Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR KERJA MAHASISWA (Pleno skenario 1)

UNIVERSITAS JEMBER KODE DOKUMEN


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PRODI KEDOKTERAN GIGI FORM PP-05

LEMBAR KERJA MAHASISWA


Dosen Pengampu Mata kuliah : Dr. drg. Izzata Barid, M.Kes
Pokok Bahasan : Fungsi Pertahanan mukosa Rongga Mulut
Model Pembelajaran : Case Method

IDENTITAS MAHASISWA
Nama/NIM/Kelas Afanindya Bias Ma/2216101010/Tutorial 3
Nama Anggota Maziyah Fikriyah/221610101025
kelompok
Indah Nurul Aisyiana/221610101026
Anisa Rindi Aprilia/221610101027
Khuladista Nafla F/221610101028
Puspita Ning Ayu/21610101029
Amira Zahra A T/221610101030 (scriber)
Hasna Dzakiyyah F/221610101031
Afanindya Bias Maharani /221610101032
Ni Luh Kadek Ardhia Swari P. /221610101033
Andrias Safa Ramadhani /221610101034
Prafajrin Alibyya Vianesha/221610101035 (ketua)
Farah Rizka Salsabila/221610101036
Pertemuan Ke 3
Hari/Tanggal Kamis/ 6 April 2023

BAHAN DISKUSI
Bacalah dengan seksama skenario 1 yang telah diberikan. Diskusikan dengan metode 7 jump,
menentukan Learning objective serta pembahasannya. Gunakanlah literatur yang telah
tertulis pada modul, atau mencari di media lain yang bisa dipertanggung jawabkan. Buat
laporan sesuai format dan persiapkan PTT untuk melakukan presentasi pada saat pleno :
SKENARIO 1
Fungsi Pertahanan mukosa Rongga Mulut

Nena seorang mahasiswa FKG yang sekarang banyak ujian, karena terburu-buru saat
mengunyah makanan, mukosa bukalnya tergigit dan menimbulkan rasa nyeri, terutama bila
makan yang pedas Kemudian memeriksakan ke dokter gigi karena rasa nyeri yang sangat
menganggu tersebut. Dokter menjelaskan kalau mukosa bukal termasuk mukosa yang tidak
berkeratin sehingga mudah terjadi luka. Keutuhan mukosa mulut merupakan salah satu bagian
dari system pertahanan di rongga mulut. Salah satu bagian dari mukosa mulut adalah lapisan
epitel. Epitel mukosa mulut berlapis-lapis, dimana setiap lapis (stratum) mempunyai
komponen pertahanan (sel-sel imun) masing-masing dan bekerja dengan mekanisme yang
berbeda pula. Komponen pertahanan mukosa mulut sangat lengkap, baik yang termasuk
system imun innate maupun humoral dapat ditemukan pada mukosa mulut. Ketahanan
mukosa mulut dipengaruhi banyak faktor, termasuk stress seperti yang dialami Nena saat ini.

HASIL DISKUSI
Rumusan/Akar Masalah :
Tuliskan hasil step 1 - 7
Solusi :
Tulislah hasil diskusi tutorial skenario 1 dalam bentuk laporan yang berupa hasil diskusi
dengan Teknik 7 Jump, yaitu hasil diskusi step 1-7. Upload laporan tutorial tersebut pada
assignment di sister pada masing masing dosen pengampu tutorial.

STEP 1 : Identifikasi dan Klasifikasi Kata Sulit


1. Sel imun Humoral (22-029 Puspita)
● Respon imun yang dimediasi oleh makromolekul dalam cairan ekstraseluler,
seperti sekresi antibodi, protein komplemen, dan peptida antimikroba tertentu.
Selalu berkaitan dengan cairan tubuh dan antibodi. (22-032 Afanindya)
● Mekanisme pertahanan dengan membentuk antibodi dan komponen utamanya
adalah sel limfosit B. (22-030 Amira)
● Salah satu bentuk dari respon imun spesifik, dimana sel yang bekerja adalah el
limfosit B dan berfungsi untuk pertahanan terhadap bakteri ekstraseluler dan
netralisir toksin. (22-029 Puspita)
● Sistem imun yang muncul setelah terjadi infeksi dan membunuh patogen yang
berada di luar sel. (22-036 Farah)
● Respon imunitas yang dibantu sel T helper bersama dengan sel B terdiferensiasi
menjadi sel B plasma yang dapat menghasilkan antibodi. Begitu sel B
menghasilkan antibodi, mereka akan berikatan dengan antigen (dengan
mencari antigen); menetralisirnya dan menyebabkan fagositosis atau lisis sel
(penghancuran sel). (22-035 Fajrin)
2. Lapisan Epitel (22-031 Hasna)
● Lapisan dasar yang tidak memiliki saraf maupun pembuluh darah dengan selnya
tersusun sangat rapat dan memiliki sedikit bahan antar sel. (22-033 Ni Luh
Kadek Ardhia)
● Jaringan epitel (epi=tipis, tellium=kulit lapisan) merupakan jaringan yang
melapisi permukaan tubuh bagian luar maupun dalam. (22-027 Anisa)
● Lapisan yang melapisi permukaan luar tubuh atau membatasi permukaan suatu
rongga tubuh. (22-036 Farah)
● Lapisan sel tipis yang membatasi atau menutupi permukaan dari dalam ataupun
luar tubuh yang dapat berguna untuk perlindungan. (22-029 Puspita)
3. Stratum (22-026 Indah)
● Strata : tingkatan. Pada pembahasan kali ini membahas stratum yang berarti
lapisan (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
● Lapisan yang memiliki ciri khas atau struktur tersendiri, sehingga dapat
membedakan lapisan tersebut dengan lapisan yang berada di atasnya maupun
di bawahnya. (22-028 Khuladista)
● Lapisan yang terbentuk dari keratin berfungsi untuk menyerap dan melindungi
lapisan lebih dalam. (22-031 Hasna)
● Suatu jaringan yang berbentuk lembaran memiliki ketebalan yang sama
berfungsi untuk membatasi sub lapisan yang berbeda yang menyusun jaringan
atau organ (22-029 Puspita)
4. Sistem imun innate (22-036 Farah)
● Sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik, respon imun yang bekerja
secara cepat dan hanya membutuhkan waktu beberapa jam untuk menghadapi
serangan tetapi sifatnya terbatas. (22-030 Amira)
● Sistem imun yang bekerja secara non spesifik, artinya respon yang diberikan
sangat cepat, segera setelah terjadi paparan oleh hampir semua jenis patogen.
Sistem imun innate bersifat bawaan sejak bayi lahir dan sifat yang diberikan itu
akan tetap sama dengan respon sebelumnya, artinya tidak terjadi percepatan
waktu respon. (22-028 Khuladista)
● Imunitas yang ada sejak fetus/dilahirkan dan berperan sebagai garis pertahanan
pertama terhadap invasi substansi asing ke dalam tubuh. (22-031 Hasna)
● Sistem imun non spesifik atau alami, kekebalan alami dalam tubuh kita sebagai
usaha dalam melawan zat asing yang menginfeksi tubuh. (22-033 Ni Luh Kadek
Ardhia)
● Merupakan sistem kekebalan pertama dan melengkapi manusia sejak saat
dilahirkan. (22-027 Anisa)
● Sistem imun yang ada sejak awal dari lahir, dimana belum ada respon spesifik
atau respon yang dikeluarkan belum spesifik, lebih didasarkan pada fagositosis,
dan pertahanan fisik tubuh yang berasal dari kulit maupun mukosa (22-025
Maziyah)
● Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada
manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. (22-034 Andrias)
5. Mukosa bukal (22-034 Andrias)
● Jaringan yang melapisi permukaan rongga mulut (bukal) yang terdiri dari 2
bagian, yaitu jaringan epitel pipih berlapis non keratinisasi dan lamina propia
yang terletak dibawahnya. (22-026 Indah)
● Suatu lapisan yang melapisi dari internal pipi, dimana memiiki struktur tertentu
biasanya ada yang halus mengkilap. Ada juga yang strukturnya keras. (22-029
Puspita)
● Lapisan basah yang berkontak dengan lingkungan eksternal yang terdapat pada
mulut. (22-036_Farah)
● Lapisan yang melapisi rongga mulut terdiri dari ephitelium yang ditutupi oleh
mucus atau cairan. (22-034 Andrias)
6. Epitel berkeratin (22-025 Maziyah)
● Sel epitel mukosa rongga mulut (stratified epithelial cells) yang mengalami
perubahan maturasi dan deskuamasi. (22-027 Anisa)
● Sel epitel yang memiliki keratin sehingga dapat membuat permukaan jaringan
jadi lebih kuat dan dapat mencegah kekeringan karena letaknya di permukaan
luar tubuh yang tidak memiliki lapisan lendir (22-025 Maziyah)
● Maturasi dari sel pada lapisan permukaan terdapat lapisan keratin yang dapat
terdiri dari sel sel mati dan merupakan jenis epitel yang efektif dalam fungsi
perlindungannya. (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
● Epitel yang ada lapisan keratin, pada tempat-tempat yang berkontak pada
lingkungan luar seperti gingiva palatum durum dan juga dorsum lidah. (22-026
Indah)
7. Sistem pertahanan (22-028 Khuladista)
● Segala sesuatu yang dimiliki oleh tubuh untuk mencegah masuknya bakteri,
virus, atau hal lain penyebab penyakit. (22-035 Fajrin)
● Sistem yang berperan dalam mengenal, menghancurkan serta menetralkan
benda-benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan bagi tubuh.
(22-036_Farah)
● Dapat disebut juga dengan sistem imun atau imunitas yang artinya adalah
pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis
luar dengan mengenali dan membunuh patogen. (22-034 Andrias)
● Suatu sistem dimana memiliki peran pada mekanisme tubuh untuk mengenali
dan menolak substansi asing yang sebelumnya belum pernah kontak dengan
tubuh kita (22-025 Maziyah)

STEP 2 : Rumusan Masalah


1. Apa fungsi dari mukosa rongga mulut? (22-030 Amira)
2. Selain mukosa rongga mulut, adakah sistem pertahanan lain pada rongga mulut? (22-
027 Anisa)
3. Apa saja komponen pertahanan dari mukosa rongga mulut? (22-026 Indah)
4. Apa saja komponen pada sel-sel imun? (22-032 Afa)
5. Bagaimana mekanisme pertahanan itu sendiri dari lapisan-lapisan mukosa rongga
mulut? (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi ketahanan mukosa mulut? (22-036_Farah)
7. Apa perbedaan sistem imun humoral dan sistem imun innate? (22-035 Fajrin)

STEP 3 : Brainstorming
1. Apa fungsi dari mukosa rongga mulut? (22-030 Amira)
● Fungsi mukosa rongga mulut ada 3 yaitu :
- Fungsi proteksi, yaitu mukosa mulut berperan untuk melindungi
jaringan dibawahnya serta sebagai pelindung pertama terhadap iritan.
- Fungsi sensasi, yaitu menerima dan merespon segala rangsangan dari
lingkungan contohnya sakit, suhu, dan rasa yang diperankan oleh lidah.
- Fungsi sekresi, diperankan oleh kelenjar saliva yang menghasilkan saliva.
Saliva ini berguna untuk menjaga kelembaban rongga mulut dan
membantu pada proses pengunyahan serta penelanan makanan. (22-
028 Khuladista)
● Selain yang telah dijelaskan, mukosa rongga mulut, terutama untuk mukosa
bukal tersendiri memiliki fungsi untuk melindungi dari tekanan pengunyahan.
(22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
● Untuk perlindungan dalam menghadapi antigen atau iritan yang diperankan
oleh keratin yang terdapat pada gingiva dan palatum untuk penghalang
masuknya mikroorganisme. (22-031 Hasna)
● Mukosa oral mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan yang
lebih dalam pada rongga mulut. Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan
melindungi jaringan rongga mulut dari lingkungan eksternal. selain itu oral
mukosa memiliki fungsi sensoris yang akan memberikan informasi mengenai
hal-hal yang terjadi di rongga mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan
berespon terhadap suhu, sentuhan dan rasa sakit. (22-036_Farah)
● Secara umum fungsi nya adalah untuk proteksi, proteksi terhadap segala
sesuatu yang masuk ke dalam rongga mulut. Entah itu makanan, minuman, atau
pun benda asing lain. Juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai fungsi sensoris dan
sebagai fungsi sekresi. Fungsi sensoris Secara umum berarti untuk meraba atau
mengenali benda yang masuk ke rongga mulut. Secara umum fungsi sekresi
berarti untuk membantu pengeluaran Saliva yang multiguna di rongga mulut
(22-035 Fajrin)
● Thermal regulation : meskipun tidak sebesar kulit, mukosa oral juga ikut
menjaga keseimbangan panas tubuh, kalau punya banyak pertemuan arteri dan
vena,kalo mukosa rongga mulut punya anastomose arteriola dan pembuluh
kapiler (22-027 Anisa)

2. Selain mukosa rongga mulut, apakah ada sistem pertahanan lain pada rongga mulut?
(22-027 Anisa)
● Saliva mengandung protein yang bersifat antijamur seperti lisozim, laktoferin, ,
musin, leukosit, antibodi sIgA dan sebagainya yang mampu menghambat
pertumbuhan dan perlekatan C.albicans (Candida albicans). Musin juga
memiliki kemampuan fungsidal (senyawa yang dapat membunuh dan
menghambat pertumbuhan jamur). Musin menghambat perlekatan C.albicans
tanpa dipengaruhi oleh perubahan pH rongga mulut. Lalu, ada antibodi saliva
(sIgA) memiliki peranan penting karena bereaksi dengan bakteri yang berasal
dari rongga mulut. (22-031 Hasna)
● Saliva mengandung protein yang penting diantaranya mucin, amilase, dan
immunoglobin terutama IgA. Fungsi IgA adalah untuk menetralkan racun dan
bakteri pada permukaan mukosa sehingga dapat berperan sebagai pertahanan
pertama melawan aptogen yang masuk kedalam mulut. Jika kadar IgA menurun,
dapat meningkatkan resiko penyakit periodontal dan karies. (22-026 Indah)
● Gingiva Crevicular Fluid (GCF) atau cairan sulkus gingiva mengandung
komponen-komponen seluler seperti PMN neutrofil, makrofag, sel T, dan sel B,
beberapa imunoglobulin yaitu IgG, IgA, IgM, dan komplemen (C3, C4, C5, dan
pro activator C3), serta enzim-enzim lainnya (22-025 Maziyah)
● sIgA dan IgA itu apakah sama atau berbeda? jika berbeda apa yang
membedakannya? (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
● Terkait IgA, IgM, dan IgG sebagai jenis antibodi, yang pertama kali adapada
tubuh merupakan IgM. IgM ini dapat ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Setelah igM, terdapat IgG yang mana dapat ditransfer dari ibu ke bayi melalui
plasenta. Lalu ada pula IgA sebagai imunoglobulin paling banyak pada saliva dan
biasanya terdapat pada cairan-cairan seperti cairan air mata, ludah, keringat,
dan lain lain. (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)

3. Apa saja komponen pertahanan dari mukosa rongga mulut? (22-026 Indah)
● Mukosa normal memiliki sistem pertahanan adekuat guna mengatasi
mikroorganisme patogen. Yang berperan adalah sel limfosit dan jaringan limfoid
sekitar mukosa (mucosa associated lymphoid tissue, MALT), keratinosit dan sel
Langerhans. Kelompok sel tersebut yang berperan sebagai sawar fisik dan kimia
rongga mulut. Semuanya merupakan imunitas non spesifik yang mengendalikan
proliferasi mikroorganisme dan mencegah infeksi. (22-034 Andrias)
● Bagaimana maksud dari sawar fisik dan kimia rongga mulut yang tadi sempat
disebutkan? (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
Jawaban : Sawar fisik dan kimia ini maksudnya menghalangi masuknya
mikroorganisme dan bahan atau senyawa kimia lain yang merugikan ke dalam
tubuh dan sekaligus mencegah keluarnya cairan dan zat-zat penting dari bagian
tubuh lainnya. (22-034 Andrias)

4. Apa saja komponen pada sel-sel imun? (22-032 Afanindya)


● Sel imun menurut sel tubuhnya dibagi menjadi 2, yaitu sel sistem humoral dan
seluler. Sistem imun humoral terdiri dari antibodi (Imunoglobulin Ig) dan sekret
tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sistem
imun humural memerlukan adanya "pelatihan" untuk bisa mengerti dan
beradaptasi terhadap sel asing agar tidak menyerang sel kita sendiri karena
yang diandalkan adalah memori.

Sedangkan sistem imun innate atau non spesifik selnya terdiri dari neutrofil,
monosit, sel natural killer (NK) dan sekumpulan protein yang disebut protein
komplemen. Respons bawaan terhadap infeksi terjadi dengan cepat dan andal
sel ini juga merupakan sel bawaan. (22-029 Puspita)
● Seluruh komponen sel sel imun yang terlibat berasal dari bone marrow atau
sumsum tulang, dihasilkan melalui proses hematopoeisis
- komponen sel non spesifik : Antigen Presenting Cells atau APC yang
terdiri dari monosit/makrofag, neutrofil, eosinofil, sel dendritik, yang
bertugas mengenali dan mengolah imunogen ; sel NK (natural killer cells)
yang disebut pembunuh alami karena tidak memerlukan aktivasi
- komponen sel spesifik : Sel limfosit B dan sel limfosit T
(22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)

5. Bagaimana mekanisme pertahanan itu sendiri dari lapisan-lapisan mukosa rongga


mulut? (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
● Mekanisme pertahanan tubuh terbagi menjadi tiga proses yaitu:
- Tahap inflamasi
Dimulai saat terjadi injury jaringan dan tidak ada faktor lain yang dapat
memperpanjang inflamasi berlangsung selama 3-5 hari. Ada dua tahapan pada
inflamasi yaitu vaskular dan selular. Pada fase vaskular dimulai dengan
vasokonstriksi awal pembuluh darah dengan memperlambat aliran darah ke
area injury dengan terjadinya koagulasi darah. Fibrin dan transudat plasma
berakumulasi pada area injury kemudian ditandai adanya eritema (rubor),
panas (kalor), rasa sakit (dolor), edema (tumor), dan hilangnya fungsi (functio
laesa). Dilanjutkan dengan fase selular Saat berkontak dengan benda asing
neutrofil melepaskan kandungan lisosom yang bekerja menghancurkan bakteri
dan benda asing. Selain itu, makrofag melakukan tugasnya untuk memfagosit
material asing dan jaringan nekrotik. Pada saat bersamaan, limfosit B dan T
berakumulasi pada area injury dengan mengenali antigen.
- Tahap fibroplastik
Serabut fibrin yang berasal dari koagulasi darah akan menutup luka dengan
membentuk anyaman dimana fibroblas akan meletakkan substansi dasar.
Anyaman fibrin juga digunakan kapiler baru untuk menyatukan luka. Kemudian
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan sel baru terjadilah fibrolisis yang
disebabkan oleh plasmin dimana anyaman fibrin yang tak diperlukan dibawa
kedalam kapiler baru.
- Tahap remodelling
Tahap akhir dari penyembuhan luka dimana serat kolagen secara acak
dihancurkan dan digantikan dengan serat kolagen yang baru yang berorientasi
baik lebih efisien sehingga kelebihan kolagen dihilangkan dan luka akan menjadi
lebih lunak. Saat metabolisme luka menurun maka vaskularisasi juga akan
menurun sehingga kemerahan pada luka akan hilang. (22-025 Maziyah)

6. Apa saja faktor yang mempengaruhi ketahanan mukosa rongga mulut? (22-036 Farah)
● Pertahanan fisik, imunologis, serta saliva. karena saliva mempunyai fungsi
sebagai homeostatis rongga mulut melalui pembersihan dan peningkatan
ketahanan tubuh dengan cara imunologis dan non-imunologis, serta aktivitas
langsung antimikroba. (22-030 Amira)
● Faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal berupa ketahanan tubuh
orang itu sendiri, jika ketahanan tubuh orang tersebut tidak baik, maka mukosa
rongga mulut akan rentan. Jika kuat maka sebaliknya. Faktor eksternal seperti
segala sesuatu yang masuk ke mulut, berupa makanan atau yang lain. (22-035
Fajrin)

7. Apa perbedaan sistem imun humoral dan sistem imun innate? (22-035 Fajrin)
● Innate imun (sistem imun nonspesisifk) : sistem pertahanan yang sudah ada
dari kita lahir. Contohnya itu kita sudah punya kulit, lendir dalam hidung dan
mulut, hingga mekanisme batuk dan bersin.
Imun humoral : salah satu bagian dari imun adaptive atau sistem pertahanan
yang muncul saat tubuh kita sudah terpapar benda asing tertentu. (22-032
Afanindya)
● Apa saja contoh dari sistem imun humoral? (22-034 Andrias)
Jawaban : misalnya pada virus covid 19. Imun humoral akan membunuh
paparan virus pada hari ke-7 setelah tubuh terpapar virus tersebut. (22-032
Afanindya)
● Untuk sistem imun innate, apakah pembentukan sistem imun innate itu
langsung ada saat lahir? atau ada faktor pengaruh lain pembentuknya? (22-029
Puspita)
Jawaban : Setahu saya sebenarnya bayi yang baru lahir tidak bisa langsung
menghasilkan sistem kekebalan tubuh sendiri. Jadi, semua komponen sistem
kekebalan tubuh yang ada pada bayi yang baru lahir itu didapatkan dari dari ibu.
Ketika kehamilan usia tua dan mendekati hari kelahiran, maka sistem kekebalan
tubuh ibu akan ditransfer ke janin melalui pembuluh darah dan plasenta.
Komponen sistem kekebalan tubuh yang diberikan ibu pada janin yaitu
Immunoglobulin G (IgG). Sedangkan di antara berbagai macam
immunoglobulin, cuma IgG yang dapat melintasi plasenta dan merupakan
antibodi yang paling kecil yang dibentuk tubuh tetapi jumlahnya paling banyak.
Setelah lahir, bayi harus mendapatkan ASI eksklusif dari ibu, karena ASI
mengandung antibodi yang lengkap salah satunya immunoglobulin G (22-027
Anisa)
● Imun nonspesifik ( Innate) :
- bersifat alami/natural/bawaan
- merupakan sel pertahanan terdepan (primer)
- terbentuk atau sudah ada sejak lahir
- terdiri atas sel fagosit, sel Natural Killer (NK), dan Sel K
- terdiri dari fisik, mekanik, biokimia, humoral, sel K

Imun spesifik :
- bersifat adaptif/di dapat
- merupakan sel pertahanan dengan memori (sekunder)
- terbentuk saat hidup, berkembang selama hidup, dan terbentuk melalui
THD Ag
- terdiri atas sel humoral dan selulerpp⁹a
- sel utamanya yaitu limfosit khususnya limfosit b
- terdiri dari molekul antibodi dan sitokin (22-029 Puspita)

STEP 4 : Mind Mapping


STEP 5 : Learning Objective
1. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan pengertian sistem
pertahanan pada mukosa rongga mulut.
2. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan komponen-komponen
pertahanan mukosa rongga mulut.
3. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan mekanisme pertahanan
mukosa rongga mulut.
4. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi sistem pertahanan mukosa rongga mulut.

STEP 6 : Belajar Mandiri

STEP 7 : Synthesis
1. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan pengertian sistem
pertahanan pada mukosa rongga mulut.
● Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut adalah bagian dari sistem
pertahanan yang sifatnya penting dan berlawanan dari sistem imun yang lain.

Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut memiliki sifat menekan imunitas
karena? Mukosa berhubungan langsung dengan lingkungan luar dan
berhadapan dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri komensal, antigen,
makanan, dan virus, dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sistem
imunitas sistemik.

Perbedaan respons imun mukosa dengan sistem imunitas sistemik, antara lain
adalah
(1) Ig A, suatu imunoglobulin yang terkait dengan mukosa
(2) memiliki komponen yang terdiri dari sel T yang mempunyai kemampuan
mengatur (regulator) atau bertindak (efektor)
(3) pada sistem lalu lintas sel yang berorientasi mukosa yang pada awalnya
dimunculkan di folikel mukosa lalu memulai migrasi ke jaringan limfoid yang
tersebar di bawah epitel.

Sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut memiliki 3 fungsi utama :


a. Melindungi membran mukosa dari invasi dan kolonisasi mikroba yang
mungkin akan menembus masuk
b. Melindungi pengambilan antigen terdegradasi seperti protein-protein asing
dari makanan yang tercerna
c. Melindungi berkembangnya respons imun yang berpotensi merugikan
terhadap antigen-antigen tersebut bila antigen masuk dalam tubuh. (22-031
Hasna)
● Sistem Imun atau sistem pertahanan tubuh adalah suatu sistem pertahanan
internal yang berperan penting dalam mengenal dan menghancurkan atau
menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal di dalam tubuh yang
berpontensi merugikan bagi tubuh.

Nah tapi berbicara pada sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut, berarti
sistem pertahanan pada mukosa rongga mulut yaitu sistem pertahanan internal
yang berperan dalam mengenal, menghancurkan, atau menetralkan benda
asing atau sel abnormal dalam mukosa rongga mulut. Sistem pertahanan pada
rongga mulut juga lebih menekankan pada respon imunitas.

Lalu, mukosa rongga mulut merupakan salah satu pelindung dari berbagai
macam antigen dan mikroorganisme pathogen. Mukosa mulut mengandung
sistem imunitas. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan homeostasis
imunologis di dalam rongga mulut dan saliva merupakan salah satu bagian dari
sistem imunitas tersebut. Saliva mempunyai fungsi sebagai perlindungan utama
dalam menstabilkan keseimbangan rongga mulut atau homeostasis melalui
pembersihan dan peningkatan ketahanan tubuh.

Adapun fungsi mukosa rongga mulut yaitu :


a. Proteksi
melindungi jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut dengan
bertindak sebagai pelindung utama dari iritan.
b. Sensasi
memberikan informasi tentang hal-hal yang terjadi di rongga mulut dan
menerima stimulus dari luar mulut.
c. Sekresi
mengeluarkan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar liur yang menjaga
kelembaban mukosa rongga mulut. (22-030 Amira)

● Membran mukosa adalah pelapis yang basah dari traktus gastrointestinal, faring,
saluran nasal dan rongga tubuh lainnya yang berkomunikasi dengan eksterior. Di
rongga mulut lapisan tersebut disebut membran mukosa oral atau mukosa oral. Secara
struktur mukosa oral dalam beberapa hal menyerupai kulit, sedangkan sangat serupa
dengan membran mukosa esofagus, servik, dan vagina, tetapi sangat jauh berbeda
dengan mukosa gastrointestinal Rongga mulut dilapisi oleh suatu membran mukosa
yang terdiri dari: 1. Mukosa yang dapat dibagi lagi menjadi epitelium dan lamina propria
2. Submukosa, yang tidak selalu ada di berbagai regio rongga mulut.

Fungsi Mukosa Oral : Mukosa oral mempunyai bermacam fungsi, yang utama dan
penting adalah memproteksi jaringan yang lebih dalam dan kelenjar yang ada di rongga
mulut. Fungsi lain mencakup persepsi sensori, sintesis dan sekresi yang berasal dari
kelenjar yang berlokasi di mukosa dan peran estetik yang diwakili oleh pertemuan
mukokutaneus.

1. Proteksi ; penghambat (barrier) terhadap trauma mekanik dan mikroba. Sebagai


suatu lapisan permukaan, mukosa oral memisahkan dan memproteksi jaringan yang
lebih dalam di regio oral dari lingkungan rongga mulut. Aktivitas normal dari
menangkap, menggigit, mengunyah makanan menghadapkan jaringan lunak mulut ke
kekuatan mekanik (kompresi, meregang, memotong) dan abrasi permukaan (dari
partikel keras dalam diet). Di rongga mulut dalam keadaan normal terdapat populasi
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi bila mikroorganisme tersebut
mempunyai akses ke jaringan. Banyak diantaranya ada yang menimbulkan efek toksik
ke jaringan.

2. Sensasi : temperatur (panas dan dingin), sentuhan, nyeri, rasa, dahaga. Fungsi
sensorik mukosa oral penting karena memberikan informasi kejadian di rongga mulut,
sedangkan bibir dan lidah persepsi stimulasi dari luar mulut. Di mulut, faring dan
epiglotis terdapat reseptor yang bereaksi terhadap suhu, sentuhan, dan nyeri; ada pula
taste bud untuk sensasi rasa baik manis, asam, pahit dll.

3. Sekresi : sekresi saliva Sekresi utama berkaitan dengan mukosa oral adalah saliva
yang diproduksi oleh kelenjar saliva yang berkontribusi untuk mempertahankan
kelembaban permukaan. Kelenjar saliva utama, terletak jauh dari mukosa namun
sekresinya melewati mukosa melalui duktus-duktusnya, sedangkan kelenjar saliva
minor langsung berhubungan dengan mukosa oral.

5. Estetika : Warna tekstur dan tampilan kulit memegang peran penting sebagai
petanda karakteristik perorangan seperti usia, kesehatan, etnik, dll. Mukosa oral dalam
keadaan normal tidak kelihatan, terkecuali di regio dimana terjadi pertemuan dengan
kulit, yaitu tepi vermilion bibir yang memberikan komponen estetik terutama pada
wanita. (22-035 Fajrin)

2. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan komponen-


komponen pertahanan mukosa rongga mulut.
● Mukosa normal memiliki sistem pertahanan adekuat guna mengatasi
mikroorganisme patogen. Yang berperan adalah sel limfosit dan jaringan limfoid
sekitar mukosa (mucosa associated lymphoid tissue, MALT), keratinosit dan sel
Langerhans. Pertahanan mukosa di rongga mulut dibagi menjadi 2 mekanisme
dan beberapa komponen didalamnya yaitu :
1. Imunitas Alami (non spesifik/innate immune)
Seperti pada namanya, imun ini bersifat tidak spesifik jadi ia bersifat fisik
melibatkan kulit dan mukosa dengan didasarkan pada fagositosis
organisme uniseluler ( yang dilakukan oleh dirinya sendiri) dan
fagositosis multiseluler (dengan unit khusus fagositosisseperti Ig A).
Innate immune dibagi menjadi 3 macam yaitu :
➔ Barier Eksternal : komponennya ada kulit dan mukosa membran
➔ Faktor Humoral : terdapat Lisosom (enzim yang dapat
memotong proteoglikan di dinding sel bakteri), Laktoferin (suatu
protein yang mengandung iron didalamnya), Komplemen
dengan 20 serum protein, dan Interferon (kelompok protein
yang terlibat dalam melawan infeksi virus).
➔ Faktor Seluller : faktor ini baru bekerja ketika infeksi sel asing
telah menembus barier pertama, terdapat 2 sel yang berperan
yaitu Microphage (polymorphonuclear neutrophil (PMN), PMN
adalah sel darah putih, yang tidak mempunyai kemampuan
untuk membelah diri) dan Makrofag (monosit dan menetap di
jaringan yang dikenal juga dengan reticuloendothelial system
atau terinfiltrasi di jaringan sebagai bagian dari inflamasi kronis).
selain itu juga ada Natural Killer (NK cell) yang terlibat saat
adanya virus dan bakteri.
● Immunoglobulin adalah salah satu komponen dasar saliva yang memainkan
peran penting dalam imunitas rongga mulut. Ada berbagai jenis
immunoglobulin antara lain IgA, IgG, dan IgM dan immunoglobulin yang
paling dominan adalah IgA yaitu 60% dari semua immunoglobulin
sedangkan nonimmunoglobulin yang terdiri dari lisozim, laktoferin,
laktoperoksidase, defensin, histatin, sistem air liur peroksidase, dan protein
lektin. Immunoglobulin A dapat memainkan peran sinergis dengan lisozim
dalam melawan mikroba patogen rongga mulut. Imunoglobulin A adalah
immunoglobulin dominan dalam sekresi eksternal dan paling penting dalam
saliva, immunoglobulin A disebut sebagai garis pertahanan terdepan
rongga mulut dalam memberikan perlindungan yang sangat besar bagi
mukosa oral dari infeksi mikroorganisme dengan cara mencegah perlekatan
bakteri ke permukaan gigi serta menetralkan racun dan enzim bakteri
dengan memblokir pengikatannya pada reseptor sel. Immunoglobulin A
merupakan pertahanan adaptif imun pertama dalam melawan
Streptococcus mutans, yang dianggap sebagai bakteri penyebab utama
karies gigi. Immunoglobulin A bekerja dengan cara menghambat perlekatan
bakteri dan mengurangi kolonisasi Streptococcus mutans didalam rongga
mulut. Peran immunoglobulin A dalam rongga mulut adalah mencegah
perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi, sehingga plak tidak
terbentuk dan menghambat proses demineralisasi jaringan keras gigi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kadar immuglobulin A yang
rendah pada rongga mulut berimplikasi pada risiko karies yang tinggi,
sedangkan kadar immunoglobulin A yang tinggi menyebabkan risiko karies
yang rendah. Sebagai bagian penting dari sistem imun nonspesifik, lisozim
merupakan komponen penting dari antibakteri dalam saliva yang berperan
sebagai sistem pertahanan non imun host dalam melawan bakteri dan
menjaga keseimbangan didalam lingkungan rongga mulut. Lisozim sebagai
agen antimikroba berhubungan dengan kemampuannya dalam
menyebabkan lisis sel-sel bakteri dengan menghidrolisis ikatan β (1-4)
antara asam N-asetilmuramat dan asam N-asetilglukosamin dalam lapisan
peptidoglikan dinding sel bakteri. Hasil hidrolisis ikatan glikosidik akan
menyebabkan terbentuknya pori-pori kecil di dalam dinding sel bakteri
sehingga bakteri akan mati. Lisozim menghidrolisis dinding sel
mikroorganisme Gram-positif, terutama Streptococcus mutans. Terlepas
dari aktivitas bakteriolitik, lisozim juga memiliki kemampuan untuk
mengumpalkan bakteri mulut, terutama Streptococcus mutans yang akan
mempengaruhi perlekatan Streptococcus mutans terhadap permukaan
mulut dan mendorong pembersihan mikroorganisme dari rongga mulut.
Selain itu, lisozim dapat mengaktifkan autolysin bakteri yang merusak
dinding sel bakteri. (22-034 Andrias)
2. Imunitas adatif (spesifik)
Fungsi dari imun ini sendiri yaitu memperkuat, bersifat spontan atau
langsung, dan bersifat mempertinggi fagositosis dengan komponen
pendukungnya yaitu :
➔ Komponen Seluller : terdiri dari limfosit dan sel-sel
monosit/makrofag lineage.
➔ Komponen Humural : terdiri dari antibodi. Antibodi merupakan
molekul yang diproduksi untuk merespon antigen. Antigen
merupakan substansi yang akan mendapatkan respon antibodi.
(22-029 Puspita)
● Selain saliva, mukosa rongga mulut juga memiliki komponen pertahanan yaitu
diantaranya adalah crevicular gingival fluid (CGF). Cairan sulkus gingiva
jumlahnya akan meningkat bila terjadi inflamasi. Cairan sulkus gingiva
mengandung sel-sel inflamasi, seperti leukosit Polimorfonuklear (PMN)
neutrofil, limfosit, monosit, sel T, sel B, dan berbagai protein immunoglobulin.
(22-025 Maziyah)
● Komponen pertahanan di dalam rongga mulut selain terdapat oral mucosa,
cairan sulcular gingiva, juga terdapat saliva yang terkandung di dalamnya
banyak protein yang berperan penting. Sekretori IgA merupakan salah satu
kelas antibody yang paling banyak ditemui dalam saliva. IgA dapat berikatan
secara spesifik pada epitop bagian antigen I/II dari S. mutans, sehingga bakteri
tidak dapat berikatan dengan pelikel saliva dan S. mutans tidak dapat
berkolonisasi pada permukaan gigi. S. mutans merupakan agen utama etiologic
karies gigi, keberadaan IgA dalam saliva serta komponen lainnya dapat
menurunkan angka resiko terjadinya karies. (22-026 Indah)
● KOMPONEN IMUNOLOGI RONGGA MULUT

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun nonspesifik dalam


rongga mulut adalah:

1. Protein-Enzim

a. Enzim lisosomal : merupakan enzim mukolitik yang mampu memecahkan


ikatan glikopeptide dinding bakteri gram positif, sehingga lisis. Termasuk
kolagenase, elastase, hyaluronidase.

b. Laktoferin dan laktoperoksidase: yang mempunyai aktivitas antibakteri dan


antivirus.

c. Musin: yang menghambat perlekatan virus pada sel epitel.


d. Interferon: diproduksi oleh sel hospes, sebagai reaksi terhadap invasi virus.
Dibedakan tiga tipe interferon manusia, yaitu: α(alfa), dihasilkan oleh sel-sel
darah putih,β(beta) oleh fibroblas dan γ(gamma) oleh limfosit yang teraktivasi.

e. Sitokin: merupakan zat biologik aktif yang diproduksi berbagai tipe sel dari
kelompok non-limfoid, sebagai reaksi terhadap suatu radang. Misalnya:
histamin dan prostaglandin.

2. Komplemen : Sudah ada dalam darah, sebelum dibentuknya IgM dalam


mobilitas elektroforesis termasuk kelompok alfa dan beta globulin. Terutama
dihasilkan oleh hari beredar dalam darah sebagai bentuk yang tidak aktif, dan
bersifat termolabil. Dalam cairan saku gusi ditemukan bentuk C2, C4, dan C5.

3. Sel N.K (Natural killer) : Sel ini baru jelas peranannya dalam sistem
pertahanan, terutama menghadapi perubahan komponen tubuh sendiri,
sebagai akibat dari perlakuan virus ataupun zat zat kimia tertentu.

Komponen-komponen yang berperan dalam sistem imun spesifik dalam rongga


mulut adalah:

1. Agregasi Jaringan Limfoid Submukosa : Sel-sel mononuklear (limfosit dan


makrofag) ditemukan tersebar.

2. Jaringan Limfoid Gingival : Melalui rangsang plak bakteri, jaringan ini menarik
sel-sel terutama sel-sel limfosit yang dalam situasi radang berubah menjadi sel-
sel plasma.

3. Jaringan Limfoid Kelenjar Ludah : Limfosit, makrofag dan sel-sel plasma


ditemukan di dalam kelenjar baik yang besar ataupun kecil, tersebar dalam
kelompok-kelompok di bawah mukosa mulut.

4. Sel-Sel Langerhans : Antigen yang masuk melalui mukosa difagositosis oleh


sel-sel ini yang tersebar di atas selaput dasar (22-035 Fajrin)

3. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan mekanisme


pertahanan mukosa rongga mulut.
● Mekanisme pertahanan pada mukosa rongga mulut melalui tiga tahapan yaitu:
a. Tahap inflamasi
Dimulai saat terjadi injury jaringan dan tidak ada faktor lain yang dapat
memperpanjang inflamasi berlangsung selama 3-5 hari. Ada dua
tahapan pada inflamasi yaitu vaskular dan selular. Pada fase vaskular
dimulai dengan vasokonstriksi awal pembuluh darah dengan
memperlambat aliran darah ke area injury dengan terjadinya koagulasi
darah. Dalam beberapa menit, histamin dan prostaglandin E1 dan E2
bergabung dengan sel darah putih sehingga menyebabkan vasodilatasi
dan membuka ruangan kecil antar sel endotel sehingga plasma keluar
dan leukosit bermigrasi ke jaringan interstitial. Fibrin dan transudat
plasma berakumulasi pada area injury kemudian ditandai adanya
eritema (rubor), panas (kalor), rasa sakit (dolor), edema (tumor), dan
hilangnya fungsi (functio laesa).
Dilanjutkan dengan fase selular yang dipicu aktivasi serum komplemen
akibat trauma jaringan dengan produk berupa complement-split C3a
dan C5a yang bertindak sebagai faktor kemotaksis dan menyebabkan
PMN. Saat berkontak dengan benda asing netrofil melepaskan
kandungan lisosom yang bekerja menghancurkan bakteri dan benda
asing. Selain itu, makrofag melakukan tugasnya untuk memfagosit
material asing dan jaringan nekrotik. Pada saat bersamaan, limfosit B
dan T berakumulasi pada area injury dengan mengenali antigen.
b. Tahap fibroplastik
Serabut fibrin yang berasal dari koagulasi darah akan menutup luka
dengan membentuk anyaman dimana fibroblas akan meletakkan
substansi dasar dan tropokolagen yang menguatkan serat kolagen
sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan sirkulasi sel mesenkimal
pluripotensial. Anyaman fibrin juga digunakan kapiler baru untuk
menyatukan luka. Kemudian seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan sel baru terjadilah fibrolisis yang disebabkan oleh plasmin
dimana anyaman fibrin yang tak diperlukan dibawa kedalam kapiler
baru. Tropokolagen yang dideposit oleh fibroblas akan mengalami cross-
linking dan memproduksi kolagen.
c. Tahap remodelling
Tahap akhir dari penyembuhan luka dimana serat kolagen secara acak
dihancurkan dan digantikan dengan serat kolagen yang baru yang
berorientasi baik lebih efisien sehingga kelebihan kolagen dihilangkan
dan luka akan menjadi lebih lunak. Saat metabolisme luka menurun
maka vaskularisasi juga akan menurun sehingga kemerahan pada luka
akan hilang.
→ Fungsi dari epitel oral yaitu untuk membentuk barrier yang tidak
permeabel dimana tidak memiliki kapasitas absorbsi. Permeabilitas yang
paling tinggi yaitu berada di dasar mulut karena memiliki epitel yang
paling tipis sehingga dapat dijadikan sebagai lokasi administrasi obat-
obatan tertentu.
→ Kemudian lapisan bawah epitel disebut dengan jaringan ikat atau
lamina propria dimana dibagi menjadi dua lapisan yaitu lapisan papila
yang memiliki serat kolagen tipis dan lapisan retikular yang memiliki
serat kolagen yang tebal. Lamina propria ini terdiri dari pembuluh darah,
saraf, dan sel-sel fibroblas, makrofag, sel mast, dan sel inflamasi lainnya.
(22-025 Maziyah)
● Pertahanan awal pada mukosa mulut yaitu sistem imun innate (pertahanan non
spesifik). karena dapat memberikan respon yang langsung secara cepat, dalam kurun
waktu antara jam ke-0 sampai jam ke-12. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifikasi
terhadap bahan asing maupun dental material, oleh karena itu disebut non spesifik.
Sistem imun innate diperoleh dari pertahanan fisik/mekanik, biokimia, humoral,
maupun pertahanan seluler. Pembagian dari respon imun ini menjadi 3 bagian yaitu:
1. Barrier eksternal : ditemukan berupa pertahanan fisik maupun mekanik,
meliputi kulit, selaput mukosa, refleks batuk, bersin yang akan mencegah
kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Contoh pada saliva sebagai pertahanan
paling luar/awal yang mampu melindungi tubuh terhadap mikroorganisme
gram positif, dan dapat menghancurkan dinding sel bakteri.
2. Pertahanan humoral : berupa peran peran dari protein seperti lisozim yang
mampu memotong rantai proteoglikan pada dinding sel bakteri yang
menyebabkan lisisnya sel bakteri. Laktoferin, yang menghambat dan dapat
menggagalkan pertumbuhan bakteri). Komplemen, yang berperan dalam
respon inflamasi, diproduksi oleh hepatosit dan monosit yang dapat
meningkatkan fagositosis dan mempermudah destruksi bakteri dengan cara
menghancurkan sel membran bakteri melalui pelepasan bahan kemotaksis
sehingga makrofag bergerak ke tempat bakteri. Interferon, berperan sebagai
bagian reaksi sistem imunitas mukosa oral antivirus dengan jalan menginduksi
sel sel sekitarnya, sehingga resisten terhadap virus. Interferon, yang dilepas
sebagai respons terhadap infeksi virus, dimana terdapat sifat antivirus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut.
3. Pertahanan Seluler : ketika antigen telah ada pada barier eksterna, pertahanan
akan dipusatkan pada proses fagositosis. Sel utama yang berperan adalah
polymorphnuclear neutrofil mikrofag (dominan sel darah putih) dan makrofag
dari monosit. Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang
sama. Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah
timbulnya penyakit.
- Mekanisme fagositosis, terjadi dalam beberapa tingkat yaitu kemotaksis atau
proses penarikan sel menuju substansi yang memiliki konsentrasi lebih tinggi,
menangkap (attachment), penelanan (ingestion), membunuh (killling), dan
mencerna (digestion).

Selanjutnya yaitu sistem imun spesifik atau adaptif. Berbeda dengan sistem imun
nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya, lalu terjadi sensitasi reaksi sistem imun. Benda asing yang
sama bila terpapar ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Sistem Imun
Spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Sistem imun spesifik dapat
bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang masuk, namun pada umumnya
terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-
makrofag. Oleh karena komplemen turut diaktifkan, respon imun yang terjadi sering
disertai dengan reaksi inflamasi. Sistem Imun Spesifik ini dibagi dalam jenis yang humoral
dan seluler.

1. Sistem imun spesifik Humoral: Yang berperan dalam sistem imun spesifik
humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal
multipoten. Jika terjadi rangsangan oleh benda asing, sel ini akan berproliferasi
dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi.
Antibodinya terdiri dari IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE. Dari kelima jenis antibodi
tersebut, hanya tiga jenis antibodi (IgG, IgM, dan IgA) yang telah dibuktikan
mempunyai kaitan dengan perlindungan tubuh terhadap berbagai macam
infeksi, sehingga diduga adanya kaitan dengan aktivitas karies. IgA banyak
ditemukan pada cairan tubuh, seperti air mata, keringat, kemih, saliva, dll. Pada
rongga mulut bentuknya S-IgA (IgA Secretory). Fungsi dari IgA sendiri adalah
melindungi tubuh dari patogen, dapat bekerja sebagai opsonin karena neutrofil,
monosit, dan makrofag memiliki reseptor khusus sehingga dapat meningkatkan
efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin, dll. Fungsi
keseluruhannya sebagai pertahanan infeksi ekstraseluler terhadap virus dan
bakteri serta netralisasi toksin.
2. Sistem imun spesifik seluler: Diperankan oleh limfosit T sel T, dengan asal yang
sama seperti sel B. Hanya saja, sel ini mengalami proliferasi dan diferensiasi
pada kelenjar timus dan hanya 10% yang dapat masuk dalam sistem sirkulasi.
Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel, seperti sel helper,
sel T sitotoksik, dan sel T supresor. Limfosit T berperan dalam sistem imun
seluler. Fungsi utamanya sebagai pertahanan infeksi intraseluler terhadap virus
dan bakteri, keganasan.
- Sistem imun nonspesifik dan spesifik berinteraksi dalam menghadapi infeksi. Sistem
imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan dalam merangsang
sistem imun spesifik. Mikroba ekstraseluler mengaktifkan komplemen melalui suatu
jalur. Kompleks antigen antibodi mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Virus
intraseluler merangsang sel yang diinfeksi untuk melepas interferon yang mengerahkan
dan mengaktifkan sel Natural Killer. Sel dendritik yang memakan antigen bermigrasi ke
kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen yang dimakannya ke sel T yang
diaktifkan bermigrasi ke tempat infeksi dan memberikan bantuan ke sel NK dan
Makrofag. (22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)
● Mekanisme pertahanan mukosa mulut berjalan secara bertahap, tidak semua
lapisan mukosa pada rongga mulut bekerja secara bersamaan. Pada paparan
pertama, yang berperan untuk menghadang patogen adalah saliva. Organ imun
pada rongga mulut akan memproduksi atau mensekresikan saliva, saliva
tersebut mengandung berbagai macam enzim dan antigen yang berperan
dalam pertahanan mukosa rongga mulut, antara lain lisozim, laktoferin, salivary
agglutinin, leukosit, dan IgA secretory (SIgA).
a. Lisozim
Lisozim merupakan salah satu komponen pentingm dari antibakteri
pada saliva yang mempunyai peran sebagai sistem pertahanan non imun
host dalam melawan patogen atau bakteri dan menjaga keseimbangan
di dalam rongga mulut. Peran lisozim antara lain sebagai antimikroba
yang berkaitan dengan kemampuannya dalam melisiskan bakteri yakni
dengan cara menghidrolisis ikatan β (1-4) antara asam N-asetilmuramat
dan N-asetilglukosamin dalam lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri.
Hasil dari hidrolisis ikatan glikosidik akan menyebabkan terbentuknya
pori-pori kecil di dalam dinding sel bakteri sehingga bakteri akan mati.
b. Laktoferin
Laktoferin merupakan suatu glikoprotein pengikat besi yang mampu
mengikat dua ion besi per molekul. Selain itu, laktoferin adalah salah
satu komponen yang terdapat pada sekresi manusia yang disintesis oleh
kelenjar eksokrin dan neutrofil di tempat infeksi/peradangan. Laktoferin
dalam saliva berperan sebagai salah satu faktor pertahanan penting
terhadap cedera bakteri termasuk yang berhubungan dengan
Streptococcus mutans dan bakteri periodontopatik melalui
kemampuannya untuk menurunkan pertumbuhan bakteri,
perkembangan biofilm, kelebihan zat besi, pembentukan oksigen reaktif
dan proses inflamasi.
c. Salivary Agglutinin
Agglutinin saliva berperan sebagai protein yang terglikosilasi tinggi dan
sangat berkaitan dengan protein saliva serta secretory IgA sebagai
komponen yang berperan dalam proses aglutinasi bakteri.
d. Leukosit
Leukosit merupakan salah satu komponen darah yang mempunyai inti
sel dan berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh. Fungsi dari
leukosit adalah untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi, sel
tumor, dan zat asing yang berbahaya. Pada sistem pertahanan mukosa
rongga mulut, leukosit memiliki kemampuan untuk melakukan
fagositosis dan killing.
e. Ig A Secretory (SIgA)
Antibodi SIgA bersifat kompleks, independen dan berpartisipasi dalam
reaksi antigen-antibodi dalam membran mukosa, sehingga membatasi
penetrasi bakteri dan racun. Imunoglobulin sekretori A berfungsi dalam
sekresi mukosa sebagai pertahanan garis terdepan dengan membatasi
invasi patogen. Perlindungan penghalang epitel mukosa oleh sIgA
melalui berbagai mekanisme. Yang pertama yaitu pembentukan
kompleks dengan antigen lokal yang melapisi jaringan, diambil oleh
fagosit, kemudian diserap ke dalam sistem pembuluh darah atau
diangkut melalui epitel ke dalam lumen. Sekretori Ig A adalah dalam
bentuk dimerik atau tetrameric, polipeptida rantai J, dan rantai
polipeptida yang disebut komponen sekretori. Komponen sekretori
terdiri dari reseptor yang mampu mengantarkan polimer IgA ke
membran sel. Polipeptida rantai J dalam IgA identik dengan pentamer
IgM dan memiliki fungsi dalam memfasilitasi polimerisasi IgA dan sIgA,
sebagai kelas utama antibodi dalam jaringan mukosa. (22-028
Khuladista)

4. Mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan faktor yang


mempengaruhi sistem pertahanan mukosa rongga mulut.
● Faktor yang mempengaruhi sistem pertahanan mukosa rongga mulut :
○ Usia : Mukosa mulut akan terjadi perubahan seiring dengan
meningkatnya usia. Secara klinis perubahan struktur ini diikuti dengan
permukaan mukosa yang kering, tipis dan licin serta kehilangan
elastisitas dan stippling. Perubahan ini memudahkan terjadinya kelainan
atau infeksi. Pada kelenjar saliva terjadi peningkatan jaringan konektif.
Penurunan sekresi saliva pada lansia terjadi secara fisiologis, hal ini
disebabkan penurunan jumlah sel-sel asinar sehingga produksi saliva
berkurang. Apabila saliva berkurang, fungsi saliva sebagai pertahanan
mukosa mulut terganggu, hal ini akan memudahkan terjadi infeksi dalam
rongga mulut.
○ Stress : Stress dapat menyebabkan tubuh bereaksi melalui pelepasan
hormon CRH yang berasal dari hipotalamus, termasuk hormon kortisol
dari korteks adrenal. Peningkatan hormon kortisol dapat meregulasi
komponen pertahan tubuh dan respon inflamasi. Peningkatan aliran
saliva, penuruan kadar saliva, dan perubahan PH saliva dapat
menyebabkan daerah gigi dan mulut lebih rentan terhadap infeksi.
○ Penyakit sistemik : Seseorang yang memiliki penyakit diabetes dan
hipertensi akan memilki pertahanan rongga mulut yang rendah
diakibatkan laju aliran saliva pada penderita penyakit tersebut rendah.
(22-036 Farah)
● Air liur adalah media dimana inang "memasok" mikroorganisme penghuninya
dengan nutrisi, termasuk asam amino, protein, glikoprotein, peptida, dan
vitamin. Selain itu, nutrisi yang berasal dari inang, cairan sulkus gingiva (GCF),
mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme di rongga mulut.
Sebab, substrat utama untuk pertumbuhan mikroba oral adalah nutrisi endogen
yang disediakan oleh air liur, eksklusi jaringan, GCF, degenerasi sel inang, atau
metabolit bakteri lainnya Dalam proporsi yang lebih kecil, celah gingiva, melalui
sekresi GCF, berkontribusi dengan nutrisi tambahan seperti molekul yang
mengandung albumin dan heme sebagai sumber zat besi vital. Hormon inang,
seperti hormon steroid seks, kolesterol, dan katekolamin, yang disampaikan
melalui air liur juga dapat dimanfaatkan oleh bakteri residen. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa hormon ini memiliki potensi untuk memodulasi komposisi
mikrobioma oral.

Selain itu, pengurangan asupan makanan dan periode puasa dapat


memengaruhi resistensi kolonisasi berbasis mikrobioma. Aliran saliva dan
sekresi stasis akibat dehidrasi atau penurunan asupan air oral retrograde
migrasi dan kolonisasi bakter. Puasa juga ditemukan berhubungan dengan
kadar sitokin oral yang disebabkan oleh mikrobioma residen dan transien. (22-
032 Afanindya Bias)
● Faktor yang mempengaruhi ketahanan rongga mulut secara umum dibagi
menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
A. Faktor Lokal

Berupa faktor-faktor yang hanya mempengaruhi lingkungan rongga mulut,


seperti : restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang
desainnya tidak baik, perawatan orthodonti, susunan gigi yang tidak teratur
sehingga sulit dibersihkan, kebiasaan merokok dan kebiasaan menggosok gigi.

B. Faktor Sistemik

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan dan


dapat memodifikasi respon ketahanan mukosa oral terhadap iritasi lokal.
Antara lain :

- Genetik

Berupa kelainan bawaan pada struktur rongga mulut yang


menyebabkan mukosa menjadi rentan terhadap bakteri. Misalnya
hiperdonsia, berupa gigi berlebih pada rongga mulut sehingga dapat
menyebabkan gesekan pada mukosa pipi atau lidah yang dapat
membuat mukosa rentan akan iritasi.

- Nutrisional

Misalnya kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga


menurunkan resistensi iritasi plak pada gingiva.

- Hormonal

Jaringan lunak dalam rongga mulut pada masa pubertas terjadi inflamasi
yang menyebabkan reaksi hebat terhadap jumlah plak yang tidak terlalu
besar diikuti pembengkakan gingiva dan perdarahan. Selain itu terdapat
penyakit lupus yang rentan terjadi pada masa pubertas akibat kadar
estrogen pada perempuan yang tinggi dan hormon androgen yang
rendah pada laki-laki, salah satunya menyebabkan hilangnya regulasi sel
limfosit B dan T. Walau begitu setelah melewati masa pubertas
keparahan inflamasi dan risiko penyakit lupus akan cenderung
berkurang.

- Hematologi

Penyakit hematologi dapat menimbulkan perdarahan dan menurunnya


respon imun seperti fagositosis oleh sel darah putih. Penyakit
hematologi yang mempengaruhi diantaranya anemia, leukemia (kanker
darah), dan leukopenia (kekurangan leukosit).

(22-033 Ni Luh Kadek Ardhia)

● Faktor yang penting dalam imunitas rongga mulut adalah integritas mukosa oral
dan fungsi komponen salivary. Kesehatan rongga mulut tergantung pada
integritas mukosa, lapisan epidermis yang sehat dan epitel mukosa yang utuh
tidak dapat ditembus oleh kebanyakan mikroba. Mikroorganisme dan dental
material yang masuk dalam tubuh pada umumnya dapat menimbulkan reaksi
sistem imun. Demikian pula reaksi sistem imun akan timbul apabila
mikroorganisme dan dental material yang berkontak dengan gusi dapat
menembus epitel sulkus gusi. Reaksi sistem imun merupakan reaksi yang
dikoordinasi oleh sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan dental
material lainnya. Reaksi sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap antigen, mengeliminasi komponen tubuh yang sudah
tua (homeostatis), dan sebagai fungsi pengawasan dengan menghancurkan
atau mematikan sel-sel. Kemudian selanjutnya adalah keutuhan fungsi dari
komponen salivary. Aliran saliva berfungsi untuk membersihkan rongga mulut
dari mikroorganisme atau sebagai self-cleansing yang mana di dalam saliva
terdapat komponen-komponen seperti lisozim, enzim peroksidase, laktoferin,
komplemen C3, sel-sel inflamasi (leukosit, monosit, PMN neutrofil, limfosit,
eosinofil), antibodi sIgA, IgA, IgG, dan IgM. (22-025 Maziyah)
● Pada jurnal yang berjudul Faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren minor
pada pasien rumah sakit gigi dan mulut unpad yang ditulis oleh Masfi Afifah,
Erna Herawati, Wahyu Hidayat pada tahun 2021 saya mendapatkan informasi
bahwa, pada jurnal ini membahas mengenai sariawan yang mana sariawan ini
merupakan peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa mulut jadi pada hasil
penelitian yang telah mereka lakukan, mereka mendapatkan bahwa stress dan
defisiensi nutrisi dapat mempengaruhi mukosa oral, dimana ketika orang
mengalami stress psikologis maka hormon kortisolnya akan meningkat dan
hormon kortisol ini akan berpengaruh dalam metabolisme protein yaitu
mengakibatkan katabolisme protein meningkat sehingga sel mudah ruptur.
Kemudian vit b12 berperan dalam proses pertumbuhan dan pembentukan sel
darah merah dimana sel darah merah memiliki kadar zat besi yang membawa
oksigen ke seluruh jaringan termasuk mukosa oral, zat besiini sangat perting
untuk fungsi normal epitel mulut, dan ketika terjadi defisiensi zat besi maka
kemampuannya menghantarkan oksigen pada mukosa oral berkurang sehingga
menyebabkan atrofi dari mukosa mulut. Selain itu jika defisiensi asam folat juga
dapat mengakibatkan atrofi jaringan mukosa oral dan berpengaruh juga pada
kualitas membran sel yang tidak terbentuk sempurna, sehingga epitel rongga
mulut lebih mudah ruptur. Selain itu di jurnal ini juga dicantumkan hasil
penelitian dari Usha Balan yang meneliti tentang Perubahan gejala mukosa
mulut selama pergantian hormon normal pada menstruasi wanita muda yang
sehat, dimana ia mendapatkan hasil bahwa jika beberapa hari sebelum
menstruasi, kadar hormon estrogen dan progesteron menjadi sangat rendah,
hormon estrogen berpengaruh untuk merangsang maturasi lengkap sel epitel
mukosa rongga mulut, sedangkan hormon progesteron dengan kadar yang
tinggi menunjukkan peningkatan jumlah sel epitel, jika terjadi penurunan kedua
hormon ini maka daoat mempengaruhi ketahanan mukosa oral (22-027 Anisa)
● Saliva merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertahanan mukosa
rongga mulut. Komponen yang terdapat di dalam saliva berperan sebagai
antimikroba karena di dalamnya terdapat laktoferin, lisozim, IgA, musin,
histatin, dll. Dalam saliva juga terdapat kandungan air sehingga dapat menjadi
agen self cleansing. Saliva menutupi permukaan mukosa rongga mulut sehingga
integritasnya terjaga. Selanjutnya kecemasan merupakan salah satu faktor
terjadinya penurunan produksi saliva, hal ini disebabkan oleh keadaan
emosional menyebabkan sistem saraf otonom akan menghalangi sistem saraf
simpatis dalam sekresi saliva. Hal ini akan berakibat menurunnya komponen
dan jumlah saliva sehingga fungsi saliva sebagai pertahanan mukosa mulut
terganggu. Jika dibiarkan dan tidak segera ditangani maka akan meningkatkan
resiko terjadi infeksi dalam rongga mulut, salah satu bentuk infeksi adalah oral
candidiasis, hal ini dapat menganggu fungsi stomatognasi sehingga pasien
kesulitan makan, menelan, berbicara akibat rasa tidak nyaman dan sakit pada
rongga mulut. (22-026 Indah)
● Faktor yang mempengaruhi pertahanan mukosa di dalam rongga mulut yakni
ada keseimbangan flora normal rongga mulut. Flora normal rongga mulut
adalah mikroba yang menghuni rongga mulut manusia.Komposisi flora normal
mulut dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor penjamu, pola makan dan
penggunaan antibiotik. Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan populasi
bakteri di mulut merupakan oral hygiene, penyakit sistemik, penyakit
periodontal, dan berbagai lesi di dalam mulut. Saliva memiliki peran protektif
terhadap keseimbangan populasi di dalam mulut. Mikroba dalam lingkungan
rongga mulut dapat berinteraksi dengan mikroba yang lain dalam hal promosi
dan supresi. (22-031 Hasna)
● Izin bertanya, seperti yang sudah disebutkan pada faktor usia, apakah terjadi
perbedaan kandungan saliva pada dewasa muda dan dewasa tu? (22-028
Khuladista)
● Menjawab pertanyaan dista, saliva sendiri pada setiap individu mempunyai
sekresi yang berbeda. Dimana sekresi saliva itu juga dipengaruhi oleh faktor
umum. ketika seseorang mengalami penuaan maka sekresinya juga akan
berubah seperti jumlah volume saliva yang dihasilkan orang tua lebih sedikit jika
dibandingkan dengan remaja, sehingga viskositas dari saliva tersebut juga
berbeda dan ph di saliva pun juga ikut berubah mengikuti keadaan rongga mulut
tiap individu.
Jadi terdapat faktor-faktor yang bertanggung jawab dalam sistem pertahanan
rongga mulut itu sendiri, seperti :
- keutuhan mukosa : yang meliputi karakteristik saliva meliputi ph,
viskositas, dan volume dari saliva
- saliva : saliva termasuk faktor yang bertanggung jawab dalam sistem
pertahanan. karena jika saliva atau produksi saliva menurun
menyebabkan rentannya rongga mulut terinfeksi oleh bakteri juga dapat
meningkatkan resiko terkena karies.
- cairan sulkus gingiva : merupakan hasil dari filtrasi fisiologis dari
pembuluh darah yang termodifikasi, karena asalnya dari darah maka
komposisi CSG hampir sama dengan darah. Berfungsi sebagai indikator
jika terjadi inflamasi pada penyakit periodontal.
- komponen kekebalan humoral dan selular : faktor lain yang bertanggung
jawab juga imunitas yang ada pada diri tiap individu itu sendiri.
Saya juga izin menyanggah pernyataan dari Afanindya yang mengatakan
bahwa pada puasa meningkatkan tingkat karies, sebenarnya yang
menyebabkan karies bukan serta merta hanya saliva, tetapi adanya sisa
makanan yang menyebabkan terjadinya karies juga berpengaruh. (22-
029 Puspita)

PLENO
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan S-IgA pada saliva yang bersifat independen? (22-131 Safira
Tutor 13)
IgA monomerik hadir dalam serum, sedangkan dalam sekresi mukosa ditemukan IgA
sekretori (SIgA). Berbeda dengan struktur IgA yang terdapat dalam serum karena SIgA
umumnya terdapat dalam bentuk polimer yang distabilkan dengan rantai penghubung
(rantai J), khususnya pada susunan dimerik atau tetramerik. Selain itu, SIgA
mengandung komponen sekretori (SC) yang berasal dari reseptor Ig polimer (pIgR) yang
digunakan untuk transcytosis melalui sel epitel selama sekresi [ 2,5 ].
2. Apa yang dimaksud dengan imunodefisiensi primer? (22-077 Nadia)
Imunodefisiensi yang didapatkan dari lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, M., Herawati, E., & Hidayat, W. (2022). Faktor predisposisi stomatitis aftosa rekuren
minor pada pasien rumah sakit gigi dan mulut unpad Predisposing factors of minor recurrent
aphthous stomatitis in patients at rumah sakit gigi dan mulut fkg unpad. Padjadjaran Journal
of Dental Researchers and Students, 6(3), 282-289.

Aprianto, D. S., Riyadi, N. A., Jaya, L. S., & Maulani, C. (2021). Kadar Imunoglobulin A dalam
Saliva pada Pemakai Gigi Tiruan sebagian Lepasan Basis Resin Akrilik. Majalah Sainstekes, 8(1).

Hajardhini, P., Susilowati, H., & Yulianto, H. D. K. (2020). RONGGA MULUT SEBAGAI RESERVOIR
POTENSIAL UNTUK INFEKSI Pseudomonas aeruginosa. Odonto: Dental Journal, 7(2), 125-133.

Hamzah, Z., Indriana, T., Indahyani, D. E., & Barid, I. (2020). Sistem Stomatognati
(Pengunyahan, Penelanan Dan Bicara). Deepublish.

Hayati, M. Herman, H. Rezano, A. 2014. Peran Imunoglobulin A (SIgA) Dalam Menghambat


Pembentukan Biofilm Streptokokus Mutans pada Permukaan Gigi. Dental Journal Fakultas
Kedokteran UNPAD. Vol 18, No 2.

Maharyati, R., & Pawarti, R. D. (2015). Sistem Imun Mukosa Traktus Respiratorius Atas. Journal
UNAIR.

Saliva dan Kesehatan Rongga Mulut. N.p., Universitas Brawijaya Press, 2021.
Soleha, T. U., Apriliana, E., & Hardita, W. A. (2017). Perbedaan Jumlah Flora Normal Rongga
Mulut pada Usia Lanjut dan Dewasa yang Pernah Menerima Pengobatan Antibiotik di Bandar
Lampung. Jurnal Medula, 7(5), 154-159.

Wibowo. Astutik, N.D. Luhung, M. 2019. Hubungan Kecemasan Dengan Oral Candidiasis Pada
Lansia di Panti Pangesti Lawan. Jurnal Keperawatan Malang. Vol 4, NO 2

Jannah, Lutfi Laukhatul. (2014). Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva antara Prapubertas
di SD dengan Pubertas di SMP Ta'mirul Islam Surakarta. Surakarta : Fakultas Kedokteran Gigi
UMS.

Yohana, Winny. (2013). Secretory IgA sebagai Bagian Reaksi Sistem Imunitas Mukosa Oral
akibat Aplikasi Material Kurang Tepat. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai