Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karl Friedich Gauss (1977-1855) adalah seorang ahli matematika dan


ilmuwan dari Jerman. Gauss yang kadang – kadang dijuluki “pangeran ahli
matematika” disejajarkan dengan Isaac Newton dan Archimedes sebagai salah
satu dari tiga ahli matematika yang terbesar yang pernah ada. Wilhelm Jordan
(1842-1899) adalah seorang insinyur Jerman yang ahli dalam bidang geodesi.
Contoh Sumbangannya untuk penyelesaian sistem linear dalam buku populernya
yaitu mengenai aljabar linear, eliminasi Gauss-Jordan adalah versi dari eliminasi
Gauss. Pada metode eliminasi Gauus-Jordan kita membuat nol elemen-elemen di
bawah maupun di atas diagonal utama suatu matriks. Hasilnya adalah matriks
tereduksi yang berupa matriks diagonal satuan (Semua elemen pada diagonal
utama bernilai 1, elemen-elemen lainnya nol). Metode eliminasi Gauss-Jordan
kurang efisien untuk menyelesaikan sebuah SPL, tetapi lebih efisien daripada
eliminasi Gauss jika kita ingin menyelesaikan SPL dengan matriks koefisien
sama. Motede tersebut dinamai Eliminasi Gauss-Jordan untuk menghormati Carl
Friedrich Gauss dan Whilhelm Jordan.
Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, maka
diperlukan suatu produk dengan ketelitian dan akurasi tinggi, dan waktu
pengerjaan yang singkat. Begitu juga dengan permasalahan dalam bidang ilmu
pengetahuan fisika murni maupun terapan. Dalam suatu perhitungan dengan data
numerik membutuhkan ketelitian dan akurasi yang cukup baik.
Pada saat teknologi informasi belum maju pesat, para praktisi dan
profesional di bidang rekayasa teknik dan sains menganalisa dengan perhitungan
manual. Simplifikasi digunakan dimana struktur yang sangat kompleks
disederhanakan menjadi struktur yang lebih sederhana. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesulitan dalam analisa.
Sering kali permodelan matematika muncul dalam bentuk yang tidak ideal,
sehingga tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metode analitik untuk
mendapatkan solusi sejatinya (exact solution).

1
Dengan menggunakan metode numerik, solusi exact dari persoalan yang
dihadapi tidak akan diperoleh. Metode numerik hanya bisa memberikan solusi
yang mendekati atau menghampiri solusi sejati sehingga solusi numerik
dinamakan juga solusi hampiran (approximation solution). Pendekatan solusi ini
tentu saja tidak tepat sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara
keduanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah
mengenai Metoda Numerik untuk Solusi sistem persamaan linear menggunakan
metode Gaus – Jordan dengan program MATLAB 6.1.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengerjakan soal eliminasi Gauss Jordan dalam sistem
matrix pada sistem persamaan linear ?
2. Bagaimana program aplikasi MATLAB menyelesaiakan soal eliminasi
Gauss Jordan dalam sistem matrix dan persamaan linear?
1.3 Tujuan

1. Mencari solusi system persamaan linier menggunakan metode eliminasi


Gauss Jordan.
2. Mencari solusi system persamaan linier menggunakan metode eliminasi
Gauss-Jordan dengan program aplikasi MATLAB.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Sistem persamaan Linear


Di dalam matematika, system persamaan linier adalah kumpulan
persamaan-persamaan linier yang memiliki variabel-variabel yang sama. Bentuk
umum dari sistem persamaan linier dengan n peubah dinyatakan sebagai berikut:
𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1
𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2
. . .
. . .
. . .
𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑛
Dengan mengunakan perkalian matriks, kita dapat menulis persamaan di
atas sebagai persamaan matriks,
𝐴𝑥 = 𝑏
Yang dalam hal ini,
𝐴 = [𝑎𝑖,𝑗 ] adalah matriks berukuran n x n
𝑥 = [𝑥𝑗 ] adalah matriks berukuran n x 1
𝑏 = [𝑏𝑗 ] adalah matriks berukuran n x 1 (disebut juga vector kolom)
Yaitu:
𝑎11 𝑎12 𝑎13 … 𝑎1𝑛 𝑥1 𝑏1
𝑎21 𝑎22 𝑎23 … 𝑎2𝑛 𝑥2 𝑏2
𝑎31 𝑎32 𝑎33 … 𝑎3𝑛 𝑥3 = 𝑏3
… … … … … … …
[𝑎𝑛1 𝑎𝑛2 𝑎𝑛3 … 𝑎𝑛𝑛 ] [𝑥𝑛 ] [𝑏𝑛 ]

2.2 Metode Eliminasi Gaus Jordan

Dalam aljabar linear, eliminasi Gauss-Jordan adalah versi dari eliminasi


Gauss. Pada metode eliminasi Gauss-Jordan kita membuat nol elemen-elemen di
bawah maupun di atas diagonal utama suatu matriks. Hasilnya adalah matriks
tereduksi yang berupa matriks diagonal satuan (semua elemen pada diagonal
utama bernilai 1, elemen-elemen lainnya nol).

3
Dalam bentuk matriks, eliminasi Gauss-Jordan ditulis sebagai berikut.

𝑎11 𝑎12 𝑎13 … 𝑎1𝑛 𝑏1 1 0 0 … 0 𝑏1,


𝑎21 𝑎22 𝑎23 … 𝑎2𝑛 𝑏2 0 1 0 … 0 𝑏2,
𝑎31 𝑎32 𝑎33 … 𝑎3𝑛 𝑏3 0 0 1 … 0 𝑏3,
… … … … … … … … … … … …
[𝑎𝑛1 𝑎𝑛2 𝑎𝑛3 … 𝑎𝑛𝑛 𝑏𝑛 ] [0 0 0 … 1 𝑏𝑛, ]

Solusinya: 𝑥1 = 𝑏1,
𝑥2 = 𝑏2,
…… ……
𝑥𝑛 = 𝑏𝑛,

Seperti pada metode eliminasi gauss, metode eliminasi Gauss-Jordan tidak


menerapkan tata-ancang pivoting dalam proses eliminasinya. Langkah-langkah
operasi baris yang dikemukakan oleh Gauss dan disempurnakan oleh Jordan
sehingga dikenal dengan Eliminasi Gauss-Jordan, sebagai berikut:
1. Jika suatu baris tidak seluruhnya dari nol, maka bilangan tak nol pertama
pada baris itu adalah 1. Bilangan ini disebut 1 utama (leading 1).
2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris ini
akan dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari matriks.
3. Jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya dari nol, maka 1
utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang lebih kanan
dari 1 utama pada baris yang lebih tinggi.
4. Setiap kolom memiliki 1 utama dan memiliki nol pada tempat lain.

Metode Gauss-Jordan ini menghasilkan matriks dengan bentuk baris


eselon yang tereduksi(reduced row echelon form), sementara eliminasi Gauss
hanya menghasilkan matriks sampai padabentuk baris eselon (row echelon form).
Metode Eliminasi Gauss : metode yang dikembangkan dari metode eliminasi,
yaitu menghilangkanatau mengurangi jumlah variable sehingga dapat diperoleh
nilai dari suatu variable yang bebas.
Eliminasi Gauss-Jordan adalah pengembangan dari eliminasi Gauss yang
hasilnya lebih sederhana lagi. Caranya adalah dengan meneruskan operasi baris
dari eliminasi Gauss sehingga menghasilkan matriks yang Eselon-baris. Ini juga

4
dapat digunakan sebagai salah satu metode penyelesaian persamaan linear dengan
menggunakan matriks. Metode ini digunakan untuk mencari invers dari sebuah
matriks.
 Prosedur umum untuk metode eliminasi Gauss-Jordan ini adalah :
1. Ubah sistem persamaan linier yang ingin dihitung menjadi matriks
augmentasi.
2. Lakukan operasi baris elementer pada matriks augmentasi (A|b) untuk
mengubah matriks A menjadi dalam bentuk baris eselon yang tereduksi
Pengubahan dilakukan dengan membuat matriks yang elemen-elemennya
adalah koefisien – koefisien dari sistem persamaan linier.
3. Jika suatu baris tidak seluruhnya dari nol, maka bilangan tak nol pertama
pada baris itu adalah 1. Bilangan ini disebut 1 utama (leading 1). Jika
terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka baris-baris ini akan
dikelompokkan bersama pada bagian paling bawah dari matriks.
4. Jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya dari nol, maka 1
utama pada baris yang lebih rendah terdapat pada kolom yang lebih kanan
dari 1 utama pada baris yang lebih tinggi. Setiap kolom memiliki 1 utama
memiliki nol pada tempat lain.
 Sedangkan langkah-langkah pada operasi baris elementer yaitu :
1. Menukar posisi dari 2 baris (A i ↔ A j)
2. Mengalikan baris dengan sebuah bilangan skalar positif (A i = k * A j )
3. Menambahkan baris dengan hasil kali skalar dengan baris lainnya
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Eliminasi Gaus Jordan

Metode ini digunakan dalam analisis numerik untuk meminimalkan mengisi


selama eliminasi, dengan beberapa tahap keuntungan :
 Menentukan apakah sistem konsisten
 Menghilangkan kebutuhan untuk menulis ulang variabel setiap angka
 Lebih mudah untuk memecahkan sistem persamaan linear
 Mengubah sistem persamaan linier yang ingin dihitung menjadi matriks
augmentasi.
Adapun kelemahan dari metode eliminasi gaus jordan yaitu :
 memiliki masalah akurasi saat pembulatan desimal.

5
2.4 Program MATLAB untuk Metode Eliminasi Gaus

Secara komputasi, disamping ketepatan nilai akhir dari suatu metode juga
akan mempertimbangkan kecepatan iterasi dalam perolehan hasil akhir. Ketepatan
dan kecepatan iterasi dalam metode numerik merupakan hal yang penting dalam
penyelesaian permasalahan secara komputasi MATLAB.
Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, maka
diperlukan suatu produk dengan ketelitian dan akurasi tinggi, dan waktu
pengerjaan yang singkat. Pada saat teknologi informasi belum ada atau boleh
dikatakan belum maju pesat, para praktisi dan profesional di bidang rekayasa
teknik dan sains menganalisa dengan perhitungan manual. implifikasi digunakan
dimana struktur yang sangat kompleks disederhanakan menjadi struktur yang
lebih sederhana. Artinya akan terjadi perbedaan dari suatu permodelan dengan
kondisi aktual. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesulitan dalam analisa.
Jika persoalan-persoalan yang kita hadapi tidak dapat diselesaikan dengan
metode permodelan matematika, metode analitik, menggunakan dalil-dalil
kalkulus, maka solusinya dapat diperoleh dengan metode numerik menggunakan
aplikasi MATLAB.

Cntoh bahasa program untuk teorema Gauss Jordan dalam matrix dan
sistem penyelesaian matrix:
function [x,err]=gauss_jordan_elim(A,b)
clc;clear;
disp (' gaus_jordan_elim(A,b)');
disp ('Kelompok 6');
disp ('-Hani Diana Sipayung')
disp ('-Jonathan Hutapea')
disp ('-Mailita Sari Pulungan')
disp
('________________________________________________________');
A = [1 1 1;2 3 5; 4 0 5] % input for augmented matrix A
b = [5 ; 8; 2] % intput for matrix B
[n,m]=size(A); % finding the size of matrix A
err =0; % calculation of error
x=zeros(n,1); % calling fuction zero
if n ~= m
disp('error: n~=m'); % displaying error if found
err = 1;
end % end of the scope of if

6
if length(b) ~= n % finding the legth of matrix B
disp('error: wrong size of b'); % displaying error, if found
err = 2;
else
if size(b,2) ~= 1
b=b';
end % end of the scope of if-else
if size(b,2) ~= 1
disp('error: b is a matrix'); % displaying erron in matrix B
err = 3;
end
end
if err == 0
Aa=[A,b];
for i=1:n
[Aa(i:n,i:n+1),err]=gauss_pivot(Aa(i:n,i:n+1));
if err == 0
Aa(1:n,i:n+1)=gauss_jordan_step(Aa(1:n,i:n+1),i);
end
end
x=Aa(:,n+1);
end
A=0;
function A1=gauss_jordan_step(A,i) % calling of fuction function

[n,m]=size(A); % determination of size of matrix A


A1=A; % assigning A to A1
s=A1(i,1);
A1(i,:) = A(i,:)/s;
k=[[1:i-1],[i+1:n]];
for j=k
s=A1(j,1);
A1(j,:)=A1(j,:)-A1(i,:)*s;
end % end of for loop
function [A1,err]=gauss_pivot(A) % calling of fucntion
[n,m]=size(A); % finding the size of matrix A
A1=A; % process of assigning
err = 0; % error flag
if A1(1,1) == 0
check = logical(1); % logical(1) - TRUE
i = 1;
while check
i = i + 1;
if i > n
disp('error: matrix is singular');
err = 1;
check = logical(0);
else

7
if A(i,1) ~= 0 & check
check = logical(0);
b=A1(i,:); % process to change row 1 to i
A1(i,:)=A1(1,:);
A1(1,:)=b;
end
end
end
end

2.5 Keterangan Dari Setiap Bahasa Program


Kode Programan Kegunaannya
Yang Dipakai
clc clear command window dan bertujuan untuk
membersihkan layar command window setelah
sebelumnya digunakan.
clear Clear workspace atau digunakan untuk mengahpus
variabel yang sudah di jalankan sebelumnya dari lembar
kerja
; Tanda ; merupakan perintah pembatas yang tidak
ditampilkan di jendela kerja, merupakan pemisah kolom
dan baris dalam matriks.
disp menampilkan nilai variabel atau string secara sederhana
(‘ ‘) Pada layar akan tampil apa yang tertulis di antara tanda
petik (text),menanti masukan data yang diikuti dengan
menekan enter melalui keyboard.
if if merupakan statemen control yang digunakan untuk
mengevaluasi ekspresi logika dan mengekskusi kelompok
statemen yang didasarkan pada nilai ekspresi.
function Fungsi dalam Matlab dibuat menggunakan keyword
function
input Perintah ini digunakan untuk memasukkan suatu nilai atau
karakter ke variabel dalam kode program.
else if, termasuk di dalamnya pernyataan else dan elseif.
Pernyataan ini menjalankan kelompok pernyataan
berdasarkan pada syarat logika.
check Menyatakan bila terjadi kesalahan yang tidak memenuhi
syarat yang sesuai dengan program yang dijalankan maka
akan muncul perintah periksa ke line atau colum pada
woerksheet
for for digunakan untuk melakukan proses perulangan selama
kondisi ekspresi terpenuhi. Perbedaannya dengan while
adalah pada for jumlah perulangan dapat
diketahui,sedangkan pada
while bergantung pada nilai ekspresi.
End Bila rumus logisnya benar, pernyataan antara pernyataan if
dan pernyataan end dilaksanakan . Bila rumus logisnya

8
salah, kontrol program segera loncat ke pernyataan yang
mengikuti pernyataan end.
A(i,1) ~= 0 Untuk menyatakan elemen yang terletak pada baris ke i
dan kolom ke 1 matriks A tidak sama dengan 0
[n,m]=size(A) Untuk menyatakan unukran matriks A
s=A1(i,1); Menyatakan bahwa s sama dengan matriks A1 yaitu untuk
baris i kolom 1
A1(i,:) = A(i,:)/s; Menyatakan bahwa matriks A baris i sama dengan matriks
A baris i di bagsi s

9
BAB III
ANALISA DAN HASIL PERCOBAAN
3. 1 Operasi Sistem Matriks Menggunakan Metode Gaus-Jordan
3.1.1 Penyelesaian Sistem Matriks Menggunakan Metode Gaus-Jordan
Secara Analisis.
Soal : Selesaikan sistem persamaan linear berikut dengan menngunakan metode
gaus-jordan!

x+y+z=5

2x + 3y + 5z = 8

4x + 5z = 2

Penyelesaian Secara Analitis mengikuti kaidah aturan dari metode gaus


jordan, yaitu :

1. Ubah sistem persamaan linier yang ingin dihitung menjadi matriks


augmentasi.
2. Lakukan operasi baris elementer pada matriks augmentasi (A|b) untuk
mengubah matriks A menjadi dalam bentuk baris eselon yang tereduksi.
Pengubahan dilakukan dengan membuat matriks yang elemen-elemennya
adalah koefisien – koefisien dari sistem persamaan linier. Sedangkan
langkah-langkah pada operasi baris elementer yaitu :
 Menukar posisi dari 2 baris. Ai ↔Aj
 Mengalikan baris dengan sebuah bilangan skalar positif. Ai = k*Aj
3. Menambahkan baris dengan hasil kali skalar dengan baris lainnya.

Sehingga dari soal menjadi : x+y+z=5

2x + 3y + 5z = 8

4x + 5z = 2

1 1 1 5
2 3 5 8
 
4 0 5 2

10
1 1 1 5 1 1 1 5
2 3 5 8 ( R2 – 2R1) sehingga menjadi 0 1 3  2 , kemudian (R3 – 4R1)
   
4 0 5 2 4 0 5 2

1 1 1 5 1 1 1  5
0 1 3  2 , kemudian (R3+4R2) menjadi 0 1 3   2 , kemudian (R3:13)
   
4 0 5 2 0 0 13  26

1 1 1 5 1 1 1 5
0 1 3  2 , kemudian (R2-3R3) menjadi 0 1 0 4 ,kemudian (R1 – R3)
   
0 0 1  2 0 0 1  2

1 1 0 7 1 0 0 3
0 1 0 4 , kemudian (R1 – R2) dan hasilnya 0 1 0 4
   
0 0 1  2 0 0 1  2

Setelah sampai pada tahap ini langsung dapat ditentukan bahwa x = 3, y = 4, dan
z=-2

3.1.2 Operasi MATLAB Untuk Menunjukkan Metode Gaus-Jordan Dalam


Menyelesaikan Persamaan Linear.

Langkah – Langkah Penyelesaian Menggunakan MATLAB :


1. Langkah 1, buka aplikasi MATLAB
2. Klik File pilih M-file

11
3. Akan tertampil lembar worksheet seperti gambar di bawah ini ,

4. Masukkan bahasa program untuk metode Gaus-Jordan dengan


benar dan teliti dalam aplikasi MATLAB dengan memasukkan
1 1 1 5
nilai seperti formasi elemen matriks berikut; 2 3 5 8
 
4 0 5 2

12
5. Selanjutnya simpan file kerja dengan memberi judul pada file yang
akan di simpan tanpa ada spasi pada nama file kemudian ( klik
Save).

6. Klik icon Debug dan pilih Run. Jika semua progrm sudah benar
maka akan muncul tampilan di bawah ini.

13
7. Dan akan langsung tertampil hasil dari eliminasi gaus-Jordan yang
sesuai dengan perolehan hasil secara analisis yaitu x = 3, y = 4,
dan z = - 2 seperti gambar di bawah ini :

3. 1.3 Implementasi Metode Gaus Jordan Dalam Fisika


Digunakan Dalam Hukum Kirchoff tentang arus
1. Sebuah rangkaian dari tiga buah hambatan secara paralel seperti pada gambar
dibawah ini. Tentukan besar nilai I1, I2 dan I3 menggunakan metode eliminasi
gaus-jordan baik secara analisis matematis maupun dengan menggunakan
MATLAB.

14
A. Penyelesaian Secara Analisis Matematis:
Dik : R1 = R2 = R3 = 100 Ω
E1 = 12 V, E2 = 9 V
I3 = I1 + I2
 Dengan Persamaan Linier

 Tinjau loop 1 sebelah kiri untuk mendapatkan persamaan 1 :


R3I3 + R1I1 = V1
R3 (I1 + I2) + R1I1 = V1
100 (I1 + I2) + 100I1 = 12
100 I1 + 100 I2 + 100I1 = 12

200 I1 + 100 I2 = 12 (1)

 Tinjau loop 1 sebelah kiri untuk mendapatkan persamaan 2 :


R3I3 + R2I2 = V2
R3 (I1 + I2) + R2I2 = V2
100 (I1 + I2) + 100 I2 = 9
100 I1 + 100 I2 + 100 I2 = 9

100 I1 + 200 I2 = 9 (2)


 Dengan Reduksi Baris
Diketahui persamaannya sebagai berikut :
200 I1 + 100 I2 = 12 (1)
100 I1 + 200 I2 = 9 (2)
I3 = I1 + I2 (3)
Bentuk matriks dari persamaan di atas sebagai berikut :
200 100 0 12
[100 200 0| 9 ]
−1 −1 1 0
200 100 0 12
[100 200 0 | 9 ] Kalikan baris 1 dengan 2
−1 −1 1 0
400 200 0 24
[100 200 0 | 9 ] Kurangkan baris 1 dengan baris 2
−1 −1 1 0

15
300 0 0 15
[100 200 0 | 9 ] Kalikan baris 3 dengan 100
−1 −1 1 0
300 0 0 15
[ 100 200 0 | 9 ] Tambahkan baris 2 dengan baris 3
−100 −100 100 0
300 0 0 15
[ 0 100 100 | 9 ] Kalikan baris 3 dengan 100
−100 −100 100 0
300 0 0 15
[ 0 100 100 | 9 ] Tambahkan baris 3 dengan baris 1
−300 −300 300 0
300 0 0 15
[ 0 100 100 | 9 ] Kalikan baris 3 dengan 1/3
0 −300 300 15
300 0 0 15
[ 0 100 100 | 9 ] Tambahkan baris 3 dengan baris 2
0 −100 100 5
300 0 0 15
[ 0 100 100 | 9 ] Kalikan baris 3 dengan ½
0 0 200 14
300 0 0 15
[ 0 100 100 | 9 ] Kurangkan baris 2 dengan baris 3
0 0 100 7
300 0 0 15
[ 0 100 0 | 2 ] Kalikan baris 1 dengan 1/3
0 0 100 7
100 0 0 5
[ 0 100 0 |2]
0 0 100 7
Dari hasil matriks di atas dapat diperoleh I1, I2, dan I3
 100 I1 = 5
I1 = 0,05 A
 100 I2 = 2
I2 = 0,02 A
 100 I3 = 7
I3 = 0,07 A

16
B. Penyelesaian Menggunakan MATLAB
1. Buka kembali Program untuk gaus Jordan dalam Aplikasi MATLAB,
kemudian ganti komponen matriks yang ada dalam program menjadi
200 100 0 12
[100 200 0 | 9 ]
−1 −1 1 0

2. Kemudian klik save, pilih debug kemudian Run, maka akan diperoleh nilai
untuk I1, I2, dan I3 dengan jumlah yang sama seperti secara analisis
matematis yang ada di atas yaitu I1 = 0,05 A, I2 = 0,02 A dan I3 = 0,07 A.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dalam aljabar linear,
eliminasi Gauss-Jordan adalah versi dari eliminasi Gauss. Pada metode
eliminasi Gauus-Jordan kita membuat nol elemen-elemen di bawah
maupun di atas diagonal utama suatu matriks. Hasilnya adalah matriks
tereduksi yang berupa matriks diagonal satuan (semua elemen pada
diagonal utama bernilai 1, elemen-elemen lainnya nol).
𝑎11 𝑎12 𝑎13 … 𝑎1𝑛 𝑏1 1 0 0 … 0 𝑏1,
𝑎21 𝑎22 𝑎23 … 𝑎2𝑛 𝑏2 0 1 0 … 0 𝑏2,
𝑎31 𝑎32 𝑎33 … 𝑎3𝑛 𝑏3 0 0 1 … 0 𝑏3,
… … … … … … … … … … … …
𝑎
[ 𝑛1 𝑎𝑛2 𝑎𝑛3 … 𝑎𝑛𝑛 𝑏𝑛 ] [0 0 0 … 1 𝑏𝑛, ]
2. Dengan OBE (Operasi Baris Elementer), menemukan solusi sebuah SPL
(Sistem Persamaan Linear ) menjadi lebih mudah, lebih akurat , dan
menggunakan waktu yang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan
menggunakan subtitusi dan eliminasi. Contoh kasus yang menggunakan
matriks dalam penyelesaian SPL adalah rangkaian listrik.
3. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dengan Metode gaus Jordan lebih
mudah dan lebih mudah lagi jika menggunakan aplikasi MATLAB.

18
DAFTAR PUSTAKA
Sahid, 2003, Analisis Dan Implementasi Metode Newton – Raphson,Yogyakarta :
MIPA UNY
Sahyar, 2014, Algoritma dan Pemrograman Menggunakan MATLAB, Medan
:Unimed

Suparno.S, 2007, Komputasi untuk Sains dan Teknik MenggunakanMatlab,


Jakarta : Departemen Fisika-FMIPA, Univeristas Indonesia

Harry Octavianus Purba, http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/

AljabarGeometri/2015-2016/Makalah-2015/Makalah-IF2123-2015-041.pdf

https://www.scribd.com/doc/16739613/Metode-Numerik-Gauss-Jordan
Menggunakan-MATLAB
http://ikhwan-perbaungan.blogspot.co.id/2014/10/metode-eliminasi-gauss-dan-
operasi.html
http://www.codewithc.com/gauss-jordan-method-in-matlab/

19

Anda mungkin juga menyukai