terjadi disekitar,
memvisualisasikan, melatih dan mempertajam ingatan karena kreativitas
berarti mempertajam pikiran dan meningkatkan kepekaan indra seseorang
2. Berimajinasi
3. Mengambil sudut pandang berbeda
4. Melakukan suatu hal yang baru
5. Mencatat
6. Tambah wawasan
Pentingnya seseorang banyak memiliki wawasan yang luas dan
mempelajari hal-hal baru didalam dan diluar bidang yang ditekuninya.
Dari mencari hal-hal yang baru tersebut bisa menambah potensi kreativitas
yang baru.
7. Disiplin
Orang kreatif adalah yang punya kedisiplinan untuk terus menciptakan
ide-ide baru dan ketekunan untuk mewujudkan ide-ide yang menarik.
C. Tantangan dan Risiko Wirausaha
Dalam suatu Wirausaha tentu dalam menjalankannya harus siap
menghadapi tantangan dan risikonya. Tantangan yang dihadapi seorang wirausaha
diantaranya:
1. Kehilangan banyak waktu
Para wirausaha memulai dan mengoperasikan bisnisnya sendiri,
biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu dan
membutuhkan kekuatan emosi dan komitmen yang tinggi.
2. Dihantui Rasa Takut
Rasa takut umumnya menghantui wirausahawan untuk menyerah dan
takut menjalankan operasional usaha serta takut menghadapi resiko
dari aktivitas usaha. Rasa takut umumnya muncul akibat kurangnya
pengalaman untuk menghadapi suatu masalah, perencanaan dan
lainnya.
3. Siap menerima risiko
Tantangan wirausahawan selanjutnya adalah siap terima resiko yang
ada. Seperti menyiapkan mental untuk menerima setiap resiko yang
datang seperti kebangkrutan usaha. Siap terima resiko kecil juga
seperti dibohongi klien, rencana bisnis dicuri, barang hilang dan
lainnya yang bersifat merugikan wirausahawan.
4. Kehilangan penghasilan tetap
Seorang wirausahawan yang baru berhenti bekerja kantoran atau
bekerja kepada orang lain perlu menyiapkan mental akan kehilangan
penghasilan tetap yang diterima setiap bulannya. Karena saat merintis
usaha baru memerlukan beberapa ilmu pengetahuan dari jurnal
kewirausahaan di Indonesia. Wirausahawan baru tidak akan menerima
penghasilan bulanan seperti dulu lagi sampai usaha yang dimiliki telah
stabil dan sukses. Melainkan saat usaha yang dimiliki telah stabil dan
sukses, barulah seorang wirausahawan menerima gaji atau penghasilan
yang lebih besar dibanding penghasilan kerja pada orang lain.

Sedangkan, dalam pengambilan risiko ini merupakan hal yang wajar dalam
merealisasikan potensi sendiri sebagai wirausaha. Risiko merupakan sesuatu yang
selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya suatu hal tak terduga yang
merugikan, kegagalan dan tidak diharapkan. Bentuk risiko usaha dapat berupa
kerugian financial dan pengalaman buruk. Dari risiko usaha ini seorang
wirausahawan dapat memperbaiki diri dengan cara-cara yang baru, gigih, ulet dan
kerja keras agar dapat meraih suatu keberhasilan nantinya.
Sedangkan karakteristik risiko itu sendiri :
1. Risiko adalah suatu ketidakpastian atas terjadinya suatu kejadian
2. Risiko adalah ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan
kerugian.
D. Sikap, Sifat dan Mental Wirausaha
Sikap kewirausahaan adalah kesiapan seseorang untuk merespon secara
konsisten terhadap ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu percaya
diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan risiko dan suka tantangan,
kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Dari sikap
kewirausahaan yang ditunjukkan oleh seseorang akan dapat menunjukan
kemampuannya dalam mengelola usahanya.
Sikap mental wirausaha berarti kecendrungan pribadi atau jiwa seseorang
yang membuahkan tindakan atau tingkah laku, baik sebagai wirausaha atau
potensi menjadi wirausaha. Ada serangkaian sikap, sifat dan mental wirausaha
yang sudah seharusnya dipahami oleh seorang wirausaha untuk keberlangsungan
usahanya yang baik nantinya. Diantaranya:
1. Kreatif dan Inovatif.
Bermental Wirausahawan terletak pada seberapa besar seseorang dapat
mengekspresikan dan mengeksploitasi kemampuan dirinya,
berimajinasi, senantiasa mendapatkan inspirasi, menciptakan atau
memperbaharui sesuatu yang belum terpikirkan oleh orang lain dan
hasil inovasinya itu menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual.
Perumpamaan kata “jika kamu tidak bisa menjadi yang pertama, maka
jadilah yang berbeda”. Jadi kita harus selalu berinovasi dengan hal
yang telah ada sebelumnya, bukan mencontek yang pertama, tapi
mengembangkan yang telah ada lebih dahulu.
2. Optimis, Tegar Dan Ulet.
Rasa percaya diri yang tinggi (tidak berlebihan), tegar dan sangat ulet
patut menjadi modal dasar dalam berwirausaha. Seseorang yang
demikian tidak akan mudah putus asa, bahkan mungkin tidak pernah
putus asa. Masalah akan dihadapinya dan bukan dihindari.
3. Pekerja Keras.
Waktu kerja bagi seorang wirausahawan tidak ditentukan oleh jam
kerja. Saat ia sadar dari bangun tidurnya, pikirannya sudah bekerja
membuat rencana, menyusun strategi atau memecahkan masalah. Dan
saat dia akan tertidur, ia harus mengevaluasi kerja yang dilakukannya
hari ini. Tak ada waktu bermalas-malasan, apalagi menyerah.
4. Multi Tasking.
Bermental Wirausahawan sejati artinya dia mampu memandang
sesuatu dalam perspektif/dimensi yang berlainan. Bahkan mampu
melakukan multi-tasking (melakukan beberapa hal pekerjaan/solusi
sekaligus).
5. Berhemat.
Wirausahawan yang bijaksana biasanya hemat dan sangat berhati-hati
dalam menggunakan uangnya terutama jika ia dalam tahap awak
usahanya. Setiap pengeluaran untuk kepentingan pribadi dipikirkannya
secara serius sebab ia sadar bahwa sewaktu-waktu uang yang ada akan
diperlukan untuk modal usaha atau modal kerja.
6. Berani Ambil Resiko.
Seorang wirausahawan berani mengambil resiko. Semakin besar resiko
yang diambilnya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih
keuntungan karena jumlah pemain semakin sedikit. (Hamid. 2015).

Terdapat enam kekuatan untuk membangun kepribadian yang kuat, yaitu :


1. Kemauan yang keras
2. Keyakinan kuat atas kekuatan sendiri
3. Kejujuran dan tanggung Jawab
4. Ketahanan fisik dan mental
5. Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras
6. Pemikiran yang konstruktif dan kreatif
KESIMPULAN
Potensi kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki suatu individu untuk
menghasilkan suatu hal yang baru, orisinal, dan bersifat unik berdasarkan tinjauan
ide individu tersebut. Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung
dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non-tes. Didalam
membuka suatu usaha bagi pemula, seorang Wirausaha sudah pasti seharusnya
siap akan risiko dan tantangan yang nantinya akan dihadapi. Dalam pengambilan
risiko ini merupakan hal yang wajar dalam merealisasikan potensi sendiri sebagai
wirausaha.
Risiko merupakan sesuatu yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya suatu hal tak terduga yang merugikan, kegagalan dan tidak diharapkan.
Bentuk risiko usaha dapat berupa kerugian financial dan pengalaman buruk. Dari
risiko usaha ini seorang wirausahawan dapat memperbaiki diri dengan cara-cara
yang baru, gigih, ulet dan kerja keras agar dapat meraih suatu keberhasilan
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi, (1994), Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta,
Bandung.
Rosmiati., Dkk. 2015. Sikap, Motivasi, Dan Minat Berwirausaha Mahasiswa.
Nusa Tenggara Timur: Politeknik Negeri Kupang.
Sunarso. 2010. Sikap Mental Wirausahawan Dalam Menghadapi
https://ginee.com/id/insights/tantangan-kewirausahaan/
https://www.studilmu.com/blogs/details/6-cara-menumbuhkan-kreativitas-dan-
inovasi
https://akeyodia.com/cara-melatih-kreativitas-bisnis/
https://sdmindonesia.com/pengambilan-risiko/
https://www.daya.id/usaha/artikel-daya/pengembangan-diri/sikap-mental-
wirausaha-wajib-dimiliki-agar-usaha-lancar

Anda mungkin juga menyukai