Anda di halaman 1dari 31

“ANALISIS YURIDIS TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI

MAKANAN KADALUWARSA”

Oleh:
Nama : Girlberty Desvinta R
Presensi : 21
Nim : 202110110311242
Email : grldesvintar12@gmail.com
wa : 085704843539

MAHASISWA PROGRAM STUDI HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


MALANGA
Prof. Dr. Hj. Rahayu Hartini., S.H. M.SI., M.Hum.,
Universitas Muhammadiyah Malang
Email: hartini@umm.ac.id
dwirohatin@gmail.com

ABSTRAK

sebagaimana yang kita ketahui bahwa banyak makanan yang kemduian berkembang di tengah
masyarakat karena naiknya gemar kuliner dan makanan inilah yang kemudain menjadikan
makanan berevolusi sedemikian rupanya demi meraup keuntungan dalam penjualanya, makanan
sebagai kebutuhan pokok manusia pada awalnya sangat higenis karena pada awalnya makanan
belum mengenal yang namanya obat-obatan yang kemudian dapat membuat makanana basi
mejadi makanaan yang tidak basi dalam segi penyimpananan, tentunya berkembangnya jaman
juga mempengaruhi bagaimana kemudian makanan ini dijual oleh pelaku usaha dengan harga
murah karena memang pada awalnya mereka menjual makanan yang sudah rusak akan tetapi di
olah kembali, secara kesehatan tentunya hal ini dapat merusak kesehatan manusia yang
mengkonsumsinya dimana kita juga tidak mau hal semacam ini terjadi terhadap anak-anak
maupun keluarga kita, lalu bagaimana tanggapan pemerintah atau masyarakat mengenai
penyebaran makanan kadaluwarsa ini, apakah kemudian mereka diam saja atau justru mereka
sedang memikirkan cara bagaimana kemudian mengahalau penyebaran makanan kadaluwarsa
tersebut, secara hukum kalau kita melihat bahwa konsumen yang memakan makanan
kadaluwarsa memang harus di lindungi baik yang sudah membeli atau yang belum membeli
sekalipun, jenis makanan yaang di awetkan sangat banyak Namun kita tidak hanya akan
membahas terkait dengan makanan yang kadaluarsa saja, akan tetapi kita juga akan menganalisa
secara yuridis bagaimana perlindungan konsumen terhadap bahan pangan/papan yang kadaluarsa
tersebut

Kata kunci :Regulasi, makanan kadaluarsa, kesehatan masyarakat


ABSTRACT

Along with the times, not only technology has developed, but food and culinary arts have also
developed in recent years. Food ingredients are often contaminated by microorganisms.
Microbes usually come from the surrounding environment, most of which are decomposing
microbes. In addition, microbes can come from the processed products of a food ingredient
and under certain conditions during storage. Because microbes can be found anywhere, food
is rarely found in a sterile state. The research objective was to determine the causal used is to
observe food products that have expired or that have not expired organoleptically, then the
results of observations are compared between food products that have not expired or are still
fresh with food products that have expired. From research and observation on expired food,
the results obtained are the factors causing expired, namely in the form of microbiological
damage, mechanical damage, physical damage, biological damage and chemical damage as
well as characteristics of expired food are carbohydrates: discolored, slimy, moldy and smells
stale; protein: liquid (clumped and runny), solid (mushy, slimy and rotten); fat: yellowish in
color, rancid smell, sour taste; sugar: sour and gassy taste; fruit and vegetables: change color
to be more glassy, watery and mushy and canned food: bulge and rust on the packaging.
However, we will not only discuss expired food, but we will also analyze juridically how
consumers protect the expired food/board.

Keywords :Regulation, expired food, public health


DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN……………………………………………………….i
II. METODE PENELITIAN………………………………………………..ii
III. RUMUSAN MASALAH……………………………………………….iii
IV. PEMBAHASAN………………………………………………………...iv

PENUTUP
I. PENDAHULUAN

Sebagaimana yang telah saya jelaskan dari awal bahwasanya kerusakan terhadap makanan

tentunsaja biasa terjadi dalam kehidupan sehari hari manusia, akan tetapi yang salah ketika kita

menggunakan makanan kadaluwarsa tersebut untuk di jual dan kemudian di konsumsikan

kembali oleh masyrakat tersebut secara norma masyarkat tentunya itu sudah melanggar daripada

norma masyrakat dimana hal trsebut sangatlah tidak pantas di lakukan oleh siapa pun di dalam

kehidupan ini karena dapat mebahayakan kehidupan orang lain dimana pengawetan makanan

yang sudah kadaluwarsa sangat bersiko dalam menentukan kesehatan manusia, makanya di sini

perlulah pmerintah dam masyrakat dapat bekerja sama untuk membuat penekanan terhadap

penyebaran makanan kadaluwarsa tersebut, yang perlu di ketahui bahwa hampir semua makanan

itu tercemar oleh mikro organisme baik sedikit maupun banyak bentuknya, mikroba pada

dsarnya hemat saya sebagai penulis itu kebanyakan bersal dari lingkungan sekitar, mikroba dapat

kita jumpai di mana saya dan bahkan hampir mikroba tidak ada yang steril saya kita jumpai

adanya.

Pada makanan kita sama-sama sepakat bahwa perlunya mengecek terlebih dahulu kapan

maknaan tersebut kadaluwarsa dan tidak lagi bisa di konsumsi makanya kesadara disini saya rasa

sangat perlu di lakukan oleh masyrakat maupun pemerintah, apalagi dalam hal rumah tangga

anak-anak sangat suka membeli makanan dan minuman kemasan yang mungkin saja sebelumnya

sudah di awetkan, kita tidak pernah tauba bagaimana produksi makanan tersebut berjalan dalam

kehidupan kita, sebagai manusia kita tentunya perlu memiliki kesadaran secara pribadi kita

masing-masing, dimana pemerintah juga saya rsa sebagai masyarakatnya perlunya disini

menggunakan kewenanganya agar kemudian dapat membuat kebijakn yang bisa membantu
menghilangkan penyebaran makanan kadaliwarsa seperti sekarang ini yang kita ketahui bahwa

banyak terjadinya keracunaan dan meninggal hanya karna memakan maupun meminium

minuman yang sangat gemar ada dalam kehidupan sehari-hari, beberapa hari kemarin sebelum

menulis jurnal ini saya melihat kabar bahw banyak masyarakat yang keracunana memakan

makanan jhajatan dalm sebuah pernikahan sseorang, dan dalam informasinya di cek bahwa

masyarakat tersebut mengalami keracunan dalam makanan mereka akibatnya banyak kemudian

keraguan dalam diri masyrakat untuk membeli makanan tyang sejenisnya karan adanya racun

tersebut, kalau kita melihat dalam sudut pandang ekonomi tentunya hal tersebut sangat

merugikan orang lain yang berjualan secara jujur oleh orang-orang yang menggunakan pengawet

dalam setiap jualanya, sangat di sayangkan apabila hal ini masih sangat di biarkan adanya dalam

kehidupan kita sekarang.

sebagai manusia yang sadar akan hal tersebut saya menajak masyarakat dlam tulisan ini

untukk lebih berhati hati dalm hal memilih segala bentuk makanan, baik ikan,telur roti atau

apapun itu kita tentunya tidak mau apabil kesehatan kita terancam karena adanya penyebaran

makan tersebut, dan saya juga sebgai penulis sangat berharap bahwa semua kegiatan ilegak

seperti itu agar kemudian di singkirkan dalam dunia perdagangan apapun bentuknya kecurang

memangglah dpat membuat kita untung lebih cepat akan tetapi hal itu justru bukanlah hal perlu

di banggakan karena kita sudah melakukan hl yang sangat menjijikan oleh sebab itu perlunya

kesadarn manusia dalam seluruh kegiatanya dlam kehidupan ini saya sangat prihatin melihat hal-

hal yang keluar dalam berita tersebut dimaa masyarajt banyak yang tertibu dlam kegilaan

manusia manusia lainya.

Selanjutnya jika kita menggunakan pendekatan sosiologi dalam hal ini ita akan menemukan

banyak fariasi alasan dari orang-orang yang melakukan hal tersebut, dimana beberapa di
antaranya berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari berbagai sumber mengatakan

bahwasanya mereka melakukan hal tersebut karena memang mereka menginginkan keuntungan

yang instann nlagu dan lain sebagainya, tentunya pandangan seperti ini haruslah di hilangkan

dlam dunia perdagangan karena hal ini hanya akan menggunakan kecurangan dam

implemetasiannya berbagai alasa-aslanya tumbuh dalam kehidupan manusia yang ingin

mengakali berbagai permaslahan yng ada seakn akan nyawa dan kesehatan orang lain bukanlah

hal wajib dan perlu di jaga oleh sesamnaya yang terpenting adalah keuntunganya sendiri, bagi

saya pparadiga yang seperti ini sangat merugikan orang lain dan diri sendiri.

Kalau kita menggunakan pendekatan hukum maka sesuai dalm UU No. 8 Tahun 1999 bahawa

di dalamnya memang sudah mengatur terkait dengan perlindungan hukum terhadap korban yang

mengalami penipuan atas mkaanan kadaluwarasa ini diimana diaana di atur terkait dengan

perlindungan konsumen, kita bisa melihat secara jelas dan komplek bagaimana pengaturan dalam

UU tersebut adanya memang bukanlah hal yang baru UU tersebut bahkan di sahkanya mulai

tahun 1999 artinya sebelum tahun UU tersebut di sahkan sudah ada praktek penyimanan

makanan yang kadaluwarsa itu di lakukan oleh pelaku kdaluuwarsa tersebut entah dengan cara

bagaiimana mereka melakukan hal tersebut, sekali lagi perlu saya peringatkan bahwasanya

mengonsumsi Makanan kadaluwarasa merupakan langkah awal meuju penyakit yang akan

mengancam nyawa bahakan maka dari itu perlunya kesadarn lagi bagi masyarakat dalam emilih

maknaan mana yang harusnya di konsumsi dan mana yang tidak boleh di konsumsi tentunya

sebagai manusia yang sudah berkembang sangat mudah dalam hal menacari informasi

kadaluwarasa atau ilegalnya suatu makanan yang hendak kita makan.

Berdasarkan peraturan meneteri kesehatan No. 180/men.kes/IV/1985 mengartikan makanan

sebagai hal yang di konsumsi oleh manusia, makanan yang kadaluwarasa bisa menyebabkan
keracunana terhadap manusia, antaralain gejala nya hemat saya ketahui bahwa orang yang sudah

terkena keracunana akibat suatu makanan biassnaya akan mengalami pusing, sakit perut dam

lainya, makanya masyarakat juga perlunya mengenali gejala yang di timbulkan .

Minimnya pemahaman oleh masyarakat juga hemat saya sebagai penulis menyebabkan

mudahnya penyebaran makanan kadaluwarsa itu terjadi dimana masyarakat cenerung tidak

terlalu tertarik terhadap informasi, makanya masyarakat indoensia khsusunya sangat mudha di

tipu oleh pelaku penyebar maupun yang menjual mkanana yang kalauwarsa tersbeut dimana

mereka memmanfatkan hal tersebut menjadi senjata bagi mereka dalam menjalankan usaha

mereka menyebar daripada makanan yang kadaluwarsa tersebut.

Dalam hal mekanisme yang di lakukan oleh pelaku penyebar tersebut banyak acaranya mulai

dari pemalsuan prosuk cap halal dan lainya mereka lakukan demi terwujudnya barang ilegal

yang mereka jualkan terhadap masyrakat itu sendiri, ditoleransi oleh tubuh atau Nilai Ambang

Batas. Jika bahan pengawet yang digunakan sudah kadaluwarsa.

II. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini saya sebagai penulis menggunakan penelitian Normatif yaitu cara penelitian

yang menggunakan telaah terhadap perundang-undangan yang berlaku terhadap perlindungan

konsumen dalam penelitian ini saya sebagai penulis menggunakan beberapa bahan hukum

primer seprti UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan terhadap konsmen, dan UU 18 Tahun

2012 tentang pangan saya juga tidak hanya memakai bahan hukum primer saja saya di sini juga

memakai bahan hukm skeudner yaitu berupa tmbahan pendapat dari para ahli atau tokoh hukum
aupun dalm segi kesehatan saya mengambil beberap ter\ori dan pendapat mereka untuk

melengkapi penelitian primer atau bahan hukum primer itu sendiri.

III. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum bagi konsumen terhadap peredaran makanan

kadaluwarsa?

2. Bagaimana upaya pemerintah dalam menekan penyebaran makanan kadaluarsa?

IV. PEMBAHASAN

1.1. Perlindungan Hukum bagi Konsumen Terhadap

Peredaran Makanan Kadaluwarsa

Kalau kita mengacu kepada teori perlindungan hukum menurit haradjo kalau kita

menggunakan teorinya bahwa perlindungan hukum merupakan perlindungan atad hak asasi

manusia yang telag di rugkan oleh orang lain, dalam hal ini kalau kita coba kotekskan dengan

kasus ataupun judul daripada jurnal yang saya buat ini bahwa perlindungan yang di maksud

aalah melindungi segal bentuk penyelewengan terhadap hak asasi manusia yang di miliki oleh

konsmunen, makanya dari itu dalam hal perlindungan tersbeut sudah adanya UU NO. tTahun

1999 sebagai implementasian daripada bentuk perlindunga hukum atas hak asasi manusia yang
jika suatu saat di langgar oleh oranf lainya mealui acara apapun itu semenjak masi berkaitan

dengan makan dan lain sebagainya.

Selanjutnya kalau kita merujuk pada pendapat phillipus bahwa dalam segi wewenangan

dalam menganai pencegahan di membagainya menjdid dua yaitu perlindungan hukum represif

dan perlindungan hukum preventif dimana dalam hal represif itu mebahas terkait dengan

pengoptimalan fungsi dari badan hukum yng sudah ada semcam perundang-undangan itu di

optimalkan dan di tegakan dengan sbeenarn benarnya

Manusia tidak bisa dipisahkan dengan makanan, karena makanan menjadi penopang energi

untuk melakukan kegiatan sehari-hari.1 Perlindungan konsumen menurut beberapa referensi yang

saya baca ialah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen. Konsumen sebagaimana yang saya ketahui di beberapa

referensi merupakan orang yang memakai barang yang di hasilkan tersebut di dalam kehidupan

nya.

Pelaku usaha sebagaimana yang saya ketahui bahwa pelaku usaha merupakan orang yang

berkecimpun langsung dalam badan usaha baik dia dalam kelompok maupun secara individu

sebagaimana yang sudah kita ketahui secara bersama pelaku usaha dapat juga di katakan sebagai

orang,pemilik dri usaha yang di adakan tersebut, sekarang banyak pelaku usaha yang saya rasa

itu tidak mengerti terkait dengan bahan-bahan yang di datangkan dimana mereka bisa saja

menerima barang yang sudah kadaluwarsa adanya, mungkin bertanya tanya kenapa kita harus

menghawatirkan hal yang belum tentu terjadi itu, saya rasa waspada merupakan hal terpenting

1
Sigit Sapto Nugroho & Mierza Aulia Chairani,
Hukum Perlindungan Konsumen Perspektif Perlindungan Hukum atas Iklan yang Merugikan
Klaten: Penerbit Lakeisha, 2022, hlm. 106
sekarang ibu maka dari itu saya sarankan semua yang menjadi konsumen dalam hal ini itu agar

bisa menggunakan logika dan pengalaman dalan hal memilih makanan.

Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa jaman ini sangat mengalami Perkembangan dalam

hal produk dan jenis makanan dan minuman yang beredar dimasyarakat baik berupa produk

barang yang dipasarkan kepada masyarakat, apabila tidak berhati-hati dalam memilih produk

makanan dan minuman yang diinginkan konsumen, maka konsumen hanya akan menjadi objek

eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Karena tanpa disadari konsumen

hanya menerima begitu saja barang yang dikonsumsinya. Makanan merupakan kebutuhan yang

memeliki risiko yang tinggi karena makanan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat untuk

kelangsungan hidupnya. Tetapi dalam praktiknya kegiatan perdagangan produk makanan

menunjukkan, masih banyaknya pelaku usaha yang dengan sengaja menjual produk-produk

makanan yang telah kadaluwarsa. Hal ini dapat merugikan dari hak-hak konsumen karena dapat

membahayakan kesehatan dan keselamatan dari konsumen.2

Pemerintah harus memberikan perhatian yang serius kepada kualitas dari makanan dengan

melakukan penyempurnaan yang lebih lanjut terhadap peraturan mengenai standar ukuran dari

makan sehat dan tidak sehat. Meningkatkan fungsi pembinaan dan pengawasan kepada pelaku

usaha makanan guna untuk mengurangi berbagai bentuk pelanggaran terhadap ketentuan

mengenai makanan dan fungsi koordinasi antar instansi yang kurang berjalan dengan baik harus

segera diperbaiki dengan dibarengi oleh peningkatan sumber daya dari aparatur pemerintah

untuk memberikan perlindungan hukum bagi konsumen atau masyarakat.

2
Az. Nasution dalam Shidarta,
Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,
Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2006, hlm
Mengenai regulasi Perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen terutama didalam

Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, diatur tentang larangan-

larangan bagi produsen dalam memproduksi barang produksinya untuk melindungi konsumen.

Tertera dalam pasal 8 Undang Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

yang berbunyi: Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau

jasa yang. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang di persyaratkan dan ketentuan

peraturan perundangundangan. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersi atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut. Tidak

sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam ukuran yang sebenarnya.

Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana

dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut. e. Tidak sesuai

dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu

sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut. f. Tidak

sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi

penjualan barang dan/atau jasa tersebut. g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada

makanan atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h.

Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang di

cantumkan dalam label. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang membuat

nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau, netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,

akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang

menurut ketentuan harus di pasang/dibuat.3

3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo.
Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa

Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha dilarang

memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan

informasi secara lengkap dan benar. 3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi

dan pangan yang rusak, cacat atau bekas yang rusak dan tercemar, dengan atau tanpa

memberikan informasi secara lengkap dan benar. 4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran

pada ayat 1(satu) dan ayat 2(dua) dilarang mempergunakan barang dan/atau jasa tersebut serta

wajib menariknya dari peredaran. Walaupun undang-undang tersebut memberikan dasar

peraturan hukum terhadap perlindungan konsumen, namun seringkali masih di jumpai produk-

produk makanan dalam kemasan yang tidak sesuai dengan standarisasi mutu makanan atau tanpa

keterangan kadaluwarsa atau batas masa konsumsi makan. Jika kita merujuk terhadap Pasal 205

KUHP Mengatur tentang perbuatan yang karena kealpaannya menyebabkan barang-barang

berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan atau dibagi-bagikan tanpa

diketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana

penjara paling lama 6 bulan atau denda paling banyak tigaratus rupiah. Jika mengakibatkan

matinya orang, si bersalah dikenakan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

kurungan paling lama satu tahun dan barang-barang itu disita.

Lenih lanjutnya dalam pasal 359 KUHP Kealpaannya yang menyebabkan matinya orang

lain, diancam pidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama

satu tahun. Pasal 360 KUHP Kealpaannya yang menyebabkan orang lain mendapat luka berat,

diancam pidana paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun (ayat 1). Karena

kealpaannya menyebabkan orang lain luka sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan

pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam pidana paling lama sembilan
bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah (ayat 2).

Pasal 382 KUHP Tentang tindakan menjual, menawarkan atau menyerahkan makanan,

minuman atau obat-obatan yang diketahui palsu diancam penjara paling lama empat tahun.4

Selanjtnya di atur lagi kemudian dalam Pasal 383 KUHP Mengancam pidana penjara paling

lama satu tahun empat bulan, penjual yang berlaku curang terhadap pembeli karena sengaja

menyerahkan barang lain yang ditunjuk untuk dibeli. Juga terhadap pembeli mengenai jenis

keadaan atau banyaknya barang yang diserahkan dengan menggunakan tipu muslihat. Hal yang

dilakukan untuk menanggulangi peredaran makanan kadaluwarsa dimasyarakat yakni upaya

preventif dan upaya represif. Upaya preventif adalah upaya yang dilakukan sebelum terjadinya

tindak pidana atau sebagai upaya pencegahan dari suatu tindak pidana sedangkan upaya represif

adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya tindak pidana tersebut terjadi dengan menindak

laporanlaporan dari masyarakat.

Makanan merupakan komoditi yang memiliki resiko yang tinggi karena makanan tersebut

dikonsumsi oleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Keterlibatan aturan-aturan tersebut,

dapat dipahami dengan aspek perlindungan konsumen di dalamnya, misalnya berkenaan dengan

hak-hak konsumen terhadap gangguan dari pihak lain. Menyadari lemahnya posisi tawar

konsumen dalam memperoleh informasi yang benar dan jujur dari pelaku usaha, maka upaya

untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen tidak cukup apabila hanya dilakukan

berdasarkan ketentuan-ketentuan yang bersifat fragmentasis dan tersebar dalam berbagai macam

pengaturan, tetapi perlu dipadukan dalam suatu kesatuan yang terintegrasi dengan baik dan

sistematis, berhubungan dengan kepentingan konsumen, maka pengaturan mengenai makanan

4
Pasal 205 KUHP
Pasal 360 KUHP
Pasal 382 KUHP
telah diatur di dalam beberapa pengaturan, misalnya Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang

Pangan. Undang- undang tentang pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi, peredaran dan

atau perdagangan pangan. Sebagai landasan hukum di bidang pangan, undang-undang tentang

pangan dimaksudkan menjadi acuan dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Sebelum dilakukan pengkajian dan pembahasan tentang produk pangan kadaluwarsa, maka

sebaiknya diperlukan suatu pengumpulan peraturan perudang-undangan yang berhubungan

dengan produk pangan, khususnya tentang produk pangan kadaluwarsa. Beberepa upaya

preventif yang di lakukan oleh pihak kepolisian dalam menanggulangi peredaran makanan

kadaluwarsa yaitu melakukan pembinaan kepada pelaku usaha dan konsumen, sidak atau razia

ke pusat-pusat perbelanjaaan, dan melakukan penyitaan terhadap barang-barang. 5yang ditemukan

dan kemudian di musnakan. Upaya preventif yang di lakukan oleh pihak kepolisian yaitu dengan

melakukan razia-razia ke pusat perelanjaan, jika di temukan barang kadaluwarsa maka polisi

akan melakukan penyitaan dan pemusnaan barang dengan cara di bakar. Di BPOM upaya

preventif yang dilkukan untuk menanggulangi peredaran makanan kadaluwarsa dengan

melakukan pembinaan dan pengawasan kepada para pedagang atau pelaku usaha. Pengawasan

tersebut dengan tahapan pre market yaitu pengawasan yang di lakukan sebelum produk tersebut

diedarkan di masyarakat untuk di konsumsi dan pro market yaitu pengawasan yang di lakukan

saat produk telah beredar atau di jajakan ke masyarakat.

5
Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015, hlm 5
Tjip Ismail, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Citra Kreasindo Mandiri, 2010, hlm. 1
kepastian hukum terhadap konsumen yang merasa dirugikan tersebut agar dapat terpenuhinya

hak-hak konsumen.Konsumen memerlukan perlindungan hukum, karena konsumen dinilai

memiliki kedudukan yang lemah dibandingkan dengan pelaku usaha. Menurut Hornby

konsumen adalah seseorang yang membeli barang dan menggunakan jasa. Pengertian konsumen

dalam arti umum adalah pemakai, pengguna dan manfaat barang atau jasa dalam tujuan tertentu.

Pengertian Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) adalah setiap pemakai barang dan

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makhluk hidup dan tidak untuk di perdagangkan.

Ada beberapa unsur dari definisi konsumen tersebut yaitu: Setiap Orang. Konsumen disebut

sebagai subjek yang berarti setiap orang berstatus sebagai pemakai barang atau jasa. Pemakai.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pemakai yang dipakai

oleh konsumen akhir. Istilah pemakai sangat tepat karena digunakan dalam keadaan dan

menjukkan bahwa barang atau jasa bukan digunakan semata-mata hasil dari transaksi jual beli.

Kata lain hubungan hukum tidak harus kontraktual antara konsumen dan pelaku usaha. Pembeli

bukan hanya konsumen tetapi juga semua orang atau badan yang mengkonsumsi barang produksi

atau jasa. Yang terpenting adalah terjadinya suatu konsumen transaksi berupa peralihan barang

atau jasa termasuk menggunakannya dalam peralihan kenikmatan.

Produk yang dipasarkan akan dilakukan pengenalan produk terhadap konsumen yang dikenal

Product Knowledge melalui sampel pembagian yang tidak diperjual belikan. Setiap orang yang

mengkonsumsi sampel disebut juga sebagai konsumen harus dijaga dan dilindungi hak-haknya.

Barang/jasa. Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen diartikan bahwa setiap

barang sebagai benda baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, bergerak maupun tidak

bergerak, dapat dihabiskam maupun tidak dihabiskan, baik diperdagangkan maupun tidak
diperdagangkan yang dapat dipakai maupun dimanfaatkan kepada konsumen. Barang yang

tersedia dalam masyarakat. Berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang Perlindungan

Konsumen menjelaskan bahwa barang/jasa yang ditawarkan kepada masyarakat harus tersedia di

pasaran.

Bagi Kepentingan diri sendiri, orang lain, dan makhluk hidup lain. Kepentingan konsumen

tidak hanya sebagai sarana memenuhi kepentingan pribadi serta orang lain dan makhluk lainnya.

Kepentingan seseorang dikarenakan sebagai kepentingan keluarga, orang lain, tumbuhan, dan

hewan. Barang dan jasa yang tidak untuk diperdagangkan. Hal ini yang dimaksud tidak adanya

keadilan, karena dalam praktiknya bahwa setiap barang atau jasa dapat dijual kembali oleh

pembeli kepada orang lain. Guidelines for Consumer Protection of 1985 yang diresmikan oleh

Persatuan BangsaBngsa (PBB) menyatakan bahwa Konsumen dimana pun berada, dan segala

bangsa, konsumen mempunyai hak-hak dari sosialnya. Hak-haknya yang dimaksud ialah hak

yang mendapatkan informasi yang jelas, benar, jujur, dan hak mendapatkan ganti rugi, hak untuk

mendapatkan kebutuhan dasar manusia.

Perlindungan konsumen secara prinsipil dalam asas the privity of contract, yang artinya

pelaku usaha dimintakan hukuman pertanggung jawaban antara dirinya dan konsumen. Maka

perlindungan konsumen berkolaborasi dengan hukum perikatan khsususnya pada hukum perdata,

selain itu berkolaborasi dengan aspek hukum perdata, aspek publik yaitu aspek hukum pidana

dan aspek hukum administrasi Negara Hukum perlindungan konsumen mempunyai tujuan yaitu:

Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.6

6
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindugan Konsumen,
Pasal 3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 2.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses

negatif pemakaian barang/jasa.Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam melilih,

menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.Menciptakan sistem perlindungan

konsumenyang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi. 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha. 6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi

barang/jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada pasal 2 bahwa

konsumen diselenggarakan ada 5 asas yaitu: Asas Manfaat. Asas manfaat adalah untuk

mengamankan bahwa segala upaya dalam melindungi konsumen harus memberikan manfaat

yang sebesarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha. Asas Keadilan. Asas keadilan

untuk memberikan partisipasi kepada seluruh masyarakat dan memberikan kesepakatan kepada

konsumen atas hak-haknya dan kewajiban secara adil.

Asas Keseimbangan. Asas ini yang dimaksud adalah untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam segi materiil dan immateriil.

Asas Keamanan dan Keselamatan. Asas untuk menjamin atas keamanan serta keselamatan

kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang diberikan

dari produsen/ pelaku usaha. Jika kita menjelaskan tentang perlindungan konsumen, maka hal itu

juga ketika menjelaskan tentang perlindungan konsumen, maka tidak lain juga menjelaskan hak-

hak kewajiban konsumen. Ada 4 hak dasar konsumen sebagai berikut: 1. Hak untuk mendapat

keamanan (the right to safe products). Hak konsumen ini memiliki perlindungan atas keamanan

produk dan jasa. Contohnya pada makanan yang dikonsumsi harus aman untuk kesehatan
masyarakat dan konsumen. 2. Hak untuk memilih (the right to choose). Hak konsumen ini

memiliki akses untuk melilih produk/jasa terhadap tingkat harga yang sewajarnya.

Misalnya Contohnya tidak boleh memaksakan konsumen melakukan pilihan yang akan

merugikannya. 3. Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed). Hak konsumen ini

memiliki untuk/atas informasi yang jelas suatu produk/jasa yang dibeli ataupun di konsumsi oleh

konsumen. Hak ini yang dimaksud untuk mengetahui atribut dari suatu produk, contohnya ada

efek samping dari konsumen mengkonsumsi pada suatu produk dan peringatan pada

kemasan/label produk. 4. Hak untuk di dengarkan (right to be heard).43 Hak ini memiliki untuk

didengarkan kebutuhan dan mengklaim hak untuk informasi. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan hak-hak konsumen yang

diatur dalam pasal 4 yaitu: Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang/jasa. Hak untuk memilih barang/jasa dan serta mendapatkan

barang/jasa sesuai dengan nilai dan kondisi jaminan yang dijanjikan. Hak atas informasi yang

benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan bafang/jasa. Hak untuk didengar

pendapat dan keluhannya atas barang/jasa yang digunakan. Hak untuk mendapatkan

advokasi dan perlindungan konsumen dalam upaya penyelesaian sengketa secara tuntas.

pelaku usaha menjual produk makanan kadaluwarsa, tentunya menimbulkan kerugian

terhadap konsumen, sehingga pelaku usaha berkewajiban membayar kerugian konsumen dan

dapat menyebabkan kerugian dari aspek kesehatan yang membeli produk makanan kadaluwarsa.

Berdasarkan kasus tersebut, penjual wajib memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada

konsumen sebagaimana amanat dalam pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang

mengamanatkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan. Bahwa pelaku usaha melanggar hukum dalam pasal 8 ayat 2

Undang-Undang Perlindungan Konsumen bahwa pelaku usaha dilarang meperdagangkan barang

yang rusak cacat atau bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar

atas barang tersebut.

Konsumen telah mengalami kerugian dengan membeli produk makanan yang telah

kadaluwarsa dijualkan dengan pelaku usaha. Sebab itu, butuh perlindungan hukum terhadap

konsumen yang membeli produk makanan kadaluwarsa. Berdasarkan kasus produk makanan

kadaluwarsa tersebut, adanya ketidak jujuran pelaku usaha yang menjual produk makanan yang

sudah kadaluwarsa sehingga berdampak pada kerugian konsumen serta perlu adanya

perlindungan hukum dari negara untuk warga negaranya yang mengalami kerugian.

Perlindungan hukum yang diberikan pada konsumen yang mengalami kerugian yang membeli

dan mengkonsumsi.7

Perlindungan hukum terhadap konsumen yang membeli produk makanan kadaluwarsa

adalah dengan melakukan perlindungan hukum represif, perlindungan hukum preventif. Jika

dijelaskan perlindungan hukum represif adalah ini juga bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

2. Perlindungan Preventif untuk mencegah terjadinya sengketa antara konsumen dan pelaku

usaha. Berkaitan dengan peredaran produk makanan kadaluwarsa, maka telah dikeluarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 180/MEN.KES/PER/IV/1985 tentang

Makanan Kadaluarsa. Peraturan Menteri Kesehatan ini kemudian ditindaklanjuti dengan

Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 01323/B/SK/V/1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri

7
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 4 huruf H.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 180/MEN.KES/PER/IV/1985 tentang Makanan

Kadaluwarsa.

Dalam hal perlindungan saya rasa ssudah sangat kompleks di atur oleh pemerintah di dalam

uperundang-undangangnya dimana dalam hal ini semua terkait dengan perlindungan ataupun

terkait dengan penghukuman sudah sangat teratur dan kompeksitaa sdalam UU tigggal kita

sebagai maysrakat saja yang kemudian bberlaku layanknya seperti mayarakat yag memnag

memiliki akal sehta dlam bernalar untuk mencapai sesuatau hal yang baaik dan benar

Pada dasarnya bagi saya memang permaslahan semacam ini harus segera di selaikan kaena

memang penyebaran makanan kadaluwarsa ini sangat merepotkan dan merugikan masyarakat,

baik secara kesehatan maupun secara material pembelianya, makanya bagi saya masyarakat dan

pemerintah dalam hal ini haru menjalin kerja sama untuk menanggualangi hal seperti ini, tapi

disini saya lebih enitiberatkan permaslahan ini kepada pemerintah karena memang merekalah

yang mengerti bagaimana penyebaran, dan kenapa bisa tersebar makanan kadaluwarsa ini, tentu

kita bisa membuat semacam simulasi apakah penyebaran makanan kadaluwarsa ini bisa terjadi

karena lemahnya hukum dan dalam hal penegakan hukum di indonesia, atau memang ada hal-hal

yang melatarbelakangi bagaimana kemudian bisa di temukanya makanan kadaluwarsa ini.8

2.1. Peran Pemerintah Dalam Menekan Penyebaran

Makanan Kadaluwarsa

Hemat saya sebagai penulis bahwa Saat ini keamanan manusia tidak terlepas dari aktivitas

perdagangan. Harapan dapat sesuainya hak dengan kewajiban bagi manusia dan pelaku bisnis

dapat diwujudkan. Keamanan manusia mendapatkan perhatian yang termasuk baik berhubungan

dengan tujuan membentuk kesejahteraan. Dalam menumbuhkan kesejahteraan masyarakat yang


8
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 4 huruf H.
tenteram terhadap keselarasan pelaku usaha dan manusia. Negara-negara maju yang ada saat ini

telah melaksanakan pembangunannya dengan tingkah langkah yaitu, industrialisasi dan

kesejahteraan bangsa. Langkah awal yang dianggap persoalan penting yaitu menjangkau

integritas politik dalam menumbuhkan persatuan nasional. Langkah kedua merupakan

pengorbanan dalam menbentuk pembangunan ekonomi dan secara modernisasi. Selanjutnya,

pada tingkat akhir mengamankan.

rakyat dari pengaruh buruk industrialisasi untuk membenarkan permasalahan di tahap

sebelumnya dengan mendorong kesejahteraan masyarakat. Adanya kaitan yang melandasi antara

produsen dan manusia sebagai kaitan yang berkelanjutan. Kaitan dari kedua hal tersebut

berlangsung ketika dari kedua belah pihak menyepakati dan memiliki tingkatan yang cukup

tinggi antara yang lainnya. Produsen sangat memerlukan dan mengharapkan dukungan dari

manusia yang menjadi pelanggan. Jika manusia tidak mendukung maka produsen tidak berada

pada titik aman. Dalam memaksimalkan tingkat harkat dan martabat manusia sehingga dirasa

penting untuk mengembangkan wawasan, ilmu dan menghilangkan sikap ketergantungan dan

mempotensikan upaya dalam pertanggungjawaban. Suatu produk wajib di jamin agar manusia

yang menggunakan produk tersebut dapat merasa aman dalam mengkonsumsi produk tersebut

karena produsen lebih mengetahui factor apa saja yang dapat merugikan pihak lain. Terdapat

penjaminan manusia yang tidak diperhatikan bagi pelaku usaha dan pemerintah daerah

bertanggung jawab atas menjamin keamanan manusia berdasarkan peraturan

perundangundangan yang ada. Langkah yang ditempuh pemerintah daerah dalam kelompok yang

bersatu dan merazia bahan makanan dan minuman yang telah melewati batas waktu kelayakan

untuk dikonsumsi.9

9
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2009. Keamanan manusia. Jakarta: Sinar Grafika.
Selanjutnya bahan produksi pangan yang tidak layak konsumsi dimusnahkan untuk dimuat

dalam berita acara penyitaan. Atas dasar mengontrol para pelaku usaha. Tingkat kesadaran akan

hak menjadi manusia merupakan faktor terpenting dalam ketidakmampuan dari manusia.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh produsen dalam meraup keuntungan sepihak. Indonesia memiliki

aturan yang mencakup perlindungan kepada manusia namun dalam realisasinya masih belum

maksimal untuk melindungi manusia secara hukum. Hal ini ditandai dengan terjadinya kasus

masih banyaknya makanan dan minuman yang beredar di masyarakat telah melewati masa

kelayakan konsumsi, dan membuat penulis tertarik untuk menelitinya. Berdasarkan hal tersebut,

disinyalir masih kurang optimalnya kegiatan sosialisasi keamanan manusia terhadap

perlindungan konsumen dari bahaya makanan dan minuman yang telah melewati masa

kelayakan konsumsi pada masyarakat Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.

Kurangnya sosialisasi, informasi-informasi dan penyuluhan mengenai keamanan manusia

terhadap perlindungan konsumen dari bahaya makanan dan minuman yang beredar telah

melewati masa kelayakan.

Pemerintah telah melakukan sosialisasi undang-undang dan pengawasan. Pengawasan ini

terutama dilakukan Dinas kesehatan, Dinas perdagangan dan Perindustrian untuk pelaku UKM

sebagai yang mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan dan sosialisasi terhadap

undang-undang dalam bentuk pengawasan yang bersifat dilapangan terhadap perdagangan yang

melibatkan keamanan manusia. Kemanan manusia pada konsumen memunculkan ancaman dari

komoditas makanan dan minuman kadaluarsa karena bahaya yang ditimbulkan dari makanan dan

minuman yang telah kadaluarsa adalah dapat menyebabkan sakit perut, sembelit, bahkan sampai

keracunan karena rentan melukai lambung terutama pada usia balita. Makanan yang sudah

kadaluarsa juga berbahaya bagi janin bayi ibu yang sedang hamil. Makanan telah kadarluwarsa
mengandung zat zat kimia yang berbahaya. Hal tersebut dikarenakan ketahanan tubuh manusia

terbatas jadi makanan yang terkontaminasi akan menimbulkan efek terhadap kesehatan pertama

pada sistem pencernaan belum lagi sistem sistem tubuh lain yang mempengaruhi kesehatan.

Penulis telah mensosialisasikan bahwa tanda-tanda makanan dan minuman yang telah memasuki

masa kadaluarsa ditandai dengan ada jamur-jamur yang terdapat pada roti makanan yang sudah

beberapa hari sudah tidak layak konsumsi.10Upaya yang harus dilakukan apabila menemukan

makanan dan minuman yang telah kadaluarsa sudah minum atau dimakan, paling tidak adalah

beri himbauan dan adalah berharap tidak terkena penyakit, hal ini tergantung dengan kekebalan

tubuh dan untuk kedepannya tidak membeli produk-produk yang telah kadaluwarsa. Perlu

diketahui masih terdapat produsen-produsen nakal yang menggunakan zat kimia dan itu

berbahaya jadi makanan itu dibuat masa ketahanannya lama, tapi dengan cara seperti itu nah jadi,

itu kelihatan sehingga masyarakat melihat tanda-tanda seperti itu tidak membeli.Melihat

kemasan dan fisik makanan tersebut batas tanggal kadaluarsanya. Terjadi perubahan yang tidak

dikehendaki dari sifat-sifat asalnya. Makanan yang banyak perubahan fisiknya itu sudah

kadaluarsa tidak layak di konsumsi bisa menyebabkan keracunan, sembelit dan lain sebagainya.

Apabila masyarakat tanpa sengaja mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah kadaluarsa

segera cek ke dokter sebagai antisipasi karena masyarakat kadang-kadang kalau mereka tidak

ada sakit sudah. Sementara adapula beberapa reaksi yang langsung dan secara perlahan-lahan

muncul sehingga memerlukan pengecekkan ke pihak kesehatan. Dianjurkan minum susucap

beruang. Susu cap beruang berfunsi untuk membuang racun yang ada di tubuh dan seandainya

muntah-muntah atau diare yang harus adalah lakukan berkonsultasi ke dokter. Selain itu juga

dapat diatasi dengan mengkonsumsi arang aktif yang diminum dengan air putih serta susu kental

manis di minum agar bisa menetralkan makanan yang telah kadaluarsa.


10
Miru, Ahmadi dan Yodo Sutarman.2010. Keamanan manusia. Jakarta: Rajawali Pers.
Terdapat beberapa pihak yang berkewajiban untuk melindungi makanan kadaluarsa yaitu

Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan BPPOM, Dinas Pedagangan dan Perindustrian Aparat

Kepolisian, pengadilan dan kejaksaan dengan industry, import, distributor, serta rumah sakit,

organisasi profesi, medis, apotik, tokoh konsumen dan juga masyarakat, serta yang paling

penting adalah pengontrolan barang-barang di pasaran oleh pemerintah. Kecenderungan yang

terjadi di lingkungan masyarakat adalah konsumen membeli produk tanpa melihat tanggal

kadarluwarsa. Selain itu tidak memperhatikan jaminan produk pada kemasan tersebut itu masih

bagus tapi sudah kadarluarsa tapi masyarakat juga harus di edukasi terlebih dahulu agar

pengetahuannya menjadi lebih baik. Langkah pertama dalam menangani keamaanan manusia

dari makanan dan minuman kadaluarsa yaitu mensosialisasikan untuk menimbulkan kesadaran

hak dan kewajiban sehingga konsumen lebih bersikap hati-hati dalam memilih dan menggunakan

barang atau jasa. Langkah yang kedua adalah degan cara memberikan nasehat kepada konsumen

agar tidak terjebak dari makanan dan minuman kadaluarsa.11Hasil produksi dalam bentuk

makanan atau minuman yang diperdagangkan di pasaran serta tempat arus melakukan pengujian

laboraturium, dan harus ada pemeriksaan makanan dan minuman sebelum diedarkan di pasar-

pasar, agen dan di tokoh-tokoh kecil. Pemerintah telah melakukan sosialisasi hanya saja

intensitas dan jangkauannya terbatas yang pertama itu sosialisasi di kalangan menengah keatas

karena memang kalangan menengah keatas ini kesadarannya terhadap kesehatan tinggi

sementara di lapisan bawah bisa dikatakan masih kurang. Pemerintah sudah melakukan

sosialisasi tapi pada kalangan tertentu dan juga itu bisa adalah katakan sebagai kritik kadang-

kadang pemerintah itu melakukan reaksi setelah adanya peristiwa baru melakukan tindakan.

Termasuk pula ada dinas kesehatan langsung turun lapangan memasuki supermarket di seadalahr

11
Nasution, Az. 1995.
Manusia dan Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Keamanan manusia
tempat tinggal masyarakat untuk mengecek makanan atau minuman yang kadaluarsa dan

menghimbau seluruh masyarakat kalau membeli makanan dan minuman terlebih dahulu untuk

mengecek lebel kadaluarsa. Biasanya sosialisasi dilakukan sebulan sekali di tempat keramaian-

keramaian agar masyarakat juga tertarik untuk mengetahui dan penting informasi dari sosialisasi

untuk masyarakat.

Cara mengantisipasi makanan dan minuman yang telah kadaluarsa yang pertama, sebelum

membeli produk masyarakat harus teliti sebelum membeli dan melakukan pengecekan terlebih

dahulu. Terutama pada tanggalnya jangan sampai melewati batas waktu atau expired.

Masyarakat selaku konsumen jangan segan untuk menolak dan melakukan protes. Bagi penjual

sebaiknya, kalau ada konsumen yang mau membeli makanan yang tanggalnya telah lewat

sebaiknya tidak direkomendasikan. Mengantisipasi makanan dan minuman yang sudah

kadaluarsa relative mudah sekali, paling penting itu sebelum mengkonsumsi makanan atau

minuman harus melihat tanggal expired dibelakang atau di depan. Terkadang kalau diminuman

botol itu sebelum membeli atau mengkonsumsi makanan atau minuman tersebut. Pertama yang

dilakukan lakukan adalah terlebih dahulu mengecek lebel kadaluarsa untuk bisa mengetahui

makanan atau minuman itu masih layak di konsumsi atau tidak. Selain itu, Cara yang harus

adalah lakukan jika menemukan makanan dan minuman kadaluarsa berbelanja di supermarket

adalah harus mengasi tahu kepada karyawan / manager supermarket agar tidak lagi menjual

makanan dan minuman tersebuat dan apabila suatu saat masih juga ditemui makanan dan

minuman yang kadaluarsa adalah harus melapor ke dinas kesehatan biar di tindak lanjutin oleh

hukum dan pemerintah.12 Langkah yang dapat dilakukan ketika masyarakat menemukan

makanan dan minuman yang telah kadaluarsa adalah memberi himbauan agar tidak keracunan
12
Sidabalok, Janus . 2010.
Keamanan manusia di Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
makanan sehingga diperlukan sosialisasi untuk kedepannya agar konsumen tidak terjebak

produk-produk yang telah kadaluwarsa. Kesehatan tubuh seseorang tergantung dengan kekebalan

tubuh. Apabila masyarakat menemui makanan dan minuman telah kadaluarsa yang harus adalah

lakukan misalnya pada saat berbelanja di supermarket yaitu memberi tahukan kepada karyawan

atau manager supermarket untuk teliti dalam memperdagangkan makanan atau minuman yang

memungkinkan sudah kadarluasa. Apabila masih ditemui makanan dan minuman yang

kadaluarsa adalah harus melapor ke dinas kesehatan biar di tindak lanjutin oleh hukum dan

pemerintah. Jika masyarakat ada yang menemukan yang kadaluarsa, dihimbaukan masyarakat

agar melaporkan pada pihak-pihak yang berwenang seperti dinas kesehatan atau badan Pom

Agar bisa cepat ditanggulangi dan cepat adalah sidang dan lebih cepat adalah proses. Hukuman

bagi pelaku yang menjual makanan dan minuman yang telah kadaluarsa adalah jika pertama

melakukan pelanggaran masih bisa diberi teguran, jika sudah diberikan sosialisasi tapi masih

tetap menjual karena orientasi keuntungan itu sebagai negara hukum akan diberikan. tindakan

tegas.

Hukuman bagi pelaku bisa dipenjara 5 tahun minimal terus denda paling sedikit 2 milyar

pembayaran ganti rugi serta juga yang fatal pencabutan usaha bagi pelaku. Sedangkan hukuman

bagi pengedar makanan dan minuman harus ditindak secara tegas oleh badan hukum dan harus

dipenjarakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Menjual makanan dan minuman yang

kadaluarsa adalah dapat menyebabkan konsumen mengalami kematian. Mengatasi peredaran

makanan yang telah kadaluarsa tersebut, memerlukan peran aktif keterlibatan masyarakat

lembaga dengan cara melaporkan produk makanan yang ditemukan yang sudah kadaluarsa itu

kepada pihak berwenang seperti departemen kesehatan, balai POM, atau Kepolisian guna

menghindari peredaran makanan kadaluarsa serta pemerintah berperan aktif dalam melakukan
razia-razia dan pemeriksaan ke toko-toko kecil atau ke took-toko besar Razia makanan dan

minuman kadaluarsa dilakukan sebulan sekali itu sudah pasti untuk mengetahui apakah masih

marak beredarnya barang-barang yang sudah kadaluarsa. Dalam 1 tahun dari tahun pertama ini

pernah ditemukan makanan yang kadaluarsa yang masih beredar di toko-toko, oleh pedagang-

pedagang yang masih bandel sudah diperingatkan, namun masih aja ada tapi adalah sudah

diserahkan ke proses hukum. Sebaiknya masyarakat khususnya konsumen untuk berperan aktif

dan lebih proaktif lagi jika menemukan barang yang telah kadaluarsa.13

Cara mengantisipasi makanan dan minuman yang telah kadaluarsa pertama adalah lakukan

pengawasan peredaran artinya makanan-makanan yang sudah diketahui kadaluawarsa harus

diawasi, yang kedua itu perlu kesadaran konsumen agar teliti dalam membeli. Penanganan

makanan dan minuman kadaluarsa juga dilakukan dengan cara di musnakan dibuang dan di

bakar. Ditinjau dari segi pengawasan tidak semua produk makanan itu kadarluwarsa karena

memang pengawasan masih terbatas dan juga distributor kadang-kadang mereka orientasinya

keuntungan dia merasa bodoh makanan itu bagus atau tidak yang penting dijual, kadang-kadang

apabila masyarakat tidak terkena dampak dibiarkan saja. Di Indonesia masih kurang karena di

negara maju bahwa konsumen itu adalah raja itu diterapkan. Jenis makanan dan minuman yang

rentan mengalami masa kadaluarsa adalah produk makanan misalnya roti atau makanan ringan

sangat rentan dan terdapat pula makanan khusus yang diperlakukan khusus, kemudian jangan

juga terpengaruh oleh harga diskon-diskon, jadi masyarakat dengan diskon tersebut pasti

membeli, karnakan kesehatan itu kualitas salah satu Makanan yang rentan memiliki masa

kadaluarsa itu seperti makanan kaleng-kalengan, makanan yang dibungkus dengan plastic trus

makanan yang taruh di kertas seperti kardus kering itu sangat rentan.
13
Sutedi, Adrian. 2008.
Tanggung Jawab Produk Dalam
Keamanan manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jadi mohon untuk masyarakat agar diperhatikan seperti makanan-makanan seperti itu masih

banyak dijumpai di supermarket yang menjual barang-barang yang lama telah kadaluarsa seperti

barang yang kecil. Selain itu jenis makanan dan minuman apa yang rentan mengalami masa

kadaluarsa adalah donat kue lapis yang mudah terkena jamur karena sering terkena angin sinar

matahari dan debu. Meskipun hingga kini masih ada beberapa pelaku usaha yang dapat dikatakan

lalai karena kedapatan menjual makanan atau minuman kadarluasa baik dengan sengaja

membiarkan atau tanpa sengaja karena kurangnya kontrol, namun melalui sosialisasi keamanan

manusia terhadap perlindungan konsumen dari bahaya makanan dan minuman yang telah

melewati masa kelayakan konsumsi dapat memperluas informasi terkait hak-hak maupun

kewajiban.

PENUTUP

Penulis berpandangan bahwa Pemerintah telah membuat Undang-Undang tentang pengawasan

dan perlindungan terhadap konsumen, pengawasan ini terutama dilakukan Dinas kesehatan,

Dinas perdagangan dan Perindustrian untuk pelaku UKM untuk keamanan konsumen. Asas
keamanan manusia yaitu adanya manfaat, menerima keadilan, seimbangan, serta terjaminnya

keamanan dan keselamatan manusia yang berlandaskan pada kepastian hukum. Hasil

pembahasan menunjukkan bahwa produksi industri rumah tangga disektor pangan menemukan

beberapa produksi yang belum memenuhi syarat-syarat pelabelan yang menjadi acuam informasi

untuk konsumen sehingga terindikasi rentan terjadinya kadaluarsa. Bahaya yang ditimbulkan

dari makanan dan minuman yang telah kadaluarsa adalah dapat menyebabkan sakit perut,

sembelit, bahkan sampai keracunan karena rentan melukai lambung terutama pada usia balita.

Makanan yang sudah kadaluarsa juga berbahaya bagi janin bayi ibu yang sedang hamil.

Makanan telah kadarluwarsa mengandung bahan tidak layak pakai dan berbahaya. Hukuman

bagi pelaku yang menjual makanan dan minuman yang telah kadaluarsa adalah jika pertama

melakukan pelanggaran masih bisa diberi teguran, jika sudah diberikan sosialisasi tapi masih

tetap menjual karena orientasi keuntungan itu sebagai negara hukum akan diberikan.

Menurut saya dalam hal menekan penyebaran makanan kadaluwarsa entah jenis apapun itu

haru ada kerja sama antar masyarakat dan pemerintah itu sendiri, pemerintah melalui kebijakan

UU nya, dan masyarakat melalui kesadaranya akan bahayanya makanan kadaluwarsa

Diharapkan kepada pemerintah agar melakukan pengawasan kepada masyarakat dan

perlindungan terhadap konsumen dalam hal hasil produksi rumah tangga di sektor pangan yaitu

makanan dan minuman di pasar-pasar seperti minimarket maupun agen-agen yang menjual atau

menampung terutama makanan dan minuman yang akan diedarkan di tokoh-tokoh kecil. Namun

pemerintah juga memiliki keterbatasan sehingga dibutuhkan pula peran aktif dari masyarakat.

Pelaksanaan sosialisasi penting dilakukan agar masyarakat tau dan paham sehingga masyarakat

memiliki pengetahuan tentang produk sebelum membeli suatu produk.


DAFTAR PUSTAKA
JURNAL HUKUM SASANA, Volume 8, No. 2 (2022), pp. 342-364 ISSN 2461-0453 (print) |
ISSN 2722-3779 (online) Available online at: http://ejurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/SASAN
JURNAL Wahyu Simon Tampubolon P.ISSN Nomor 2337-7216, E ISSN Nomor 2620-6625
Jurnal Surya Kencana Satu : Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Volume10 Nomor 2
Oktober 2019
JURNAL TRI ASTUTI HANDAYANI, SH, M.Hum perlindungan
Hukum bagi konsumen terhadap makanan kadaluwrsa
Barkatullah, Abdul Halim, 2010, Hak-Hak Konsumen, Bandung: Nusa Media.
Miru,Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Pieris, John dan Wiwik Sri Widiaty, 2007, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen Terhadap
Produk Pangan.
Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo. Susanto, Happy,
2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Trnasmedia Pustaka.
Sidabalok, Janus, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti. Shofie, Yusuf, 2002, Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang – Undang
Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2009. Keamanan manusia. Jakarta: Sinar Grafika. Miru, Ahmadi dan
Yodo Sutarman.2010. Keamanan manusia. Jakarta: Rajawali Pers. Nasution, Az. 1995. Manusia dan
Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Keamanan manusia Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar

Anda mungkin juga menyukai