Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

Sebelum melakukan sebuah penelitian, maka peneliti melakukan tinjauan

pustaka terlebih dahulu. Tinjauan pustaka yang dilakukan adalah dengan meninjau

penelitian sebelumnya yang sejenis. Berikut adalah beberapa penelitian sejenis

dan terkait yang peneliti jadikan acuan untuk melakukan penelitian ini :

Tabel 2.1 : Skripsi Sejenis

Item Skripsi
Wahyu Anas B La Boy Riska Indria Aliyu Hakim

Universitas Sultan Universitas Halu Universitas Sekolah


Ageng Tirtayasa Oleo Sumatera Utara Tinggi Ilmu
Peneliti 2013 2017 2016 Komunikasi
Bandung
2019

Judul Pola Komunikasi Pola-Pola Efektifitas Teknik


Lintas Budaya Komunikasi Komunikasi Komunikasi
Pedangan Etnis Dalam Negosiasi Antarbudaya Di Negosiasi
Tionghoa dalam Antara Penjual Pasar Tradisional Pedagang
Bertransaksi dan Pembeli di (Studi Kasus dalam
dengan Pembeli Pasar Wakuru Efektifitas bertransaksi
Pribumi di Toko Komunikasi dengan
Bandung Antarbudaya pembeli di
Antar Penjual toko Textile
Dan Pembeli Di Pandawa
Pasar Tradisional kota
Petisah Medan Cirebon.
Tujuan Untuk Untuk mengetahui Untuk Untuk
Penelitian mengetahui peran komunikasi mengetahui mengetahui
bagaimana antar budaya peran komunikasi Teknik Negosiasi
peran mempengaruhi antar budaya di gambit awal
komunikasi proses transaksi pasar tersebut pedagang dalam
verbal dan non bertransaksi
verbal dalam Untuk mengetahui Untuk dengan pembeli
menjalin mengetahui toko Textile
apakah negosiasi
komunikasi komunikasi Pandawa Cirebon
berjalan dengan
baik atau ada verbal dan non
Untuk Untuk mengetahui
mengetahui hambatan verbal di pasar Teknik Negosiasi
apakah tersebut gambit tengah
perbedaan pedagang dalam
Bahasa dan bertransaksi
gestur dengan pembeli
mempengaruhi toko Textile
proses Pandawa Cirebon
komunikasi
Untuk
mengetahui
Teknik Negosiasi
gambit akhir
pedagang dalam
bertransaksi
dengan pembeli
toko Textile
Pandawa Cirebon

Metode Deskriptif Kualitatif Kualitaitif Deksriptif


Kualitatif Deskriptif Deskriptif Kualitatif

Subjek Etnis Tionghoa Negosiasi Antara Komunikasi Negosiasi


dalam Penjual dan Antarbudaya Di Pedagang Etnis
Bertransaksi Pembeli di Pasar Pasar Tradisional Tionghoa dalam
dengan Pembeli Wakuru bertransaksi
Pribumi di dengan pembeli
Toko Bandung
Hasil nilai budaya yang interaksi komunikatif para penjual yang .
Penelitian dipraktekkan antara penjual dan berada di pasar
dalam transaksi pembeli biasa atau Petisah memiliki
jual bel pembeli pelanggan
bermacam-macam
imembentuk pola menunjukkan adanya suku mulai suku
dengan komunikasi pola-pola komunikasi Batak, Karo,
sebagai berikut: (1)
verbal juga non- interaksi diawali Padang, Jawa
verbal dan adanya dengan memilih
dan Cina. Para
hambatan dalam barang atau dengan
komunikasi lintas menyebut barang pembeli yang
budaya ini sehingga secara langsung, (2) datang juga
ada upaya-upaya penggunaan simbol- beragam suku
yang harus simbol bahasa yang Bangsa. Di pasar
dilakukan untuk bersifat lugas dan Petisah sendiri
mengurangi adanya struktur gramatika kaya akan
hambatan ini. yang sederhana keberagaman
Pedagang harus sehingga suku, tidak ada
memudahkan saling
memperhatikan pihak yang
pemahaman bersama
faktor-faktor terhadap pesan yang minoritas ataupun
seperti bahasa, dipertukarkan, dan mayoritas.
gestur tubuh dan (3) terjadinya Dengan
kepercayaan ketika komunikasi tatap beragamnya suku
melakukan muka dan timbal- Bangsa yang ada
transaksi jual-beli balik (dialogis) disana maka
karena akan antara penjual dan
pembeli, sehingga beragam juga
mempengaruhi
berhasil atau mempermudah bahasa daerah
tidaknya suatu pencapaian yang dimilikinya.
transaksi. kesepakatan dan Akan tetapi para
Kemudian adanya ketidaksepakatan penjual dan
transaksi pembeli lebih
perbedaan budaya
dan bahasa, dalam menggunakan
perbedaan budaya bahasa Indonesia
terbentuklah pola untuk
komunikasi yang berkomunikasi.
bervariasi yang
menciptakan
pedagang memiliki
persepsi yang baik
kepada pembeli
pribumi, namun
dalam bahasa
merupakan kendala
yang harus
diperhatikan oleh
pedagang ketika
sedang melakukan
transaksi jual-beli
Persamaan Persamaan Persamaan Persamaannya .
dengan penelitian dengan penelitian adalah terlihat
ini adalah sama- terdahulu adalah subjek yang
sama meneliti subjek yang digunakan yaitu
mengenai digunakan serta di suatu pasar
komunikasi etnis sama-sama tradisional dan
tionghoa dengan meneliti komunikasi
pribumi dan mengenai penjual dan
metode penelitian. negosiasi di suatu pembeli di pasar
pasar tradisional.

Perbedaan Perbedaan yang Teori yang Permasalahan


terdapat dari digunakan yang diangkat

Penelitian berbeda. Peneliti oleh penelitian


terdahulu dengan menggunakan terdahulu adalah
peneliti adalah teori Teknik lebih kepada
objek yang negosiasi Roger dalam
digunakan Dawson komunikasi antar
penelitian sedangkan peneliti budaya dan
sebelumnya sebelumnya membahas
adalah negosiasi di menggunakan komuniikasi
pasar. Subjek yang teori negosiasi verbal dan non
diteliti penelitian saja. verbal.
terdahulu adalah
komunikasi
sedangkan subjek
peneliti adalah
negosiasi.
Perbedaan lainnya
teori yang
digunakan oleh
peneliti.

(Sumber: Peneliti)
Penelitian Pertama

Penelitian pertama dilakukan oleh Wahyu Annas yang berjudul "Pola

Komunikasi Lintas Budaya Pedangan Etnis Tionghoa dalam Bertransaksi

dengan Pembeli Pribumi di Toko Bandung" pada tahun 2012. Dalam skripsi ini,

Wahyu menggunakan teori-teori seperti Komunikasi Verbal dan Non-Verbal,

Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi Lintas Budaya yang relevan dengan judul

penelitiannya, serta metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

memakai metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian didapat bahwa

nilai budaya yang dipraktekkan dalam transaksi jual bel imembentuk pola

dengan komunikasi verbal juga non-verbal dan adanya hambatan dalam komunikasi

lintas budaya ini sehingga ada upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi

adanya hambatan ini. Pedagang harus memperhatikan faktor-faktor seperti bahasa,

gestur tubuh dan kepercayaan ketika melakukan transaksi jual-beli karena akan

mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu transaksi. Kemudian adanya perbedaan

budaya dan bahasa, dalam perbedaan budaya terbentuklah pola komunikasi yang

bervariasi yang menciptakan pedagang memiliki persepsi yang baik kepada pembeli

pribumi, namun dalam bahasa merupakan kendala yang harus diperhatikan oleh

pedagang ketika sedang melakukan transaksi jual-beli.

Penelitian Kedua

Penelitian kedua yang dilakukan oleh B La Boy yang berjudul "Pola-Pola

Komunikasi Dalam Negosiasi Antara Penjual dan Pembeli di Pasar Wakuru"


pada tahun 2017. Dengan teori-teori sebagai berikut unsur-unsur Komunikasi ,

Komunikasi AntarBudaya, Negosiasi. Penulis menggunakan metode kualitatif. Hasil

penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi komunikatif antara

penjual dan pembeli biasa atau pembeli pelanggan menunjukkan adanya pola-pola

komunikasi sebagai berikut: (1) interaksi diawali dengan memilih barang atau

dengan menyebut barang secara langsung, (2) penggunaan simbol-simbol

bahasa yang bersifat lugas dan struktur gramatika yang sederhana sehingga

memudahkan saling pemahaman bersama terhadap pesan yang dipertukarkan, dan

(3) terjadinya komunikasi tatap muka dan timbal-balik (dialogis) antara penjual dan

pembeli, sehingga mempermudah pencapaian kesepakatan dan ketidaksepakatan

transaksi.

Penelitian Ketiga

Penelitian ketiga dilakukan oleh Riska Indria dengan judul, "Efektifitas

Komunikasi Antarbudaya Di Pasar Tradisional (Studi Kasus Efektifitas

Komunikasi Antarbudaya Antar Penjual Dan Pembeli Di Pasar Tradisional

Petisah Medan)" pada tahun 2012. Teori yang dipakai oleh penulis berupa

Komunikasi antarbudaya, Efektivitas Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi Verbal,

Komunikasi Nonverbal dengan metode yang digunakan adalah metode

kualitatif. Hasil yang diperoleh adalah para penjual yang berada di pasar Petisah

memiliki bermacam-macam suku mulai suku Batak, Karo, Padang, Jawa dan

Cina. Para pembeli yang datang juga beragam suku Bangsa. Di pasar Petisah sendiri

kaya akan keberagaman suku, tidak ada pihak yang minoritas ataupun mayoritas.
Dengan beragamnya suku Bangsa yang ada disana maka beragam juga bahasa

daerah yang dimilikinya. Akan tetapi para penjual dan pembeli lebih menggunakan

bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Komunikasi Persuasi

Persuasi didefinisikan oleh banyak orang dengan banyak versi,

diantaranya sebagai berikut:

Persuasi secara harafiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau hal

menyakinkan” – (Efendy, 1991:103)

Persuasi adalah influence yang dibatasi dengan hanya komunikasi, baik

komunikasi verbal (dengan menggunakan kata-kata), maupun komunikasi non-

verbal (engan menggunakan gerakan atau bahasa tubuh) – (Purnawan EA,

2002:15)

Persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi manusia dengan

memanfaatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari

komunikan yang hendak dipengaruhi . – (Susanto, 1993:17)

Persuasi adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan

dan prospek baik yang meyakinkannya; bujukan halus: mereka percaya dapat

meyakinkan orang lain dng -- saja; imbauan; karangan yg bertujuan membuktikan

pendapat. – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


Pada dasarnya, persuasi adalah teknik komunikasi yang bertujuan untuk

mempengaruhi adopter dengan pandangan yang dimiliki orang yang melakukan

persuasi.

2.2.2 Pengertian Negosiasi

Istilah negosiasi berasal bahasa Inggris “negotiation”, dalam pengertian

secara umum negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding untuk

mencapai kesepakatan kedua belah pihak (Ulinuha, 2013). Sedangkan Robbins

(2003) mengartikan negosiasi adalah sebuah proses yang didalamnya dua pihak atau

lebih bertukar barang dan jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut

bagi mereka.

Menurut Jackman (2005) negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara

dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga

akhirnya mencapai kesepakatan. Oliver (dalam Purwanto, 2006) menambahkan

bahwa negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak

atas hasil akhir. Untuk itu diperlukan persetujuan dari kedua belah pihak sehingga

terjadi proses yang saling memberi dan menerima sesuatu untuk mencapai suatu

kesepakatan bersama.

Negosiasi disebut pula sebagai proses interaktif yang dilakukan untuk

mencapai persetujuan. Proses ini melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki

pandangan berbeda tetapi ingin mencapai beberapa resolusi bersama (McGuire,

2004). Sedangkan Modul Garuda Sales Institute mengartikan negosiasi

adalah proses untuk mencapai kesepakatan dengan memperkecil perbedaan serta


mengembangkan persamaan guna meraih tujuan Bersama yang saling

menguntungkan. Negosiasi juga merupakan komunikasi dua arah, yaitu penjual

sebagai komunikator dan pembeli sebagai komunikan atau saling bergantian.

Proses komunikasi dalam negosiasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Melibatkan dua pihak, pihak penjual dan pihak pembeli

b. Adanya kesamaan tema masalah yang dinegosiasikan

c. Kedua belah pihak menjalin kerja sama

d. Adanya kesamaan tujuan kedua belah pihak

e. Untuk mengkonkritkan masalah yang masih abstrak

Tim Hindle (dalam Rustono, 2008) dalam bukunya Negotiation Skills

menyebutkan ”The art of negotiation is based on attempting to reconcile what

constitutes a good result for the other party”. Negosiasi adalah keterampilan yang

dapat dipelajari oleh setiap orang (Rustono, 2008). Sedangkan Jackman (2005)

mengatakan negosiasi adalah satu proses, sebuah metode untuk mencapai

kesepakatan mengenai suatu masalah yang sedang didiskusikan atau diperdebatkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan

suatu proses komunikasi dimana dua orang atau lebih dengan tujuan yang berbeda

melakukan suatu proses timbal balik yang melibatkan pertukaran sesuatu antara dua

orang atau lebih hingga mencapai kesepakatan bersama yang menguntungkan semua

pihak
2.2.2.1 Aspek Kemampuan Negosiasi

Menurut Jackman (2005) terdapat empat aspek kemampuan negosiasi yaitu:

a. Kemampuan untuk memisahkan perasaan pribadi dengan masalah yang sedang

dihadapi. Negosiator harus mampu bersikap professional dengan tetap fokus pada

masalah yang sedang dibicarakan, bukan pada orang yang terlibat di

dalamnya, dan harus mampu mengesampingkan perasaan pribadi yang dapat

mempengaruhi proses negosiasi.

b. Kemampuan untuk berfokus pada kepentingan bukan posisi. Setiap

negosiator berangkat dari posisi yang berbeda, menganggap lawan negosiasi

sebagai “seseorang yang harus dikalahkan” adalah sikap yang kurang

menguntungkan karena dapat menjebak dalam kecurigaan yang dapat

mengalihkan kepentingan awal bernegosiasi.

c. Kemampuan untuk mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat keputusan

akhir. Mampu mengumpulkan sebanyak mungkin pilihan agar tidak terjebak pada

masalah atau solusi, hal ini akan meningkatkan kualitas kesepakatan akhir dan

memperbesar kemungkinan untuk memuaskan kebutuhan semua pihak yang

terlibat. Menyusun strategi negosiasi yang efektif sebelum negosiasi dimulai akan

membantu mencapai kesepakatan.

d. Kemampuan untuk memastikan bahwa hasil didasarkan pada kriteria

obyektif. Orang karismatik atau vokal terdengar sangat menyakinkan selama

negosiasi akan memberikan pengaruh yang tidak seimbang dalam mengambil

keputusan, terlebih ketika seseorang memiliki keraguan. Demi mencapai hasil


maksimal sangatlah penting untuk mampu menggunakan kriteria yang obyektif,

seperti menganalisis keuntungan dan kerugian dari tawaran yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan

kemampuan negosiasi yang baik dapat memahami dan mengenali aspek kemampuan

negosiasi berupa kemampuan untuk memisahkan perasaan pribadi dengan masalah

yang sedang dihadapi, kemampuan untuk berfokus pada kepentingan bukan posisi,

kemampuan untuk mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat keputusan

akhir, kemampuan untuk memastikan bahwa hasil didasarkan pada kriteria

obyektif.

2.2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Negosiasi

Mc Guire (2004) mengatakan terdapat tiga faktor utama dalam kemampuan

negosiasi yang baik, yaitu:

a. Patience adalah negosiator yang baik menyadari bahwa negosiasi

membutuhkan proses, termasuk di dalamnya untuk menghilangkan sekat

diantara kedua pihak dan bukan merupakan hasil instan.

b. Self confidence, yaitu negosiator yang baik menyadari bahwa dengan memiliki

kepercayaan diri berarti memiliki pula keyakinan akan kemampuannya untuk

mencapai keberhasilan negosiasi.

c. Communication skill, yaitu negosiator yang baik menyadari bahwa dengan

melibatkan dua pihak, negosiasi membutuhkan kemampuan komunikasi

yang baik agar mampu menangkap pesan secara efektif. Joseph A Devito

(dalam Cangara, 2007) membagi komunikasi menjadi empat macam yaitu


komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan

komunikasi massa. Di dalam masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan

bentuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan

tertentu yang bersifat pribadi.

Scott (1985) menyebutkan bahwa terampil, mempunyai motivasi, rasa percaya

diri akan kemampuan yang tinggi, kemampuan menyusun rencana, bertindak dengan

penuh integritas, mampu berfikir jernih, pendengar yang baik, berempati dan

keterampilan berkomunikasi, merupakan hal-hal yang mempengaruhi kemampuan

negosiasi seseorang.

Filley (dalam Sepasthika, 2010) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan negosiasi adalah:

a. Kehadiran masing-masing pihak untuk mencapai tujuan. Kehadiran ini

merupakan bentuk kerjasama untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan yang

terjadi.

b. Kepercayaan diri pribadi untuk memecahkan masalah. Pihak yang percaya bahwa

mereka dapat bekerjasama, biasanya mampu melakukan pemecahan masalah

dengan kepercayaan dirinya.

c. Kepercayaan terhadap perspektif sendiri dan pihak lain. Pemahaman terhadap

masing-masing sudut pandang akan menumbuhkan kepercayaan tersebut, karena

saat bernegosiasi masing-masing pihak diharap mampu menerima sikap dan

informasi secara akurat dan valid.


d. Motivasi dan komitmen untuk bekerjasama. Untuk mewujudkan hal tersebut

dalam rangka mencapai tujuan negosiasi, masing-masing pihak harus memiliki

interest terhadap masalah yang dihadapi secara obyektif dan menunjukkan

respon terhadap tuntutan dan kebutuhan masing-masing.

e. Komunikasi yang akurat dan jelas. Merupakan komunikasi yang tidak

menimbulkan ambiguitas.

f. Pemahaman akan dinamika negosiasi. Proses negosiasi bersifat dinamis dan

fleksibel sehingga masing-masing pihak diharapkan mampu menyesuaikan taktik

dan strategi yang digunakan Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan

bahwa untuk memiliki kemampuan negosiasi yang baik terdapat faktor dari dalam

dan luar individu. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil faktor dari dalam

individu yaitu keterampilan berkomunikasi dalam hal ini komunikasi

interpersonal sebagai variabel bebas penelitian.

2.2.3 Pengertian Teknik Negosiasi

Pengertiaan negosiasi adalah “proses tawar-menawar dengan jalan berunding

untuk memberi dan menerima guna mencapai kesepakatan bersama yang saling

menguntungkan” (Dawson, 2004).

Selain berperan menjadi negosiator yang baik, negosiator perlu

mengetahui langkah-langkah strategis (gambit) negosiasi.Dawson (2004:1) membagi

gambit negosiasi menjadi tiga, yaitu gambit babak awal, memulai negosiasi sesuai

dengan keinginan negosiator. Gambit babak tengah mempertahankan negosiasi


berkembang sesuai keinginan negosiator, dan gambit babak akhir atau penutup yang

siap menutup penjualan.

2.2.3.1 Gambit Negosiasi Awal

Gambit merupakan suatu langkah yang strategis dalam sebuah negosiasi yang

melibatkan adanya risiko. Keterampilan dalam memilih gambit yang tepat dan

menggunakannya pada waktu yang tepat akan dapat menghasilkan negosiasi yang

baik. Gambit awal merupakan awal negosiasi yang akan dilakukan oleh

seorang negosiator pada tahap awal hubungan dengan pihak lawan, untuk dapat

meyakinkan bahwa negosiator telah menyiapkan panggung sebuah kesepakatan.

Dalam hal ini Roger Dawson menjelaskan gambit negosiasi awal adalah

sebagai berikut:

1. Mintalah lebih dari yang anda harapkan

a. Anda bisa saja mendapatkannya.

b. Memberikan anda ruang gerak untuk bernegosiasi.

c. Meningkatkan nilai kesadaran mengenai apa yang anda tawarkan.

d. Mencegah negosiasi dari dead lock.

e. Menciptakan suasana dalam mana pihak lawan merasa bahwa ia menang.

2. Jangan pernah katakan ‘ya’ terhadap tawaran pertama

a. Jangan mengatakan ya terhadap tawaran pertama atau tawaran balasan

dari pihak lawan.


b. Bahaya jika anda sudah membentuk gambarn mental bagaimana pihak

lawan akan merenspons proposal anda dan ternyata pihak lawan tidak

demikian.

3. Hindari Negosiasi yang Konfrontatif.

a. Jangan menentang pihak lawan pada tahap-tahap awal negosiasi karena itu

akan menimbulkan konfrontasi.

b. Gunakan formula feel, felt, found untuk mengubah suasana konfrontatif.

c. Dengan menerapkan formula feel, felt, found anda akan memperoleh

waktu untuk berpikir bila pihak lawan menunjukkan sikap permusuhan kepada

anda.

2.2.3.2 Gambit Negosiasi Tengah

1. Jangan Memberi Tawaran Splitting The Difference

a. Jangan sekali-kali terperangkap dalam pemikiran bahwa splitting the

difference adil untuk dilakukan.

b. Splitting the difference tidak berarti membaginya tepat di tengah- tengah,

karena anda bisa melakukan tindakan ini lebih dari satu kali.

c. Jangan sekali-kali melakukan splitting the difference untuk diri anda sendiri,

sebaliknya doronglah agar pihak lawan yang melakukannya.

d. Dengan membuat pihak lawan melakukan splitting the difference, anda

menempatkan mereka dalam posisi menyarankan kompromi. Lalu anda bisa

berpura-pura enggan menyetujui proposal mereka, membuat mereka merasa

menang.
2.2.3.3 Gambit Negosiasi Akhir

1. Positioning For Easy Acceptance

a. Jika pihak lawan bangga akan kemampuannya dalam

bernegosiasi, keinginannya untuk menang dapat menghambat anda mencapai

kesepakatan.

b. Posisikan pihak lawan agar merasa nyaman kalah terhadap anda dengan

konsensi kecil yang dibuat tepat di saat-saaat terakhir.

c. Karena penentuan waktu lebih penting daripada ukuran konsesi,

konsesinya bisa kecil saja dan itu juga efektif.

d. Selalu berikan ucapan selamat kepada pihak lawan setelah anda selesai

bernegosiasi, meskipun menuruut anda pihak lawan buruk


2.2.4 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin commuins yang artinya

membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari

akar kata communico yang artinya membagi (Hafied, 2017, P.35).

Dijelaskan definisi komunikasi menurut Prof. H. Hafied Cangara, M.Sc.,

Ph.D. yang berjudul Perencanaan & Strategi Komunikasi.

“Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada

satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

(Hafied, 2017, P.35)

Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari,

sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasi, edukatif dan informatif.

Sebab tanpa komunikasi maka tidak adanya proses interaksi: saling tukar ilmu

pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan lain sebagainya.

Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umunya berlangsung dengan

melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung

makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama. Pengertian pemakaian

bahasa dapat bersifat kongkret atau abstrak (Rosady Ruslan, SH, MM, 2016, P.82).

Komunikasi menjadi suatu suguhan topic yang sering diperbincangkan pada

berbagai kalangan dan memliki arti yang baragam, karena komunikasi

digunakan pada berbagai macam kepentingan, salah satunya pada sebuah organisasi.

Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi

membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan juga organisasi,


merespon dan menginmplementasikan perubahan organisasi, mengoordinasi aktivitas

organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang

relevan (Romli, 2014, P.7). Dalam suatu organisasi, komunikasi memiliki peran

penting untuk kelancaran suatu organisasi.

2.2.4.1 Fungsi dan Kegunaan Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Komunikasi sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan

oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara klasik fungsi

komunikasi ditujukan untuk:

a. memberi informasi,

b. menghibur

c. mendidik, dan

d. membentuk opini public (Hafied, 2017, h.42).

Berlo (dalam Cangara, 2017, h.42) menyebut secara ringkas bahwa

komunikasi sebagai instrument interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan

memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam

menciptakan keseimbangan dengan masyarakat. Jadi komunikasi jelas tidak dapat

dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tata karma pergaulan

antarmanusia, apakah itu seorang pengusaha, dokter, guru, karyawan atau politisi.
Melalui komunikasi yang dilakukan dengan baik dan santun akan memberi pengaruh

langsung terhadap diri seseorang dalam bermasyarakat. Pendek kata,

keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan,

termasuk karier dan rezeki seseorang banyak bergantung pada kemampuannya

berkomunikasi (2017, h.42).

Anda mungkin juga menyukai