BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Profil Organisasi
Puskesmas Guntur I terletak di Wilayah Kecamatan Guntur
Kabupaten Demak dengan luas wilayah 34,2 Km² adalah penanggung
jawab upaya pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan Guntur
yang meliputi 10 Desa yaitu Desa Guntur, Bogosari, Tlogoweru,
Bakalrejo, Temuroso, Turitempel, Tlogorejo, Bumiharjo, Trimulyo,
Sidoharjo.
Fasilitas Pelayanan
a. Puskesmas memiliki fasilitas fisik bangunan terdiri dari :
1) Gedung Rawat Jalan: Ruang Pendaftaran, Ruang periksa BP
Umum, Ruang UGD dan Triase/Tindakan Sederhana, Ruang
periksa BP Gigi, Ruang periksa KIA/KB, Ruang Pelayanan Anak,
Ruang Konsultasi Gizi, Ruang Konsultasi Kesehatan
Lingkungan,Ruang Pelayanan Obat dan Gudang Obat,
2) Gedung Rawat Inap : Ruang rawat inap, Ruang
persalinan,Ruang nifas,
3) Ruang Aula
4) Bangunan Penunjang : Ruang Administrasi, Ruang
Program,Ruang Sterilisasi, Ruang laboratorium, Ruang Imunisasi
b. Fasilitas Pelayanan kesehatan lain yaitu : 4 buah Puskesmas
pembantu di desa Temuroso, desa Tlogoweru, desa Turitempel, desa
Tlogorejo, 6 buah PKD dan 57 Posyandu.
c. Fasilitas alat berupa: Set pelayanan gigi, Set pelayanan BP Umum,
Set pelayanan tindakan (Bedah Minor set), Sterilisator sederhana,
Alat laboratorium sederhana, Set pelayanan KB, Tabung Oksigen,
Lampu Operasi.
Keterangan :
Jujur : Memberi informasi yang benar kepada
masyarakat dan tidak bertentangan dengan kode
etik profesi.
Optimis : Semanagat dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Senyum : Ekspresi wajah ceria dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Simpatik : Selalu berpenampilan menarik dan santun.
e. Budaya kerja
5R
Ringkas
Rapi
Resik
Rawat
Rajin
Keterangan :
Ringkas : Memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan
menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja
f. Struktur Organisasi
gambar 1.1 Kepala Puskesmas
Tim Mutu
4. Proses Pelayanan
Kegiatan operasional dan interaksi fungsi-fungsi dalam menjalankan
kegiatannya dipetakan sebagaimana tampak dalam Peta Proses di
Puskesmas sbb :
Gambar 1.2
PROSES PELAYANAN PUSKESMAS GUNTUR I
E Pemeriksaan L
K A
Pemeriksaan
Penunjang Terapi
A N
N G
Lab Farmasi
A Rekam Medis G
Klinik Konsultasi
N A
Sterilisasi
N
Keuangan
Inventaris / Logistik
Penanganan Limbah
Pelaporan
Data
Capaian Sosialisasi Pelaksanaan
Evaluasi
Gambar 1.3
B. TUJUAN
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi puskesmas dalam
membangun sistem manejemen mutu dan sistem manajemen
pelayanan baik utk penyelenggaraan UKM maupun penyelenggaraan
UKP.
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 9
D. RUANG LINGKUP
Manual sistem manajemen ini digunakan pada proses rawat jalan
Puskesmas Guntur I, yaitu Unit Pendaftaran, Unit Pelayanan umum,
Unit Pelayanan Gigi dan Mulut, Unit Pelayanan KIA-KB,Unit
Laboratorium, rawat inap, IGD, persalinan,Unit Pelayanan Farmasi,
Unit Rekam medis.
3. Pasien
Adalah pengunjung Puskesmas yang membutuhkan pelayanan
kesehatan di UKP
4. Pedoman Mutu
Adalah panduan bagi Kepala Puskesmas dan pengelola program
dalam melaksanakan program peningkatan Mutu Puskesmas
5. Dokumen
Ada dua yaitu dokumen eksternal dan dokumen internal. Dokumen
eksternal berupa UU/peraturan pemerintah/keputusan pemerintah
dan buku buku pedoman, sedangkan dokumen internal adalah
semua pedoman yang disusun oleh Puskesmas, kerangka acuan,
SOP dan data hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan
6. Efektifitas
Dengan fasilitas yang ada mampu memberikan pelayanan secara
maksimal ( bermutu )
7. Efisiensi
Prosedur pelayanan yang mudah dan dengan biaya yang
terjangkau
8. Tindakan Koreksi dan Prevensi
a. Penyebab-penyebab terjadinya ketidaksesuaian dipastikan
dieliminasi/ dihilangkan dan dicegah tidak terjadi lagi.
b. Tujuan dari tindakan koreksi dan tindakan prevensi adalah
mencegah terulangnya masalah yang sama dan untuk
meningkatkan kinerja puskesmas secara keseluruhan.
c. Upaya tindakan koreksi /prevensi dipastikan sesuai dengan
skala dampak yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut.
d. Agar proses tindakan koreksi berjalan lancar dan hasilnya
efektif, dipastikan prosedur tindakan koreksi disediakan yang
mencakup :
- Meninjau ketidaksesuaian termasuk keluhan pelanggan.
- Menentukan penyebab-penyebab masalah
- Merencanakan dan melaksanakan tindakan koreksi
- Menyimpan arsip tindakan koreksi
- Meninjau efektivitas tindakan koreksi
e. Koordinator unit bertanggung-jawab memastikan tindakan
koreksi/prevensi yang telah dilaksanakan efektif
f. Tindakan koreksi/ prevensi harus sesuai dengan dampak dari
masalah
g. Prosedur tindakan koreksi/ prevensi dipastikan dibuat
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 11
BAB II
MANAJEMEN MUTU
b. Pengendalian Dokumen
Dokumen sistem manajemen mutu dipastikan terkendali.
1. Dokumen sistem manajemen mutu adalah dokumen-dokumen yang
memuat informasi yang digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan sistem manajemen mutu.
2. Pengendalian dokumen dimaksudkan agar dokumen sistem
manajemen mutu yang dipergunakan adalah dokumen yang tepat
dan benar.
3. Cara pengendalain dokumen diatur dalam prosedur dan dipahami
oleh semua pihak terkait.
4. Prosedur pengendalian dokumen mengatur hal-hal sbb:
a. Cara pembuatan dokumen : Dokumen dibuat oleh masing
masing koordinator program bersama dengan pelaksana
program
b. Cara pengesahan dokumen sebelum digunakan : Dokumen
yang sudah dibuat diverifikasi oleh pengelola dokumen
kemudian diparaf dan dimintakan pengesahan kepada kepala
Puskesmas dan dibuatkan SK pemberlakuan dokumen
c. Peninjauan ulang & revisi dokumen : Jika ada dokumen yang
perlu direvisi maka diajukan dengan form yang berisi tentang
usulan dokumen yang akan dirubah dan ususlan perubahanya
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 12
j. Tanda tangan yang menetapkan disertai dengan gelar, pangkat dan NIP
7. Penulisan SOP
Tabel 1.2 Penulisan SOP
Judul
No. Dokumen :067/GTR.I/
POKJA/ /
2017
SOP
No Revisi : (Kosongi)
Tanggal Terbit :05 / 03 / 2017
Halaman : 1/3
(tanda tangan kepala Puskesmas) dr. Nura Ma’shumah
Puskesmas Guntur I
NIP 197210172006042016
1. Pengertian Injeksi intra muskular adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat ke dalam jaringan otot menggunakan spuit injeksi dilakukan pada
otot pangkal lengan atau otot paha bagian luar yaitu 1/3 tengah paha
sebelah luar.
2. Tujuan memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot agar cepat terserap oleh
tubuh.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 449.1/004/2017 tentang
Pelayanan Klinis
4. Referensi Buku Pedoman Perawatan Dasar Depkes RI tahun 2005
5. Bahan dan Alat Bahan :
a. Kapas alkohol
b. Obat injeksi
c. Spuit injeksi
Alat :
a. Bak instrumen
b. Alat tulis
6. Langkah-langkah 1. Petugas mencuci tangan
2. Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan dalam bak instrumen steril
3. Petugas memberi tahu maksud tindakan kepada pasien
4. Petugas melakukan aspirasi obat sesuai dosis dengan spuit injeksi
5. Petugas mengatur posisi pasien
6. Petugas memilih area penusukan yang bebas dari lesi dan peradangan
7. Petugas membersihkan area penusukan menggunakan kapas alkohol
8. Petugas membuka tutup jarum
9. Petugas menusukkan jarum ke daerah penusukan dengan sudut 90
derajat, kira-kira sampai jaringan otot
10. Petugas melakukan aspirasi spuit
11. Petugas mengobservasi ada tidak darah dalam spuit
12. Jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit
13. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
14. Petugas mengganti penusukan ke tempat lain
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 16
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
16. Petugas mencabut jarum
17. Petugas menekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
18. Petugas memberitahu kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai
19. Petugas membuang sampah medis pada tempatnya
20. Petugas mencatat tindakan dalam rekam medis
21. Petugas merapikan alat dan bahan
22. Petugas mencuci tangan
7. Bagan Alir
8. Hal-hal yang perlu observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap reaksi obat.
diperhatikan
9. Unit terkait 1. Ruang Pelayanan Umum
2. Ruang Pelayanan Gigi
3. Rawat Inap
4. UGD
5. Imunisasi
6. Ruang KIA KB
7. Puskesmas Pembantu
10. Dokumen terkait 1. Rekam Medis
11. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
perubahan diberlakukan
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 17
b. Fokus Pelanggan
Karyawan dan pimpinan khususnya Pokja terkait dengan pelanggan
berkewajiban memiliki pengetahuan yang baik tentang persyaratan
pelanggan puskesmas. Tim mutu bertanggung jawab untuk :
1. Mengidentifikasi dan memahami persyaratan, harapan, kebutuhan
pelanggan.
2. Menginformasikan persyaratan pelanggan tersebut kepada unit
terkait secara tercatat dan tiap unit bertanggung jawab untuk
menginformasikan secara langsung dengan pelanggan
3. Mengkoordinasikan kegiatan berikutnya secara terkendali.
4. Mengkomunikasikan kepada seluruh pelaksana unit mengenai
target-target atau persyaratan pelanggan dan memastikan semua
terpenuhi.
G. TINJAUAN MANAJEMEN
a. Umum
Evaluasi merupakan kegiatan manajemen yang sangat penting dalam
rangka pengendalian suatu pelayanan termasuk evaluasi dalam
implementasi Sistem Manajemen Mutu.
b. Input Tinjauan
1. Kepala Puskesmas melaksanakan rapat tinjauan manajemen tiap
bulan sekali.
2. Tinjauan manajemen dipastikan terdokumentasi/dinotulenkan
3. Agenda tinjauan manajemen ditentukan dalam perencanaan mutu
puskesmas dan rencana kerja tim akreditasi Puskesmas.
4. Agenda tinjauan manajemen mencakup antara lain hal-hal sbb:
a. hasil audit internal dan uji kepatuhan
b. umpanbalik /keluhan pelanggan
c. kinerja proses/hasil pelayanan
d. Hasil tindakan koreksi/pencegahan
e. Tindak lanjut dari hasil tinjauan sebelumnya
f. Rencana perubahan/perbaikan Sistem Manajemen Mutu
g. Hasil kegiatan tinjauan manajemen dan evaluasi kegiatan
disimpan masing- masing unit kerja.
c. Output Tinjauan
1. Hasil tinjauan manajemen dibagikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan
2. Hasil tinjauan manajemen memuat
keputusan-keputusan/kesimpulan mengenai tindakan tindakan yang
perlu diambil.
3. Tatacara melaksanakan tinjauan manajemen diuraikan dalam
prosedur tinjauan manajemen
1. Perencanaan
2. Proses Pemenuhan Kebutuhan
3. Pengorganisasian
4. Pengarahan dan Pengendalian tugas
Kompetensi yang diperlukan oleh setiap karyawan agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat dan benar
sesuai dengan sasaran dan persyaratan yang telah direncanakan
harus dipastikan dipenuhi.Dengan demikian profesionalisme petugas
dan mutu pelayanan dapat terjamin.
Oleh karena itu tiap koordinator unit bertanggung jawab untuk :
1. Mengusulkan pelatihan dan melakukan pembinaan yang diperlukan
oleh setiap bawahannya
2. Mengupayakan pelaksanaan pelatihan yang dibutuhkan setiap
petugas.
3. Mengambil tindakan lainnya selain pelatihan yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi
4. Mengevaluasi efektifitas tindakan yang teiah diambil
5. Meningkatkan kesadaran karyawan mengenai pentingnya peranan
setiap karyawan dalam pekerjaan mereka untuk mencapai sasaran
mutu dan kepuasan pelanggan
6. Pengelolaan data base karyawan yang memuat informasi mengenai
pelatihan, ketrampilan dan pengalaman kerjakaryawan dilakukan
oleh unit administrasi dan manajemen.
Berikut ini kami paparkan peran utama sesuai fungsi profesi dari
masing-masing petugas puskesmas.
1. Petugas Medis :
a. Dokter Umum : melakukan peiayanan medis di Pelayanan
umum,
puskesmas keliling, puskesmas pembantu, posyandu.
b. Dokter Gigi : meiaksanakan peiayanan medis di pelayanan gigi
dan mulut,
c. Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus
juga ada kunjungan dokter spesialis sebagai dokter konsultan,
misainya: dokter spesialis anak, spesialis kebidanan dan
kandungan dan dokter penyakit dalam.
2. Petugas Para Medis :
a. Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana
asuhan kebidanan.
b. Perawat Umum : pelaksana asuhan, keperawatan umum.
c. Perawat Gigi : pelaksana asuhan keperawatan gigi
3. Petugas Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 23
c.Infrastruktur
1. Sarana kerja / infrastruktur untuk mendukung pekerjaan dan
mencapai sasaran dan proses pelayanan dipastikan terpenuhi.
2. Melakukan pemeliharaan secara teratur terhadap alat-alat
kesehatan maupun fasilitas pendukungnya agar senantiasa dalam
kondisi baik dan slap digunakan untuk pelayanan
3. Sarana kerja baru yang diperlukan secepatnya diidentifikasi dan
ditindak-lanjuti sesuai prosedur yang berlaku.
d. Lingkungan Kerja
1. Lingkungan tempat kerja dikendalikan
2. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan agar lingkungan kerja
senantiasa dalam keadaan rapi, bersih, aman dan nyaman.
3. Karyawan dan pimpinan berkewajiban mengupayakan dan
menjamin agar lingkungan kerjanya terkendali.
4. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mendukung
komitmen mutu dan kepuasan pelanggan dan untuk mencapai
kesesuaian terhadap persyaratan proses pelayanan yang telah
ditetapkan.
I. PENYELENGGARAAN PELAYANAN
a. Upaya Kesehatan Masyarakat
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 24
e. Peningkatan berkelanjutan
Hasil analisis ditindak lanjuti dan di buat perencanaan
selanjutnya dalam upaya peningkatan kinerja dan upaya
pelayanan yang bekualitas
f. Tindakan Korektif dan Preventif
Penyebab-penyebab terjadinya ketidaksesuaian dipastikan
dieliminasi/ dihilangkan dan dicegah tidak terjadi lagi.Tujuan dari
tindakan koreksi dan tindakan prevensi adalah mencegah
terulangnya masalah yang sama dan untuk meningkatkan
kinerja puskesmas secara keseluruhan. Upaya tindakan
koreksi /prevensi dipastikan sesuai dengan skala dampak yang
dapat ditimbulkan dari masalah tersebut. Agar proses tindakan
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 27
d. Analisis data
- SOP dengan tingkat kepatuhan kurang dari 75% di evaluasi
melalui loka karya mini untuk mengetahui kenapa prosedur
tidak dilakukan,dan kesulitan kesulitannya. Meninjau ulang
SOP dengan apakah sudah sesuai dengan situasi kondisi,
sarana prasarana yang ada di Puskesmas. Mencari
pedoman terbaru yang berhubungan dengan SOP tersebut.
- Laporan Kejadian yang berhubungan dengan keselamatan
pasien segera ditindak lanjuti dengan mempelajari kronologis
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 32
BAB III
PEDOMAN MUTU KLINIS
I. STANDAR KETENAGAAN
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Kualifikasi sumber daya manusia dalam melaksanakan program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 33
4. Plafond
a. Rangka plafond kuat dan anti rayap.
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
menggunakan bahan asbes.
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai.
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur
e. Khusus ruang tindakan, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja dobel INP 20 yang dipasang
sebelum langit-langit.
5. Ventilasi
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 35
8. Air Bersih
a. Sistem penyedian air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur
dalam (artesis).
b. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6
bulan sekali
c. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber
air dalam penanggulangan kebakaran
9. Plumbing
a. Sistem perpipaan menggunakan kode warna: biru untuk perpipaan
air bersih dan merah perpipaan kebakaran
b. Pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan air kotor
c. Instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan
dengan instalasi listrik
10. Drainase
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 36
a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air
dan berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah aliran pembuangan
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi dengan bak kontrol dalam
jarak tertentu, dan tiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi
penutup yang mudah dibuka dan ditutup memenuhi syarat teknis
serta berfungsi dengan baik
11. Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimal 140 cm,
khusus ramp koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal
240 cm, kesua ramp tersebut dilengkapi pegangan rambatan, kuat,
ketinggian 80 cm
c. Area awal dan akhir ram harus bebas dan datar, mudah untuk
berputar, tidak licin
d. Setiap ramp dilengkapi dengan lampu penerangan darurat, khusus
ramp evakuasi dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat
tekanan udara positif
12. Tangga
a. Lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua
arah
b. Lebar injakan minimal 28 cm
c. Tinggi injakan 21 cm
d. Tidak berbentuk bulat/spiral
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
f. Memiliki kemiringan injakan
13. Pedestrian
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras atau stabil, kuat
dan tidak licin
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border
d. Drainase searah jalur
e. Ukuran minimal 120 cm (jalur searah), 160 cm (jalur dua arah)
f. Tepi jalur pasang pengaman
14. Area parkir
a. Area parkir harus tertata dengan baik
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya
c. Untuk penyandang cacat ramp trotoar
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas bagi umum
15. Landscape: jalan, taman
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 37
c. KESELAMATAN KERJA
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 42
a.UMUM
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia,
termasuk Indonesia.Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari
komunitas (Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah
sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah
infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya sistem pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang perawatan pasien,sekarang perawatan tidak hanya di
rumah sakit saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
bahkan perawatan di rumah (home care). Tindakan medis yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau
penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai prosedur berpotensi untuk
menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada
petugas kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti
ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital
acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare-associated
infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah
sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.Juga tidak terbatas
infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang
didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi
yang terjadi atau didapat di rumah sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi
rumah sakit (Hospital infection).
b.Beberapa Batasan / Definisi
1. Kolonisasi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,
dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi tanpa
disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh pejamu
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 45
2.TUBERKULOSIS
Penyebab
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh kuman atau basil tahan asam (BTA) yakni
Mycobacterium tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari di tempat yang lembab dan gelap. Beberapa
jenis Mycobacterium lain juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (Matipik).
Hampir semua organ tubuh
dapat diserang bakteri ini seperti kulit, kelenjar, otak, ginjal, tulang dan paling sering
paru.
Cara penularan
Penyakit TB paru termasuk relatif mudah menular dari orang ke orang melalui
droplet nuklei.
Bila seseorang batuk, dalam sekali batuk terdapat 3000 percikan dahak (droplets) yang
mengandung kuman yang dapat menulari orang lain disekitarnya.
b. Kewaspadaan Standar
Yang Meliputi
1. Kebersihan tangan/Handhygiene
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle
(kaca mata pelindung), gaun/ APRON
3. pengelolaan Peralatan dan penatalaksanaan linen
4. Pengelolaan limbah
5. Pengendalian lingkungan Puskesmas
6. Hygiene respirasi/Etika batuk
7. Penempatan Pasien
1. KEBERSIHAN TANGAN
a. Pengertian
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar
dianggap sebagai penyebab utama “Healthcare-associated infections”
(HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting
terhadap timbulnya wabah ( Boyce dan Pittet, 2002)
Teknik Membersihkan Tangan dengan Sabun dan Air harus dilakukan seperti di
bawah ini:
a) Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih..
b) Tuangkan 3 - 5 cc sabun cair utk menyabuni seluruh permukaan tangan.
c) Ratakan dengan kedua telapak tangan.
d) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
e) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
f) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
g) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
h) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
i) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
j) Keringkan dengan tissue towel sampai benar - benar kering.
k) Gunakan tissue towel untuk menutup kran.
l) Buang tissu yang telah digunakan ke tempat sampah
Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan
lembab dan air yang tidak mengalir maka :
(1) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
pengisian ulang.
(2) Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada
isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri
pada sabun yang dimasukkan.
a) Jari tangan
Penelitian membuktikan bahwa daerah di bawah kuku mengandung jumlah
mikroba tertinggi. Kuku yang panjang dapat berperan sebagai reservoar
Kuku panjang, baik yang alami maupun buatan, lebih mudah melubangi sarung
tangan .Oleh karena itu, kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih
dari 3 mm melebihi ujung jari.
b) Kuku Buatan
Kuku buatan (pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik) yang dipakai
oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi nosokomial . Selain itu,
telah terbukti bahwa kuku buatan dapat berperan sebagai reservoar untuk
bakteri Gram negatif, pemakaiannya oleh petugas kesehatan harus dilarang.
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 50
c) Cat Kuku
Penggunaan cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.
d) Perhiasan
Penggunaan perhiasan saat bertugas tidak diperkenankan.
a. PENGERTIAN
Pelindung barrier, yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD),
telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya
AIDS dan hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak
negara, pemakaian APD menjadi juga sangat penting untuk melindungi
(Emerging Infectious Diseases), pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi
semakin penting.
1) SARUNG TANGAN
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi
pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan
satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Ingat : Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan
mencuci tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan.
Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu
lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero 1986). Selain itu, pemahaman
mengenai kapan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan
dan kapan sarung tangan tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar
dapat menghemat biaya dengan tetap menjaga keamanan pasien dan petugas
2) MASKER
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara, batuk atau bersin serta untuk
mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan,
maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 51
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kasa,
kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker
yang dibuat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan
cairan atau efektif dari tetesan partikel berukuran besar yang tersebar melalui
batuk atu bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1 meter).
Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar-benar
menutup pas secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga
mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya.
Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang
dihisap. Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus
dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.
Gambar 1.6 contoh masker bedah
masker tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong
atau, terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
b. Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak.
Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
c. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada
pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.
Fungsi masker akan terganggu/tidak efektif, jika masker tidak dapat
melekat secara sempurna pada wajah, seperti pada keadaan dibawah ini:
d. Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian
bawah atau adanya gagang kacamata.
e. Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi
perlekatan bagian wajah masker.
f. Apabila klip hidung dari logam dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah Anda memasang
masker, menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri
bagian atas masker.
Langkah 1
Genggamlah respirator dengan satu tangan,
posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung
jari-jari Anda, biarkan tali pengikat respirator
menjuntai bebas di bawah tangan Anda.
Langkah 2
Posisikan respirator di bawah dagu Anda dan
sisi untuk hidung berada di atas.
Langkah 3
Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan
posisikan tali agak tinggi di belakang kepala
Anda di atas telinga.
Tariklah tali pengikat respirator yang bawah
dan posisikan tali di bawah telinga.
Langkah 4
Letakkan jari-jari kedua tangan Anda di atas
bagian hidung yang terbuat dati logam.
Tekan sisi logam tersebut (Gunakan dua
jari dari masing-masing tangan) mengikuti
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 53
4. Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi.
Gambar 1.13
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 57
1 Sarung tangan
3 Gaun Pelindung
Gambar 1.16 melepas gaun APD
4 Masker
Adalah Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi cara
memproses instrumen yang kotor, sarung tangan, dan alat yang akan dipakai kembali;
(precleaning/prabilas) dengan larutan klorin 0,5%; mengamankan alat-alat kotor yang
akan tersentuh dan ditangani; serta memilih dan alasan setiap proses yang digunakan.
Untuk menciptakan lingkungan bebas- infeksi, yang terpenting adalah bahwa rasional
setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan dan keterbatasannya di mengerti oleh
staf kesehatan pada setiap tingkat, dari petugas pelayanan kesehatan sampai ke petugas
pembersihan dan pemeliharaan. Proses pencegahan infeksi dasar yang di anjurkan untuk
mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan
barang-barang habis pakai lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan
pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
gambar 1.17 pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
(DTT) atau sterilisasi).
a. Tiga Tingkat Proses Disinfeksi
1. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : mematikan kuman dalam waktu 20
menit – 12 jam akan mematikan semua mikroba kecuali spora bakteri.
2. Disinfeksi Tingkat Sedang (DTS) : dapat mematikan mikro bakteria
vegetatif hampir semua virus, hampir semua jamur, tetapi tidak bisa
mematikan spora bakteria.
3. Disinfeksi Tingkat Rendah (DTR) : dapat mematikan hampir semua
bakteria vegetatif, beberapa jamur, beberapa virus dalam waktu < 10 menit.
b.Pengelolaan Linen
Tangani linen yang sudah digunakan dengan hati-hati dengan menggunakan
APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Risiko terpapar
atau mengalami ISPA akibat membawa linen yang sudah digunakan relatif
kecil. Namun demikian membawa linen yang sudah digunakan harus
dilakukan dengan hati-hati. Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan
perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur
sesuai dengan pedoman kewaspadaan standar.
c. Prinsip umum
Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong
atau wadah yang tidak rusak saat diangkut.
Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
1) Linen
Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan dibilas
dengan air. Linen kotor tersebut kemudian langsung dimasukkan kedalam
kantong linen di kamar pasien.
Hilangkan bahan padat (misalnya, feses) dari linen yang sangat kotor
(menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat tersebut ke dalam
toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong cucian. Linen yang sudah
digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi
permukaan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Jangan memilah linen di
tempat perawatan pasien. Masukkan linen yang terkontaminasi langsung ke
kantong cucian di ruang isolasi dengan memanipulasi minimal atau mengibas-
ibaskan untuk menghindari kontaminasi udara dan orang.
Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur pencucian
biasa. Cuci dan keringkan linen sesuai dengan standar dan prosedur tetap
fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk pencucian dengan air panas, cuci linen
menggunakan detergen/ disinfektan dengan air 70 OC (160 OF) selama minimal
25 menit. Pilih bahan kimia yang cocok untuk pencucian temperatur rendah
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 60
Perhatian :
(a) Angkut linen dengan hati-hati. Angkut linen kotor dalam wadah/kantong
tertutup. Pastikan linen diangkut dengan dan diolah dengan aman
dengan melakukan pemisahan menurut klasifikasinya.
(b) Petugas kesehatan harus menggunakan APD yang memadai saat
mengangkut linen kotor.
5.Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan
pengendalian infeksidi rumah sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan.
Limbah dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya dapat berupa yang
telah terkontaminasi (secara potensial sangat berbahaya) atau tidak
terkontaminasi. Sekitar 85 % limbah umum yang dihasilkan dari rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya tidak terkontaminasi dan tidak berbahaya bagi
petugas yang menangani, namun demikian penanganan limbah ini harus
dikelola dengan baik dan benar.
Sedangkan limbah terkontaminasi (biasanya membawa mikroorganisme), jika
tidak dikelola secara benar akan dapat menular pada petugas yang menyentuh
limbah tersebut termasuk masyarakat pada umumnya. Limbah terkontaminasi
adalah semua limbah yang telah terkontaminasi dengan darah, nanah, urin,
tinja, jaringan tubuh lain, dan bahan lain bukan dari tubuh seperti bekas
pembalut luka, kasa, kapas dan lain-lainnya. (Limbah dari kamar operasi seperti
jaringan, darah, kasa, kapas, dll dan dari laboratorium seperti darah, tinja,
dahak, urin, biakan mikrobiologi harus dianggap terkontaminasi). Alat-alat yang
dapat melukai misalnya jarum, pisau yang dapat menularkan penyakit-penyakit
seperti hepatitis B, hepatitis C, AIDS juga digolongkan sebagai limbah
terkontaminasi.
b. Pengelolaaan limbah
Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari sebagai berikut :
1. Padat
2. Cair
3. Tajam
4. Infeksius
5. Non infeksius
c. Pemisahan
Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
Limbah cair segera dibuang ke wastafel di spoelhoek
1) Limbah padat infeksius:
plastik kantong kuning
kantong warna lain tapi diikat tali warna kuning
2) Limbah padat non infeksius:
plastik kantong warna hitam
3) Limbah benda tajam:
wadah tahan tusuk dan air
Hal yang harus diperhatikan Tempat sampah ( LIMBAH) :
Kantong pembuangan diberi label atau sesuai jenis limbah Packing
Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki
Kontainer Tempat sampah dalam keadaan bersih
Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10 – 20 meter
Ikat limbah jika sudah terisi 3/4 penuh
Kontainer limbah harus dibersihkan setiap hari.
Penyimpanan
Simpan limbah di tempat penampungan sementara khusus
Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
a. Tujuan
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan
nyaman sehingga dapat meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga “HAIs” dapat
dihindari.
Saat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau sekresi, petugas
kesehatan harus mengenakan APD yang memadai, termasuk sarung tangan
karet dan gaun pelindung.
Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung,
dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi
etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
a. Etika batuk :
1) Tutup hidung dan mulut dengan sapu tangan atau tisu atau lengan baju
2) Segera buang tisu yang sudah dipakai ke tempat sampah
3) Cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau pencucu
tangan berbasis alkohol
4) Gunakan Masker .
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 64
Hal ini sangat perlu di tekankan pada semua pasien juga petugas kesehatan
yang ada di Puskesmas Guntur 1
7. PENEMPATAN PASIEN
Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular/Suspek
Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan Standar.
Untuk kasus/dugaan kasus penyakit menular melalui udara:
Menempatkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Jika tersedia ruangan
tersendiri.
Bila pasien ditempatkan dalam 1 ruangan maka pasien ditempat kan di
pojok ruangan atau dekat jendela . jauhkan dari pintu dimana banyak orang
yang melintas.
Penyelengara pelayanan puskesmas juga harus memisahkan antara
pengunjung sakit dan sehat. Serta Ruang P2M (Ruang TB) dan Laboratorium di
tempatkan beda dengan Unit Pelyanan kesehatan yang lain dimana ini untuk
meminimalisir penularan pennyakit atau pencegahan infeksi selama berada di
lingkungan Puskesmas Guntur I
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 65
BAB IV
PELAKSANAAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA
B. KAJI BANDING
2.1. Kegiatan
Kegiatan kaji banding dilakukan dengan melihat kondisi mutu dan
kinerja di tempat lain, sehingga memperoleh perbandingan dengan
kondisi yang ada, serta memperoleh masukan untuk upaya
perbaikan-peningkatan mutu dan kinerja di Puskesmas Guntur I
2. 2. Penanggung jawab
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 66
3.3. Dokumen
Dokumen kegiatan ini berupa Laporan Hasil Audit Mutu Internal.
F. TINJAUAN MANAJEMEN
6.1. Kegiatan
Kegiatan tinjauan manajemen dilakukan untuk membahas
permasalahan pelaksanaan mutu yang belum sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Sehingga harus segera dilakukan tindakan korektif,
pencegahan dan perbaikan.
6.2. Penanggung jawab
Penanggung jawab kegiatan ini adalah koordinator mutu Puskesmas.
6.3. Dokumen
Dokumen kegiatan ini berupa laporan tinjauan manajemen
8.3. Dokumen
Dokumen kegiatan ini berupa Laporan MTP.
BAB V
PENUTUP
Lampiran 1
FORM PENILAIAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN PUSKESMAS GUNTUR I
NO AREA UNIT NAMA INDIKATOR Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 Klinis
a. Assesment Pasien Rekam Medik Kelengkapan dan ketepatan isi RR
-
b. Laboratorium Klinik Laborat Kepatuhan terhadap SOP
Ketepatan waktu pelayanan
e. Ketersediaan isi dan rekam medis Rekam Medik Ketersediaan rekam medik
pasien
g Kejadian infeksi jarum infus IGD, Persalinan Kejadian infeksi jarum infus
NO AREA UNIT NAMA INDIKATOR Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Gawat Darurat gawat darurat
k. Kejadian kematian ibu melahirkan Persalinan, IGD Kejadian kematian ibu melahirkan
l. Kejadian kematian bayi baru lahir Persalinan, IGD Kejadian kematian bayi baru lahir
m Net death Rate / kematian diatas Persalinan, IGD Net death Rate
.
48 jam
NO AREA UNIT NAMA INDIKATOR Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
d. Kepastiantepat lokasi, tepat IGD, Persalinan R. Kesesuaian tindakan dengan
prosedur, dan tepat pasien tindakan Tindakan prosedur, diagnosis, lokasi dan pasien
f. Kejadian pasien jatuh dari tempat persalinan Kejadian pasien jatuh dari tempat tidur
tidur atau kamar mandi atau kamar mandi
3 Indikator Tambahan
a. Bed Occupancy Rate Ranap Prosentase tempat tidur terpakai
dalam kurun waktu 1 tahun
NO AREA UNIT NAMA INDIKATOR Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 Klinis
a. Assesment Pasien Rekam Medik Kelengkapan dan ketepatan isi RR
e. Ketersediaan isi dan rekam medis Rekam Medik Ketersediaan rekam medik
pasien
g. Kejadian infeksi jarum infus IGD, persalinan Kejadian infeksi jarum infus
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 75
NO AREA UNIT NAMA INDIKATOR Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
h. Keterlambatan Pelayanan Pertama IGD,persalinan Keterlambatan pelayanan pertama
Gawat Darurat gawat darurat
k. Kejadian kematian ibu melahirkan persalinan, IGD Kejadian kematian ibu melahirkan
l. Kejadian kematian bayi baru lahir Persalinan, IGD Kejadian kematian bayi baru lahir
NO AREA UNIT NAMA INDIKATOR Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
penyerahan obat
f. Kejadian pasien jatuh dari tempat persalinan Kejadian pasien jatuh dari tempat tidur
tidur atau kamar mandi atau kamar mandi
3 Indikator Tambahan
a. Bed Occupancy Rate Persalinan Prosentase tempat tidur terpakai
dalam kurun waktu 1 tahun
Lampiran 2
l. Kepengurusan SBH 1
m. Poskestren 50%
2 KESEHATAN LINGKUNGAN
a. Sanitasi Air bersih 80%
3 KIA
a. Kunjungan K4 95%
b. Kunjungan K1 100%
5 Upaya KB
a. Akseptor KB aktif
(menggunakan kontrasepsi minimal 70%
3 bulan berturut-turut)
7 P2P
A. TB Paru
a. Pengobatan TB Paru BTA positif 100%
B. Malaria
a. Pemeriksaan sediaan darah 20%
C. Kusta
a. Penemuan tersangka Kusta 100%
D. Pelayanan Imunisasi
a. Imunisasi lengkap pada bayi 90%
g. BIAS TT 100%
E. Diare
a. Penemuan kasus Diare 3%
F. ISPA
a. Penemuan kasus pneumonia 100%
G. DBD
a. Angka bebas jentik > 90%
b. Insidence Rate 5%
d. Penemuan CFR 1%
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 85
c. Laporan KLB
9 Upaya Pengobatan
a. Kunjungan Rawat Jalan 15%
10 Pemeriksaan Laborat
a. Pemeriksaan Hb Bumil 100%
11 Kesehatan jiwa
a. Pemberdayaan kelompok masyarakat
terhadap kasus jiwa, menemukan 90%
dan merujuk
14 PERKESMAS
a. Asuhan Keperawatan keluarga 80%
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 88
Lampiran 3
FORM FAILURE MODE & EFFECT ANSLYSIS (FMEA)
UNIT KERJA :
Tim FMEA :
a. Ketua Tim :
b. Anggota :
c. Petugas notulen :
d. Peran masing-masing
VII. Tetapkan Threshold untuk memilih failure mode yang akan diselesaikan dan ditetapkan failure mode apa saja yang akan diselesaikan
VIII. Diskusikan dan rencanakan kegiatan / tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi failure mode tersebut tetapkan penanggung jawab dan
kapan akan dilakukan :
Tahapan Failure Kemungkinan Upaya kendali yang Kegiatan yang Penanggung Kegiatan yang
Akibat S O D RPN S O D RPN
Proses Mode Sebab sudah dilakukan direkomendasikan Jawab dilakukan
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 93
Lampiran 4
Keluhan pelanggan
Ketidaksesuai pelayanan / proses/prosedur
Hasil Audit Internal
7. KEJADIAN / DATA YANG TERKOLEKSI (Beri tanda X pada kotak apa dan siapa terkait
dengan kejadian)
Keluhan pelanggan
Ketidaksesuai pelayanan / proses/prosedur
Suppliyer
Tinjauan Manajemen
INDENTIFIKASI MASALAH
A. OLEH :
B. TANGGAL :
C. MASALAH :
( …………………………..) ( …………………………..)
Lampiran 6
FORM ANALISIS AKAR MALAHA ( RCA )
C. TIM RCA
b. Ketua :
c. Anggota :
d. Petugas Notulen :
d. Waktu kejadian
Jam
Kejadian
Informasi
tambahan
Good practice
Masalah pelayan
b. Analisis Penyimpangan
Apakah ada penyimpangan antara prosedur yang ditetapkan dengan prosedur yang
dilaksanakan saat kejadian
Apa sajakah penyimpangan tersebut
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 96
c. Analisis barrier
Barier apa saja yang terkait Apakah barrier tersebut Mangapa barrier gagal
dengan masalah ini ada/dilakukan dan apa dampaknya
b. Tindakan
c. Pelaksanaan
d. Penanggung jawab
e. Waktu
f. Sumber daya yang dibutuhkan
g. Bukti penyelesaian
( …………………………..) ( …………………………..)
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 97
Lapiran 6
Demak, ………………….
Dokter Periksa
……………………
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 98
UNIT KERJA :
Tim FMEA :
e. Ketua Tim :
f. Anggota :
g. Petugas notulen :
h. Peran masing-masing
XVII. Tetapkan Threshold untuk memilih failure mode yang akan diselesaikan dan ditetapkan failure mode apa saja yang akan diselesaikan
XVIII. Diskusikan dan rencanakan kegiatan / tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi failure mode tersebut tetapkan penanggung jawab dan
kapan akan dilakukan :
Tahapan Failure Kemungkinan Upaya kendali yang Kegiatan yang Penanggung Kegiatan yang
Akibat S O D RPN S O D RPN
Proses Mode Sebab sudah dilakukan direkomendasikan Jawab dilakukan
XX. Susun SOP baru sesuai dengan hasil analisis & pelaksanaan FMEA
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 101
Lampiran 5
Keluhan pelanggan
Ketidaksesuai pelayanan / proses/prosedur
Hasil Audit Internal
9. KEJADIAN / DATA YANG TERKOLEKSI (Beri tanda X pada kotak apa dan siapa terkait
dengan kejadian)
Keluhan pelanggan
Ketidaksesuai pelayanan / proses/prosedur
Suppliyer
Tinjauan Manajemen
INDENTIFIKASI MASALAH
D. OLEH :
E. TANGGAL :
F. MASALAH :
( …………………………..) ( …………………………..)
I. TIM RCA
e. Ketua :
f. Anggota :
g. Petugas Notulen :
j. Waktu kejadian
Jam
Kejadian
Informasi
tambahan
Good practice
Masalah pelayan
f. Analisis Penyimpangan
Apakah ada penyimpangan antara prosedur yang ditetapkan dengan prosedur yang
dilaksanakan saat kejadian
Apa sajakah penyimpangan tersebut
g. Analisis barrier
Barier apa saja yang terkait Apakah barrier tersebut Mangapa barrier gagal
dengan masalah ini ada/dilakukan dan apa dampaknya
i. Tindakan
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 105
j. Pelaksanaan
k. Penanggung jawab
l. Waktu
m. Sumber daya yang dibutuhkan
n. Bukti penyelesaian
( …………………………..) ( …………………………..)
Demak, ………………….
Dokter Periksa
…………………………..
Tabel 1.3
INDIKATOR MUTU PUSKESMAS GUNTUR I
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 107
kesehatan
7. Penilaian Kinerja Input Tersedianya data capaian
Puskesmas (PKP) kinerja masing-masing
program atau upaya
Proses Penilaian kinerja 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan dan 1 tahun
Output Dilaksanakannya PKP
Outcome Perbaikan kinerja
8. Kaji banding Input Perencanaan kaji banding 100 %
Proses Pelaksanaan kaji banding 90 %
Output Laporan rencana tindaklanjut 90 %
kaji banding
Outcome Perbaikan mutu dan kinerja 90 %
Puskesmas
Indikator
No Jenis UKM Nilai
Kriteria Indikator
1. Kesehatan Ibu Input Ketersediaan tenaga bidan 100 %
dan Anak (KIA) di semua desa
Ketersediaan tenaga bidan Sesuai
di Puskesmas persyaratan
Permenkes
No 75/2014
Proses Kepatuhan pelayanan ANC 100 %
sesuai prosedur
Pelaksanaan pelayanan KIA 100 %
diposyandu sesuai jadual
Pelaksanaan imunisasi TT 100 %
Kelas ibu hamil setiap bulan 100 %
Pelayanan nifas dan 100 %
neonatus sesuai prosedur
Output Cakupan K1 100 %
Cakupan K4 100 %
Pertolongan nakes 100 %
Cakupan pelayanan nifas 100 %
Cakupan kunjungan bayi 100 %
Cakupan kunjungan balita 100 %
Outcome Tidak ada AKI, AKB dan 0 %
AKABA
2. Pelayanan gizi Input Ketersediaan tenaga gizi 100 %
sesuai Permenkes No 75
Tahun 2014
Proses Balita gizi buruk yang 100 %
mendapat perawatan
Pelaksanaan klinis ≥ 80 %
konsultasi gizi sesuai
dengan prosedur
Pelaksanaan posyandu ≥ 90 %
(penimbangan balita) sesuai
dengan rencana
Output Cakupan pemberian 100 %
makanan pendamping ASI
padausia 6-24 bulan
Pedoman Manual Mutu Puskesmas Guntur I Demak 109
mengikuti pelatihan
4. Bisa mengoperasikan 100%
komputer
5. Tersedia kursi di ruang 100%
tunggu pengambilan obat
3. Tersedia fasilitas
peralatan pelayanan gizi 80%
Proses 1. Ketepatan distribusi 80%
makanan pada pasien