IDENTITAS MAHASISWA
Pertemuan Ke 2
BAHAN DISKUSI
Bacalah dengan seksama skenario yang telah diberikan. Diskusikan dengan metode 7 jump,
untuk menjawab Learning objectivenya. Gunakanlah literatur yang telah tertulis pada modul,
atau mencari di media lain yang bisa dipertanggung jawabkan. Buat laporan sesuai format
dan persiapkan PTT untuk melakukan presentasi pada saat pleno.
SKENARIO 1
Fungsi Pertahanan mukosa Rongga Mulut
Nena seorang mahasiswa FKG yang sekarang banyak ujian, karena terburu-buru saat
mengunyah makanan, mukosa bukalnya tergigit dan menimbulkan rasa nyeri, terutama bila
makan yang pedas Kemudian memeriksakan ke dokter gigi karena rasa nyeri yang sangat
menganggu tersebut. Dokter menjelaskan kalau mukosa bukal termasuk mukosa yang tidak
berkeratin sehingga mudah terjadi luka. Keutuhan mukosa mulut merupakan salah satu
bagian dari system pertahanan di rongga mulut. Salah satu bagian dari mukosa mulut adalah
lapisan epitel. Epitel mukosa mulut berlapis-lapis, dimana setiap lapis (stratum) mempunyai
komponen pertahanan (sel-sel imun) masing-masing dan bekerja dengan mekanisme yang
berbeda pula. Komponen pertahanan mukosa mulut sangat lengkap, baik yang termasuk
system imun innate maupun humoral dapat ditemukan pada mukosa mulut. Ketahanan
mukosa mulut dipengaruhi banyak faktor, termasuk stress seperti yang dialami Nena saat ini.
HASIL DISKUSI
Tulis Laporan sesuai diskusi di tutorial dengan Teknik 7 jump, dan tambahkan materi yang
belum muncul/ada bila ditemukan pada saat pleno. Upload laporan tersebut pada
assignment di sister pada masing masing dosen pengampu tutorial (Step 6-7).
STEP 7 : Synthesis
● Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut adalah bagian dari sistem
pertahanan yang sifatnya penting dan berlawanan dari sistem imun yang lain.
(2) memiliki komponen yang terdiri dari sel T yang mempunyai kemampuan
mengatur (regulator) atau bertindak (efektor)
(3) pada sistem lalu lintas sel yang berorientasi mukosa yang pada awalnya
dimunculkan di folikel mukosa lalu memulai migrasi ke jaringan limfoid yang
tersebar di bawah epitel.
● Sistem Imun atau sistem pertahanan tubuh adalah suatu sistem pertahanan
internal yang berperan penting dalam mengenal dan menghancurkan atau
menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal di dalam tubuh yang
berpontensi merugikan bagi tubuh.
Nah tapi berbicara pada sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut,
berarti sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut yaitu sistem pertahanan
internal yang berperan dalam mengenal, menghancurkan, atau menetralkan
benda asing atau sel abnormal dalam mukosa rongga mulut. Sistem
pertahanan pada rongga mulut juga lebih menekankan pada respon imunitas.
Lalu, mukosa rongga mulut merupakan salah satu pelindung dari berbagai
macam antigen dan mikroorganisme pathogen. Mukosa mulut mengandung
sistem imunitas. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan homeostasis
imunologis di dalam rongga mulut dan saliva merupakan salah satu bagian dari
sistem imunitas tersebut. Saliva mempunyai fungsi sebagai perlindungan
utama dalam menstabilkan keseimbangan rongga mulut atau homeostasis
melalui pembersihan dan peningkatan ketahanan tubuh.
a. Proteksi
b. Sensasi
c. Sekresi
● Membran mukosa adalah pelapis yang basah dari traktus gastrointestinal, faring,
saluran nasal dan rongga tubuh lainnya yang berkomunikasi dengan eksterior. Di
rongga mulut lapisan tersebut disebut membran mukosa oral atau mukosa oral.
Secara struktur mukosa oral dalam beberapa hal menyerupai kulit, sedangkan sangat
serupa dengan membran mukosa esofagus, servik, dan vagina, tetapi sangat jauh
berbeda dengan mukosa gastrointestinal Rongga mulut dilapisi oleh suatu membran
mukosa yang terdiri dari:1. Mukosa yang dapat dibagi lagi menjadi epitelium dan
lamina propria 2. Submukosa, yang tidak selalu ada di berbagai regio rongga mulut
2. Fungsi Mukosa Oral : Mukosa oral mempunyai bermacam fungsi, yang utama dan
penting adalah memproteksi jaringan yang lebih dalam dan kelenjar yang ada di
rongga mulut. Fungsi lain mencakup persepsi sensori, sintesis dan sekresi yang berasal
dari kelenjar yang berlokasi di mukosa dan peran estetik yang diwakili oleh
pertemuan mukokutaneus.
2. Sensasi : temperatur (panas dan dingin), sentuhan, nyeri, rasa, dahaga. Fungsi
sensorik mukosa oral penting karena memberikan informasi kejadian di rongga mulut,
sedangkan bibir dan lidah persepsi stimulasi dari luar mulut. Di mulut, faring dan
epiglotis terdapat reseptor yang bereaksi terhadap suhu, sentuhan, dan nyeri; ada
pula taste bud untuk sensasi rasa baik manis, asam, pahit dll.
3. Sekresi : sekresi saliva Sekresi utama berkaitan dengan mukosa oral adalah saliva
yang diproduksi oleh kelenjar saliva yang berkontribusi untuk mempertahankan
kelembaban permukaan. Kelenjar saliva utama, terletak jauh dari mukosa namun
sekresinya melewati mukosa melalui duktus-duktusnya, sedangkan kelenjar saliva
minor langsung berhubungan dengan mukosa oral.
5. Estetika : Warna tekstur dan tampilan kulit memegang peran penting sebagai
petanda karakteristik perorangan seperti usia, kesehatan, etnik, dll. Mukosa oral
dalam keadaan normal tidak kelihatan, terkecuali di regio dimana terjadi pertemuan
dengan kulit, yaitu tepi vermilion bibir yang memberikan komponen estetik terutama
pada wanita. (22-035 Fajrin)
Seperti pada namanya, imun ini bersifat tidak spesifik jadi ia bersifat
fisik melibatkan kulit dan mukosa dengan didasarkan pada fagositosis
organisme uniseluler ( yang dilakukan oleh dirinya sendiri) dan
fagositosis multiseluler (dengan unit khusus fagositosisseperti Ig A).
Innate immune dibagi menjadi 3 macam yaitu :
➔ Faktor Seluller : faktor ini baru bekerja ketika infeksi sel asing
telah menembus barier pertama, terdapat 2 sel yang berperan
yaitu Microphage (polymorphonuclear neutrophil (PMN), PMN
adalah sel darah putih, yang tidak mempunyai kemampuan
untuk membelah diri) dan Makrofag (monosit dan menetap di
jaringan yang dikenal juga dengan reticuloendothelial system
atau terinfiltrasi di jaringan sebagai bagian dari inflamasi
kronis). selain itu juga ada Natural Killer (NK cell) yang terlibat
saat adanya virus dan bakteri.
Fungsi dari imun ini sendiri yaitu memperkuat, bersifat spontan atau
langsung, dan bersifat mempertinggi fagositosis dengan komponen
pendukungnya yaitu :
(22-029 Puspita)
● Selain saliva, mukosa rongga mulut juga memiliki komponen pertahanan yaitu
diantaranya adalah crevicular gingival fluid (CGF). Cairan sulkus gingiva
jumlahnya akan meningkat bila terjadi inflamasi. Cairan sulkus gingiva
mengandung sel-sel inflamasi, seperti leukosit Polimorfonuklear (PMN)
neutrofil, limfosit, monosit, sel T, sel B, dan berbagai protein immunoglobulin.
(22-025 Maziyah)
1. Protein-Enzim
3. Sel N.K (Natural killer) : Sel ini baru jelas peranannya dalam
sistem pertahanan, terutama menghadapi perubahan komponen
tubuh sendiri, sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun zat zat
kimia tertentu.
● Mekanisme pertahanan pada mukosa rongga mulut melalui tiga tahapan yaitu:
a. Tahap inflamasi
Dimulai saat terjadi injury jaringan dan tidak ada faktor lain yang dapat
memperpanjang inflamasi berlangsung selama 3-5 hari. Ada dua
tahapan pada inflamasi yaitu vaskular dan selular. Pada fase vaskular
dimulai dengan vasokonstriksi awal pembuluh darah dengan
memperlambat aliran darah ke area injury dengan terjadinya koagulasi
darah. Dalam beberapa menit, histamin dan prostaglandin E1 dan E2
bergabung dengan sel darah putih sehingga menyebabkan vasodilatasi
dan membuka ruangan kecil antar sel endotel sehingga plasma keluar
dan leukosit bermigrasi ke jaringan interstitial. Fibrin dan transudat
plasma berakumulasi pada area injury kemudian ditandai adanya
eritema (rubor), panas (kalor), rasa sakit (dolor), edema (tumor), dan
hilangnya fungsi (functio laesa).
b. Tahap fibroplastik
Serabut fibrin yang berasal dari koagulasi darah akan menutup luka
dengan membentuk anyaman dimana fibroblas akan meletakkan
substansi dasar dan tropokolagen yang menguatkan serat kolagen
sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan sirkulasi sel mesenkimal
pluripotensial. Anyaman fibrin juga digunakan kapiler baru untuk
menyatukan luka. Kemudian seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan sel baru terjadilah fibrolisis yang disebabkan oleh
plasmin dimana anyaman fibrin yang tak diperlukan dibawa kedalam
kapiler baru. Tropokolagen yang dideposit oleh fibroblas akan
mengalami cross-linking dan memproduksi kolagen.
c. Tahap remodelling
Tahap akhir dari penyembuhan luka dimana serat kolagen secara acak
dihancurkan dan digantikan dengan serat kolagen yang baru yang
berorientasi baik lebih efisien sehingga kelebihan kolagen dihilangkan
dan luka akan menjadi lebih lunak. Saat metabolisme luka menurun
maka vaskularisasi juga akan menurun sehingga kemerahan pada luka
akan hilang.
→ Fungsi dari epitel oral yaitu untuk membentuk barrier yang tidak
permeabel dimana tidak memiliki kapasitas absorbsi. Permeabilitas
yang paling tinggi yaitu berada di dasar mulut karena memiliki epitel
yang paling tipis sehingga dapat dijadikan sebagai lokasi administrasi
obat-obatan tertentu.
Pertahanan awal pada mukosa mulut yaitu sistem imun innate (pertahanan non spesifik).
karena dapat memberikan respon yang langsung secara cepat, dalam kurun waktu antara jam
ke-0 sampai jam ke-12. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifikasi terhadap bahan asing
maupun dental material, oleh karena itu disebut non spesifik. Sistem imun innate diperoleh
dari pertahanan fisik/mekanik, biokimia, humoral, maupun pertahanan seluler. Pembagian
dari respon imun ini menjadi 3 bagian yaitu:
2. Pertahanan humoral : berupa peran peran dari protein seperti lisozim yang mampu
memotong rantai proteoglikan pada dinding sel bakteri yang menyebabkan lisisnya sel
bakteri. Laktoferin, yang menghambat dan dapat menggagalkan pertumbuhan
bakteri). Komplemen, yang berperan dalam respon inflamasi, diproduksi oleh
hepatosit dan monosit yang dapat meningkatkan fagositosis dan mempermudah
destruksi bakteri dengan cara menghancurkan sel membran bakteri melalui pelepasan
bahan kemotaksis sehingga makrofag bergerak ke tempat bakteri. Interferon,
berperan sebagai bagian reaksi sistem imunitas mukosa oral antivirus dengan jalan
menginduksi sel sel sekitarnya, sehingga resisten terhadap virus. Interferon, yang
dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus, dimana terdapat sifat antivirus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut.
3. Pertahanan Seluler : ketika antigen telah ada pada barier eksterna, pertahanan akan
dipusatkan pada proses fagositosis. Sel utama yang berperan adalah
polymorphnuclear neutrofil mikrofag (dominan sel darah putih) dan makrofag dari
monosit. Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama.
Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah timbulnya
penyakit.
- Mekanisme fagositosis, terjadi dalam beberapa tingkat yaitu kemotaksis atau proses
penarikan sel menuju substansi yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, menangkap
(attachment), penelanan (ingestion), membunuh (killling), dan mencerna (digestion).
Selanjutnya yaitu sistem imun spesifik atau adaptif. Berbeda dengan sistem imun nonspesifik,
sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing
bagi dirinya, lalu terjadi sensitasi reaksi sistem imun. Benda asing yang sama bila terpapar
ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Sistem Imun Spesifik dapat bekerja
tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk
menghancurkan benda asing yang masuk, namun pada umumnya terjalin kerjasama yang
baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag. Oleh karena komplemen
turut diaktifkan, respon imun yang terjadi sering disertai dengan reaksi inflamasi. Sistem
Imun Spesifik ini dibagi dalam jenis yang humoral dan seluler.
1. Sistem imun spesifik Humoral: Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral
adalah limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Jika terjadi
rangsangan oleh benda asing, sel ini akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodinya terdiri dari IgG, IgA, IgM,
IgD, dan IgE. Dari kelima jenis antibodi tersebut, hanya tiga jenis antibodi (IgG, IgM,
dan IgA) yang telah dibuktikan mempunyai kaitan dengan perlindungan tubuh
terhadap berbagai macam infeksi, sehingga diduga adanya kaitan dengan aktivitas
karies. IgA banyak ditemukan pada cairan tubuh, seperti air mata, keringat, kemih,
saliva, dll. Pada rongga mulut bentuknya S-IgA (IgA Secretory). Fungsi dari IgA sendiri
adalah melindungi tubuh dari patogen, dapat bekerja sebagai opsonin karena
neutrofil, monosit, dan makrofag memiliki reseptor khusus sehingga dapat
meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin, dll. Fungsi
keseluruhannya sebagai pertahanan infeksi ekstraseluler terhadap virus dan bakteri
serta netralisasi toksin.
2. Sistem imun spesifik seluler: Diperankan oleh limfosit T sel T, dengan asal yang sama
seperti sel B. Hanya saja, sel ini mengalami proliferasi dan diferensiasi pada kelenjar
timus dan hanya 10% yang dapat masuk dalam sistem sirkulasi. Berbeda dengan sel
B, sel T terdiri atas beberapa subset sel, seperti sel helper, sel T sitotoksik, dan sel T
supresor. Limfosit T berperan dalam sistem imun seluler. Fungsi utamanya sebagai
pertahanan infeksi intraseluler terhadap virus dan bakteri, keganasan.
- Sistem imun nonspesifik dan spesifik berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem
imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan dalam merangsang
sistem imun spesifik. Mikroba ekstraseluler mengaktifkan komplemen melalui suatu
jalur. Kompleks antigen antibodi mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Virus
intraseluler merangsang sel yang diinfeksi untuk melepas interferon yang
mengerahkan dan mengaktifkan sel Natural Killer. Sel dendritik yang memakan
antigen bermigrasi ke kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen yang
dimakannya ke sel T yang diaktifkan bermigrasi ke tempat infeksi dan memberikan
bantuan ke sel NK dan Makrofag. (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
b. Laktoferin
c. Salivary Agglutinin
d. Leukosit
e. Ig A Secretory (SIgA)
A. Faktor Lokal
B. Faktor Sistemik
- Genetik
- Nutrisional
- Hormonal
- Hematologi
● Faktor yang penting dalam imunitas rongga mulut adalah integritas mukosa
oral dan fungsi komponen salivary. Kesehatan rongga mulut tergantung pada
integritas mukosa, lapisan epidermis yang sehat dan epitel mukosa yang utuh
tidak dapat ditembus oleh kebanyakan mikroba. Mikroorganisme dan dental
material yang masuk dalam tubuh pada umumnya dapat menimbulkan reaksi
sistem imun. Demikian pula reaksi sistem imun akan timbul apabila
mikroorganisme dan dental material yang berkontak dengan gusi dapat
menembus epitel sulkus gusi. Reaksi sistem imun merupakan reaksi yang
dikoordinasi oleh sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan dental
material lainnya. Reaksi sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap antigen, mengeliminasi komponen
tubuh yang sudah tua (homeostatis), dan sebagai fungsi pengawasan dengan
menghancurkan atau mematikan sel-sel. Kemudian selanjutnya adalah
keutuhan fungsi dari komponen salivary. Aliran saliva berfungsi untuk
membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme atau sebagai self-cleansing
yang mana di dalam saliva terdapat komponen-komponen seperti lisozim,
enzim peroksidase, laktoferin, komplemen C3, sel-sel inflamasi (leukosit,
monosit, PMN neutrofil, limfosit, eosinofil), antibodi sIgA, IgA, IgG, dan IgM.
(22-025 Maziyah)
● Pada jurnal yang berjudul Faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren minor
pada pasien rumah sakit gigi dan mulut unpad yang ditulis oleh Masfi Afifah,
Erna Herawati, Wahyu Hidayat pada tahun 2021 saya mendapatkan informasi
bahwa, pada jurnal ini membahas mengenai sariawan yang mana sariawan ini
merupakan peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa mulut jadi pada
hasil penelitian yang telah mereka lakukan, mereka mendapatkan bahwa
stress dan defisiensi nutrisi dapat mempengaruhi mukosa oral, dimana ketika
orang mengalami stress psikologis maka hormon kortisolnya akan meningkat
dan hormon kortisol ini akan berpengaruh dalam metabolisme protein yaitu
mengakibatkan katabolisme protein meningkat sehingga sel mudah ruptur.
Kemudian vit b12 berperan dalam proses pertumbuhan dan pembentukan sel
darah merah dimana sel darah merah memiliki kadar zat besi yang membawa
oksigen ke seluruh jaringan termasuk mukosa oral, zat besiini sangat perting
untuk fungsi normal epitel mulut, dan ketika terjadi defisiensi zat besi maka
kemampuannya menghantarkan oksigen pada mukosa oral berkurang
sehingga menyebabkan atrofi dari mukosa mulut. Selain itu jika defisiensi
asam folat juga dapat mengakibatkan atrofi jaringan mukosa oral dan
berpengaruh juga pada kualitas membran sel yang tidak terbentuk sempurna,
sehingga epitel rongga mulut lebih mudah ruptur. Selain itu di jurnal ini juga
dicantumkan hasil penelitian dari Usha Balan yang meneliti tentang Perubahan
gejala mukosa mulut selama pergantian hormon normal pada menstruasi
wanita muda yang sehat, dimana ia mendapatkan hasil bahwa jika beberapa
hari sebelum menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron menjadi
sangat rendah, hormon estrogen berpengaruh untuk merangsang maturasi
lengkap sel epitel mukosa rongga mulut, sedangkan hormon progesteron
dengan kadar yang tinggi menunjukkan peningkatan jumlah sel epitel, jika
terjadi penurunan kedua hormon ini maka daoat mempengaruhi ketahanan
mukosa oral (22-027 Anisa)
● Izin bertanya, seperti yang sudah disebutkan pada faktor usia, apakah terjadi
perbedaan kandungan saliva pada dewasa muda dan dewasa tu? (22-028
Khuladista)
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, M., Herawati, E., & Hidayat, W. (2022). Faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren
minor pada pasien rumah sakit gigi dan mulut unpad Predisposing factors of minor recurrent
aphthous stomatitis in patients at rumah sakit gigi dan mulut fkg unpad. Padjadjaran Journal
of Dental Researchers and Students, 6(3), 282-289.
Aprianto, D. S., Riyadi, N. A., Jaya, L. S., & Maulani, C. (2021). Kadar Imunoglobulin A dalam Saliva
pada Pemakai Gigi Tiruan sebagian Lepasan Basis Resin Akrilik. Majalah Sainstekes, 8(1).
Hajardhini, P., Susilowati, H., & Yulianto, H. D. K. (2020). RONGGA MULUT SEBAGAI RESERVOIR
POTENSIAL UNTUK INFEKSI Pseudomonas aeruginosa. Odonto: Dental Journal, 7(2), 125-133.
Hamzah, Z., Indriana, T., Indahyani, D. E., & Barid, I. (2020). Sistem Stomatognati
(Pengunyahan, Penelanan Dan Bicara). Deepublish.
Maharyati, R., & Pawarti, R. D. (2015). Sistem Imun Mukosa Traktus Respiratorius Atas.
Journal UNAIR.
Saliva dan Kesehatan Rongga Mulut. N.p., Universitas Brawijaya Press, 2021.
Soleha, T. U., Apriliana, E., & Hardita, W. A. (2017). Perbedaan Jumlah Flora Normal Rongga
Mulut pada Usia Lanjut dan Dewasa yang Pernah Menerima Pengobatan Antibiotik di Bandar
Lampung. Jurnal Medula, 7(5), 154-159.
Wibowo. Astutik, N.D. Luhung, M. 2019. Hubungan Kecemasan Dengan Oral Candidiasis
Pada Lansia di Panti Pangesti Lawan. Jurnal Keperawatan Malang. Vol 4, NO 2
Jannah, Lutfi Laukhatul. (2014). Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva antara
Prapubertas di SD dengan Pubertas di SMP Ta'mirul Islam Surakarta. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Gigi UMS.
Yohana, Winny. (2013). Secretory IgA sebagai Bagian Reaksi Sistem Imunitas Mukosa Oral
akibat Aplikasi Material Kurang Tepat. Bandung: Universitas Padjadjaran.