Anda di halaman 1dari 15

KONSEP TEORITIS SISTEM IMUN BAWAAN

OLEH :

KELOMPOK 5 :
1. YOHANES BRIYAN VINCESIUS MENDROFA (102022019)
2. SELFIN YANTI TELAUMBANUA (102022016)
3. JUIKEL ABIGAEL BARUS (102022010)

Dosen Pengampu : Nagoklan Simbolon, S.KM., M.Kes

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2022/2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “Konsep Teoritis
System Imun Bawaan”. Dalam pembelajaran kali ini, mahasiswa dituntut untuk mampu
memahami bagaimana tentang konsep teoritis system imun bawaan, dan supaya mahasiswa
mampu memahami bagaimana mekanisme suatu organisme mempertahankan diri dari
infeksi organisme lain.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai bagaimana tentang konsep teoritis system imun bawaan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata kesempurna.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, Oktober 2022


Penulis

KELOMPOK 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI 3
2.1 Pengertian System Imun Bawaan 3
2.2 System Imun Bawaan 3
2.3 Jenis-jenis System Imun Bawaan 5
2.4 Respon System Imunitas Bawaan 9
BAB 3 PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kekebalan tubuh adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya, yang ditimbulkan oleh berbagai
antigen yang berbahaya dari luar maupun dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh ini
terdiri dari dua sistem, yaitu sistem imun alami (non spesifik) dan sistem imun spesifik.
Disadari atau tidak setiap harinya tubuh kita menghadapi berbagai ancaman yang
datang dari luar berupaya untuk memasuki tubuh kita dengan berbagai cara. Jutaan
bakteri, virus, pathogen dan berbagai mikroogranisme yang lainnya berupaya
memasuki tubuh kita dengan berbagai cara melalui sistem pernapasan, sistem
pencernaan dan melalui permukaan kulit. Maha besar Allah dengan segala
kekuasaanNya meskipun serangan yang sangat luar biasa terhadap tubuh kita tetapi
Allah sudah mempersiapkan sebuah sistem yang mampu menangkal segala ancaman
tersebut melalui sistem imun atau sistem pertahanan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh sendiri dipelajari dalam studi khusus, yaitu imunologi
berasal dari kata imun yang berarti kekebalan dan logos yang berarti ilmu. Imunologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan tubuh. Sistem ini mendeteksi
berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh
dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Sistem pertahanan padamakhluk hidup ada 2 yaitu sistem
pertahanan bawaan, innate immunity maupun system pertahanan spesifik adaptive
immunity.
Ada dua jenis imunitas, imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan (non
spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak lahir. Imunitas ini berfungsi
sebagai respon cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas bawaan tidak mengenali
mikroba secara spesifik dan melawan semua mikroba dengan cara yang identik. Selain
itu, imunitas bawaan tidak memiliki komponen memori sehingga tidak dapat mengenali
kontak yang dulu pernah terjadi. Imunitas bawaan terdiri dari komponen lini pertama,
yaitu kulit dan membran mukus dan lini kedua yaitu substansi antimikroba, sel natural
killer, dan fagosit.
Imunitas adaptif (spesifik) merupakan imunitas yang melibatkan mekanisme
pengenalan spesifik dari patogen atau antigen ketika berkontak dengan sistem imun.
Tidak seperti imuitas bawaan, imunitas adaptif memiliki respon yang lambat, tetapi
memiliki komponen memori, sehingga dapat langsung mengenali kontak selanjutnya.
Limfosit merupakan komponen dari imunnitas adaptif.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Agar mahasiswa/i mampu mengerti tentang system imun bawaan
2. Agar mahasiswa/i mampu mengerti system imunitas bawaan
3. Agar mahasiswa/i mampu mengerti jenis-jenis system imun bawaan
4. Agar mahasiswa/i mampu mengerti bagaimana respon system imun bawaan

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian System Imun Bawaan
Pengertian sistem imun bawaan sebagai berikut :
1. Sistem imun bawaan (innate immune system; sistem imunitas non-spesifik)
merupakan lini pertahanan pertama terhadap patogen.
2. Sistem imun bawaan merupakan pertahanan terdepan tubuh terhadap
mikroorganisme dan benda-benda asing yang akan masuk ke dalam tubuh.
3. Sistem imun bawaan merupakan proses perlindungan awal terhadap zat asing,
seperti dinding sel bakteri atau protein asing.
4. Sistem imun bawaan adalah sistem imun yang melawan penyakit dengan cara yang
sama kepada semua jenis penyakit.
5. Sistem imun bawaan adalah pertahanan lapis pertama, berupa mekanisme non-
spesifik (antigenindependent). Untuk melawan dan mengatasi patogen yang
menerobos masuk ke dalam tubuh kita.

2.2 System Imunitas Bawaan


System imunitas bawaan mencakup antara lain :
1. Anatomi eksternal dan barrier kimiawi
Anatomi eksternal dan barrier kimiawi mencakup :
 Kulit utuh
Proteksi yang penting dan berperan sebagai barrier fisik.
 Sekresi kelenjar keringat, sebasea,dan air mata
Kelenjar keringat
kelenjar berukuran kecil yang melingkar dan berbentuk tabung.
Fungsi kelenjar keringat mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal
dan tidak meningkat terlalu tinggi.
Kelenjar sebasea
Fungsi kelenjar sebasea untuk mengeluarkan zat minyak yang disebut
sebum.
Kelenjar air mata
fungsi dari kelenjar lakrimal utama dan aksesori adalah menyekresikan
lapisan air mata. Lapisan air mata berperan melindungi kornea dan
konjungtiva.

3
 Selaput lendir (mukosa)
Selaput lendir berperan penting dalam proses absorpsi dan sekresi tubuh.
Selaput lendir berfungsi melapisi rongga-rongga yang terdapat pada tubuh.

 Sekresi mukus
Sekreasi mukus adalah sekresi berair pekat dan licin (seperti dahak, ingus) yang
diproduksi membran lendir dan menutupi membran lendir. Lendir biasanya
diproduksi dari sel-sel yang ditemukan di kelenjar lendir, meskipun mungkin
juga berasal dari kelenjar campuran, yang mengandung sel serosa dan lendir.
 Rambut getar (silia) pada saluran pernapasan
Silia pada saluran pernapasan merupakan salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap benda asing. Silia merupakan struktur yang menonjol dari
permukaan sel. Bentuknya panjang, dibungkus oleh membran sel dan bersifat
mobile. Setiap sel epitel saluran nafas, memiliki 250 silia pada permukaan
apikalnya.
 Bulu hidung
Bulu hidung merupakan rambut-rambut yang terdapat di bagian bawah serabut
saraf pembau. Fungsinya untuk menyaring udara yang masuk. sehingga kotoran
atau debu yang masuk ke dalam hidung tidak mencapai sistem pernapasan.

 Refleks batuk dan bersin


Refleks batuk merupakan bentuk refleks atau respon otomatis dari tubuh
kita untuk memaksa udara ke atas dan keluar melewati saluran nafas.
Refleks bersin adalah suatu respon mekanisme pertahanan saluran
pernapasan atas.
 Sekresi ludah
Air liur mengandung enzim yang membantu tubuh dalam mencerna makanan.
Enzim ini juga berfungsi sebagai antibodi untuk melindungi mulut dan
tenggorakan dari infeksi.
 Sekresi asam lambung
Berperan penting untuk pencernaan protein, dengan menghidupkan enzim
pencernaan yang mengurai protein menjadi rantai panjang asam amino.
 Keasaman vagina
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan bakteri didalam vagina.

4
2. Inflamasi
Inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun infeksi.
Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis tubuh akibat
adanya agen atau senyawa asing yang masuk(Ikawati, 2011).
Inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu inflamasi akut dan kronis. Pada inflamasi akut
terjadi dalam waktu yang lebih singkat yang melibatkan sistem vaskular lokal,
sistem imun dan beberapa sel. Tanda-tanda paling khas yang menandakan adanya
inflamasi adalah kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor)
dan disertai dengan perubahan fungsi lokal. Sedangkan pada inflamasi kronis
berlangsung pada waktu yang lebih lama (beberapa bulan bahkan bertahun). Pada
inflamasi kronis melibatkan sel darah putih terutama pada sel mononuklear pada
prosesnya (Nugroho,2012).

2.3 Jenis-jenis System Imun Bawaan


Jenis-jenis system imun bawaan diantaranya sebagai berikut :
1. Sel darah putih
Leukosit (sel darah putih) bertindak layaknya organisme bersel tunggal yang
bebas dan merupakan pertahanan penting dalam sistem imun bawaan. Jenis-jenis
leukosit dalam sistem imun bawaan di antaranya fagosit makrofag, neutrofil, dan sel
dendritik, sel limfoid bawaan, sel mast, eosinofil, basofil, dan sel NK. Sel-sel
tersebut mengidentifikasi dan menghilangkan patogen dengan cara menyerang
patogen yang lebih besar melalui kontak atau dengan cara menelan dan lalu
membunuh mikroorganisme.
Makrofag, neutrofil, dan sel dendritik merupakan kelas sel sensor yang mendeteksi
dan menginisiasi respons imun dengan menghasilkan mediator inflamasi.
Jenis-jenis sel darah putih diantaranya sebagai berikut :
a. Fagosit
Fagositosis adalah sifat penting pada imunitas bawaan yang dilakukan
oleh sel fagosit, yaitu sel yang menelan patogen atau partikel. Neutrofil dan
monosit merupakan fagosit utama yang berkeliling di seluruh tubuh untuk
mengejar dan menyerang patogen.
Fagosit berfungsi memakan atau menelan material padat.

5
b. Neutrofil
Neutrofil adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit.
Neutrofil ditemukan di aliran darah dan merupakan jenis fagosit yang paling
melimpah, normalnya sebanyak 50% sampai 60% jumlah leukosit yang
bersirkulasi. Selama radang fase akut, terutama karena infeksi bakteri,
neutrofil bermigrasi ke tempat radang dalam sebuah proses yang disebut
kemotaksis, dan merupakan sel pertama yang tiba pada saat infeksi.
Neutrofil berfungsi melawan infeksi sekaligus melindungi tubuh dari
berbagai macam penyakit

c. Makrofag
Makrofag merupakan sel serba guna yang bermukim pada jaringan dan
menghasilkan banyak zat-zat kimia termasuk enzim, protein komplemen,
dan sitokin. Makrofag juga bertindak sebagai "sel pemakan" yang
membersihkan tubuh dari sel mati dan debris (pecahan komponen sel)
lainnya, dan sebagai sel penyaji antigen yang mengaktifkan sistem imun
adaptif.
Makrofag berfungsi menghancurkan antigen dan menyajikannya pada
limfosit T.

d. Sel dendritik
Sel dendritik adalah fagosit pada jaringan yang berhubungan dengan
lingkungan luar; oleh karena itu, sel-sel ini terutama berada di kulit, hidung,
paru-paru, lambung, dan usus.
Fungsi sel dendritik adalah sebagai sel penyaji antigen (APC), yaitu sel-sel
yang berkemampuan mengikat antigen dan menyajikan potongan protein
dari antigen tersebut pada kompleks MHC bagi sel T dan sel B.
Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan ditelan ke dalam sitosol dan
dihancurkan menjadi peptida untuk kemudian diangkut ke permukaan sel
yang tergabung dalam kompleks dengan MHC.

6
e. Sel pembunuh alami
Sel pembunuh alami (Inggris: Natural Killer, NK) merupakan
komponen sistem imun bawaan 8 yang tidak secara langsung menyerang
mikrob penyerang. Sebaliknya, sel-sel NK menghancurkan sel-sel inang
yang terinfeksi atau sel yang bertransformasi. Sel-sel demikian dinamakan
"missing self" ("kehilangan pengenalan diri") dikarenakan sel memiliki
penanda permukaan sel (disebut MHC I) yang sangat rendah. Sel NK
dinamai "pembunuh alami" karena gagasan awal bahwa mereka tidak
memerlukan pengaktifan untuk membunuh sel-sel yang "missing self." Sel-
sel tubuh normal tidak dikenali dan tidak diserang oleh sel-sel NK karena
mereka mengekspresikan antigen MHC diri yang utuh. Kompleks antigen
diri MHC itu dikenali oleh reseptor imunoglobulin sel pembunuh (KIR)
yang menahan aktivitas sel NK.

f. Sel mast
Sel mast merupakan salah satu jenis sel darah putih. Sel ini merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh, yang akan bereaksi ketika benda asing
atau kuman masuk ke dalam tubuh.
Sel mast terletak di jaringan penghubung dan membran mukosa, berfungsi
untuk mengatur respons peradangan.
g. Granulosit
Granulosit adalah salah satu jenis sel darah putih yang terdiri dari banyak
neutrofil. Sel darah putih ini merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh
yang bertugas untuk melawan infeksi. Tanpa granulosit yang cukup, tubuh
akan mudah terserang infeksi.

7
Basofil dan eosinofil memiliki kesamaan dengan neutrofil dalam hal adanya
banyak granul di sitoplasmanya. Mereka menyekresikan bahan kimia yang
ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit dan memainkan peran pada
reaksi alergi, seperti asma.
Granulosit berfungsi dalam proses fagositosis apabila terjadi infeksi yang
parah.

h. Sel limfoid bawaan


Sel limfoid bawaan adalah sekelompok sel imun bawaan yang termasuk
dalam garis keturunan limfoid, tetapi tidak memiliki reseptor sel B atau
reseptor sel T spesifik antigen. ILC juga tidak mengekspresikan penanda sel
myeloid atau dendritik. Kelompok sel ini memiliki fungsi fisiologis yang
bervariasi beberapa fungsi dianalogikan dengan sel T pembantu, sementara
kelompok ini juga termasuk sel NK sitotoksik. Oleh karena itu, mereka
memiliki peran penting dalam kekebalan protektif dan pengaturan
homeostasis dan peradangan, sehingga kelainan pada ILC dapat
menyebabkan gangguan sistem imun seperti alergi, asma bronkial, dan
penyakit autoimun.

i. Sel NK
Membunuh sel ganas dan sel yang mengandung virus secara nonspesifik
tanpa bantuan antibodi.

8
2. Molekul kimiawi
Sifat molekul kimiawi adalah sebagai penghancur patogen. Fungsinya sebagai
antibakterial (peptida antimikroba), antiviral (interferon), sinyal untuk
memberitahukan prajurit kalau ada patogen masuk (senyawa sitokin)

2.4 Respon System Imun Bawaan


Umumnya merupakan imunitas bawaan 11 (innate immunity), dalam artian bahwa
respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah
terpapar oleh zat tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut : salah
satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen misalnya,
bakteri, adalah dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan cara
nonspesifik melalui proses fagositosis. Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan
monosit memegang peranan yang sangat penting. Supaya dapat terjadi fagositosis,
sel-sel fagositosis tersebut harus berada dalam jarak yang dekat dengan partikel
bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada
permukaan fagosit. Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju
sasaran. Hal ini dapat terjadi karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang
disebut dengan factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun
yang dilepaskan oleh neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada
dilokasi bakteri (Kresno, 1991; Roitt, 1993).
Selain factor kemotaktik yang berfungsi untuk menarik fagosit menuju antigen
sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya, bakteri perlu mengalami opsonisasi
terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh
immunoglobulin atau komplemen (C3b), supaya lebih mudah ditangkap oleh
fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk kedalam sel dengan cara endositosis dan
oleh proses pembentukan fagosum, ia terperangkap dalam kantong fagosum, seolah-
olah ditelan dan kemudian dihancurkan baik dengan proses oksidasi-reduksi
maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh
lisozim dan gangguan metabolisme bakteri (Bellanti, 1985; Subowo, 1993).

9
Selain fagositosis diatas, manifestasi lain dari respons imun nonspesifik adalah
reaksi inflamasi. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu
oleh beberapa jenis sel, misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan
mastosit, Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin yang
berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai reaksi umpan balik dari
mastosit dan basofil. Mediatormediator ini akan merangsang bergeraknya sel-sel
polymorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan
permiabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan
cairan. Gejala inilah yang disebut dengan respons inflamasi akut (Abbas, 1991;
Stite; 1991; Kresno, 1991).

10
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Imunitas bawaan (non spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak
lahir. Imunitas ini berfungsi sebagai respon cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas
bawaan tidak mengenali mikroba secara spesifik dan melawan semua mikroba dengan
cara yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki komponen memori
sehingga tidak dapat mengenali kontak yang dulu pernah terjadi. Imunitas bawaan
terdiri dari komponen lini pertama, yaitu kulit dan membran mukus dan lini kedua yaitu
substansi antimikroba, sel natural killer, dan fagosit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aripin, ipin (2019). “Pendidikan nilai pada materi konsep sistem imun”. Jurnal Bio
Educatio Vol.4 No.1, April 2019, hlm. 01-11.
Levani, Yelvi (2018). “Perkembangan Sel Limfosit B dan Penandanya Untuk
Flowcytometry”. Vol.1 No.5, Agustus 2018.
Ilyas, Muhammad Y. dkk (2019). “Peningkatan Imunitas Non Spesifik (Innate Immunity)
Menurut Balb/C Yang Diberi Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Galing (Cayratia
Trifolia L. Domin)”. Medicals Sains, Vol.3 No.2, Maret 2019
Bagus, Ida Kade Suardana (2017). “Diklat Imunologi Dasar Sistem Imun”.
https://www.zenius.net/blog/mengenal-sistem-imun-dan-imunisasi diakses tanggal 6
Oktober 2022
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_imun 6 Oktober 2022
https://www.BIOLOGI%20MANUSIA/Referensi/BAB%2010%20Sistem%20Imunitas.pdf
6 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai