Anda di halaman 1dari 3

Kisah Teladan Sahabat Abdullah bin

Mas’ud RA
Namanya Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib RA. Ia salah seorang shahabat
Rasulullah SAW yang masuk Islam sebagai generasi awal (sabiqunal awwalun). Ia juga
dikenal dengan nama Ibnu Mas’ud RA.

Abdullah bin Mas’ud RA adalah orang "Yang Pertamakali mengumandangkan Al-


Quran dengan suara merdu" dan merupakan orang keenam yang masuk Islam dan
mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dengan demikian ia termasuk
golongan yang mula pertama masuk Islam.

Shahabat Nabi SAW yang satu ini berpostur mungil. Tubuhnya kurus dan pendek,
dengan warna kulit yang gelap. Dan yang menjadi cirikhasnya adalah, betis yang
berukuran lebih kecil dari kebanyakan orang dewasa. Karena kondisi fisiknya yang
demikian ini, orang-orang suka menertawakannya. Namun begitu, Ibnu Mas’ud RA tidak
rendah diri. Ia mampu mengekspresikan kesyukuran atas tubuhnya dengan selalu
berpakaian rapi dan wangi.

Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas’ud bekerja mengembalakan kambing milik
Uqbah bin Abi Mu’aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW.
Suatu ketika saat sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW
dan Abu Bakar yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi karena hanya
melaksanakan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas’ud pun tidak bisa memenuhi
permintaan itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah
SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang
tentunya tidak mungkin mengeluarkan air susu.

Ibnu Mas’ud remaja memenuhi permintaan beliau tersebut. Setelah anak kambing itu
diletakkan di depan Nabi SAW, beliau mengikat dan mengusap susunya dan berdo’a
dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas’ud. Sungguh ajaib, kantung susunya
jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar datang dengan membawa batu cekung, dan
memerah air susunya, Abu Bakar meminum susu tersebut sampai kenyang, kemudian
memerah lagi dan memberikan kepada Ibnu Mas’ud. Dan terakhir Abu Bakar memerah
lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, beliau berkata: “Mengempislah!!”

Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali seperti semula, dan ia
berlari kembali ke kumpulannya.

Ibnu Mas’ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah


SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi SAW tersebut. Maka beliau
menyampaikan tentang risalah Islamiah yang beliau bawa, dan seketika itu Abdullah bin
Mas’ud memeluk Islam.

Nabi SAW memandang cukup senang kepadanya, kemudian bersabda: “Engkau akan
menjadi seorang yang terpelajar..!!”

Tentu saja Ibnu Mas’ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi SAW, apalagi
saat itu ia hanyalah seorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing
milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis
pengajaran Nabi SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sejak sebelum
beliau menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam. Sedikit demi sedikit
pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia mampu menghafal dan
menguasai wahyu-wahyu, yakni Al Qur’an.

Karena dirinya memiliki kejujuran yang terbukti dan teruji di hadapan Abu Bakar Ash-
Shiddiq RA dan Rasulullah SAW, maka ia mencoba menawarkan diri untuk menjadi
pembantu pribadi Sang Nabi. Dan ternyata, melihat kemuliaan sifat si pemuda,
Rasulullah SAW pun menerimanya. Akhirnya jadilah Ibnu Mas’ud sebagai pembantu
pribadi nabi akhir zaman, Muhammad SAW.

Semenjak Ibnu Mas’ud RA resmi menjadi pembantu Rasulullah SAW, ia senantiasa


menemani beliau dalam bepergian. Tugasnya membawakan sandal, bantal, siwak, dan
air untuk wudlu Nabi SAW.

Ibnu Mas’ud RA juga sering masuk ke kamar Rasulullah SAW guna mengurus tempat
tidur beliau. Jika Nabi SAW mandi, ialah yang membentangkan tabir penutupnya.
Ketika Nabi SAW tidur, ia pun biasa membangunkan beliau, dan memakaikan sandal
ketika Nabi berdiri dan hendak pergi. Saat Nabi SAW duduk, ia menyelipkan sandal
beliau di ketiaknya. Ia senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan sebuah bayang-
bayang dengan bendanya. Dia selalu menyertai beliau kemana pergi, di dalam rumah
maupun di luar rumah., menyediakan air untuk beliau mandi, mengambilkan terompah
apabila beliau hendak pergi, dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia
membawakan tongkat dan sikat gigi. Menutupkan pintu kamar apabila beliau masuk
kamar hendak tidur.

Karena sedemikian dekatnya dengan Nabi SAW, sahabat Abu Musa Al-Asy’ari RA
sempat mengira kalau Ibnu Mas’ud RA adalah keluarga beliau. Kedekatan itu juga
membuat dirinya termasuk salah satu shahabat yang dapat mengumpulkan Al-Qur’an
langsung dari lisan Nabi SAW. Bahkan dirinya bersumpah, “Demi Allah yang tidak ada
sesembahan selain Dia, tidaklah satu surat pun yang diturunkan, melainkan aku
mengetahui di mana diturunkannya. Serta tak ada satu ayat pun dari Kitabullah,
melainkan aku mengetahui kepada siapa diturunkannya. Sekiranya aku mendapati ada
orang lain yang lebih mengetahui tentang Kitabullah, dan tempatnya bisa ditempuh
dengan unta, niscaya aku akan berangkat menemuinya.” (HR Bukhari)
Oleh karenanya, Rasulullah SAW menganjurkan para shahabat lain untuk belajar dan
menghafal Al-Qur’an kepada Ibnu Mas’ud RA. Beliau bersabda: “Ambillah Al-Qur’an
dari empat orang, yakni Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin
Ka’ab.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)

Seruan Nabi SAW disambut dengan sigap oleh para sahabat. Dengan bersemangat,
mereka bersama-sama berguru Al-Qur’an kepada Ibnu Mas’ud RA. Saat mengajar, di
depan para shahabat ia meyakinkan, “Aku telah membacanya di hadapan Rasulullah
SAW.” (HR Bukhari).

Di samping mahir mengenai kandungan Al-Qur’an, Ibnu Mas’ud juga dianugerahi suara
yang merdu. Sampai-sampai Rasulullah SAW suka memintanya membacakan Al-
Qur’an untuk beliau simak. Beliau pun bersabda: “Barang siapa ingin membaca Al-
Qur’an dengan baik seperti pertama kali turun, maka bacalah seperti bacaan Abdullah
bin Mas’ud.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Ibnu Mas’ud RA dikaruniai umur yang panjang. Ia hidup hingga masa kekhalifahan
Utsman bin Affan RA. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab RA, beliau
mengemban tugas menjadi guru di Kufah. Beliau mengajarkan ilmu Din kepada
masyarakat. Ali bin Abi Thalib RA pun mengakui dan memuji keilmuan yang
dikuasainya.

Di samping ahli di bidang Ilmu Al-Qur’an, Ibnu Mas’ud juga banyak meriwayatkan
hadits. Sepanjang hayatnya, ia sempat meriwayatkan sebanyak 840 hadits.

Ibnu Mas’ud RA wafat pada umur 65 tahun di Madinah, yakni pada tahun 32 H.
Mahaguru ilmu Al-Qur’an ini dimakamkan di pemakaman Baqi.

Anda mungkin juga menyukai