Anda di halaman 1dari 8

DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.

p36 ISSN: 2302-920X


Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

Analisis Satua I Ubuh dengan Satua Bagus Diarsa (Teks


Perbandingan)

Ni Putu Ayu Desi Yanti1, I Wayan Suteja2, Ni Made Suryati3


[123]
Prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
1
[desiayu2794@yahoo.com] 2[wayansuteja80@yahoo.com]
3
[suryati.jirnaya@yahoo.com]
*Coresssponding Author

Abstrak
Penelitian ini menganalisis dua buah karya sastra bentuk prosa lisan yaitu Satua I Ubuh
dan Satua Bagus Diarsa, untuk dapat memahami dan menggali lebih dalam mengenai
kehadiran teks dalam teks lain atau hubungan intertekstual yang terdapat antara Satua I
Ubuh dengan Satua Bagus Diarsa. Penelitian ini berlandaskan pada teori struktural dari
pandangan Teeuw dan teori interteks pada pandangan Kristeva, Tahap pengumpulan
data menggunakan metode wawancara bebas terarah dibantu dengan teknik rekam,
pencatatan, teknik transkripsi dan teknik terjemahan. Tahap analisis data menggunakan
metode kualitatif dibantu dengan teknik deskriptif analitik. Tahap penyajian hasil
analisis data menggunakan metode informal dibantu dengan teknik deduktif dan
induktif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terungkap struktur membentuk dari
Satua I Ubuh dan Satua Bagus Diarsa yang masing-masing meliputi insiden, alur pada
kedua satua ini alur maju, tokoh dan penokohan meliputi tokoh utama, tokoh sekunder,
dan tokoh komplementer, latar kedua satua ini latar waktu, tempat, dan suasana, tema
kedua satua ini yaitu Satya Samaya, serta amanat. Di samping itu penelitian ini juga
terungkap hubungan intertekstual antara Satua I Ubuh dengan Satua Bagus Diarsa yang
menggunakan motif yang sama yaitu sarana bulu ayam untuk menuju arah dan tempat.
Sedangkan perbedaan antara kedua satua ini yaitu I Santeng pergi ke arah tenggara
menuju dasar laut, tetapi I Bagus Diarsa pergi ke arah utara menuju pohon beringin.
Kata Kunci: satua, struktur, dan intertekstual.
Abstract
This study discussed two literary works of oral prose namely I Ubuh story and Bagus
Diarsa story, which aims at understanding and investigating the existence of a text in
another text or the intertextual relation in the story of I Ubuh and Bagus Diarsa. This
study is conducted based on the structural theory from Teeuw and intertext theory from
Kristeva, while the data collection is done by using free guided interview and supported
by recording technique, taking notes, transcription and translation techniques. The
methods used in analyzing the data are qualitative method and descriptive analytic
method. In presenting the data analysis, the method used is informal method supported
by deductive and inductive techniques. The findings of this study show that there are
structures which form the story of I Ubuh and Bagus Diarsa namely incident;
chronological plot in the stories; characters and characterizations such as main
character, secondary figures, and complementary characters; the settings of both
stories are setting of time, place and situation; the theme of the stories is Satya Samaya;
and the moral. Besides, the findings show that there is intertextual relation between the
story of I Ubuh and Bagus Diarsa, they have the similar motives namely chicken

256
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

feathers that used to show directions and places in the stories. Meanwhile, the
difference between these stories is I Santeng went southeast to reach the sea floor, and I
Bagus Diarsa went north to reach the Banyan Tree.
Key Words: story, structure, and intertextual
1. Latar Belakang fiksi bentuk prosa secara umum yaitu
Satua adalah istilah dalam bahasa terdiri dari insiden, alur, tokoh dan
Bali untuk menunjuk karya jenis penokohan, latar, tema, dan amanat.
dongeng. Dongeng adalah cerita prosa Persamaan yang paling menonjol dari
rakyat yang tidak dianggap benar-benar kedua satua ini yaitu motif ceritanya
terjadi. Dongeng diceritakan terutama yang sama-sama menceritakan
untuk hiburan, walaupun banyak juga menggunakan bulu ayam sebagai
yang melukiskan kebenaran, pelajaran penunjuk rumah, kedewaan, dan
(moral), atau bahkan sindiran kepolosan seorang anak laki-laki yang
(Danandjaja, 1984: 83-84). Satua menghasilkan kejayaan. Unsur-unsur
menurut I Gst. Ngurah Bagus (1986: 4) utama yang paling khas dari motif satua
yaitu cerita prosa lisan yang diturunkan ini adalah bulu ayam. Perbedaan yang
dari mulut ke mulut secara turun-temurun terdapat dalam Satua I Ubuh dengan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Satua Bagus Diarsa, yaitu dalam Satua I
Jadi, satua merupakan salah satu karya Ubuh digambarkan bahwa I Santeng
sastra Bali Purwa yang berbentuk prosa menuju arah tenggara menuju laut,
yang diwarisi secara lisan. Satua dapat sedangkan pada Satua Bagus Diarsa
dikatakan memiliki multi fungsi, yaitu pergi menuju arah utara menuju gunung.
sebagai sarana hiburan, pendidikan
karena selain terdapat unsur imajinatif 2. Pokok Permasalahan
juga sarat akan pesan atau amanat yang Berdasarkan latar belakang yang telah
berguna bagi kehidupan. Penggolongan diuraikan di atas, maka pada penelitian
satua Bali dapat dibagi menjadi dongeng- ini akan disajikan dalam bentuk
dongeng jenaka (Satua Banyol), dongeng pertanyaan sebagai berikut.
panji (Satua Panji), dongeng biasa (kisah 1) Bagaimanakah struktur Satua I Ubuh
hidup seseorang) dan lainnya, Satua dan Satua Bagus Diarsa?
Tantri merupakan cerita berantai yang 2) Bagaimanakah hubungan intertekstual
menampilkan berbagai jenis binatang antara Satua I Ubuh dengan Satua
sebagai tokoh sentral dalam setiap Bagus Diarsa?
episode. Pada kesempatan ini diteliti dua
buah satua yang tergolong dongeng 3. Tujuan Penelitian
biasa, yaitu Satua I Ubuh dan Satua Setiap penelitian yang dilakukan
Bagus Diarsa. Satua I Ubuh merupakan sudah tentu mempunyai tujuan yang
satua yang hidup di Desa Baluk ingin dicapai. Demikian pula halnya
Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana, dalam penelitian ini. Tujuan penelitian
sedangkan Satua Bagus Diarsa ini, secara garis besar dibagai menjadi
merupakan kumpulan satua pada buku dua, yaitu (1) tujuan umum dan (2)
Kembang Rampe Kesusastraan Bali tujuan khusus. Keduanya diuraikan
Purwa volume 1 yang dikarang oleh I sebagai berikut.
Gusti Ngurah Bagus, I Ketut Ginarsa,
pada bagian 16 dimulai dari halaman 82 Tujuan Umum
sampai halaman 88. Unsur sastra kedua Secara umum penelitian terhadap
satua tersebut sama seperti unsur karya Satua I Ubuh dan Satua Bagus Diarsa ini

257
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

bertujuan untuk membina, melestarikan, atas dibantu dengan teknik rekam dan
dan mengembangkan karya-karya sastra catat. Proses pengkongkritan belum
tradisional sebagai warisan budaya tuntas bila data primer belum diwujudkan
bangsa dalam upaya pembinaan dan dalam bentuk tulisan. Maka data primer
pengembangan kebudayaan nasional yang masih berupa hasil rekaman tadi
melalui pengembangan kebudayaan kemudian ditranskripsikan. Setelah hasil
daerah. Selain itu, untuk menambah rekaman ditranskripsikan dan diketik
khazanah penelitian sastra khususnya kemudian ditunjang dengan teknik
terhadap satua Bali. terjemahan, untuk membantu
pemahaman terhadap data yang dijadikan
Tujuan Khusus objek.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, Metode dan Teknik Analisis Data
tujuan khusus dalam penelitian ini dapat Tahap analisis data merupakan
dirumuskan sebagai berikut: lanjutan dari tahap pengumpulan data
1. Untuk mengetahui struktur Satua I dengan memeriksa data yang telah
Ubuh dan Satua Bagus Diarsa. terkumpul, data kemudian dianalisis
2. Untuk mengetahui hubungan menggunakan metode kualitatif. Metode
intertekstual antara Satua I Ubuh kualitatif merupakan metode yang
dengan Satua Bagus Diarsa. memberikan perhatian terhadap data
ilmiah yang mempunyai hubungan
dengan konteks keberadaannya. Teknik
4. Metode dan Teknik yang digunakan pada tahap analisis data,
yaitu teknik deskriptif analitik. Secara
Metode dan Teknik Penelitian etimologis deskripsi dan analisis berarti
Penelitian berupa karya sastra, menguraikan.
memerlukan sebuah metode. Metode
berasal dari kata methodos (bahasa Latin) Metode dan Teknik Penyajian Hasil
yang berasal dari akar kata meta dan Analisis Data
hodos. Meta berarti menuju, melalui, Adapun metode yang digunakan
sedangkan hodos berarti jalan, cara. dalam tahap penyajian hasil analisis data
Metode dianggap sebagai cara-cara atau ini yaitu metode informal. Teknik yang
strategi untuk memahami realitas, digunakan pada tahap akhirnya penelitian
langkah-langkah sistematika untuk ini, yaitu teknik induktif dan deduktif.
memecahkan rangkaian sebab akibat Teknik induktif merupakan suatu proses
berikutnya. Sama halnya dengan teori, penalaran yang bergerak dari beberapa ke
metode adalah cara yang digunakan semua, dari sebagian seluruh, dari hal-hal
untuk menyederhanakan masalah dalam bersifat khusus kemudian di kemukakan
suatu penelitian, sehingga lebih mudah hal-hal yang bersifat umum, sedangkan
untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, teknik deduktif merupakan penerapan
2004:34). suatu prinsip umum menuju suatu
kesimpulan khusus sebagai penjelas
3.1.1 Metode dan Teknik (Tarigan, 1984: 111-112).
Pengumpulan Data
5. Pembahasan
Penelitian ini mengunakan data lisan Sinopsis
primer dalam Satua I Ubuh, untuk Sinopsis merupakan ringkasan atau
mendapatkan data lisan primer digunakan garis besar cerita yang menggambarkan
metode wawancara. Kedua, metode di

258
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

isi dari Satua I Ubuh dan Satua Bagus menggerakkan cerita. Adapun insiden
Diarsa. Sinopsis bertujuan untuk ketiga dan ketujuh tergolong insiden
memudahkan pembaca mengetahui dan sampingan karena tidak terlalu
memahami secara singkat isi yang ada berpengaruh penting terhadap gerak
pada Satua I Ubuh dan Satua Bagus cerita, dalam artian walau tidak
Diarsa. Dapat disimpulkan bahwa dihadirkan dua insiden tersebut, cerita
sinopsis Satua I Ubuh dan Satua Bagus masih tetap dapat dimengerti atau dengan
Diarsa merupakan sebuah ringkasan kata lain tidak ada bagian yang dirasa
cerita yang menggambarkan isi secara hilang dalam cerita ini. Insiden
garis besarnya. sampingan dapat dikatakan sebagai
bagian dari pengembangan inti cerita
-Insiden-insiden dalam Satua I Ubuh untuk menyampaikan maksud tertentu.
Insiden adalah kejadian atau peristiwa Dapat dikatakan dua inisden tersebut
yang terkandung dalam cerita, besar atau mengacu pada aspek sosial masyarakat
kecil. Secara keseluruhan insiden-insiden yang tersirat pada Satua Bagus Diarsa.
ini menjadi kerangka yang membangun
atau membentuk struktur cerita. -Alur Satua I Ubuh
Insiden yang terdapat pada Satua I Alur ialah sambung-sinambungnya
Ubuh di atas, yang merupakan insiden peristiwa berdasarkan sebab akibat. Alur
pokok adalah insiden pertama, kedua, bukan hanya mengemukakan apa yang
keenam, ketujuh, dan kedelapan. Semua terjadi, melainkan juga menunjukkan
insiden tersebut merupakan insiden- mengapa hal itu terjadi.
insiden yang saling berpengaruh dan Alur Satua I Ubuh merupakan alur
mendukung dalam pembentukan alur. maju yang penceritaannya bersifat
Selain insiden pokok, dalam Satua I kronologis yaitu berurutan dari awal,
Ubuh juga terdapat satu insiden tengah, hingga akhir. Tahapan-tahapan
sampingan yaitu insiden ketiga. Insiden alurnya yaitu diawali tahap situation,
tersebut tidaklah terlalu berpotensi atau tahap generating circumstances, tahap
berpengaruh dalam pembentukan alur. risisng action, tahap climax, dan diakhiri
Dengan kata lain, insiden tersebut tidak dengan tahap denouement.
langsung menggerakkan jalan cerita.
Insiden sampingan merupakan bagian -Alur Satua Bagus Diarsa
dari pengembangan dari inti cerita Alur Satua Bagus Diarsa merupakan
dengan tujuan tertentu. Dapat dikatakan alur maju yang penceritaannya bersifat
insiden ketiga tersebut mengacu pada sisi kronologis yaitu berurutan dari awal,
lain tokoh I Kilap yang memiliki tengah, hingga akhir.
kesaktian atau kekuatan supranatural -Tokoh Utama dan Penokohan dalam
sehingga dapat menyamar menjadi Satua I Ubuh
burung padahal sebenarnya I Kilap Dilihat dari segi peranan atau tingkat
tersebut adalah seorang ratu. pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,
ada tokoh yang tergolong penting dan
-Insiden-insiden dalam Satua Bagus
ditampilkan terus-menerus sehingga
Diarsa
Insiden yang terdapat dalam Satua terasa mendominasi sebagian besar
Bagus Diarsa, yang merupakan insiden cerita, yang disebut tokoh utama. Ada
pokok adalah insiden pertama, kedua, tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan
keempat, kelima, keenam, kedelapan, sekali atau beberapa kali dalam cerita,
kesembilan, dan kesepuluh. Insiden- dan itu pun mungkin dalam porsi
insiden tersebutlah yang paling potensial penceritaan yang relatif pendek, yang ini

259
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

disebut tokoh tambahan (Nurgiyantoro, yaitu Putu Wiracita anak I Bagus Diarsa
2009:176). Tokoh yang akan dianalisis yang berjelis kelamin laki-laki
pertama adalah mengenai tokoh utama. mempunyai sifat penurut kepada orang
Tokoh utama dalam Satua I Ubuh ini tua terlihat pada saat Putu Wiracita tidak
yaitu I Santeng sendiri. I Santeng menolak perintah ayahnya untuk ikut
dikatakan sebagai tokoh utama karena dengan sang kakek. Tokoh sekunder
tokoh tersebut muncul dari awal hingga yang terkahir yaitu Sang Prabu yang
akhir cerita. mempunyai sifat angkuh dan iri hati.
-Tokoh Sekunder dan Penokohannya -Tokoh Komplementer dan
Tokoh sekunder pada Satua I Ubuh Penokohannya
yaitu I Kilap yang mulanya ia adalah Tokoh komplementer yang ditemukan
seekor burung besar. I Kilap memiliki dalam Satua Bagus Diarsayaitu orang-
sifat yang bijaksana, setia pada ucapan orang di arena tajen, soroh dagang, soroh
dan janjinya. Tokoh sekunder selanjutnya kelian muah perbekel, dan para panjak.
yaitu punggawa atau pemimpin yang ada Mengenai dimensi fisiologis, psikologis,
di desa I Santeng. Sang pemimpin dan sosiologis dari tokoh-tokoh
mempunyai tokoh yang angkuh, komplementer tersebut tidak jelas
sombong, iri hati. digambarkan, jadi analisisnya tidak
dilakukan mengingat kemunculannya
-Tokoh Komplementer dan yang sangat minim.
Penokohannya
Tokoh komplementer dalam Satua I -Latar dalam Satua I Ubuh
Ubuh ini yaitu anak lingsir, penyeroan, Unsur latar dapat dibedakan ke dalam
idanda mantri, dan krama desa. Tokoh- tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu,
tokoh tersebut mendapat porsi dan sosial. Latar tempat dalam Satua I
kemunculan yang paling sedikit dalam Ubuh ini:di telabahe, di rompiokan, di
cerita, namun kemunculannya berfungsi tengah pasih, di umah I Kilap, dan di
dalam melengkapi cerita. desa. Latar waktu pada suatu hari,
petang, keesokan hari, latar suasana yaitu
-Tokoh dan Penokohan dalam Satua suasana menegangkan, suasana marah,
Bagus Diarsa dan suasana senang.
-Tokoh Utama dan Penokohannya -Latar dalam Satua Bagus Diarsa
Tokoh utama dalam Satua Bagus Latar yang dikaji pertama adalah latar
Diarsa adalah Bagus Diarsa sendiri. tempat. Ada beberapa latar tempat dalam
Tokoh inilah yang mendapat porsi paling Satua Bagus Diarsayaitu:di bencingah,
banyak diceritakan dari awal hingga di umah Bagus Diarsa, di umah pekak
akhir cerita. (Ida Batara Siwa). Latar waktu malam
-Tokoh Sekunder dan Penokohannya hari, keesokan harinya. Latar suasana
Pada Satua Bagus Diarsa, tokoh yaitu suasana menegangkan, suasana
sekunder yaitu sang kakek yang ternyata menyenangkan.
adalah Ida Batara Siwa. Ketulusan dari I -Tema dalam Satua I Ubuh
Bagus Diarsa maka Ida Batara Siwa Tema adalah ide sebuah cerita. Satua I
memberikan seekor ayam sakti. Ubuh ini memiliki tema tradisional
Selanjutnya tokoh sekunder yaitu Mѐn karena tergolong karya sastra tradisional
Putu yaitu istri I Bagus Diarsa yang dan dalam satua ini menampilkan hal
mempunyai sifat baik dan penurut pada yang paling mendasar dalam kehidupan
suaminya. Tokoh sekunder berikutnya yaitu mengajarkan kebaikan/kebenaran,

260
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

bersahabat dengan semua makhluk tokoh, pertalian latar (tempat, waktu, dan
ciptaanNya dan kesetiaan pada janji atau suasana), pertalian tema, dan pertalian
ucapan. Lebih spesifiknya, tema dalam amanat. Selain itu, perbedaan-perbedaan
Satua I Ubuh ini adalah “Satya Samaya yang terdapat antara kedua satua tersebut
atau setia terhadap janji”. juga diungkap pada bagian ini.
-Tema dalam Satua Bagus Diarsa -Pertalian Insiden
Satua Bagus Diarsa ini memiliki tema Pada Satua I Ubuh dengan Satua
tradisional karena tergolong karya sastra Bagus Diarsa memili hubungan atau
tradisional dan dalam satua ini pertalian. Hal itu ditunjukkan dari tokoh I
menampilkan hal yang paling mendasar Santeng pada satua I Ubuh dan I Bagus
dalam kehidupan yaitu mengajarkan Diarsa pada satua Bagus Diarsa menjadi
kebaikan/kebenaran, menepati janji. seorang pemimpin yang baru di desanya
Lebih spesifiknya, tema dalam Satua masing-masing. Diangkatnya tokoh I
Bagus Diarsa ini adalah “Satya Samaya Santeng dan I Bagus Diarsa pada
atau setia pada janji”. awalnya mereka mampu mengalahkan
pemimpin yang sebelumnya, dan
-Amanat dalam Satua I Ubuh rakyatnya sangat segan dan simpati
Amanat adalah pesan yang ingin kepada I Santeng dan I Bagus Diarsa.
disampaikan oleh pengarang melalui
sebuah karya sastra, dan sekaligus -Pertalian Alur
sebagai pemecahan atau jawaban dari Alur Satua I Ubuh memiliki
pokok permasalahan dalam cerita. keterkaitan dengan Satua Bagus Diarsa
Amanat dapat disampaikan secara yaitu menggunakan alur maju. Kedua
tersurat (eksplisit) maupun tersirat tokoh dalam satua ini dilihat dari latar
(implisit). Amanat dalam Satua I Ubuh belakang kehidupan sebelumnya orang
ini menyiratkan bahwa sebagai seorang yang sederhana sehingga pada akhirnya
pemimpin harus bersikap arif dan menjadi orang yang berjaya di desanya
bijaksana, mengemban amanah yang masing-masing.
diterima dari masyarakatnya serta -Pertalian Tokoh
menepati janji yang telah diucapkan, Tokoh utama dalam kedua satua ini
karena janji adalah hutang. yaitu tokoh I Santeng pada Satua I Ubuh
dan I Bagus Diarsa pada Satua Bagus
-Amanat dalam Satua Bagus Diarsa
Diarsa, artinya sama-sama tokoh
Kutipan tersebut menyiratkan suatu utamanya satu orang, sedangkan tokoh
pesan atau amanat bahwa sebagai sesama sekunder sama-sama berwujud Dewa dan
makhluk ciptaan Tuhan, khususnya seorang pemimpin di desa masing-
manusia kita hendaknya saling tolong- masing, sedangkan tokoh
menolong antar sesama tanpa komplementernya yaitu para panjak.
memandang latar belakang dari seseorang
tersebut, menjadi seorang pemimpin yang -Pertalian Latar
jujur, dan janji yang diucapkan harus di Pada kedua satua ini latar tempat yang
tepati. ditunjukkan yaitu di suatu desa, baik
dalam Satua I Ubuh maupun Satua
Hubungan Intertekstual Bagus Diarsa kedua tokoh ini (I Santeng
Hubungan intertekstual antara Satua I dan I Bagus Diarsa) masing-masing
Ubuh dengan Satua Bagus Diarsa pada mengalahkan pemimpin sebelumnya.
bagian ini dapat diungkap dengan melihat Maka dari itu I Santeng dan I Bagus
pertalian insiden, pertalian alur, pertalian Diarsa diangkat oleh rakyatnya menjadi

261
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

pemimpin yang baru di desanya masing- punggawa mengendarai kuda putih


masing. Latar waktu yaitu sedek dina bertanding melawan I Santeng hingga
anu, dan keesokan harinya. Latar suasana kalah dan meninggal, insiden pada Satua
kedua satua ini suasana menegangkan Bagus Diarsa ayam sakti I Bagus Diarsa
dan menyenangkan. yang mengalahkan Sang Prabhu hingga
meninggal.
-Pertalian Tema
Tema kedua satua ini menyiratkan -Perbedaan Tokoh
tentang kesetiaan pada janji atau Satya Pada Satua I Ubuh I Kilap berubah
Samaya. Pada Satua I Ubuh, I Kilap menjadi seekor burung besar. Sedangkan
menepati janji yang pernah dikatakan pada Satua Bagus Diarsa, Ida Batara
kepada I Santeng bahwa apapun yang Siwa berubah menjadi seorang kakek. I
dimilikinya akan diserahkan kepada I Santeng adalah anak yatim piatu yang
Santeng bilamana I Santeng mau hanya mempunyai satu tetangga yang
menerima I Kilap menjadi sahabatnya. sering dipanggil kakek, sedangkan I
Sedangkan pada Satua Bagus Diarsa Bagus Diarsa adalah seorang penjudi
sang kakek memenuhi janjinya kepada I yang suka bermain ayam yang miskin
Bagus Diarsa akan memberikan ayam dan sudah berkeluarga.
peliharaannya.
-Perbedaan Latar
-Pertalian Amanat Pada Satua I Ubuh latar tempat
Amanat yang tersirat pada kedua satua ditunjukkan ke dasar laut yaitu rumah I
ini yaitu mengandung nilai kesabaran dan Kilap, sedangkan pada Satua Bagus
ketekunan, tulus ikhlas dan rela Diarsa ditunjukkan ke bawah pohon
berkorban, serta setia kepada janji. Selain beringin rumah Ida Batara Siwa.
nilai di atas juga terdapat nilai
kebijaksanaan, mempunyai sikap yang 6. Simpulan
disegani oleh rakyat sebagai pemimpin. Struktur yang membentuk Satua I
Dari amanat yang tersirat dalam kedua Ubuh dan Satua Bagus Diarsa yaitu
satua ini dapat dijadikan sebagai insiden, alur (menggunakan alur maju),
pedoman dalam kehidupan sehari-hari. tokoh dan penokohan (tokoh utama,
Perbedaan tokoh sekunder, tokoh komplementer),
latar (tempat, waktu, dan suasana), tema
-Perbedaan Insiden Satya Wacana, dan amanat yang tersirat
Satua I Ubuh awal pertemuan antara I yaitu dalam ajaran Hindu kesetiaan
Santeng dengan I Kilap saat umpan I sangatlah penting di dalam
Santeng habis namun tidak mendapatkan berkepemimpinan maupun janji, maka
ikan, dikiranya I Kilap yang mencuri dari itu janji harus ditepati. Hubungan
sehingga I Santeng marah dan ingin intertekstual kedua satua ini pertalian
membunuh I Kilap. Sedangkan pada insiden, pertalian alur, pertalian tokoh,
Satua Bagus Diarsa pertemuan antara I pertalian latar, pertalian tema, dan
Bagus Diarsa dengan sang kakek saat I pertalian amanat. Sedangkan
Bagus Diarsa sedang makan nasi di luar perbedaannya yaitu perbedaan insiden,
arena sabungan ayam dan dihampiri oleh perbedaan tokoh, dan perbedaan latar.
sang kakek yang ingin meminta sisa
makanan, namun I Bagus Diarsa menolak 7. Daftar Pustaka
dan membelikan sang kakek makanan.
Bagus, I Gusti Ngurah dkk. 1986.
Dilihat dari kutipan-kutipan di atas,
Dongeng Panji dalam Kesusastraan Bali,
tampak bahwa pada Satua I Ubuh sang

262
DOI: 10.24843/JH.2018.v23.i01.p36 ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 23.1 Mei 2018: 256-263

Pengantar, Teks. Terjemahan.


Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan (Baliologi).
Danandjaja,James.1984.Folklore
Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan
lain-lain. Jakarta, Grafiti Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta, Gajah
Mada.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,


Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-


Prinsip Dasar Sastra. Bandung,
Angkasa.

263

Anda mungkin juga menyukai