Anda di halaman 1dari 2

Dari Dua Ratus Juta Populasi Muslim Indonesia, Hanya 8 Persen yang Paham Keuangan Syariah

Sektor keuangan syariah di Indonesia tanpa terasa telah 30 tahun berkiprah. Dimulai sejak 1991, dimana
Bank Muamalat hadir sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Sejak saat itu, perbankan syariah
semakin dikenal masyarakat.

Namun, waktu 30 tahun ternyata belum mampu bagi perbankan syariah untuk menyaingi pamor bank-
bank konvesional. Dari banyak faktor, perbankan syariah memang masih perlu stimulan untuk bisa
dikenal dan diminati masyarakat Indonesia

Lihat saja dari sisi jumlah, pasar keuangan Indonesia masih dikuasai bank konvesional dimana
perbandingan jumlah bank konvesional sebesar 91 persen berbanding jumlah bank syariah sebesar 9
persen dari total jumlah bank di Indonesia.

Fakta ini kembali dibahas dalam Webinar bertajuk Semarak Ramadan 1442 H "NGAJI FINANSIAL: Faedah
Menabung di Bank Syariah" yang digelar oleh Katadata pada Jumat (16/4).

VP Business Planning & Evaluation BSI, Lucky Affriansyah menyebut, meski perbankan syariah terus
mengalami peningkatan di masa pandemi ini, tapi masih banyak faktor yang harus dibenahi untuk
mengimbangi bank konvesional.

Salah satu penyebab lambannya perkembangan sektor keuangan syariah adalah rendahnya literasi atau
tingkat pemahaman masyarakat terhadap keuangan syariah. Ironis memang. Indonesia yang dikenal
memiliki populasi muslim terbesar di dunia ternyata memiliki tingkat pemahaman yang rendah terhadap
keuangan syariah.

Dari 229 juta populasi muslim Indonesia, hanya 8 persen atau hanya sekitar 18,3 juta jiwa saja yang
melek tentang keuangan syariah. Alhasil dengan tingkat pemahaman serendah ini, maka minat
masyarakat untuk menabung atau beraktivitas keuangan di perbankan syariah sulit berakselerasi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, indeks literasi keuangan nasional mengalami
peningkatan sebesar 38 persen dari sebelumnya 29,7 persen pada 2016. Sementara itu, indeks literasi
keuangan sektor syariah masih dibawah angka nasional. Yang sebelumnya berada pada angka 8,1 persen
pada 2016, hanya naik tipis ke angka 8,93 persen di tahun 2019.

Fauziah Rizki Yuniarti, Peneliti Ekonomi Islam dari Institute for Devolepment of Economics and Finance
(INDEF) melihat lambannya perkembangan ekonomi keuangan syariah dari beberapa faktor.
Menurutnya, jam terbang perbankan syariah yang baru 30 tahun belum sebanding dengan perbankan
konvensional yang telah 75 tahun beroperasi di Indonesia.

Selanjutnya, bank-bank syariah di Indonesia memiliki modal terbatas sehingga belum banyak produk
keuangan yang bisa ditawarkan kepada nasabah.

Untuk mengatasinya, Fauziah berharap Bank syariah mampu memasarkan produk keuangannya dengan
paradigma baru. Bergeser dengan tidak hanya menonjolkan nilai-nilai religius namun juga menawarkan
nilai-nilai sosial yang universal yang lebih mudah diterima masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai