Anda di halaman 1dari 1

Menapaki Anak Tangga Makam Papan Tinggi di Kota Tua Barus

Kota Barus dikenal sebagai tempat masuknya Islam pertama kali di Indonesia. Sejak dulu, Barus dikenal
sebagai penghasil kamper atau kapur barus. Kamper berasal dari tanaman pohon kapur yang hanya
tumbuh di Indonesia. Konon, kapur barus inilah yang digunakan sebagai salah satu bahan pengawet
yang ditemukan pada mumi-mumi Raja Mesir kuno atau Fir’aun.

Kota tua Barus pada abad 1 – 17 M termasyhur di seluruh dunia sebagai kota perdagangan pengekspor
rempah-rempah dan kapur barus yang sangat diburu pasar dunia. Bahkan, nama Barus banyak disebut di
literatur-literatur kuno.

Kini kemasyhuran Barus sebagai kota perdagangan telah hilang. Namun sisa-sisa jejak peradaban masa
lalu di Barus masih tertinggal, diantaranya adalah makam-makam ulama yang melakukan perjalanan dari
Timur Tengah untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Salah satu jejak yang tersisa adalah Makam Papan Tinggi. Makam ini berada di Desa Penanggahan,
Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah. Makam tersebut dipercaya adalah milik Syekh Mahmud, salah satu
penyiar agama Islam di Indonesia yang melakukan perjalanan sekitar tahun 34 – 44 hijriyah. Bila
ditelusuri, tahun-tahun tersebut ada pada masa umat Islam dipimpin khalifah Umar bin Khattab.

Karena terletak dipuncak bukit, untuk mencapai makam tersebut cukup sulit. Peziarah harus menapaki
deretan anak tangga yang sangat banyak yang dikenal sebagai “Tangga Seribu”. Dibutuhkan tenaga
ekstra untuk bisa menaiki semua anak tangga ini.

Mungkin karena kelelahan menapakinya, para peziarah hingga kini masih tak sepaham dengan jumlah
anak tangga yang dinaikinya. Bila peziarah mencoba menghitung, seringkali jumlah saat naik akan
berbeda dengan hitungan ketika turun. Yang pasti menurut juru kunci disini, jumlah anak tangga menuju
makan berjumlah sekitar 700-an anak tangga. Butuh sekitar 1 jam untuk menaiki anak tangga tersebut.

Makam Syeikh Mahmud sendiri berukuran tidak biasa. Panjanngnya sekitar 7 meter dengan batu nisan
dikedua ujung makam setinggi 1,5 meter. Di kepala nisan terdapat tulisan arab yang bila diartikan
menjadi “Maka segala sesuatunya akan hancur kecuali Zat Allah.”

Syeikh Mahmud menyebarkan agama Islam di Tapanuli dan dakwahnya berhasil membuat tokoh suku
Batak, Raja Guru Marsakkot akhirnya memeluk Islam.

Anda mungkin juga menyukai