Anda di halaman 1dari 21

LEMBAR KERJA MAHASISWA (Tutorial ke 2-3 skenario 1)

UNIVERSITAS JEMBER KODE DOKUMEN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PRODI KEDOKTERAN GIGI FORM PP-05

LEMBAR KERJA MAHASISWA


Dosen Pengampu Mata kuliah : Dr. drg. Izzata Barid, M.Kes
Pokok Bahasan : Fungsi Pertahanan mukosa Rongga Mulut
Model Pembelajaran : PBL (tutorial)

IDENTITAS MAHASISWA

Afanindya Bias Maharani/21610101029 /Tutorial 3

Nama Anggota Maziyah Fikriyah/221610101025


kelompok
Indah Nurul Aisyiana/221610101026
Anisa Rindi Aprilia/221610101027
Khuladista Nafla F/221610101028
Puspita Ning Ayu/21610101029
Amira Zahra A T/221610101030 (scriber)
Hasna Dzakiyyah F/221610101031
Afanindya Bias Maharani /221610101032
Ni Luh Kadek Ardhia Swari P. /221610101033
Andrias Safa Ramadhani /221610101034
Prafajrin Alibyya Vianesha/221610101035 (ketua)
Farah Rizka Salsabila/221610101036

Pertemuan Ke 2

Hari/Tanggal Rabu/ 5 April 2023

BAHAN DISKUSI
Bacalah dengan seksama skenario yang telah diberikan. Diskusikan dengan metode 7 jump,
untuk menjawab Learning objectivenya. Gunakanlah literatur yang telah tertulis pada modul,
atau mencari di media lain yang bisa dipertanggung jawabkan. Buat laporan sesuai format
dan persiapkan PTT untuk melakukan presentasi pada saat pleno.
SKENARIO 1
Fungsi Pertahanan mukosa Rongga Mulut

Nena seorang mahasiswa FKG yang sekarang banyak ujian, karena terburu-buru saat
mengunyah makanan, mukosa bukalnya tergigit dan menimbulkan rasa nyeri, terutama bila
makan yang pedas Kemudian memeriksakan ke dokter gigi karena rasa nyeri yang sangat
menganggu tersebut. Dokter menjelaskan kalau mukosa bukal termasuk mukosa yang tidak
berkeratin sehingga mudah terjadi luka. Keutuhan mukosa mulut merupakan salah satu
bagian dari system pertahanan di rongga mulut. Salah satu bagian dari mukosa mulut adalah
lapisan epitel. Epitel mukosa mulut berlapis-lapis, dimana setiap lapis (stratum) mempunyai
komponen pertahanan (sel-sel imun) masing-masing dan bekerja dengan mekanisme yang
berbeda pula. Komponen pertahanan mukosa mulut sangat lengkap, baik yang termasuk
system imun innate maupun humoral dapat ditemukan pada mukosa mulut. Ketahanan
mukosa mulut dipengaruhi banyak faktor, termasuk stress seperti yang dialami Nena saat ini.

HASIL DISKUSI

Tulis Laporan sesuai diskusi di tutorial dengan Teknik 7 jump, dan tambahkan materi yang
belum muncul/ada bila ditemukan pada saat pleno. Upload laporan tersebut pada
assignment di sister pada masing masing dosen pengampu tutorial (Step 6-7).

STEP 7 : Synthesis

1. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan pengertian sistem


pertahanan pada mukosa rongga mulut.

● Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut adalah bagian dari sistem
pertahanan yang sifatnya penting dan berlawanan dari sistem imun yang lain.

Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut memiliki sifat menekan


imunitas karena? Mukosa berhubungan langsung dengan lingkungan luar dan
berhadapan dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri komensal,
antigen, makanan, dan virus, dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
dengan sistem imunitas sistemik.
Perbedaan respons imun mukosa dengan sistem imunitas sistemik, antara lain
adalah

(1) Ig A, suatu imunoglobulin yang terkait dengan mukosa

(2) memiliki komponen yang terdiri dari sel T yang mempunyai kemampuan
mengatur (regulator) atau bertindak (efektor)

(3) pada sistem lalu lintas sel yang berorientasi mukosa yang pada awalnya
dimunculkan di folikel mukosa lalu memulai migrasi ke jaringan limfoid yang
tersebar di bawah epitel.

Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut memiliki 3 fungsi utama :

a. Melindungi membran mukosa dari invasi dan kolonisasi mikroba yang


mungkin akan menembus masuk

b. Melindungi pengambilan antigen terdegradasi seperti protein-protein asing


dari makanan yang tercerna

c. Melindungi berkembangnya respons imun yang berpotensi merugikan


terhadap antigen-antigen tersebut bila antigen masuk dalam tubuh. (22-031
Hasna)

● Sistem Imun atau sistem pertahanan tubuh adalah suatu sistem pertahanan
internal yang berperan penting dalam mengenal dan menghancurkan atau
menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal di dalam tubuh yang
berpontensi merugikan bagi tubuh.

Nah tapi berbicara pada sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut,
berarti sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut yaitu sistem pertahanan
internal yang berperan dalam mengenal, menghancurkan, atau menetralkan
benda asing atau sel abnormal dalam mukosa rongga mulut. Sistem
pertahanan pada rongga mulut juga lebih menekankan pada respon imunitas.

Lalu, mukosa rongga mulut merupakan salah satu pelindung dari berbagai
macam antigen dan mikroorganisme pathogen. Mukosa mulut mengandung
sistem imunitas. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan homeostasis
imunologis di dalam rongga mulut dan saliva merupakan salah satu bagian dari
sistem imunitas tersebut. Saliva mempunyai fungsi sebagai perlindungan
utama dalam menstabilkan keseimbangan rongga mulut atau homeostasis
melalui pembersihan dan peningkatan ketahanan tubuh.

Adapun fungsi mukosa rongga mulut yaitu :

a. Proteksi

melindungi jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut dengan


bertindak sebagai pelindung utama dari iritan.

b. Sensasi

memberikan informasi tentang hal-hal yang terjadi di rongga mulut


dan menerima stimulus dari luar mulut.

c. Sekresi

mengeluarkan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar liur yang menjaga


kelembaban mukosa rongga mulut. (22-030 Amira)

● Membran mukosa adalah pelapis yang basah dari traktus gastrointestinal, faring,
saluran nasal dan rongga tubuh lainnya yang berkomunikasi dengan eksterior. Di
rongga mulut lapisan tersebut disebut membran mukosa oral atau mukosa oral.
Secara struktur mukosa oral dalam beberapa hal menyerupai kulit, sedangkan sangat
serupa dengan membran mukosa esofagus, servik, dan vagina, tetapi sangat jauh
berbeda dengan mukosa gastrointestinal Rongga mulut dilapisi oleh suatu membran
mukosa yang terdiri dari:1. Mukosa yang dapat dibagi lagi menjadi epitelium dan
lamina propria 2. Submukosa, yang tidak selalu ada di berbagai regio rongga mulut

2. Fungsi Mukosa Oral : Mukosa oral mempunyai bermacam fungsi, yang utama dan
penting adalah memproteksi jaringan yang lebih dalam dan kelenjar yang ada di
rongga mulut. Fungsi lain mencakup persepsi sensori, sintesis dan sekresi yang berasal
dari kelenjar yang berlokasi di mukosa dan peran estetik yang diwakili oleh
pertemuan mukokutaneus.

1. Proteksi ; penghambat (barrier) terhadap trauma mekanik dan mikroba. Sebagai


suatu lapisan permukaan, mukosa oral memisahkan dan memproteksi jaringan yang
lebih dalam di regio oral dari lingkungan rongga mulut. Aktivitas normal dari
menangkap, menggigit, mengunyah makanan menghadapkan jaringan lunak mulut ke
kekuatan mekanik (kompresi, meregang, memotong) dan abrasi permukaan (dari
partikel keras dalam diet). Di rongga mulut dalam keadaan normal terdapat populasi
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi bila mikroorganisme tersebut
mempunyai akses ke jaringan. Banyak diantaranya ada yang menimbulkan efek toksik
ke jaringan.

2. Sensasi : temperatur (panas dan dingin), sentuhan, nyeri, rasa, dahaga. Fungsi
sensorik mukosa oral penting karena memberikan informasi kejadian di rongga mulut,
sedangkan bibir dan lidah persepsi stimulasi dari luar mulut. Di mulut, faring dan
epiglotis terdapat reseptor yang bereaksi terhadap suhu, sentuhan, dan nyeri; ada
pula taste bud untuk sensasi rasa baik manis, asam, pahit dll.

3. Sekresi : sekresi saliva Sekresi utama berkaitan dengan mukosa oral adalah saliva
yang diproduksi oleh kelenjar saliva yang berkontribusi untuk mempertahankan
kelembaban permukaan. Kelenjar saliva utama, terletak jauh dari mukosa namun
sekresinya melewati mukosa melalui duktus-duktusnya, sedangkan kelenjar saliva
minor langsung berhubungan dengan mukosa oral.

5. Estetika : Warna tekstur dan tampilan kulit memegang peran penting sebagai
petanda karakteristik perorangan seperti usia, kesehatan, etnik, dll. Mukosa oral
dalam keadaan normal tidak kelihatan, terkecuali di regio dimana terjadi pertemuan
dengan kulit, yaitu tepi vermilion bibir yang memberikan komponen estetik terutama
pada wanita. (22-035 Fajrin)

2. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan komponen-komponen


pertahanan mukosa rongga mulut.

● Mukosa normal memiliki sistem pertahanan adekuat guna mengatasi


mikroorganisme patogen. Yang berperan adalah sel limfosit dan jaringan
limfoid sekitar mukosa (mucosa associated lymphoid tissue, MALT), keratinosit
dan sel Langerhans. Pertahanan mukosa di rongga mulut dibagi menjadi 2
mekanisme dan beberapa komponen didalamnya yaitu :

1. Imunitas Alami (non spesifik/innate immune)

Seperti pada namanya, imun ini bersifat tidak spesifik jadi ia bersifat
fisik melibatkan kulit dan mukosa dengan didasarkan pada fagositosis
organisme uniseluler ( yang dilakukan oleh dirinya sendiri) dan
fagositosis multiseluler (dengan unit khusus fagositosisseperti Ig A).
Innate immune dibagi menjadi 3 macam yaitu :

➔ Barier Eksternal : komponennya ada kulit dan mukosa membran

➔ Faktor Humoral : terdapat Lisosom (enzim yang dapat


memotong proteoglikan di dinding sel bakteri), Laktoferin
(suatu protein yang mengandung iron didalamnya), Komplemen
dengan 20 serum protein, dan Interferon (kelompok protein
yang terlibat dalam melawan infeksi virus).

➔ Faktor Seluller : faktor ini baru bekerja ketika infeksi sel asing
telah menembus barier pertama, terdapat 2 sel yang berperan
yaitu Microphage (polymorphonuclear neutrophil (PMN), PMN
adalah sel darah putih, yang tidak mempunyai kemampuan
untuk membelah diri) dan Makrofag (monosit dan menetap di
jaringan yang dikenal juga dengan reticuloendothelial system
atau terinfiltrasi di jaringan sebagai bagian dari inflamasi
kronis). selain itu juga ada Natural Killer (NK cell) yang terlibat
saat adanya virus dan bakteri.

● Immunoglobulin adalah salah satu komponen dasar saliva yang


memainkan peran penting dalam imunitas rongga mulut. Ada berbagai
jenis immunoglobulin antara lain IgA, IgG, dan IgM dan immunoglobulin
yang paling dominan adalah IgA yaitu 60% dari semua immunoglobulin
sedangkan nonimmunoglobulin yang terdiri dari lisozim, laktoferin,
laktoperoksidase, defensin, histatin, sistem air liur peroksidase, dan
protein lektin. Immunoglobulin A dapat memainkan peran sinergis dengan
lisozim dalam melawan mikroba patogen rongga mulut. Imunoglobulin A
adalah immunoglobulin dominan dalam sekresi eksternal dan paling
penting dalam saliva, immunoglobulin A disebut sebagai garis pertahanan
terdepan rongga mulut dalam memberikan perlindungan yang sangat
besar bagi mukosa oral dari infeksi mikroorganisme dengan cara
mencegah perlekatan bakteri ke permukaan gigi serta menetralkan racun
dan enzim bakteri dengan memblokir pengikatannya pada reseptor sel.
Immunoglobulin A merupakan pertahanan adaptif imun pertama dalam
melawan Streptococcus mutans, yang dianggap sebagai bakteri penyebab
utama karies gigi. Immunoglobulin A bekerja dengan cara menghambat
perlekatan bakteri dan mengurangi kolonisasi Streptococcus mutans
didalam rongga mulut. Peran immunoglobulin A dalam rongga mulut
adalah mencegah perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi,
sehingga plak tidak terbentuk dan menghambat proses demineralisasi
jaringan keras gigi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kadar
immuglobulin A yang rendah pada rongga mulut berimplikasi pada risiko
karies yang tinggi, sedangkan kadar immunoglobulin A yang tinggi
menyebabkan risiko karies yang rendah. Sebagai bagian penting dari
sistem imun nonspesifik, lisozim merupakan komponen penting dari
antibakteri dalam saliva yang berperan sebagai sistem pertahanan non
imun host dalam melawan bakteri dan menjaga keseimbangan didalam
lingkungan rongga mulut. Lisozim sebagai agen antimikroba berhubungan
dengan kemampuannya dalam menyebabkan lisis sel-sel bakteri dengan
menghidrolisis ikatan β (1-4) antara asam N-asetilmuramat dan asam N-
asetilglukosamin dalam lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri. Hasil
hidrolisis ikatan glikosidik akan menyebabkan terbentuknya pori-pori kecil
di dalam dinding sel bakteri sehingga bakteri akan mati. Lisozim
menghidrolisis dinding sel mikroorganisme Gram-positif, terutama
Streptococcus mutans. Terlepas dari aktivitas bakteriolitik, lisozim juga
memiliki kemampuan untuk mengumpalkan bakteri mulut, terutama
Streptococcus mutans yang akan mempengaruhi perlekatan Streptococcus
mutans terhadap permukaan mulut dan mendorong pembersihan
mikroorganisme dari rongga mulut. Selain itu, lisozim dapat mengaktifkan
autolysin bakteri yang merusak dinding sel bakteri. (22-034 Andrias)

2. Imunitas adatif (spesifik)

Fungsi dari imun ini sendiri yaitu memperkuat, bersifat spontan atau
langsung, dan bersifat mempertinggi fagositosis dengan komponen
pendukungnya yaitu :

➔ Komponen Seluller : terdiri dari limfosit dan sel-sel


monosit/makrofag lineage.

➔ Komponen Humural : terdiri dari antibodi. Antibodi merupakan


molekul yang diproduksi untuk merespon antigen. Antigen
merupakan substansi yang akan mendapatkan respon antibodi.

(22-029 Puspita)

● Selain saliva, mukosa rongga mulut juga memiliki komponen pertahanan yaitu
diantaranya adalah crevicular gingival fluid (CGF). Cairan sulkus gingiva
jumlahnya akan meningkat bila terjadi inflamasi. Cairan sulkus gingiva
mengandung sel-sel inflamasi, seperti leukosit Polimorfonuklear (PMN)
neutrofil, limfosit, monosit, sel T, sel B, dan berbagai protein immunoglobulin.
(22-025 Maziyah)

● Komponen pertahanan di dalam rongga mulut selain terdapat oral mucosa,


cairan sulcular gingiva, juga terdapat saliva yang terkandung di dalamnya
banyak protein yang berperan penting. Sekretori IgA merupakan salah satu
kelas antibody yang paling banyak ditemui dalam saliva. IgA dapat berikatan
secara spesifik pada epitop bagian antigen I/II dari S. mutans, sehingga bakteri
tidak dapat berikatan dengan pelikel saliva dan S. mutans tidak dapat
berkolonisasi pada permukaan gigi. S. mutans merupakan agen utama
etiologic karies gigi, keberadaan IgA dalam saliva serta komponen lainnya
dapat menurunkan angka resiko terjadinya karies. (22-026 Indah)

● KOMPONEN IMUNOLOGI RONGGA MULUT

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun nonspesifik


dalam rongga mulut adalah:

1. Protein-Enzim

a. Enzim lisosomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu


memecahkan ikatan glikopeptide dinding bakteri gram positif,
sehingga lisis. Termasuk kolagenase, elastase, hyaluronidase.

b. Laktoferin dan laktoperoksidase: yang mempunyai aktivitas


antibakteri dan antivirus.

c. Musin: yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.

d. Interferon: diproduksi oleh sel hospes, sebagai reaksi terhadap


invasi virus. Dibedakan tiga tipe interferon manusia, yaitu: α(alfa),
dihasilkan oleh sel-sel darah putih,β(beta) oleh fibroblas dan
γ(gamma) oleh limfosit yang teraktivasi.

e. Sitokin: merupakan zat biologik aktif yang diproduksi berbagai


tipe sel dari kelompok non-limfoid, sebagai reaksi terhadap suatu
radang. Misalnya: histamin dan prostaglandin.

2. Komplemen : Sudah ada dalam darah, sebelum dibentuknya IgM


dalam mobilitas elektroforesis termasuk kelompok alfa dan beta
globulin. Terutama dihasilkan oleh hari beredar dalam darah
sebagai bentuk yang tidak aktif, dan bersifat termolabil. Dalam
cairan saku gusi ditemukan bentuk C2, C4, dan C5.

3. Sel N.K (Natural killer) : Sel ini baru jelas peranannya dalam
sistem pertahanan, terutama menghadapi perubahan komponen
tubuh sendiri, sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun zat zat
kimia tertentu.

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun spesifik


dalam rongga mulut adalah:

1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa : Sel-sel mononuklear


(limfosit dan makrofag) ditemukan tersebar.

2. Jaringan Limfoid Gingival : Melalui rangsang plak bakteri, jaringan


ini menarik sel-sel terutama sel-sel limfosit yang dalam situasi
radang berubah menjadi sel-sel plasma.

3. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah : Limfosit, makrofag dan sel-sel


plasma ditemukan di dalam kelenjar baik yang besar ataupun kecil,
tersebar dalam kelompok-kelompok di bawah mukosa mulut.

4. Sel-Sel Langerhans : Antigen yang masuk melalui mukosa


difagositosis oleh sel-sel ini yang tersebar di atas selaput dasar (22-
035 Fajrin)

3. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan mekanisme


pertahanan mukosa rongga mulut.

● Mekanisme pertahanan pada mukosa rongga mulut melalui tiga tahapan yaitu:

a. Tahap inflamasi

Dimulai saat terjadi injury jaringan dan tidak ada faktor lain yang dapat
memperpanjang inflamasi berlangsung selama 3-5 hari. Ada dua
tahapan pada inflamasi yaitu vaskular dan selular. Pada fase vaskular
dimulai dengan vasokonstriksi awal pembuluh darah dengan
memperlambat aliran darah ke area injury dengan terjadinya koagulasi
darah. Dalam beberapa menit, histamin dan prostaglandin E1 dan E2
bergabung dengan sel darah putih sehingga menyebabkan vasodilatasi
dan membuka ruangan kecil antar sel endotel sehingga plasma keluar
dan leukosit bermigrasi ke jaringan interstitial. Fibrin dan transudat
plasma berakumulasi pada area injury kemudian ditandai adanya
eritema (rubor), panas (kalor), rasa sakit (dolor), edema (tumor), dan
hilangnya fungsi (functio laesa).

Dilanjutkan dengan fase selular yang dipicu aktivasi serum komplemen


akibat trauma jaringan dengan produk berupa complement-split C3a
dan C5a yang bertindak sebagai faktor kemotaksis dan menyebabkan
PMN. Saat berkontak dengan benda asing netrofil melepaskan
kandungan lisosom yang bekerja menghancurkan bakteri dan benda
asing. Selain itu, makrofag melakukan tugasnya untuk memfagosit
material asing dan jaringan nekrotik. Pada saat bersamaan, limfosit B
dan T berakumulasi pada area injury dengan mengenali antigen.

b. Tahap fibroplastik

Serabut fibrin yang berasal dari koagulasi darah akan menutup luka
dengan membentuk anyaman dimana fibroblas akan meletakkan
substansi dasar dan tropokolagen yang menguatkan serat kolagen
sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan sirkulasi sel mesenkimal
pluripotensial. Anyaman fibrin juga digunakan kapiler baru untuk
menyatukan luka. Kemudian seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan sel baru terjadilah fibrolisis yang disebabkan oleh
plasmin dimana anyaman fibrin yang tak diperlukan dibawa kedalam
kapiler baru. Tropokolagen yang dideposit oleh fibroblas akan
mengalami cross-linking dan memproduksi kolagen.

c. Tahap remodelling

Tahap akhir dari penyembuhan luka dimana serat kolagen secara acak
dihancurkan dan digantikan dengan serat kolagen yang baru yang
berorientasi baik lebih efisien sehingga kelebihan kolagen dihilangkan
dan luka akan menjadi lebih lunak. Saat metabolisme luka menurun
maka vaskularisasi juga akan menurun sehingga kemerahan pada luka
akan hilang.

→ Fungsi dari epitel oral yaitu untuk membentuk barrier yang tidak
permeabel dimana tidak memiliki kapasitas absorbsi. Permeabilitas
yang paling tinggi yaitu berada di dasar mulut karena memiliki epitel
yang paling tipis sehingga dapat dijadikan sebagai lokasi administrasi
obat-obatan tertentu.

→ Kemudian lapisan bawah epitel disebut dengan jaringan ikat atau


lamina propria dimana dibagi menjadi dua lapisan yaitu lapisan papila
yang memiliki serat kolagen tipis dan lapisan retikular yang memiliki
serat kolagen yang tebal. Lamina propria ini terdiri dari pembuluh
darah, saraf, dan sel-sel fibroblas, makrofag, sel mast, dan sel inflamasi
lainnya. (22-025 Maziyah)

Pertahanan awal pada mukosa mulut yaitu sistem imun innate (pertahanan non spesifik).
karena dapat memberikan respon yang langsung secara cepat, dalam kurun waktu antara jam
ke-0 sampai jam ke-12. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifikasi terhadap bahan asing
maupun dental material, oleh karena itu disebut non spesifik. Sistem imun innate diperoleh
dari pertahanan fisik/mekanik, biokimia, humoral, maupun pertahanan seluler. Pembagian
dari respon imun ini menjadi 3 bagian yaitu:

1. Barrier eksternal : ditemukan berupa pertahanan fisik maupun mekanik, meliputi


kulit, selaput mukosa, refleks batuk, bersin yang akan mencegah kuman patogen
masuk ke dalam tubuh. Contoh pada saliva sebagai pertahanan paling luar/awal yang
mampu melindungi tubuh terhadap mikroorganisme gram positif, dan dapat
menghancurkan dinding sel bakteri.

2. Pertahanan humoral : berupa peran peran dari protein seperti lisozim yang mampu
memotong rantai proteoglikan pada dinding sel bakteri yang menyebabkan lisisnya sel
bakteri. Laktoferin, yang menghambat dan dapat menggagalkan pertumbuhan
bakteri). Komplemen, yang berperan dalam respon inflamasi, diproduksi oleh
hepatosit dan monosit yang dapat meningkatkan fagositosis dan mempermudah
destruksi bakteri dengan cara menghancurkan sel membran bakteri melalui pelepasan
bahan kemotaksis sehingga makrofag bergerak ke tempat bakteri. Interferon,
berperan sebagai bagian reaksi sistem imunitas mukosa oral antivirus dengan jalan
menginduksi sel sel sekitarnya, sehingga resisten terhadap virus. Interferon, yang
dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus, dimana terdapat sifat antivirus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut.
3. Pertahanan Seluler : ketika antigen telah ada pada barier eksterna, pertahanan akan
dipusatkan pada proses fagositosis. Sel utama yang berperan adalah
polymorphnuclear neutrofil mikrofag (dominan sel darah putih) dan makrofag dari
monosit. Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama.
Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah timbulnya
penyakit.

- Mekanisme fagositosis, terjadi dalam beberapa tingkat yaitu kemotaksis atau proses
penarikan sel menuju substansi yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, menangkap
(attachment), penelanan (ingestion), membunuh (killling), dan mencerna (digestion).

Selanjutnya yaitu sistem imun spesifik atau adaptif. Berbeda dengan sistem imun nonspesifik,
sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing
bagi dirinya, lalu terjadi sensitasi reaksi sistem imun. Benda asing yang sama bila terpapar
ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Sistem Imun Spesifik dapat bekerja
tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk
menghancurkan benda asing yang masuk, namun pada umumnya terjalin kerjasama yang
baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag. Oleh karena komplemen
turut diaktifkan, respon imun yang terjadi sering disertai dengan reaksi inflamasi. Sistem
Imun Spesifik ini dibagi dalam jenis yang humoral dan seluler.

1. Sistem imun spesifik Humoral: Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral
adalah limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Jika terjadi
rangsangan oleh benda asing, sel ini akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodinya terdiri dari IgG, IgA, IgM,
IgD, dan IgE. Dari kelima jenis antibodi tersebut, hanya tiga jenis antibodi (IgG, IgM,
dan IgA) yang telah dibuktikan mempunyai kaitan dengan perlindungan tubuh
terhadap berbagai macam infeksi, sehingga diduga adanya kaitan dengan aktivitas
karies. IgA banyak ditemukan pada cairan tubuh, seperti air mata, keringat, kemih,
saliva, dll. Pada rongga mulut bentuknya S-IgA (IgA Secretory). Fungsi dari IgA sendiri
adalah melindungi tubuh dari patogen, dapat bekerja sebagai opsonin karena
neutrofil, monosit, dan makrofag memiliki reseptor khusus sehingga dapat
meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin, dll. Fungsi
keseluruhannya sebagai pertahanan infeksi ekstraseluler terhadap virus dan bakteri
serta netralisasi toksin.

2. Sistem imun spesifik seluler: Diperankan oleh limfosit T sel T, dengan asal yang sama
seperti sel B. Hanya saja, sel ini mengalami proliferasi dan diferensiasi pada kelenjar
timus dan hanya 10% yang dapat masuk dalam sistem sirkulasi. Berbeda dengan sel
B, sel T terdiri atas beberapa subset sel, seperti sel helper, sel T sitotoksik, dan sel T
supresor. Limfosit T berperan dalam sistem imun seluler. Fungsi utamanya sebagai
pertahanan infeksi intraseluler terhadap virus dan bakteri, keganasan.

- Sistem imun nonspesifik dan spesifik berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem
imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan dalam merangsang
sistem imun spesifik. Mikroba ekstraseluler mengaktifkan komplemen melalui suatu
jalur. Kompleks antigen antibodi mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Virus
intraseluler merangsang sel yang diinfeksi untuk melepas interferon yang
mengerahkan dan mengaktifkan sel Natural Killer. Sel dendritik yang memakan
antigen bermigrasi ke kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen yang
dimakannya ke sel T yang diaktifkan bermigrasi ke tempat infeksi dan memberikan
bantuan ke sel NK dan Makrofag. (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)

● Mekanisme pertahanan mukosa mulut berjalan secara bertahap, tidak semua


lapisan mukosa pada rongga mulut bekerja secara bersamaan. Pada paparan
pertama, yang berperan untuk menghadang patogen adalah saliva. Organ
imun pada rongga mulut akan memproduksi atau mensekresikan saliva, saliva
tersebut mengandung berbagai macam enzim dan antigen yang berperan
dalam pertahanan mukosa rongga mulut, antara lain lisozim, laktoferin,
salivary agglutinin, leukosit, dan IgA secretory (SIgA).
a. Lisozim

Lisozim merupakan salah satu komponen pentingm dari antibakteri


pada saliva yang mempunyai peran sebagai sistem pertahanan non
imun host dalam melawan patogen atau bakteri dan menjaga
keseimbangan di dalam rongga mulut. Peran lisozim antara lain sebagai
antimikroba yang berkaitan dengan kemampuannya dalam melisiskan
bakteri yakni dengan cara menghidrolisis ikatan β (1-4) antara asam N-
asetilmuramat dan N-asetilglukosamin dalam lapisan peptidoglikan
dinding sel bakteri. Hasil dari hidrolisis ikatan glikosidik akan
menyebabkan terbentuknya pori-pori kecil di dalam dinding sel bakteri
sehingga bakteri akan mati.

b. Laktoferin

Laktoferin merupakan suatu glikoprotein pengikat besi yang mampu


mengikat dua ion besi per molekul. Selain itu, laktoferin adalah salah
satu komponen yang terdapat pada sekresi manusia yang disintesis
oleh kelenjar eksokrin dan neutrofil di tempat infeksi/peradangan.
Laktoferin dalam saliva berperan sebagai salah satu faktor pertahanan
penting terhadap cedera bakteri termasuk yang berhubungan dengan
Streptococcus mutans dan bakteri periodontopatik melalui
kemampuannya untuk menurunkan pertumbuhan bakteri,
perkembangan biofilm, kelebihan zat besi, pembentukan oksigen
reaktif dan proses inflamasi.

c. Salivary Agglutinin

Agglutinin saliva berperan sebagai protein yang terglikosilasi tinggi dan


sangat berkaitan dengan protein saliva serta secretory IgA sebagai
komponen yang berperan dalam proses aglutinasi bakteri.

d. Leukosit

Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang mempunyai inti


sel dan berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh. Fungsi dari
leukosit adalah untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi, sel
tumor, dan zat asing yang berbahaya. Pada sistem pertahanan mukosa
rongga mulut, leukosit memiliki kemampuan untuk melakukan
fagositosis dan killing.

e. Ig A Secretory (SIgA)

Antibodi SIgA bersifat kompleks, independen dan berpartisipasi dalam


reaksi antigen-antibodi dalam membran mukosa, sehingga membatasi
penetrasi bakteri dan racun. Imunoglobulin sekretori A berfungsi dalam
sekresi mukosa sebagai pertahanan garis terdepan dengan membatasi
invasi patogen. Perlindungan penghalang epitel mukosa oleh sIgA
melalui berbagai mekanisme. Yang pertama yaitu pembentukan
kompleks dengan antigen lokal yang melapisi jaringan, diambil oleh
fagosit, kemudian diserap ke dalam sistem pembuluh darah atau
diangkut melalui epitel ke dalam lumen. Sekretori Ig A adalah dalam
bentuk dimerik atau tetrameric, polipeptida rantai J, dan rantai
polipeptida yang disebut komponen sekretori. Komponen sekretori
terdiri dari reseptor yang mampu mengantarkan polimer IgA ke
membran sel. Polipeptida rantai J dalam IgA identik dengan pentamer
IgM dan memiliki fungsi dalam memfasilitasi polimerisasi IgA dan sIgA,
sebagai kelas utama antibodi dalam jaringan mukosa. (22-028
Khuladista)

4. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan faktor yang


mempengaruhi sistem pertahanan mukosa rongga mulut.

● Faktor yang mempengaruhi sistem pertahanan mukosa rongga mulut :

○ Usia : Mukosa mulut akan terjadi perubahan seiring dengan


meningkatnya usia. Secara klinis perubahan struktur ini diikuti dengan
permukaan mukosa yang kering, tipis dan licin serta kehilangan
elastisitas dan stippling. Perubahan ini memudahkan terjadinya
kelainan atau infeksi. Pada kelenjar saliva terjadi peningkatan jaringan
konektif. Penurunan sekresi saliva pada lansia terjadi secara fisiologis,
hal ini disebabkan penurunan jumlah sel-sel asinar sehingga produksi
saliva berkurang. Apabila saliva berkurang, fungsi saliva sebagai
pertahanan mukosa mulut terganggu, hal ini akan memudahkan terjadi
infeksi dalam rongga mulut.

○ Stress : Stress dapat menyebabkan tubuh bereaksi melalui pelepasan


hormon CRH yang berasal dari hipotalamus, termasuk hormon kortisol
dari korteks adrenal. Peningkatan hormon kortisol dapat meregulasi
komponen pertahan tubuh dan respon inflamasi. Peningkatan aliran
saliva, penuruan kadar saliva, dan perubahan PH saliva dapat
menyebabkan daerah gigi dan mulut lebih rentan terhadap infeksi.

○ Penyakit sistemik : Seseorang yang memiliki penyakit diabetes dan


hipertensi akan memilki pertahanan rongga mulut yang rendah
diakibatkan laju aliran saliva pada penderita penyakit tersebut rendah.
(22-036 Farah)

● Air liur adalah media dimana inang "memasok" mikroorganisme penghuninya


dengan nutrisi, termasuk asam amino, protein, glikoprotein, peptida, dan
vitamin. Selain itu, nutrisi yang berasal dari inang, cairan sulkus gingiva (GCF),
mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme di rongga mulut.
Sebab, substrat utama untuk pertumbuhan mikroba oral adalah nutrisi
endogen yang disediakan oleh air liur, eksklusi jaringan, GCF, degenerasi sel
inang, atau metabolit bakteri lainnya Dalam proporsi yang lebih kecil, celah
gingiva, melalui sekresi GCF, berkontribusi dengan nutrisi tambahan seperti
molekul yang mengandung albumin dan heme sebagai sumber zat besi vital.
Hormon inang, seperti hormon steroid seks, kolesterol, dan katekolamin, yang
disampaikan melalui air liur juga dapat dimanfaatkan oleh bakteri residen.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hormon ini memiliki potensi untuk
memodulasi komposisi mikrobioma oral.

Selain itu, pengurangan asupan makanan dan periode puasa dapat


memengaruhi resistensi kolonisasi berbasis mikrobioma. Aliran saliva dan
sekresi stasis akibat dehidrasi atau penurunan asupan air oral retrograde
migrasi dan kolonisasi bakter. Puasa juga ditemukan berhubungan dengan
kadar sitokin oral yang disebabkan oleh mikrobioma residen dan transien. (22-
032 Afanindya Bias)

● Faktor yang mempengaruhi ketahanan rongga mulut secara umum dibagi


menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.

A. Faktor Lokal

Berupa faktor-faktor yang hanya mempengaruhi lingkungan rongga mulut,


seperti : restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan
yang desainnya tidak baik, perawatan orthodonti, susunan gigi yang tidak
teratur sehingga sulit dibersihkan, kebiasaan merokok dan kebiasaan
menggosok gigi.

B. Faktor Sistemik

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan dan


dapat memodifikasi respon ketahanan mukosa oral terhadap iritasi lokal.
Antara lain :

- Genetik

Berupa kelainan bawaan pada struktur rongga mulut yang


menyebabkan mukosa menjadi rentan terhadap bakteri. Misalnya
hiperdonsia, berupa gigi berlebih pada rongga mulut sehingga dapat
menyebabkan gesekan pada mukosa pipi atau lidah yang dapat
membuat mukosa rentan akan iritasi.

- Nutrisional

Misalnya kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga


menurunkan resistensi iritasi plak pada gingiva.

- Hormonal

Jaringan lunak dalam rongga mulut pada masa pubertas terjadi


inflamasi yang menyebabkan reaksi hebat terhadap jumlah plak yang
tidak terlalu besar diikuti pembengkakan gingiva dan perdarahan.
Selain itu terdapat penyakit lupus yang rentan terjadi pada masa
pubertas akibat kadar estrogen pada perempuan yang tinggi dan
hormon androgen yang rendah pada laki-laki, salah satunya
menyebabkan hilangnya regulasi sel limfosit B dan T. Walau begitu
setelah melewati masa pubertas keparahan inflamasi dan risiko
penyakit lupus akan cenderung berkurang.

- Hematologi

Penyakit hematologi dapat menimbulkan perdarahan dan menurunnya


respon imun seperti fagositosis oleh sel darah putih. Penyakit
hematologi yang mempengaruhi diantaranya anemia, leukemia (kanker
darah), dan leukopenia (kekurangan leukosit).

(22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)

● Faktor yang penting dalam imunitas rongga mulut adalah integritas mukosa
oral dan fungsi komponen salivary. Kesehatan rongga mulut tergantung pada
integritas mukosa, lapisan epidermis yang sehat dan epitel mukosa yang utuh
tidak dapat ditembus oleh kebanyakan mikroba. Mikroorganisme dan dental
material yang masuk dalam tubuh pada umumnya dapat menimbulkan reaksi
sistem imun. Demikian pula reaksi sistem imun akan timbul apabila
mikroorganisme dan dental material yang berkontak dengan gusi dapat
menembus epitel sulkus gusi. Reaksi sistem imun merupakan reaksi yang
dikoordinasi oleh sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan dental
material lainnya. Reaksi sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap antigen, mengeliminasi komponen
tubuh yang sudah tua (homeostatis), dan sebagai fungsi pengawasan dengan
menghancurkan atau mematikan sel-sel. Kemudian selanjutnya adalah
keutuhan fungsi dari komponen salivary. Aliran saliva berfungsi untuk
membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme atau sebagai self-cleansing
yang mana di dalam saliva terdapat komponen-komponen seperti lisozim,
enzim peroksidase, laktoferin, komplemen C3, sel-sel inflamasi (leukosit,
monosit, PMN neutrofil, limfosit, eosinofil), antibodi sIgA, IgA, IgG, dan IgM.
(22-025 Maziyah)

● Pada jurnal yang berjudul Faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren minor
pada pasien rumah sakit gigi dan mulut unpad yang ditulis oleh Masfi Afifah,
Erna Herawati, Wahyu Hidayat pada tahun 2021 saya mendapatkan informasi
bahwa, pada jurnal ini membahas mengenai sariawan yang mana sariawan ini
merupakan peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa mulut jadi pada
hasil penelitian yang telah mereka lakukan, mereka mendapatkan bahwa
stress dan defisiensi nutrisi dapat mempengaruhi mukosa oral, dimana ketika
orang mengalami stress psikologis maka hormon kortisolnya akan meningkat
dan hormon kortisol ini akan berpengaruh dalam metabolisme protein yaitu
mengakibatkan katabolisme protein meningkat sehingga sel mudah ruptur.
Kemudian vit b12 berperan dalam proses pertumbuhan dan pembentukan sel
darah merah dimana sel darah merah memiliki kadar zat besi yang membawa
oksigen ke seluruh jaringan termasuk mukosa oral, zat besiini sangat perting
untuk fungsi normal epitel mulut, dan ketika terjadi defisiensi zat besi maka
kemampuannya menghantarkan oksigen pada mukosa oral berkurang
sehingga menyebabkan atrofi dari mukosa mulut. Selain itu jika defisiensi
asam folat juga dapat mengakibatkan atrofi jaringan mukosa oral dan
berpengaruh juga pada kualitas membran sel yang tidak terbentuk sempurna,
sehingga epitel rongga mulut lebih mudah ruptur. Selain itu di jurnal ini juga
dicantumkan hasil penelitian dari Usha Balan yang meneliti tentang Perubahan
gejala mukosa mulut selama pergantian hormon normal pada menstruasi
wanita muda yang sehat, dimana ia mendapatkan hasil bahwa jika beberapa
hari sebelum menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron menjadi
sangat rendah, hormon estrogen berpengaruh untuk merangsang maturasi
lengkap sel epitel mukosa rongga mulut, sedangkan hormon progesteron
dengan kadar yang tinggi menunjukkan peningkatan jumlah sel epitel, jika
terjadi penurunan kedua hormon ini maka daoat mempengaruhi ketahanan
mukosa oral (22-027 Anisa)

● Saliva merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertahanan mukosa


rongga mulut. Komponen yang terdapat di dalam saliva berperan sebagai
antimikroba karena di dalamnya terdapat laktoferin, lisozim, IgA, musin,
histatin, dll. Dalam saliva juga terdapat kandungan air sehingga dapat menjadi
agen self cleansing. Saliva menutupi permukaan mukosa rongga mulut
sehingga integritasnya terjaga. Selanjutnya kecemasan merupakan salah satu
faktor terjadinya penurunan produksi saliva, hal ini disebabkan oleh keadaan
emosional menyebabkan sistem saraf otonom akan menghalangi sistem saraf
simpatis dalam sekresi saliva. Hal ini akan berakibat menurunnya komponen
dan jumlah saliva sehingga fungsi saliva sebagai pertahanan mukosa mulut
terganggu. Jika dibiarkan dan tidak segera ditangani maka akan meningkatkan
resiko terjadi infeksi dalam rongga mulut, salah satu bentuk infeksi adalah
oral candidiasis, hal ini dapat menganggu fungsi stomatognasi sehingga pasien
kesulitan makan, menelan, berbicara akibat rasa tidak nyaman dan sakit pada
rongga mulut. (22-026 Indah)

● Faktor yang mempengaruhi pertahanan mukosa di dalam rongga mulut yakni


ada keseimbangan flora normal rongga mulut. Flora normal rongga mulut
adalah mikroba yang menghuni rongga mulut manusia.Komposisi flora normal
mulut dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor penjamu, pola makan dan
penggunaan antibiotik. Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan
populasi bakteri di mulut merupakan oral hygiene, penyakit sistemik, penyakit
periodontal, dan berbagai lesi di dalam mulut. Saliva memiliki peran protektif
terhadap keseimbangan populasi di dalam mulut. Mikroba dalam lingkungan
rongga mulut dapat berinteraksi dengan mikroba yang lain dalam hal promosi
dan supresi. (22-031 Hasna)

● Izin bertanya, seperti yang sudah disebutkan pada faktor usia, apakah terjadi
perbedaan kandungan saliva pada dewasa muda dan dewasa tu? (22-028
Khuladista)

● Menjawab pertanyaan dista, saliva sendiri pada setiap individu mempunyai


sekresi yang berbeda. Dimana sekresi saliva itu juga dipengaruhi oleh faktor
umum. ketika seseorang mengalami penuaan maka sekresinya juga akan
berubah seperti jumlah volume saliva yang dihasilkan orang tua lebih sedikit
jika dibandingkan dengan remaja, sehingga viskositas dari saliva tersebut juga
berbeda dan ph di saliva pun juga ikut berubah mengikuti keadaan rongga
mulut tiap individu.

Jadi terdapat faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam sistem pertahanan


rongga mulut itu sendiri, seperti :

- keutuhan mukosa : yang meliputi karakteristik saliva meliputi ph,


viskositas, dan volume dari saliva

- saliva : saliva termasuk faktor yang bertanggung jawab dalam sistem


pertahanan. karena jika saliva atau produksi saliva menurun
menyebabkan rentannya rongga mulut terinfeksi oleh bakteri juga
dapat meningkatkan resiko terkena karies.

- cairan sulkus gingiva : merupakan hasil dari filtrasi fisiologis dari


pembuluh darah yang termodifikasi, karena asalnya dari darah maka
komposisi CSG hampir sama dengan darah. Berfungsi sebagai indikator
jika terjadi inflamasi pada penyakit periodontal.

- komponen kekebalan humoral dan selular : faktor lain yang


bertanggung jawab juga imunitas yang ada pada diri tiap individu itu
sendiri.

Saya juga izin menyanggah pernyataan dari Afanindya yang


mengatakan bahwa pada puasa meningkatkan tingkat karies,
sebenarnya yang menyebabkan karies bukan serta merta hanya saliva,
tetapi adanya sisa makanan yang menyebabkan terjadinya karies juga
berpengaruh. (22-029 Puspita)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, M., Herawati, E., & Hidayat, W. (2022). Faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren
minor pada pasien rumah sakit gigi dan mulut unpad Predisposing factors of minor recurrent
aphthous stomatitis in patients at rumah sakit gigi dan mulut fkg unpad. Padjadjaran Journal
of Dental Researchers and Students, 6(3), 282-289.

Aprianto, D. S., Riyadi, N. A., Jaya, L. S., & Maulani, C. (2021). Kadar Imunoglobulin A dalam Saliva
pada Pemakai Gigi Tiruan sebagian Lepasan Basis Resin Akrilik. Majalah Sainstekes, 8(1).

Hajardhini, P., Susilowati, H., & Yulianto, H. D. K. (2020). RONGGA MULUT SEBAGAI RESERVOIR
POTENSIAL UNTUK INFEKSI Pseudomonas aeruginosa. Odonto: Dental Journal, 7(2), 125-133.

Hamzah, Z., Indriana, T., Indahyani, D. E., & Barid, I. (2020). Sistem Stomatognati
(Pengunyahan, Penelanan Dan Bicara). Deepublish.

Hayati, M. Herman, H. Rezano, A. 2014. Peran Imunoglobulin A (SIgA) Dalam Menghambat


Pembentukan Biofilm Streptokokus Mutans pada Permukaan Gigi. Dental Journal Fakultas
Kedokteran UNPAD. Vol 18, No 2.

Maharyati, R., & Pawarti, R. D. (2015). Sistem Imun Mukosa Traktus Respiratorius Atas.
Journal UNAIR.

Saliva dan Kesehatan Rongga Mulut. N.p., Universitas Brawijaya Press, 2021.

Soleha, T. U., Apriliana, E., & Hardita, W. A. (2017). Perbedaan Jumlah Flora Normal Rongga
Mulut pada Usia Lanjut dan Dewasa yang Pernah Menerima Pengobatan Antibiotik di Bandar
Lampung. Jurnal Medula, 7(5), 154-159.

Wibowo. Astutik, N.D. Luhung, M. 2019. Hubungan Kecemasan Dengan Oral Candidiasis
Pada Lansia di Panti Pangesti Lawan. Jurnal Keperawatan Malang. Vol 4, NO 2

Jannah, Lutfi Laukhatul. (2014). Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva antara
Prapubertas di SD dengan Pubertas di SMP Ta'mirul Islam Surakarta. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Gigi UMS.

Yohana, Winny. (2013). Secretory IgA sebagai Bagian Reaksi Sistem Imunitas Mukosa Oral
akibat Aplikasi Material Kurang Tepat. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai