Majikan : Jeni
Pangestu : ayah, aku ingin meminta harta kekayaan milikku sesuai perkataanmu di hadapan aku dan
kakakku.
Ayah : mengapa kamu meminta demikian, nak? Bukannya selama ini hidupmu selalu terpenuhi?
Ayah selalu membelikan apa yang kamu mau, tak pernah sekalipun permintaanmu kutolak.
Pangestu : Aku ingin hidup mandiri, yah… aku ingin pergi ke negeri yang jauh untuk
membuktikannya.
Ayah : Baiklah ini ya nak semoga cukup untukmu. Ayah mengharapkan yang terbaik.
Pangestu : Terbaik, katanya? Bersama para Wanita dan minuman-minuman ini adalah kehidupan
yang terbaik.
Natalia: terima kasih tuan, apakah ada lagi yang bisa ku bantu?
Pangestu: aku ingin kau menyiapkan meja dan orang-orang yang bisa bermain uang bersamaku
BEBERAPA MALAM TELAH BERLALU, PUNDI-PUNDI UANG YANG AWALNYA MENUMPUK KIAN
MENIPIS, MENGHILANG BERSAMA GELAPNYA MALAM. PAGI HARINYA, DI SEBUAH SUDUT KOTA
TERPAMPANG SEORANG LELAKI LUSUH BERJALAN SEMPOYONGAN LALU DATANGLAH PEREMPUAN
KAYA, YANG TERLIHAT ANGKUH MENGHAMPIRI PRIA TERSEBUT.
Jeni : Menyedihkan. Desa terpencil mana yang menciptakan sampah seperti ini? Bajumu lusuh tetapi
bermandikan aroma anggur, wajahmu letih tetapi meminta pelacur-pelacur itu tetap bergairah.
Sampah sepertimu cocok untuk melayani babi-babiku yang seharga lebih dari dirimu.
Pangestu : siapa engkau berani berbicara seperti itu?
Jeni : akulah pemilik babi-babi yang orang-orang puji Ketika orang memakannya. Sudah sepantasnya
orang seperti engkau membasuh kakiku.
Jeni : jika orang yang berkepala batu mau melakukannya, batu-batu pada ladangku bukan masalah.
Pangestu : aku akan menjaga babi-babimu bagai aku membasuh kakimu agar terhindar dari tanah
kotor. Tapi berilah aku upah.
PERJANJIAN TELAH DITETAPKAN, DAN BERAKHIR DENGAN PERSETUJUAN. LELAKI LUSUSH ITU TERUS
MENGIKUTI JALAN MAJIKAN BARUNYA KE SEBUAH PERTENAKAN BABI. YANG DIKETAHUI MILIK SANG
MAJIKAN.
Jannie: hitunglah babi-babi ku ini jangan sampai ada satupun yang terlewat.lakukanlah ini bagai
rutinitas wajib yang harus kau bayar untuk tinggal.
SETELAH BEKERJA BEBERAPA HARI INILAH WAKTU BAGI ANAK BUNGSU TERSEBUT UNTUK
MENDAPATKAN UPAHNYA. TETAPI HAL YANG DILUAR PERKIRAAN PUN TERJADI.
Pangestu: Dimana upahku? Kamu telah berjanji tempo hari namun aku tak menerima upah sepersen
pun.
Jannie: persetujuanku hanyalah engkau yang menjaga babi-babiku. Tak pernah sekalipun
kubicarakan besarnya upahan, tetapi kau tetap mau bekerja. Bukankah sudah bagus? Seperti dirimu
yang menimbun uang, tetapi memilih mati di dalamnya.
Pangestu : Brengsek, ini penipuan! Yang kupunya hanyalah alas Bersama babi-babi dan ampas yang
mereka makan. Apakah ini bayaran dari upah lemburku?
Pangestu: huhhhhh ( menghela nafas) andai saja aku tidak pergi kesini. Di rumah pasti berlimpah
makanan tetapi di sini aku mati kelaparan (menangis tersedu-sedu)
Pangestu : (berdiri di hadapan ayah) ayah maafkan aku, aku telah berdosa terhadap mu aku tidak
layak lagi disebut sebagai anakmu
Ayah: lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakan cincin
jarinya serta sepatu pada kakinya ( kata ayah kepada pelayan). Dan segera siapkan pesta
penyambutan yang meriah untuk merayakan kepulangan anak bungsuku ini.
Pelayan 1 dan 2: baik tuan
DIRUMAH TERSEBUT PUN DIGELAR SEBUAH PESTA YANG SANGAT AMAT MERIAH. BANYAK NYANYI-
NYANYIAN SERTA TARI-TARIAN YANG DIPERTUJUNKAN DI PESTA TERSEBUT, JUGA SANGAT
MELIMPAH BERAGAM MAKANAN YANG LEZAT SERTA MINUMAN MINUMAN YANG MENYEGARKAN
ANAK SULUNG MELIHAT ADANYA PESTA DI RUMAH AYAHNYA TERSEBUT. IA PUN MENANYAKAN
HAL TERSEBUT KEPADA SALAH SEORANG HAMBANYA.
Steven: hei hambaku datanglah kemari. Mengapa rumah ini bising sekali, apakah ayah sedang
membuat sebuah pesta?
Hamba 1: iya tuan ayahmu sedang melakukan pesta untuk merayakan kemabilnya adik bungsu mu,
ayahmu juga telah menyembeli anak lumbun tambun, karena ia medapatinya Kembali dengan
selamat.
Steven: Apa? Menagaqpa ayah merayakan pesta untuk anak bodoh itu.
DILIPUTI RASA KESAL ANAK SULUNG PUN DATANG MENEMUI AYAHNYA DAN INGIN PROTES
MENGENAI PESTA YANG DIBUAT UNTUK ADIK BUNGSUNYA TERSEBUT.
Steven: mengapa engkau merayakan pesta untuk dia? Telah bertahun tahun aku bekerja untukmu
dan selalu berada untuk membantu dirimu, tetapi mengapa tidak sekalipun engkau membuatkan
aku pesta yang semeriah ini, sedangkan engkau membuat pesta semeriah ini hanya untuk anak yang
tidak berguna tersebut.
Budi: anakku janganlah marah seperti itu mungkin engkau selalu ada disisiku tetapi adik bungsu mu
yang telah lama menghilang barulah kembali lagi bukannya hati mu senang? Maafkan segala
perbuatan yang telah dilakukan oleh adikmu dan bawalah damai sejahtera di dalam keluarga ini