Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Transportasi

Transportasi yaitu dari kata Latin “transportare”, trans berarti seberang atau
sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Jadi, transportasi berarti
mengangkut atau membawa (sesuatu) ke sebelah lain atau suatu tempat ke tempat
lainnya. Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha dan kegiatan
mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Transportasi dibagi 3 (tiga) yaitu, transportasi darat, udara, dan air.

1. Transportasi Darat
Merupakan segala bentuk transportasi menggunakan jalan untuk
menggangkut penumpang atau barang. Bentuk awal dari transportasi darat
adalah menggunakan kuda, keledai atau bahkan manusia untuk membawa
barang melewati jalan setapak. Seiring dengan perkembangan perdagangan,
jalan diratakan atau dilebarkan untuk mengakomodir aktivitas. Contoh
transportasi darat yaitu kereta api, sepeda, kendaraan bermotor, mobil, bus,
delman, dan gerobak.
2. Transportasi Udara
Merupakan kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk
menggangkut penumpang, kargo atau pos untuk satu perjalanan atau lebih
dari satu bandar ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
Contoh transportasi udara yaitu pesawat, helikopter, dan balon udara.
3. Transportasi Air (sungai, danau, laut)
Merupakan pengangkutan orang dan barang atau kargo. Walaupun dalam
sejarah, penggunaan transportasi air untuk penumpang cenderung menurun
dikarenakan meningkatnya penerbangan komersial, transportasi air masih
penting untuk transportasi jarak dekat dan kapal pesial. Contoh transportasi

II-1
STIMLOG Indonesia
II-2

air yaitu kapal, perahu, kano, getek, dan kapal selam. Dalam sistem
transportasi ada lima unsur pokok, yaitu:
a. Orang atau Barang yang dibutuhkan
b. Kendaraan sebagai alat angkut
c. Jalan sebagai prasarana angkutan
d. Terminal
e. Organisasi sebagai pengelola angkutan.
Pengangkutan atau pemindahan penumpang atau barang dengan transportasi
adalah untuk dapat mencapai tempat tujuan dan menciptakan atau menaikkan utilitas
atau kegunaan dari barang dari barang yang diangkut.
Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada
dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara fisik
mengubah tempat dari barang (comodity) dan penumpang ke tempat lain.
Di dalam pengertian transportasi tersebut, terdapat unsur-unsur yang terkait erat
dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur dalam transportasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manusia yang membutuhkan
2. Barang yang dibutuhkan
3. Kendaraan sebagai alat/sarana
4. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi
5. Organisasi (pengelola transportasi).
Pengertian transportasi sangat beragam berdasarkan para ahli. Namun yang
dituliskan diatas ada garis besar dan definisi umum mengenai transportasi. Pengertian
transportasi dimasa yang akan datang mungkin akan mengalami banyak
perkembangan akibat kemajuan teknologi. Tetapi konsep pengertian transportasi
secara mendasar diatas harus dipahami sebagai dasar dan sejarah transportasi.
Fungsi dan manfaat transportasi diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
penting. Transportasi memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan

STIMLOG Indonesia
II-3

arus barang dan manusia dan menunjang perkembangan pembangunan (the


promoting sector). Sedangkan manfaat transportasi menjadi tiga klasifikasi yaitu:
a. Manfaat Ekonomi
Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan
menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang
menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak
geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi.
b. Manfaat Sosial
Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya:
1. Pelayanan untuk perorangan atau kelompok
2. Pertukaran atau penyampaian informasi
3. Perjalanan untuk bersantai
4. Memendekkan jarak
5. Memencarkan penduduk
c. Manfaat Politis
Transportasi menciptakan persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara,
mengatasi bencana, dan lain-lain.
d. Manfaat Kewilayahan
Memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman terutama yang
berkaitan dengan sirkulasi dan mobilisasi serta perangsang pembangunan.
2.2 Distribusi
Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat
diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga,
tempat, dan saat dibutuhkan). Seorang atau sebuah perusahaan distributor adalah
perantara yang menyalurkan produk dari pabrik (manufacture) ke pengecer (retailer).
Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut dikirimkan (biasanya
juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor tersebut kemudian menjual
produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.

STIMLOG Indonesia
II-4

Menurut Kotler (1991:279) Saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan


atau perseorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu
memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari produsen
ke konsumen.
2.2.1 Sistem Distribusi
Dalam sistem distribusi menunjukkan adanya kaitan antar kegiatan dimana
kegiatan transportasi berperan sebagai mata rantainya. Dengan demikian, transportasi
berfungsi sebagai "jembatan" yang menghubungkan produsen dengan konsumen,
meniadakan jarak di antara keduanya. Jarak tersebut dapat dinyatakan sebagai jarak
waktu maupun jarak geografis. Jarak waktu timbul karena barang yang dihasilkan
hari ini mungkin belum digunakan sampai besok, atau bulan depan, atau tahun depan.
Jarak atau keseimbangan ini dijembatani melalui pergudangan dengan teknik tertentu
untuk mencegah kerusakan barang yang bersangkutan. Transportasi erat sekali
kaitannya dengan pergudangan atau penyimpanan karena keduanya meningkatkan
manfaat barang. Angkutan menyebabkan barang dapat di- pindahkan dari satu tempat
ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat barang itu tidak didapatkan,
dengan demikian menciptakan manfaat tempat (place utility). Penyimpanan atau
pergudangan juga memungkinkan barang disimpan sampai dengan waktu yang
dibutuhkan, dan ini berarti memberikan manfaat waktu (time utility).
Secara umum, sistem distribusi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu sistem
distribusi langsung dan sistem distribusi tidak langsung. Sistem distribusi langsung
mendistribusikan barang secara langsung dari produsen ke konsumen. Sistem
distribusi tidak langsung menggunakan perantara (midleman) sehingga tidak langsung
bertemu dengan konsumen.
2.2.2 Fungsi Distribusi
Fungi distribusi dikelompokkan menjadi dua yakni fungsi pokok dan fungsi
tambahan, diantaranya fungsi pokok distribusi yaitu sebagai berikut:
a. Pengangkutan (transportasi), pada umumnya tempat kegiatan produksi
berbeda dengan tempat konsumen. Perbedaan tempat ini harus diatasi
dengan suatu kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah

STIMLOG Indonesia
II-5

penduduk dan makin majunya sebuah teknologi, kebutuhan manusia makin


banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar
sehingga membutuhkan alat transportasi (pengangkutan).
b. Penjualan (selling), didalam pemasaran barang selalu ada aktivitas penjualan
yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada
konsumen bisa dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini
maka konsumen bisa menggunakan barang tersebut.
c. Pembelian (buying), setiap ada penjualan berarti ada aktivitas pembelian.
Bila penjualan barang dilakukan oleh produsen maka pembelian dilakukan
oleh orang yang membutuhkan barang tersebut.
d. Penyimpanan (stooring), sebelum barang-barang disalurkan kepada
konsumen, biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin
kesinambungan, keselamatan, dan keutuhan barang-barang, perlu adanya
suatu penyimpanan (pergudangan).
e. Pembakuan standar kualitas barang, dalam setiap transaksi jual beli banyak
penjual ataupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis,
dan ukuran barang yang akan diperjual belikan. Oleh karena itu perlu adanya
pembakuan standar, baik jenis, ukuran, ataupun kualitas barang yang akan
diperjual belikan tersebut. Pembakuan barang ini dimaksudkan agar barang
yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.
f. Penanggung risiko, seorang distributor menanggung risiko, baik kerusakan
ataupun penyusutan barang.
g. Menyeleksi, suatu kegiatan ini biasanya diperlukan untuk distribusi hasil
pertanian dan produksi yang dikumpulkan dari beberapa pengusaha.
h. Mengepak atau mengemas, untuk menghindari adanya suatu kerusakan atau
hilang dalam pendistribusian maka barang harus dikemas dengan baik.
i. Memberi informasi, untuk memberi kepuasan yang maksimal kepada
konsumen, produsen harus memberi informasi secukupnya kepada
perwakilan daerah atau kepada konsumen yang dianggap perlu informasi,
informasi yang paling tepat bisa melalui iklan.

STIMLOG Indonesia
II-6

2.2.3 Tujuan Distribusi


Tujuan dari distribusi adalah mendistribusikan produk hasil produksi
perusahaan sampai kepada konsumen dengan lancar, namun harus memerhatikan
kondisi perusahaan, kapasitas kendaraan yang dimiliki, serta ketersediaan sarana yang
ada di masyarakat. Dimana sistem distribusi yang baik akan mendukung kegiatan
produksi dan konsumsi. Tujuan distribusi yaitu sebagai berikut:
a. Konsumen memperoleh barang dan jasa dengan mudah. Tidak semua barang
atau jasa dapat dibeli langsung konsumen dari produsen dimana hal ini
membutuhkan penyalur atau distribusi dari produsen ke konsumen.
b. Kelangsungan kegiatan produksi dapat terjamin. Produsen atau perusahaan
membuat barang untuk dijual dan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan yang kembali digunakan untuk proses produksi dimana
keuntungan tersebut didapatkan jika terdapat distributor.
Barang atau jasa hasil produksi dapat bermanfaat bagi konsumen. Barang atau
jasa produksi tidak akan ada artinya jika tetap berada di tempat produsen. Barang atau
jasa dapat bermanfaat bagi konsumen jika telah ada kegiatan distribusi.
2.3 Vehicle Routing Problem
Menurut Fisher (1995), Vehicle Routing Problem (VRP) didefinisikan sebagai
sebuah pencarian atas cara penggunaan yang efisien dari sejumlah kendaraan yang
harus melakukan perjalanan untuk mengunjungi sejumlah tempat untuk mengantar
dan/atau menjemput orang/barang. VRP berkaitan dengan permasalahan bagaimana
mendatangi pelanggan dengan menggunakan kendaraan yang ada. VRP digunakan
untuk menentukan rute kendaraan dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan.
Menurut Solomon (1987), variasi dari VRP antara lain:
1. Capacitated VRP (CVRP), yaitu setiap kendaraan punya kapasitas yang
terbatas.
2. VRP with Time Windows (VRPTW), yaitu setiap pelanggan harus disuplai
dalam jangka waktu tertentu.
3. Multiple Depot VRP (MDVRP), yaitu distributor memiliki banyak depot
untuk menyuplai pelanggan.

STIMLOG Indonesia
II-7

4. VRP with Pick-Up and Delivering (VRPPD), yaitu pelanggan mungkin


mengembalikan barang pada depot asal.
5. Split Delivery VRP (SDVRP), yaitu pelanggan dilayani dengan kendaraan
berbeda.
6. Stochastic VRP (SVRP), yaitu munculnya ‘random values’ (seperti jumlah
pelanggan, jumlah permintaan, waktu pelayanan atau waktu perjalanan).
7. Periodic VRP, yaitu pengantar hanya dilakukan dihari tertentu.
Secara ringkas, berikut adalah karakteristik dari permasalahan VRP yaitu:
a. Perjalanan kendaraan berawal dan berakhir dari dan ke depot awal
b. Ada sejumlah tempat yang semuanya harus dikunjungi dan dipenuhi
permintaannya tepat satu kali
c. Jika kapasitas kenderaan sudah terpakai dan tidak dapat melayani tempat
berikutnya, kendaraan dapat kembali ke depot untuk memenuhi kapasitas
kendaraan dan melayani tempat berikutnya
d. Tujuan dari permasalahan ini adalah meminimumkan total jarak yang
ditempuh kendaraan dengan mengatur urut-urutan tempat yang harus
dikunjungi beserta kapan kembalinya kendaraan untuk mengisi kapasitasnya
lagi.
Menurut Toth dan Vigo (2002), terdapat beberapa komponen dalam VRP.
Karakteristik dari komponen-komponen tersebut perlu diperhatikan di dalam
permasalahan VRP. Komponen-komponen VRP antara lain sebagai berikut. :
1. Jaringan jalan
Jaringan jalan biasanya dideskripsikan dalam sebuah graf yang terdiri dari
edge (rusuk) yang merepresentasikan bagian jalan yang digunakan dan
vertex (simpul) yang merepresentasikan konsumen dan depot.
2. Konsumen
Dalam menyelesaikan masalah VRP, terlebih dahulu harus menetapkan
lokasi konsumen-konsumen yang ada. Kemudian diperhatikan pula
permintaan yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Besarnya permintaan
yang dibutuhkan oleh konsumen, mempengaruhi lamanya waktu bongkar-

STIMLOG Indonesia
II-8

muat (loading-unloading) barang. Selain itu, perlu diperhatikan juga apakah


ada rentang waktu (time window) yang disyaratkan dalam melayani
konsumen-konsumen tersebut.
3. Depot
Lokasi dimana depot berada juga merupakan komponen yang penting, sebab
depot merupakan tempat awal dan berakhirnya suatu kendaraan dalam
mendistribusikan barang. Kemudian perlu diketahui jumlah kendaraan yang
ada pada depot serta jam operasional yang ditentukan pada depot. Tujuannya
untuk membatasi waktu kinerja kendaraan dalam proses distribusi.
4. Kendaraan
Komponen yang perlu diperhatikan dari kendaraan yaitu antara lain, jumlah
dan kapasitas kendaraan yang digunakan. Kapasitas kendaraan tersebut
membatasi permintaaan konsumen, artinya jumlah permintaan konsumen
tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan yang digunakan. Kemudian
ditentukan pula bahwasanya dalam satu rute hanya dilayani oleh satu
kendaraan. Kemudian dalam satu kendaraan, disediakan alat untuk melayani
konsumen (loading-unloading) dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
penggunaan kendaraan tersebut, seperti misalnya bahan bakar yang
dikeluarkan, dan lainnya.
5. Pengemudi
Pengemudi memiliki kendala seperti jam kerja harian, durasi maksimum
perjalanan, dan tambahan jam lembur jika diperlukan.
Pada Gambar 2.1, simpul 0 menyatakan depot, simpul 1, 2, 3, dan 4
menyatakan konsumen yang dilalui oleh kendaraan 1, simpul 5, 6, dan 7 menyatakan
konsumen yang dilalui oleh kendaraan 2, sedangkan simpul 8, 9, dan 10 menyatakan
konsumen yang dilalui oleh kendaraan 3.

STIMLOG Indonesia
II-9

Gambar 2.1 Contoh Hasil Pemecahan VRP


Sumber : Logika Logistik, Wibisono. 2018
Salah satu permasalahan yang menarik didalam pembahasan VRP adalah
masalah mengenai Vehicle Routing With Time Windows (VRPTW). VRPTW
merupakan kasus penentuan dari jumlah kendaraan yang bertujuan meminimalkan
total jarak yang ditempuh semua rute, yang akan memenuhi waktu pelayanan dari
setiap konsumen.
2.3.1 Tujuan Vehicle Routing Problem
Menurut Toth dan Vigo (2002), terdapat empat tujuan umum dalam VRP, yaitu:
1. Meminimumkan biaya transportasi global, terkaitdengan jarak dan biaya
tetap yang berhubungan dengan kendaraan.
2. Meminimumkan jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani semua
konsumen.
3. Menyeimbangkan rute-rute dalam hal waktu perjalanan dan muatan
kendaraan.
4. Meminimumkan penalti akibat pelayanan yang kurang memuaskan terhadap
konsumen, seperti ketidaksanggupan melayani konsumen secara penuh atau
keterlambatan pengiriman.

STIMLOG Indonesia
II-10

2.4 Metode Sequential Insertion


Prinsip dari Metode Sequential Insertion adalah dengan menyisipkan konsumen
di antara busur penyisipan yang ada pada rute yang dibentuk. Busur penyisipan
didefinisikan sebagai lintasan yang menghubungkan secara langsung satu lokasi
dengan lokasi yang lain. Menurut Chairul (2014), Metode Sequential Insertion adalah
cara memecahkan masalah dengan menyisipkan konsumen diantara urutan konsumen
yang telah terbentuk agar didapatkan hasil yang maksimal. Laporte et.al (2000)
menyebutkan untuk membentuk solusi VRP, terdapat dua macam cara, yaitu
menggabungkan rute yang ada dengan menggunakan kriteria penghematan (savings
criterion) dan mencoba secara berurutan memasukkan pelanggan dalam rute
kendaraan dengan menggunakan kriteria biaya penyisipan (cost insertion). Menurut
Campbell dan Savelsbergh (2002), metode yang kedua telah terbukti menjadi metode
yang populer digunakan untuk menyelesaikan permasalahan rute dan penjadwalan
kendaraan.

Prinsip dasar dari algoritma Sequential Insertion adalah mencoba menyisipkan


pelanggan di antara semua busur (sisi berarah) yang ada pada rute saat ini. Busur ini
didefinisikan sebagai sisi yang menghubungkan secara langsung satu lokasi dengan
satu lokasi yang lain.

PELANGGAN

DEPOT DEPOT
BUSUR 1 BUSUR 2

Gambar 2.2 Penyisipan Pelanggan

Sumber : Putra, Rian Anggara. 2014

Kelayakan diperiksa untuk semua pembatas time window dan kapasitas muatan
kendaraan. Pelanggan dan busur yang memberikan tambahan biaya yang paling kecil

STIMLOG Indonesia
II-11

dan layak selanjutnya dipilih. Prosedur ini terus berulang hingga semua pelanggan
telah ditugaskan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam algoritma sequential insertion


sebagai berikut :

Tetapkan semua node dalam status belum ditugaskan. Tetapkan jumlah tur = 0
dan waktu penyelesaian total = 0. Himpunan node yang belum ditugaskan N = (1, 2,
....,n)

1. Mulai dengan tur pertama t=1 dan rute pertama r=1. Tetapkan jumlah tur =
jumlah tur + 1. Dimana banyaknya rute dalam tur = 1.
2. Untuk setiap node yang belum ditugaskan, sisipkan pada posisi penyisipan
antara depot. Berdasarkan aturan yang telah ditentukan, pilih satu node yang
memenuhi aturan terbaik. Bentuk urutan kunjungan node yang dimulai dari
depot, node terpilih, dan diakhiri dengan depot. Perbarui himpunan node
yang belum ditugaskan
3. Jika semua node telah ditugaskan, maka berhenti. Jika tidak lanjutkan ke
langkah 4.
4. Untuk tiap node yang belum ditugaskan, sisipkan node I ∈ N pada tiap
lokasi penyisipan yang mungkin dari rute r saat ini, yaitu untuk semua busur
(k, m) pada tur t dan rute r. untuk r = 1, busur penyisipan adalah lokasi
antara dua titik berurutan yang dimulai dari depo dan setelah node pertama.
Jika terdapat penyisipan yang layak terhadap kapasitas kendaraan dan
panjang horizon perencanaan, lanjutkan ke langkah 5, jika terdapat
penyisipan yang layak terhadap panjang horizon perencanaan tetapi tidak
layak terhadap kapasitas kendaraanm lanjutkan ke langkah 6. Jika tidak ada
penyisipan yang layak baik terhadap kapasitas kendaraan maupun panjang
horizon perencanaan, lanjutkan ke langkah 8.
5. Pilih satu node dan lokasi penyisipan pada rute saat ini yang memberikan
total waktu penyelesaian terkecil. Perbarui urutan kunjungan kembali.
Perbarui jumlah muatan pada rute ini, dan waktu penyelesaian tur. Perbarui

STIMLOG Indonesia
II-12

himpunan node yang masih belum ditugaskan N = N \i*. Kembali ke langkah


3.
6. Bentuk suatu rute tambahan baru pada tur saat ini, r = r + 1 dan inisiasi
urutan kunjungan pada rute ini.
2.5 Biaya Operasional Kendaraan

Biaya operasional kendaraan adalah biaya yang pasti akan dikeluarkan oleh
pihak perusahaan untuk kegiatan pendistribusian barang dengan menggunakan alat
tertentu. Biaya ongkos transportasi terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya varibel (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus
dikeluarkan pada saat awal dioperasikannya kendaraan, sedangkan biaya variabel
(variable cost) adalah merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat kendaraan
beroperasi. Jarak mempengaruhi dalam transportasi dengan rute yang optimal dalam
mempercepat pengiriman barang secara efektif dan efesien. Berikut adalah komponen
Biaya Operasional Kendaraan di antaranya;
1. Biaya Tetap (Fix Cost)
Biaya yang tidak bergantung pada perubahan volume produksi. Bahkan bila
untuk sementara produksi dihentikan, biaya tetap ini harus tetap dikeluarkan
dalam jumlah yang sama. Berikut merupakan komponen biaya tetap:
a. Depresiasi/penyusutan
Untuk menghitung biaya depresiasi, hal pertama yang dilakukan adalah
menentukan harga awal kendaraan. Harga ini telah termasuk
perlengkapan yang diubutuhkan agar kendaraan dapat dioperasikan.
b. Perijinan dan Administrasi
Ijin kendaraan tahunan dikenakan pada masing-masing kendaraan ini,
karena pada dasarnya tidak ada persoalan menghitung ijin kendaraan ini,
karena besarnya ijin telah ditetapkan oleh pemerintah besarnya ukuran
dan tahun kendaraan.
c. Asuransi Kendaraan.
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar asuransi kendaraan.

STIMLOG Indonesia
II-13

d. Biaya Modal Kendaraan.


Biaya yang dikeluarkan untuk membayar bunga bank, untuk menghitung
bunga modal.
Berikut di bawah ini merupakan grafik biaya tetap:

Gambar 2.3 Grafik Fixed Cost


Sumber: Ekonomi Teknik, Giatman, MSIE 2007
Komponen biaya tetap di antaranya:
FC = DEP + ADM + GAB
Dimana:
FC : Fixed Cost
DEP : Penyusutan/depresiasi
ADM : Perijinan dan administrasi
GAB : Gaji Awak Kendaraan
AS : Asuransi Kendaraan
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya yang besar kecilnya mengikuti banyak sedikitnya volume produksi
yang dihasilkan.Berikut merupakan komponen biaya variable yang
digunakan pada penelitian ini.
a. Biaya Penggunaan Ban
Menurut Daniels (1974:36) ada beberapa faktor yang mempengaruhi usia
pemakaian ban, yaitu:
1) Cara mengemudikan kendaraan
2) Iklim

STIMLOG Indonesia
II-14

3) Kualitas ban
4) Kondisi kendaraan
5) Tingkat pengisian
6) Permukaan jalan
7) Kecepatan
8) General overhaul
9) Biaya pemeliharaan.
Berikut di bawah ini merupakan grafik biaya variabel:

Gambar 2.4 Grafik Variable Cost


Sumber: Ekonomi Teknik, Giatman, MSIE 2007
Komponen biaya variabel diantaranya:
VC = BBM + BN + GO + MN
Dimana:
VC : Biaya Variabel
BBM : Biaya pemakaian BBM
BN : Biaya pemakaian ban
GO : Biaya General Overhaul / Penggantian suku cadang
MN : Biaya pemeliharaan kendaraan
3. Biaya Total
Merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
rumus:
BOK: TC = FC + VC (X
Dimana:
BOK : Biaya Operasional Kendaraan
TC : Biaya Total

STIMLOG Indonesia
II-15

FC : Biaya Tetap/hari
VC : Biaya Variabel/km
X : Jarak yang ditempuh (km)
Berikut merupakan grafik biaya total:

Gambar 2.5 Grafik Biaya Total


Sumber: Ekonomi Teknik, Giatman, MSIE 2007
Biaya adalah faktor yang menentukan dalam transportasi yang digunakan untuk
penetapan tarif, alat kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat efektivitas
dan efesien. Salah satu biayanya yaitu biaya operasional transportasi yang meliputi
biaya bahan bakar, oli, dan gaji. Struktur biaya suatu perusahaan jasa angkutan
tergantung dari kapasitas angkutan dan kecepatan alat angkutan yang digunakan, seta
penyesuaian terhadap besar arus angkutan yang berlaku, ternasuk manajemen
perusahaan untuk mengatur jalannya penggunaan kapasitas angkutan. Dengan asumsi
bahwa dalam persaingan bebas biaya marjinal cenderung sama dengan harga jasa-jasa
angkutan, maka harga jasa-jas anagkutan ditentukan beberapa faktor:
a. Berat muatan yang hendak diangkut
b. Jarak, berapakah jarak muatan yang hendak diangkut
c. Kecepatan muatan dibongkar
d. Jenis muatan.

STIMLOG Indonesia
II-16

2.6 Penelitian Terdahulu


Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa metode yang digunakan
dan telah dilakukan perbandingan antar metode. Perbandingan tersebut terdapat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metode Keterangan Analisis
Machalia PENYELESAIAN Saving Menggunakan Berdasarkan perhitungan yang
Sari A. VEHICLE ROUTING Matrix, VRP Time dilakukan dalam
PROBLEM Sequential Windows yang menyelesaikan VRP
MENGGUNAKAN Insertion, mepertimbangkan menggunakan metode saving
SAVING MATRIKS, Nearest batasan waktu matriks, diperoleh total jarak
SEQUENTIAL Neighbour dalam waktu tempuh yaitu 96,5 km, dengan
INSERTION, DAN pelayanan. metode sequential insertion
NEAREST diperoleh total jarak tempuh
NEIGHBOUR DI yaitu 91,5 km, dan dengan
VICTORIA RO metode nearest neighbour
diperoleh total jarak tempuh
yaitu 96,6 km. Sedangkan total
jarak tempuh perusahaan saat
ini yaitu 105,5 km.

STIMLOG Indonesia
II-17

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Peneliti Judul Metode Keterangan Analisis
Chairul Penentuan Rute Nearest Menggunakan Pada jarak tempuh
Abadi Kendaraan Neighbour, VRP Time distribusinya metode
Distribusi Sequential Windows yang nearest neighbour
Produk Roti Insertion mepertimbangkan memperoleh total jarak
Menggunakan batasan waktu tempuh sebesar 58,310 km
Metode Nearest dalam waktu sedangkan metode
Neighbor pelayanan. Sequential Insertion
dan Metode memperoleh total jarak
Sequential tempuh sebesar 48,810 km.
Insertion Biaya bahan bakar yang
dikeluarkan dengan
penyelesaian nearest
neighbour sejumlah Rp.
144.317,75 sedamgkan
Biaya bahan bakar yang
dikeluarkan dengan
penyelesaian Sequential
Insertion sejumlah Rp.
120.804,75

STIMLOG Indonesia
II-18

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Peneliti Judul Metode Keterangan Analisis
Satria PENENTUAN Sequential Menggunakan Pendistribusian produk obat
Megantara RUTE Insertion, VRP Time menggunakan metode
Rohandi DISTRIBUSI Clarke & Windows yang sequential insertion dapat
PRODUK Wright mepertimbangkan diselesaikan dengan waktu
OBAT Savings batasan waktu total pendistribusian
MENGGUNAK dalam waktu didapatkan sebesar 1247,82
AN METODE pelayanan. menit yang berarti bahwa
SEQUENTIAL waktu yang diperoleh hasil
INSERTION penelitian lebih cepat
DAN CLARKE dibandingkan kondisi nyata
& WRIGHT pada perusahaan yaitu
SAVINGS 1401,54 menit. Untuk
(Studi Kasus di pendistribusian produk obat
PT X Bandung) menggunakan metode
clarke & wright savings
dapat diselesaikan dalam 6
hari. Hal ini sama dengan
kondisi perusahaan saat ini
namun dengan urutan
pendistribusian produk obat
yang lebih tertata kepada
pelanggan. Namun dari segi
waktu total pendistribusian
didpatkan sebesar 1307,82
menit.

STIMLOG Indonesia

Anda mungkin juga menyukai