Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.PD)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.PD)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Hasan Maulana
NIM. 1113011000083
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk di司 ikan
pada sidang inunaqasah sesuai dengan ketentllan yang ditetapkan oleh Fakultas.
Yang inengesahkan,
Sekretaris(Sekretal・ is Jurusan/Prodi)
Drs.Rusdi Jamil,MI.Ag ι
κ..孝 記σ。
NIP,196212311995031005
Dosen PenguJI I
Drs.Achlnad Gllolib,M.Ag
。ザ
′
NUPN.9990137097
影-7-花
Dosen PenguJI Ⅱ
Dr.触 hmad SOdiq"∼ 1.Ag
NIIP。 197107091998031001
"
Menyetujui,
u Tarbiyah dan Keguruan
191998032001
KEMENTERIAN AGAMA No.Dokumcn : FITK¨ FR― AKD-089
「IN JAKARTA
■ Tgl. Terbit : Maret 2010
FORM(F]鴫
1
FI□ K No.Rcvisi: : 01
2 ff7Jo77‐・
Л ″ ″力a17あ JV● 万 o"rar′ 5ィ 」 麟 Hal
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan SKRIPSI yang bettudul“ Ⅱubungan
Membaca Al口 Qur'an TehadEtt Ketenangan Jiwa para Jama'ah MtteliS Taklim Al‐
Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan" yang disusun oleh MuhalIHlad lkhsan
Hamdani,NIM H 13011000083, Jurusan Pendidikan Agama lslam,Fakultas 1lmu
Tarbiyah dan Keguruan,Universitas lslam Nege五 Syanf Hidayatullah Jakarta,telah ditti
kebenarannya olch dosen pembilnbing pada tanggal 10 Januan 2020.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Hasan Maulana
NIM。 1113011000083
ABSTRAK
Dari hasil uji korelasi tersebut, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,332.
Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka terdapat korelasi. Karena 0,332 >
0,05, maka variabel x terhadap y tidak memiliki hubungan, dan jika dilihat dari
pedoman derajat hubungan maka variabel x dengan y memiliki hubungan yang
lemah, atau memiliki sedikit korelasi.
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang
telah memberikan berbaai nikmat yang tak terkira banyaknya serta kemudahan
dari berbagai kesulitan yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini.
Sehingga dengan syafa’at-Nya semua kesulitan-kesulitan dapat penulis lalui
dengan penuh makna dan kebijakan mencari solusi.
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Prodi PAI dan Bapak Drs. Rusdi
Jamil, M.Ag selaku sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah sudi kiranya meluangkan waktu memberi
arahan dan motivasinya untuk penyusunan skripsi kepada penulis serta
kesabarannya selama perkuliahan. Semoga Allah senantiasa melindungi
setiap gerak dan langkah beliau.
4. Dr. Muhammad Zuhdi M.Ed., Ph.D., selaku Dosen Penasehat Akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi S1 di
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
5. Dr. Abdul Ghofur, MA., selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis, yang
dengan kesabarannya telah memberikan waktunya untuk membimbing dan
memberikan pengarahan baik dalam segi keilmuan maupun penyusunan
skripsi. Semoga apa yang telah beliau berikan kepada penulis hanya Allah
yang dapat membalas, dan semoga Allah selalu memberikan rahmat serta
keberkahan kepadanya.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mendidik
dengan tanpa lelah dan penuh kesabaran dan menambah wawasan keilmuan
penulis baik di dalam maupun di luar perkuliahan.
iii
9. Keluarga tercinta yaitu, Ibunda tercinta Yustinah Binti Abdul Tholib, Ayahanda
tercinta Amir Hasan bin Saiman yang telah memberikan kasih sayang tak
terbatas dengan penuh ketulusan serta pengorbanan harta, jiwa dan air mata,
mendidik, memberikan landasan serta pegangan hidup kepada penulis
sehingga selesailah penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari, belum bisa
memberikan kebanggaan serta balasan kasih sayang kepada meraka berdua
(semoga Allah swt. senantiasa memberi umur panjang serta kesehatan dalam
ketaatan kepada Ilahi Robbi, Amin). Kakak (Syukriah, Firman Firdaus,
S.Sos.I, Safrina Oktaviani, S.Pd), dan adik (Ihsan Kamil) yang senantiasa
menghibur dengan canda tawa, serta mendo’akan penulis selama penyusunan
skripsi ini berlangsung. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kita dalam
ikatan cinta dan indahnya persaudaraan yang penuh kasih sayang, dan semoga
Allah senantiasa menuntun setiap gerak dan langkah kita kepada kebaikan.
10. Teristimewa untuk Bang Maulana Saputra (Bang Maul), Bang Ayyub, Bang
Andi Al-jawie dan Bang Sefrian Reza Saputra, S.Kom., teman serasa guru
yang selalu menegur dan memberikan nasehat kepada penulis dikala penulis
lupa dan salah. Dari kalian penulis jadi tau apa arti pertemanan.
11. Teman-teman “Majelis Taklim Syarif Hidayatullah” malam sabtu, yang selalu
memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
iv
S.Kom, Catur Septiono Bahtiar, Muhammad Zidni Labib, S.E, Nurhamni
Mawaddah, S.Sos, Pandu Pradinata, S.Kom, dan banyak lagi yang lainnya
yang selalu menghibur di tengah-tengah kesibukan penulis dengan canda dan
tawanya, serta memberikan motivasi yang sangat berguna bagi kelancaran
penyusunan skripsi ini sehingga cepat terselesaikan.
14. Teristimewa untuk Bang Syafei (Bos Pei), Bang Reza, Bang Rusdi, Bang
Amyrullah, Bang Andi, Bang Maliki, Bang Rahman. Semoga Allah
senantiasa melindungi tiap gerak dan langkah kalian. Kebaikan kalian takkan
pernah penulis lupa.
15. Teristimewa juga untuk Ahmad Fakhrurrahman, S.Pd, Ananda Tri Budiman,
S.Sos, Muhammad Zidni Labib, S.E, Catur Septiono Bahtiar, Aldila Maudina
Sahri, S.Ag., terima kasih karna kalian membuat penulis terus bersemangat
menyelesaikan tugas akhir ini.
16. Sahabat terbaik “Bu Guru” (Qothrun Nada, M.Pd) yang selalu memberikan
semangat, serta keluangan waktu untuk membantu mencurahkan tenaga dan
pikirannya bagi penulis.
Penulis
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 6
D. Perumusan Masalah ................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
vi
E. Kerangka Berpikir ...................................................................... 35
F. Hipotesis Penelitian ................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 37
B. Metode Penelitian ...................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 38
D. Variabel Penelitian ..................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 46
1. Instrumen Penelitian ............................................................ 47
2. Uji Coba Instrumen .............................................................. 44
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 48
G. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis .................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 51
1. Sejarah Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang ........... 51
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang . 51
3. Tujuan Majelis Taklim Al-Hdayah Pondok Pinang ............ 51
4. Struktur Organisasi .............................................................. 51
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis .......... 53
1. Uji Validitas ......................................................................... 53
2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 58
3. Uji Prasyarat Analisis .......................................................... 58
a. Uji Normalitas................................................................ 59
b. Uji Homogenitas ............................................................ 60
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .................................. 61
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 62
1. Interpretasi Data ................................................................... 62
2. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 62
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 65
B. Implikasi .................................................................................... 65
vii
C. Saran .......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu Efita Sari, dijelaskan
bahwa manusia merupakan makhluk yang menyukai materi yang bersifat fana
namun manusia juga merupakan makhluk spiritual yang cenderung kepada
sifat kerohanian sehingga dalam hidupnya manusia dipengaruhi oleh dua
unsur ini, senang pada dunia dan butuh kerohanian.1 Dalam mencapai apa
yang disenanginya, manusia harus mengorbankan sesuatu. Dan jika tidak
berhasil mendapatkannya, maka akan muncul rasa ketidakbahagiaan pada
manusia.
1 Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengamalan Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majelisul
Dzakirin Kamulan Durenan Trenggalek.(Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2015), h.1
2
Ibid, h. 2
1
stress dan depresi. Melihat kenyataan seperti itu, seseorang yang telah
mencapai puncak kenikmatan materi justru dihadapi rasa cemas. Beragam
permasalahan tersebut berakibat buruk pada kesehatan mental individu yang
akan berujung pada adanya gangguan mental atau kejiwaan. 3 Suharjo dan
Cahyono dalam bukunya menjelaskan bahwa hampir semua manusia pernah
mengalami kecemasan. Rasa cemas timbul ketika seseorang dihadapkan pada
tugas yang melebihi batas kemampuannya 4.
2
mendapatkan kepuasan, kegembiraan dan kelezatan jika berada di hadapan
Allah swt. 6
3
termasuk di dalamnya pembacaan dan pemahaman teks kitab suci al-Qur’an
dengan kecemasan.
9 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur‟an: Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern,
(Jakarta: Paramedina, 2000), h.13
10 Ibid, h.4
4
terhindar dari keterpurukan dan perasaan yang menekannya. Semua persoalan
hidup yang dialami seorang muslim, diadukan kepada Tuhannya, sehingga
zikir, doa dan tilawah al-Qur’an didengar oleh Allah. Dari sini akan
muncullah ketenangan batin dan ketentraman jiwa.11
B. Identifikasi Masalah
5
C. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini akan fokus pada kegiatan membaca al-Qur’an yang
dilakukan di Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan.
2. Objek pada penelitian ini yaitu jama‟ah yang berusia 40 tahun keatas
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Apakah terdapat hubungan
membaca Al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa para jama’ah majelis
taklim Al-Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan?”
E. Tujuan Penelitian
Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan kegiatan
membaca al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa para jama’ah Majelis Taklim
Al-Hidayah Pondok-Pinang Jakarta Selatan
F. Manfaat Penelitian
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegiatan Membaca Al-Qur’an
1. Definisi Al-Qur’an dan Hukum Membacanya
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab qara’a- yaqra’u-
qiraa’atan-waqur’aanan yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini
menyiratkan anjuran kepada umat Islam untuk membaca al-Qur’an. Juga
bentuk mashdar dari al-qiraa’atu yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan.12 Al-Qur’an dikatakan menghimpun, sebab huruf-hurufnya
seolah-olah terhimpun dari beberapa huruf, kata, hingga menjadi kalimat.
Dimana susunannya sangat tertib. Oleh karena itu, pembacaan al-Qur’an
harus sesuai dengan makhraj-nya, dipahami, dan diamalkan isi
kandungannya.
12 Moch. Tolchah, Aneka Pengkajian Studi Al-Qur‟an. (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara,
2016), h. 93
13 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahannya,
(Jakarta: Lentera Optima Pustaka: 2017), h. 578
14 Ridhoul Wahidi, M. Syukron Maksum, Beli Surga dengan Al-Qur‟an: Kumpulan Dalil
dan Kisah Luar Biasa Pembaca dan Penghafal Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Mutiara Media,
2010), h. 11
7
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
penutup yaitu Muhammad Saw. selama 23 tahun dan diturunkan dengan
berangsur-angsur. Membaca al-Qur’an merupakan sebuah kewajiban bagi
setiap muslim. Karena membaca al-Qur’an merupakan pintu awal dalam
memahami, merenungkan hingga mengamalkan isinya sebagai pedoman
hidup, bahkan sebagai umat muslim kita dianjurkan untuk menghafalkan
al-Qur’an.
15 Syamsudin Arif, Al-Qur‟an dan Serangan Orientalis. (Al Insan, vol.1, 2005), h.64
16 M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, Vol.
13, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), h.57
8
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S.
Al-‘Alaq: 1-5)17
ۡ ِ ۡٱتل مآ أ
ۡ ُوحي إِل
َّ ب َوأَقِِم
٤٥ ... َٱلصلَ َٰوة ِ َك ِمن ٱل ِك َٰت
َ َ ي َ َ َُ
‘Ankabut ayat 45 merupakan األمر yang berarti perintah dari Allah. األمر
ialah tuntutan kewajiban mengerjakan daripada tidak mengerjakan. Oleh
karena itu, apabila Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk
mengerjakan suatu perbuatan artinya menunjukkan kepada kewajiban
mematuhi perintah-Nya.22 Jika seseorang sudah mukallaf, lalu perintah
Allah dikerjakan, maka ia akan mendapatkan pahala. Namun jika ia
tinggalkan, maka ia akan berdosa. Ayat al-Qur’an di atas menjelaskan
bahwa hukum membaca al-Qur’an yaitu wajib bagi umat Islam.
Hukum membaca al-Qur’an tidak hanya terdapat dalam al-
Qur’an, melainkan juga terdapat pada Hadis. Hadis menjelaskan hukum
membaca al-Qur’an sebagai berikut:
22
Ibid, h. 303
23
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin Bard
Dzabah al-Bukhari al-Ja‟fiy, Shahih Bukhari, Jus V, (Semarang: al-Maktabah Thoha Putra, t.t),
h.108
10
يع بر ُن ََنفِع َحدَّثَنَا ُم َعا ِويَةُ يَ رع ِِن ابر َن َّ اْلَ َس ُن بر ُن َعلِي ا رْلُلر َوِاِنُّ َحدَّثَنَا أَبُو تَ روبََة َو ُه َو
ُ ِالرب َح َّدثَِِن ر
َّلل َِّ َاهلِي قَا َ َِسع رسو ِ ِ
َ َّا َُ ُ ر ُّ ََس ََّّلم َع رن َزيرد أَنَّهُ َس َع أ ََ ا َس ََّّلم يَ ُقو ُ َح َّدثَِِن أَبُو أ َُم َام َة الرب
...َل َحابِِه ِ ِ ِ ِ ِ َّ
اَُّ َعلَريه َو َسلَّ َم يَ ُقو ُ اقر َرءُوا الر ُق ررآ َن فَِإنَّهُ ََيرِِت يَ روَم الرقيَ َامة َشف ًيعا ۡل ر
Telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin Ali Al Hulwani telah
menceritakan kepada kami Abu Taubah ia adalah Ar Rabi' bin Nafi', telah
menceritakan kepada kami Mu'awiyah yakni Ibnu Sallam, dari Zaid
bahwa ia mendengar Abu Sallam berkata, telah menceritakan kepadaku
Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah al-Qur’an, karena ia
akan datang memberi syafa‟at kepada para pembacanya pada hari kiamat
nanti (HR. Muslim)24
Hadis ini mengandung perintah dari Rasulullah Saw. untuk
ْ
membaca al-Qur’an. Perintah tersebut dilihat dari kata اق َر ُءوا yang
merupakan ( األمرperintah).
Berdasarkan teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah Swt.
menurunkan wahyu berupa al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw.
melalui malaikat Jibril di Gua Hira secara berangsur-angsur. Allah Swt.
memerintahkan kepada umat muslim agar membaca al-Qur’an. Selain
mendapatkan pahala, al-Qur’an juga memiliki pesan berupa pegangan
hidup manusia sepanjang zaman.
24 Kutubut Tis‟ah Shahih Muslim, Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar,
bab: Keutamaan membaca Al-Qur‟an dan surat al Baqarah. (Pustaka Islam, nomor 1337)
11
kalangan muslim, pria ataupun wanita yang tidak memerlukan al-Qur’an.
Dengan al-Qur’an, seseorang memiliki jawaban atas pertanyaan halal dan
haram. Di dalam al-Qur’an dijelaskan masalah peribadatan, muamalat, adab
dan akhlak, dorongan meningkatkan amal saleh, peneguhan pilar-pilar iman,
peringatan menjauhi dosa maksiat dan kemalasan, berita dari masa depan yang
akan dihadapi umat manusia di akhirat.25
Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya dijelaskan bahwa di dalam al-Qur’an
terdapat pembelajaran mengenai ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan
lain-lain. Al-Qur’an terjamin kesuciannya, hanya malaikat al-Muqarrabiin
yang pernah menyentuhnya dari Lauh Mahfuz, yaitu malaikat Jibril.26
Berikut merupakan keutamaan dan manfaat membaca al-Qur’an:
a. Sebagai Petunjuk/Pedoman Hidup bagi Manusia
Berdasarkan pernyataan Az Zuhaili di atas, al-Qur’an memiliki
keutamaan dan manfaat sebagai petunjuk bagi umat manusia. Dalam
menjalani kehidupan, manusia sering dihadapkan pada suatu permasalahan
antara yang baik dan yang buruk, halal dan haram, dan permasalahannya
pun berbeda-beda, ada permasalahan tentang ibadah, hubungan sosial,
adab dan akhlak, amal shaleh, keimanan, dan sebagainya, semua terdapat
penjelasannya di dalam al-Qur’an.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Isra ayat 9-10 sebagai berikut:
25 Wahbah Az Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim. (Jakarta: Mizan Media Utama, cet.1,
2013), h.226
26 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi Yang
Disempurnakan), loc.cit, h.654.
12
mengerjakan amal shaleh bahwa sungguh (telah disiapkan) untuk mereka
pahala yang besar. Dan sungguh orang-orang yang tidak beriman kepada
akhirat telah kami siapkan untuk mereka siksaan yang pedih.” (Q.S. Al-
Isra’ 9-10)
Menurut Yani dalam 160 Materi Dakwah Pilihan bahwasanya al-
Qur’an memiliki fungsi sebagai petunjuk. Jika manusia hidup di bawah
naungan al-Qur’an, maka ia akan terbimbing dan terhindar dari kesesatan.27
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 185 sebagai berikut:
27 Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan, (Jakarta: Al Qalam, 2006, cet.6), h.69
28 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid,
(Bandung: PT. Cordoba Internasional Indonesia), cet.1, 2012), h.28
13
baik di dunia maupun di akhirat. Setiap manusia yang membaca al-Qur’an
akan dinilai pahala oleh Allah Swt.29
“Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (Q.S. Al-
Waqiah: 77) 30
29
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan), loc.cit, h.654
30
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit, h.538
31
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan), loc.cit, h.9
32
Ibid, h.277
14
menjadi pemimpin berbagai bangsa dan Allah mengangkat derajat mereka
dengan turunnya al-Qur’an.
١٢ ني إََِّل َخ َس ًارا ِ َِٰ ُ ونُنَ ِزُ ِمن ۡٱل ُق ۡرء ِان ما هو ِش َفآء ور ۡۡحةٌ لِ ۡلم ۡؤِمنِني وََل ي ِز
َ يد ٱلظَّلم َ َ َ ُ َ ََ ٌ َ ُ َ َ َ َ
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al-
Isra’ : 82)34
33
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan), op.cit, h.532
34
Kementerian Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit,
h.291
35
Ibid, h.532
15
menaruh perhatian besar pada al-Qur’an sehingga dapat terbebas dari
kebodohon.
Hal ini memperingatkan kepada kamu muslimin bahwa jika
seseorang berpegang teguh pada ajaran al-Qur’an, maka ia akan terbebas
dari berbagai penyakit. Seperti sifat zalim (ingkar, syirik, munafik), cinta
dunia, tunduk pada hawa nafsu.
َج ًيعا َع رن أَِِب َع َوانَةَ قَا َ ابر ُن عُبَ ريد َحدَّثَنَا أَبُو َِ ي ُّ َحدَّثَنَا قُتَ ري بَةُ بر ُن َسعِيد َو ُُمَ َّم ُد بر ُن عُبَ ريد الرغََُِب
َّلل َِّ ُ عوانََة عن قَتاد َة عن زرارَة ب ِن أَو ََف عن سع ِد ب ِن ِهشام عن عائِش َة قَالَ قَا َ رسو
َ َّا َُ ر َ َ َ َ َ ر َ َ َ ر َُ َ ر ر َ ر َ ر ر َ َ ر
الس َفَرِة الر ِكَرِام الرَََبَرِة َوالَّ ِذي يَ رقَرأُ الر ُق ررآ َن َويَتَ تَ رعتَ ُع فِ ِيه َو ُه َو
َّ آن َم َع ِ اهر ِ الر ُقر ِ
اَُّ َعلَريه َو َسلَّ َم الر َم ُ ر
ِ َّ
َجَر ِان و َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بر ُن الر ُمثَ ََّّن َحدَّثَنَا ابر ُن أَِِب َع ِدي َع رن َسعِيد ح و َحدَّثَنَا اق لَهُ أ ر ٌّ َعلَري ِه َش
َ اۡل رسنَ ِاد و قَا َِّستَ وائِ ِي كِ ََّل ُُهَا َع رن قَتَ َادةَ ِِبَ َذا ر ِ ِ
َ يع َع رن ه َشام الد ر ٌ أَبُو بَ رك ِر بر ُن أَِِب َشري بَةَ َحدَّثَنَا َوك
.َجَر ِان ِ ِ ِ ِ ِ
ِِف َحديث َوكيع َوالَّذي يَ رقَرأُ َو ُه َو يَ رشتَ ُّد َعلَريه لَهُ أ ر
36
Manna Khalil Al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an oleh Mudzakir AS. (Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2013), h.393.
16
Ubaid - berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari
Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin
yang mahir membaca Al-Qur‟an, maka kedudukannya di akhirat ditemani
oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca al- Qur’an
dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala."
Dalam jalur lain; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-
Mutsanna telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Sa'id dan
diganti dengan jalur periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari
Hisyam Ad Dastawa'i keduanya dari Qatadah dengan isnad ini. Dan ia
berkata dalam haditsnya Waki'; "Dan orang yang membaca al-Qur’an
sedang ia kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala.” (HR.
Muslim)37
الَبَرِة َوالَّ ِذي يَ رقَرأُ الر ُق ررآ َن َويَتَ تَ رعتَ ُع فِ ِيه َو ُه َو َعلَري ِه ِ ِ ِ َّ اهر بِِه مع
ََ الس َفَرة الكَرام
ِ ِ
َ َ ٌ الَّذي يَ رقَرأُ ال ُق ررآ َن َو ُه َو َم
أجَر ِاناق لَهُ ر ٌّ َش
37
Kutubut Tis‟ah Shahih Muslim, Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, bab
Keutamaan orang yang mahir dalam membaca Al-Qur‟an dan orang yang terbata-bata (Pustaka
Islam, nomor 1329)
38
Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin II. (Semarang: PT.Karya Toha Putra, 2004),
h. 54.
17
َج ًيعا َع رن أَِِب َع َوانَةَ قَا َ ابر ُن عُبَ ريد َحدَّثَنَا أَبُو َِ ي ُّ َحدَّثَنَا قُتَ ري بَةُ بر ُن َسعِيد َو ُُمَ َّم ُد بر ُن عُبَ ريد الرغََُِب
َّلل َِّ ُ عوانََة عن قَتادةَ عن زرارةَ ب ِن أَو ََف عن سع ِد ب ِن ِهشام عن عائِش َة قَالَ قَا َ رسو
َ َّا َُ ر َ َ َ َ َ ر َ َ َ ر َُ َ ر ر َ ر َ ر ر َ َ ر
الس َفَرِة الر ِكَرِام الرَََبَرِة َوالَّ ِذي يَ رقَرأُ الر ُق ررآ َن َويَتَ تَ رعتَ ُع فِ ِيه َو ُه َو
َّ آن َم َع ِ اهر ِ الر ُقر ِ
اَُّ َعلَريه َو َسلَّ َم الر َم ُ ر
ِ َّ
َجَر ِان و َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بر ُن الر ُمثَ ََّّن َحدَّثَنَا ابر ُن أَِِب َع ِدي َع رن َسعِيد ح و َحدَّثَنَا اق لَهُ أ ر ٌّ َعلَري ِه َش
َ اۡل رسنَ ِاد و قَا َِّستَ وائِ ِي كِ ََّل ُُهَا َع رن قَتَ َادةَ ِِبَ َذا ر ِ ِ
َ يع َع رن ه َشام الد ر ٌ أَبُو بَ رك ِر بر ُن أَِِب َشري بَ َة َحدَّثَنَا َوك
ِ ِ ِ ِ ِ
( )رواه البخاري.َجَران ِِف َحديث َوكيع َوالَّذي يَ رقَرأُ َو ُه َو يَ رشتَ ُّد َعلَريه لَهُ أ ر
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin
Ubaid Al Ghubari semuanya dari Abu 'Awanah - Ibnu Ubaid - berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin
Aufa dari Sa'd bin Hisyam dari 'Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang mahir membaca al-Qur’an,
maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan
orang yang membaca al-Qur’an dengan gagap, ia sulit dalam
membacanya, maka ia mendapat dua pahala." Dalam jalur lain; telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adi dari Sa'id dan diganti dengan jalur
periwayatan lain, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu
Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Hisyam Ad Dastawa'i
keduanya dari Qatadah dengan isnad ini. Dan ia berkata dalam haditsnya
Waki'; "Dan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia kesulitan dalam
membacanya, maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari)39
Hadits pertama menjelaskan bahwa orang membaca al-Qur’an
dengan pandai, maka akan bersama-sama dengan malaikat yang mulia dan
taat. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an namun kurang pandai,
maka akan tetap mendapatkan dua pahala. Dijelaskan dalam Tanbihul
Ghafilin: Nasehat Bagi yang Lalai, bahwa setiap huruf bacaan al-Qur’an
39
Kutubut Tis‟ah Shahih Bukhari, Keutamaan Al-Qur‟an, bab: Iri dengan Ahli Al-Qur‟an.
(Pustaka Islam, nomor 4637)
18
bernilai sepuluh kebaikan. Contohnya huruf alif bernilai sepuluh, lam
bernilai sepuluh dan mim bernilai sepuluh.40
Dari hadits di atas, seseorang diperbolehkan merasa iri di hatinya
kepada dua hal, yaitu kepada orang yang mampu membaca dan memahami
al-Qur’an, dan orang yang membaca serta mengamalkannya di setiap
waktu.
Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an merupakan
sumber pokok ajaran Islam yang menjadi kebutuhan bagi setiap umat
muslim. Banyak ilmu dan pelajaran penting yang dapat diambil dari al-
Qur’an. Sehingga seluruh umat muslim yang ada di muka bumi dianjurkan
untuk membaca, mempelajari, dan mengamalkannya.
40
Al Faqih Az Zahid Abul Laits Nashr bin Ibrahim As Samarqandi, Nasehat bagi yang
Lalai, terj.dari Tanbihul Ghafilin oleh Abu Juhaidah. (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.170
41
Abdud Daim Al-Kahil, Easy Metode Mudah Menghafal Al-Quran, (Etoz Publishing,
2010) h. 122-126.
42
Abdud Daim Al-Kahil, Easy Metode Mudah Menghafal Al-Quran, h.122-126
19
menghadap ke baitul maqdis. Beliau menghadapkan wajahnya ke langit
sembari menunggu izin dari Allah Swt. kemudian Allah mengabulkan
harapannya sebagai bentuk kecintaan Allah kepada Rasulullah Saw. 43
f. Berlindung diri kepada Allah dari setan terkutuk (membaca ta’awwudz).
g. Membaca “bismillahirrahmanirrahim” jika memulai dari awal surat.
h. Membaca dengan tartil, membacanya dengan biasa dan pelan, karena
maksud dalam membaca adalah tadabbur (memahami) dan tadabbur tidak
akan tercapai jika dengan tergesa-gesa.
ۡ
٤ أ َۡو ِز ۡد َعلَ ۡي ِه َوَرتِ ِل ٱل ُق ۡرءَا َن تَ ۡرتِ ًيَّل
“Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan.” (Al-Muzammil ayat 4)44
Membaca al-Qur’an dengan tartil artinya dengan perlahan-lahan,
tidak terburu-buru. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al Isra’ ayat 106,
ۡ ۡ
ِ َوقُ ۡرءَ ًاَن فَ َرۡق َٰنَهُ لِتَ ۡقَرأَهُۥ َعلَ ٱلن
٧١١ َّاس َعلَ َٰ ُمكث َونََّزل َٰنَهُ تَن ِز ًيَّل
Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, dari Musa bin Ali,
dari ayahnya, dari Uqbah, dari Rasulullah Saw. seperti redaksi hadits di atas,
namun dia berkata,
20
i. Menggunakan pikiran dan pemahamannya hingga mengetahui maksud dari
bacaan al-Qur’an yang sedang dibacanya.
j. Memohon kepada Allah ketika membaca ayat-ayat rahmah (kasih sayang),
berlindung kepada Allah ketika membaca ayat-ayat adzab, bertasbih ketika
membaca ayat-ayat pujian dan bersujud ketika diperintahkan untuk sujud.
k. Melaksanakan hak setiap hurufnya hingga ucapannya menjadi jelas
dengan lafal yang sempurna, karena setiap hurufnya mengandung
sebanyak sepuluh kebaikan.
l. Tetap kontinyu dalam kekhusyukan dan sakinah serta tentram ketika
tilawah.
m. Membaca sesuai kaidah tajwid. Salah seorang penyair berkata dengan
syairnya: Menggunakan tajwid adalah kewajiban yang lazim, Barangsiapa
yang tidak menggunakan tajwid dalam membaca al-Qur’an, maka dia
berdosa.
n. Tidak mengomentari bacaan al-Qur’an dengan perkataan sendiri, seperti
ucapan sebagian mereka yang mengatakan, “Allah, Allah atau ulangi-
ulangi atau yang semisal dengan itu”. Kemudian yang dituntut dari
pendengar al-Qur’an adalah mentadabburinya, diam (tenang), dan khusyuk
dalam menyimak.
o. Mendengar dan diam ketika ada yang membaca al-Qur’an serta tidak
memutuskan bacaan dengan perkataan yang tidak ada faedahnya.
p. Menjaga al-Qur’an dengan selalu membacanya dan berusaha agar jangan
sampai melupakannya. Maka, hendaknya tidak melewatkan seharipun
tanpa membaca sebagian al-Qur’an hingga tidak melupakannya dan jangan
sampai menjauhkan diri dari mushaf. Kemudian lebih bagus lagi jika
setiap hari membaca tidak kurang dari satu juz al-Qur'an dan
mengkhatamkannya dalam sebulan minimal sekali khataman.
45
Ibnu Katsir, Fadhail Al-Qur‟an; Keajaiban dan Keistimewaan Al-Qur‟an, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2012), h.287.
21
q. Menghormati mushaf, sehingga jangan diletakkan di atas tanah atau jangan
meletakkan sesuatu di atasnya dan jangan melemparkannya kepada teman
yang ingin mengambilnya (meminjam).
r. Hendaknya berkumpul dan berdo’a ketika telah khatam al-Qur’an, karena
hal itu disunnahkan.
46
Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Quran untuk Pemula, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2008), h. 66
47
Wahbah Az Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim. loc.cit, h.226
22
wasallam bersabda: "Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang memberi
syafa’at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti..”48
٣١ وراج ۡ وقا ٱلرسو يَٰر ِب إِ َّن ق ۡوِمي َّٱَّتذوا َٰهذا ۡٱلق ۡرءان م
ه
ً ُ َ َ َ ُ َ َ َُ ر َ ََ ُ ُ َّ َ َ َ
“Dan Rasul berkata, „Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah
menjadikan al-Qur’an ini diabaikan.” (Q.S. Al Furqan ayat 30)49
Selain firman Allah Swt. Rasulullah Saw. juga menjelaskan mengenai
perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dengan yang tidak membaca
al-Qur’an sebagai berikut:
“Sungguh, orang yang hatinya tidak sedikit pun berisi al-Qur’an, tidak hafal
ayat-ayat al-Qur’an walau sedikit, maka ia seperti rumah ambruk.”
Orang yang tidak membaca al-Qur’an sedikit pun, dan tidak memiliki
hafalan al-Qur’an sedikit pun, maka keadaan pribadinya menjadi kosong dari
tuntunan al-Qur’an dan diibaratkan seperti rumah yang ambruk.
48
Kutubut Tis‟ah Shahih Muslim, Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, bab:
Keutamaan membaca Al-Qur‟an dan surat al Baqarah. (Pustaka Islam, nomor 1337)
49
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Terjemah dan Tajwid, loc.cit, h.362
23
Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an, maka akan terus menapaki
jalan meningkat, ia akan terus mendapat kenaikan derajat di sisi Allah sebagai
penghargaan.50
َّ س بر ِن َمالِك أ
َن ِ َيد بر ُن ُزَريرع قَا َ َح َّدثَنَا َسعِي ٌد َع رن قَتَ َاد َة َع رن أَن ُ َخ َََبََن َع رم ُرو بر ُن َعلِي قَا َ َحدَّثَنَا يَِز أر
اَُّ َعلَري ِه َو َسلَّ َم َمثَ ُل الر ُم رؤِم ِن الَّ ِذي يَ رقَرأُ الر ُق ررآ َن َمثَ ُل
َّ َّلل َ َّا
َِّ ُ ي قَا َ قَا َ رسو
َُ َّ وس راۡلَ رش َع ِر َ أ ََ ا ُم
ِ ِ ِ
بٌ ِب َوَمثَ ُل الر ُم رؤم ِن الَّذي ََل يَ رقَرأُ الر ُق ررآ َن َك َمثَ ِل الت رَّمَرِة طَ رع ُم َها طَي ٌ ِب َوِرحيُ َها طَي ٌ ِراۡلُتر ُر َّجة طَ رع ُم َها طَي
ب َوطَ رع ُم َها ُمٌّر َوَمثَ ُل الر ُمنَافِ ِق ِ َّ وََل ِريح ََلا ومثَل الرمنَافِ ِق الَّ ِذي ي رقرأُ الر ُقرآ َن َكمثَ ِل
ٌ ِالررحيَانَة ِرحيُ َها طَي َ ََ ر ُ ُ ََ َ َ َ
ِ ِ ِ َّ
يح ََلَاَ الذي ََل يَ رقَرأُ الر ُق ررآ َن َك َمثَ ِل ا رْلَرنظَلَة طَ رع ُم َها ُمٌّر َوََل ر
“Telah mengkabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai', dia berkata; telah menceritakan
kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik bahwa Abu Musa Al
Asy'ari berkata; "Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan seorang mukmin
yang membaca Al-Qur‟an adalah seperti buah Utrujah, rasanya enak dan
baunya wangi. Sedang permisalan seorang mukmin yang tidak membaca
Al-Qur‟an adalah seperti buah kurma, rasanya enak dan tidak berbau.
Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur‟an adalah seperti
tumbuhan Raihanah, baunya harum dan rasanya pahit. Dan permisalan
orang munafik yang tidak membaca Al-Qur‟an adalah seperti Hanzhalah
(sejenis labu), rasanya pahit dan tidak berbau.” (HR. An Nasa‟i)51
50
Wahbah Az Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim. loc.cit, h.230
51
Kutubut Tis‟ah An Nasa‟I, Iman dan syareatnya, bab: Perumpamaan pembaca alquran,
mukmin dan munafik (Pustaka Islam, nomor 4962)
24
B. Ketenangan Jiwa
1. Pengertian ketenangan jiwa
Kata jiwa terdiri dari kata "ketenangan" dan "jiwa". Ketenangan
berasal dari kata "tenang" yang mendapat awalan "ke" dan akhiran "an"
tenang berarti diam tidak berubah-ubah (diam tidak bergerak-gerak), tidak
gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tentram (tentang
perasaan hati, keadaan dan sebagainya). Tenang, ketentraman hati, batin,
pikiran.52 Sedangkan kata jiwa secara bahasa berasal dari kata "psyche"
yang berarti jiwa/nyawa atau alat untuk berfikir.53 Dalam bahasa Arab
sering disebut dengan "an-nafs".54 Jiwa adalah seluruh kehidupan batin
manusia yang menjadi unsur kehidupan, daya rohaniah yang abstrak yang
berfungsi sebagai penggerak manusia dan menjadi simbol kesempurnaan
manusia (yang terjadi dari hati, perasaan, pikiran dan angan-angan). Kata
jiwa juga dapat diartikan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat, serta lingkungan dimana ia
hidup. Sehingga, orang dapat menguasai segala faktor dalam
kehidupannya dan menghindarkan tekanan-tekanan perasaan yang
membawa kepada frustasi.55
Pada umumnya, orang yang sedang menderita sakit diliputi oleh
rasa cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain berobat pada ahlinya, maka
membaca al-Qur’an merupakan langkah yang dapat menenangkan jiwa
yang bersangkutan.
ۡ ِ ۡ ِ ۡ ِ ِ ِِۗ ۡ ِ ِ ِ ۡ ِ َّ
٢١ وبل
ُ ق ٱل ن
ُ ُ ُّ َ َئ مطت َّٱ
َّ ِ
ر كذ ب ََل
َ أ َّٱ
َّ ِ
ر كذ ب مُُ ُ ُّ َ َين ءَ َامنُوار َوت
وِبل
ُ ق نئ مط َ ٱلذ
52
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Cet. Iv, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 927.
53
Irwanto,Dkk,Psikologi Umum,(Jakarta:Gramedia,1989), h. 3
54
Mahmud Yunus, Kamus Arab–Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
Penerjemah/Penafsiran Al-Quran, T.Th), h. 426
55
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Cet. 9, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 11-12.
25
“(yaitu) orang-orang yang beriman di hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra'ad:28)56
56
Kementerian Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur‟an dan Terjemahan, loc.cit, h.
253
57
Ibid., h. 595
58
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 4-7.
26
a. Bisa menyesuaikan diri
b. Merasa bahagia dengan dirinya sendiri
c. Merasa bahagia dengan orang lain
d. Mampu Merealisasikan diri dan bisa memanfaatkan kemampuan
e. Mampu menghadapi tuntutan hidup
f. Memiliki jiwa yang integral (mampu melaksanakan fungsi secara
sempurna sesuai dengan kepribadian yang integral dengan segala
aspeknya, baik secara jasmaniah, rasional, emosional, maupun sosial,
bisa menikmati kesehatan dan fenomena-fenomena perkembangan
jasmani serta rohani).
g. Berperilaku normal
h. Mampu hidup dengan damai.
59
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Cet. IV, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1982), h. 52.
27
mulai mengenal dan menjalakan agama, ketenangan jiwa akan
datang.60
Pelaksanaan agama dalam kehidupan dapat membentengi kita
dari gangguan jiwa, karena kegelisahan, Kecemasan umumnya datang
dari ketidakpuasan atau kekecewaan-kekecewaan, sedangkan agama
dapat menolong kita untuk menerima kekecewaan sementara dengan
jalan memohon ridha Allah. Dengan jalan shalat, membaca al-Qur’an,
serta berdoa merupakan cara pelegaan batin yang akan mengembalikan
ketenangan dan ketentraman jiwa, karena semakin dekat seseorang
kepada Tuhannya. Dan semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin
tentram jiwanya serta semakin mampu ia menghadapi kekecewaan dan
kesukaran-kesukaran dalam hidup. Dan demikian pula sebaliknya,
semakin jauh kita dari agama akan semakin susah baginya untuk
mencari ketentraman batin. 61
29
harta kekayaan mereka, namun kekayaan yang mereka miliki tidak bisa
menjadikan jiwa mereka menjadi tenang. Akan tetapi sebaliknya, justru
harta kekayaan yang mereka kumpulkan membuat mereka lalai, lupa dan
sibuk untuk senantiasa mengejar kekurangan, hal ini karena berapapun
harta benda dan kekayaan yang mereka miliki masih saja mereka anggap
masih kurang.
Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan jiwa yang
merupakan suatu anugerah dari Allah Swt. yang sangat berharga. Setiap
orang pasti menginginkannya, namun hanya sedikit sekali orang yang
mendapatkannya. Hal ini dikarenakan banyak manusia yang melupakan
pencipta-Nya, dan melupakan zat pemberi kebahagiaan, dan melupakan
tentang zat sang pencipta yang merupakan ketenangan di dalam jiwa atau
hati yang sebenarnya.63
b. Rasa kasih sayang
Rasa kasih sayang adalah suatu sikap saling menghormati dan
mengasihi semua ciptaan Tuhan, baik makhluk hidup maupun benda mati
seperti menyayangi diri sendiri berlandaskan hati nurani yang luhur. Rasa
kasih sayang bisa didapat dari mana saja, salah satunya adalah ketika
membaca al-Qur’an. Rasa kasih sayang tersebut dirasakan oleh orang yang
membaca al-Qur’an dengan niat ikhlas, maka akan merasakan
selalu disayangi oleh Allah Swt.64
c. Rasa aman
Rasa aman adalah rasa tanpa ada kekhawatiran pada suatu hal dan
hidup tanpa ada rasa takut dengan kondisi kondusif. Hak atas rasa aman
merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar. Setiap
manusia pasti membutuhkan hak atas rasa aman terhadap dirinya, dalam
hal ini keamanan adalah komponen penting untuk menciptakan keadaan
agar terpenuhinya hak atas rasa aman pada masyarakat yang ada.
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman
63
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, h. 33-34.
64
K. Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya, (Bandung:
Angkasa, 1993), h. 48-49.
30
fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-
daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas,
bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda
dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara
total..65
d. Rasa harga diri
Harga diri (self esteem) adalah pandangan keseluruhan dari
individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan
martabat diri atau gambaran diri. Seseorang yang tidak memiliki harga diri
akan selalu merasakan rendah diri. Rendah diri yang menetap dan
berlebihan mungkin diakibatkan oleh prestasi yang buruk, depresi, dan
tindak kejahatan. Keseriusan problem ini akan tergantung bukan hanya
kepada sifat dari rasa rendah diri individu, tetapi pada kondisi lainnya.
Saat perasaan rendah diri diiringi dengan kesulitan pada masa transisi atau
problem keluarga,.66
e. Rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu dapat merupakan sumber dari adanya kreativitas
seseorang terhadap lingkungannya sehingga menciptakan pribadi yang
produktif dan mampu bersaing dalam perkembangan lingkungan
sekelilingnya. Dalam keseharian, rasa ingin tahu identik dengan
perkembangan kreatif seseorang yang menentukan bagaimana seseorang
tersebut dapat memberikan penjelasan mengenai apa yang ditangkapnya
dari materi pelajaran yang diberikan. Dalam perkembangannya, perasaan
ingin mengetahui segala hal yang baru ini akan menjadi modal utama bagi
seseorang untuk lebih mudah mewujudkan apa yang ada dalam benak
mereka, yaitu sebuah gagasan untuk dijadikan kenyataan. Rasa
keingintahuan yang besar adalah landasan untuk menjadi seorang dengan
65
Adeng Mukhtar Ghazali, Antropologi Agama: Upaya Memahami Keragaman
Kepercayaan, Keyakinan dan Agama, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 81-82.
66
K. Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya, h. 50-51.
31
ide-ide cemerlang, yang selanjutnya akan mempengaruhi kecerdasan
seorang anak.67
Berdasarkan teori di atas, aspek-aspek ketenangan jiwa meliputi
aspek kebahagiaan, rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, dan rasa
ingin tahu. Seseorang merasa tenang jika mendapatkan kebahagiaan dalam
hidupnya, mendapatkan kasih sayang dari orang lain, hidup dengan aman,
dirinya dihargai dan dihormati, dan memiliki keingintahuan sehingga
mampu berkompetisi dengan orang lain melalui bakat yang dimilikinya.
C. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Sosial atau masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan
pendidikan terakhir, tetapi bersifat permanen dengan pendidiknya
masyarakat itu sendiri secara sosial kebudayaan adat istiadat dan kondisi
masyarakat setempat sebagai lingkungan material. Pendidikan terutama
dalam pergaulan masyarakat banyak sekali, seperti: (a) masjid, surau atau
langgar, musholla; (b) madrasah, pondok pesantren; (c)pengajian atau
maelis taklim; (d) kursus-kursus; dan (e) badan-badan pembinaan rohani
(biro pernikahan, biro konsultasi keagamaan dan lain-lainnya). 68
Majelis taklim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majelis dan
kata taklim. Dalam bahasa Arab kata majelis adalah bentuk isim makan
(kata tempat) kata kerja dari yang artinya tempat duduk, tempat sidang,
dewan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majelis yaitu pertemuan
(kumpulan) orang banyak, lembaga (organisasi) sebagai wadah
69
pengajian. Kata taklim atau ta’lim dalam bahasa arab merupakan masdar
67
Zakiah Daradjat, loc.cit, h. 38-40.
68
Abdul Kadir,dkk. Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta:Prenadamedia Group, cet.3, 2015)
h.170.
69
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998), h.545
32
Dari pengertian tentang majelis taklim di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa majelis merupakan tempat berkumpulnya seseorang
untuk melaksanakan kegiatan pengajaran atau pendidikan Islam untuk
mendukung pendidikan dalam masyarakat. Majelis taklim biasanya
dilaksanakan di masjid, mushalla, dan lain-lain.
2. Peranan Majelis Taklim
Majelis Taklim bila dilihat dari faktor organisasinya termasuk
organisasi pendidikan luar sekolah, yaitu pendidikan yang sifatnya non
formal, karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademik, lama
waktu belajar, tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan
sebagainya sebagaimana lembaga pndidikan formal yaitu sekolah. Pasda
umumnya, materi yang dipelajari dalam Majelis Taklim mencakup
pembacaan al-Qur’an serta tajwidnya, tafsir bersama ulum al-Qur’an,
hadits, fiqih serta usul fiqih, tauhid, dan akhlak.70
Majelis taklim mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah
masyarakat yaitu antara lain:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembngkan kehidupan
beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaka kepada
Allah Swt.
b. Sebagai taman rekreasi rohaniah.
c. Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.
d. Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi kehidupan
umat dan bangsa.
B. Penelitian yang Relevan
70
Andyka Putra, Fungsi Majelis Ta‟lim dalam Penyadaran Beragama, 2014,
(www.sumber-ilmu-islam.blogspot.com).
33
Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciseeng
Kabupaten Bogor 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Hasil
dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara intensitas kebiasaan
membaca al-Qur’an dengan fungsi kognitif (p=0,0001). Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 42 orang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Maula Fikri dengan judul
Pengaruh Membaca Al-Qur’an terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2012, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Hasil penelitian ini melaporkan
penurunan tekanan darah sistol dan diastol kelompok intervensi
(p<0.0,05) serta melaporkan perbedaan nilai tekanan darah yang
signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok (p,0.0,05).
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh membaca al-Qur’an
terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mudrika Haidar dengan judul
Pengaruh Membaca Al-Qur’an Terhadap Ketenangan Jiwa di Majelis
Taklim Al-Jihad Pondok Pinang Jakarta Selatan tahun 2017, Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an, 2017. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Hasil penelitian ini melaporkan taraf signifikansi
1% hasilnya (0,490 < 0,505), Ha-nya ditolak dan Ho-nya diterima. ini
berarti pada taraf signifikansi 1% tidak terdapat korelasi positif yang
signifikan antara (membaca al-Quran) dengan (ketenangan jiwa).
Maka kesimpulan yang ditarik pada penelitian ini yaitu terdapat
pengaruh positif yang sedang antara Membaca al-Quran Terhadap
ketenangan jiwa di Majelis Ta‟lim Al-Jihad Pondok Pinang, Jakarta
Selatan.
34
C. Kerangka Berpikir
Input
Melaksanakan kewajiban-Nya
Process
Jiwa tenang
Gambar 2.1 : (J.B. Suharjo dan B.Cahyono 2011; Ayu Efita Sari 2015;
Dorothy C. Finkelor, 2004)
35
Dengan berbagai permasalahan tersebut, maka majelis taklim
merupakan salah satu wadah dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
di atas melalui kegiatan spiritual seperti pengajian (kegiatan membaca al-
Qur’an).
Dengan mengikuti kegiatan yang ada pada majelis taklim tersebut,
masyarakat akan lebih taat pada Allah, dapat melaksanakan kewajibannya,
salah satunya yaitu dengan membaca al-Qur’an.
Apabila kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan baik, sesuai
tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw., maka masyarakat akan
meraih keutamaan membaca al-Qur’an. Diantaranya yaitu mendapatkan
pahala, mendapatkan rahmat dari Allah Swt., derajat diangkat oleh Allah
Swt., terhindar dari penyakit hati, hingga mendapatkan ketenangan jiwa.
D. Hipotesis Penelitian
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pondok Pinang. Jalan H.Eman, RT
001/RW006 Pondok Pinang Jakarta Selatan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penulisan tugas akhir ini sejak bulan Juli 2017 hingga
April 2019. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada saat sejak
awal bulan Agustus 2018 hingga awal bulan Maret 2019.
B. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 71 Metode
penelitian merupakan salah satu langkah yang penting dalam suatu
penelitian ilmiah.
Menurut Sugiyono dalam Metode Penelitian Pendidikan Pada
penelitian kali ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada
filsafat positivisme. Metode ini digunakan untuk meneliti pada sampel
atau populasi. Teknik kuantitatif biasanya dilakukan secara random.
Pengumpulan data ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket
pertanyaan, untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel
71
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2013), h. 3
37
dengan variabel yang lain. Dimana variabel X pada penelitian ini adalah
membaca al-Qur’an dan variabel Y adalah ketenangan jiwa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.73 Bila peneliti memiliki
keterbatasan dalam meneliti semua yang ada pada populasi, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut.
Untuk menentukan sampel yang diambil, peneliti
menggunakan teknik samping jenuh. Menurut Sugiyono, teknik
sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel.74 Biasanya penggunaan teknik
ini disebabkan karena jumlah populasi sedikit, kurang dari 30
orang. Karena populasi pada penelitian ini sejumlah 15 orang
(kurang dari 30 orang), maka penelitian ini menggunakan teknik
sampling jenuh.
72
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2013), h. 117
73
Ibid, h. 118
74
Ibid, h. 124
38
3. Variabel Penelitian
Secara teoritis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang
dengan yang lain, atau satu obyek dengan obyek yang lain.75 Variabel
merupakan atribut dari suatu bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
Dikatakan variabel dikarenakan memiliki variasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu
variabel independen/variabel bebas (x) dan variabel dependen/variabel
terikat (y). Adapun variabel independen yaitu kegiatan membaca al-Qur’an
dan variabel dependen yaitu ketenangan jiwa.
Berdasarkan teori di atas, variabel x pada penelitian ini berkaitan
dengan suatu kegiatan (membaca al-Qur’an). Dan variabel y yang
berkaitan dengan bidang keilmuan (Pendidikan Agama Islam dan ilmu
psikologi).
75
Ibid, h. 60
76
Ibid., h.203
39
responden, pemahaman tentang perilaku manusia, dan peneliti juga
dapat mengevaluasi apa yang ia teliti tersebut.
Observasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
gambaran umum seputar kegiatan membaca al-Qur’an di Majelis
Taklim Al-Hidayah Pondok Pinang Jakarta Selatan.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka atau (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon. Pada penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu wawancara tidak
terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.77
Pedoman wawancara yang digunakan pada wawancara tidak
terstruktur hanya berupa garis besar tentang masalah yang akan
ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur pada umumnya akan mendapatkan
informasi awal tentang bebagai masalah yang ada pada objek
penelitian, sehingga peneliti dapat menentukan masalah apa yang
harus diteliti
77
Ibid, h.197
40
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.78 Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya sejarah berdirinya Majelis Taklim Al-Hidayah Pondok
Pinang Jakarta Selatan, nama-nama para jama’ah, dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto kegiatan membaca
al-Qur’an di Majelis Taklim Al-Hidayah.
Melalui dokumentasi, peneliti akan mendapatkan data-data atau
berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
sebagai pelengkap hasil wawancara. Seperti sejarah berdirinya Majelis
Taklim Al-Hidayah, nama-nama para jama‟ah, dan lain-lain.
4. Angket
Yaitu teknik pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan. Dengan merujuk pada kisi-kisi instrumen yang telah
dibuat. Dalam penelitian ini, peneliti membuat angket sebanyak 50
pertanyaan, 25 butir soal untuk variabel x dan 25 butir soal untuk
variabel y.
Pada angket ini, jawaban setiap butir soal menggunakan skala
Likert. Dimana skala tersebut digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.79
Angket yang menggunakan skala Likert, memiliki empat pilihan
alternatif, yakni Selalu, Sering, Kadang-Kadang, dan Tidak Pernah.
Pernyataan-pernyataan yang disajikan ada yang bersifat favorable
(positif) dan non-favorable (negatif).
78
Ibid., h.329
79
Ibid., h.134
41
Tabel 3.1
Skor Jawaban Pertanyaan Angket
Pernyataan Favorable Pernyataan Non-Favorable
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-Kadang 2 Kadang-Kadang 3
Tidak Pernah 1 Tidak Pernah 4
a. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen-
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam
sudah banyak tersedia dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya.80
Berikut merupakan kisi-kisi instrumen penelitian tentang
kegiatan membaca al-Qur’an (x) dan ketenangan jiwa (y).
Tabel 3.2
INSTRUMEN PENELITIAN
Butir
No. Variabel Sub Pokok Indikator
Soal
VARIABEL Definisi al-Qur’an Meyakini kitab 1
(x) Kegiatan dan hukum suci al-Qur’an.
Membaca membacanya
al-Qur’an Meyakini
kewajiban
membaca al-
Qur’an sesuai 2
kaidah tajwid
80
Ibid, h. 148
42
Qur’an (sebagai
petunjuk,
membawa
kebahagiaan,
sebagai obat
dan penambah
pahala)
Adab membaca al- Bersungguh hati 2
Qur’an dan ikhlas
dalam membaca
al-Qur’an
Meninggalkan
perbuatan yang 2
sia-sia ketika
membaca al-
Qur’an
Menghadap ke
arah kiblat 1
ketika membaca
al-Qur’an
Membaca al- 1
Qur’an dalam
keadaan
berwudhu
Membaca
Ta’awwudz 1
sebelum
membaca al-
Qur’an.
Membaca al-
Qur’an dengan 1
Tartil, tanpa
terburu-buru
Membaca do’a
Setelah 1
membaca al-
Qur’an.
Kebiasaan membaca Memiliki 2
al-Qur’an semangat yang
tinggi dalam
43
membaca al-
Qur’an
Mempelajari isi 1
kandungan al-
Qur’an.
Meyakini 2
bahwa orang
yang
meninggalkan
al-Qur’an akan
berada dalam
kegelapan.
VARIABEL Ciri-ciri jiwa yang Mampu 2
(y) tenang menyesuaikan
Ketenangan diri terhadap
Jiwa lingkungan
Mampu
mengatasi 2
masalah
Merasa bahagia 3
dengan diri
sendiri
Merasa bahagia
bersama orang 3
lain
Hidup dengan
damai 4
Faktor-faktor yang Mampu 2
memengaruhi mengatasi
ketenangan jiwa masalah sesuai
dengan tuntunan
agama
Mampu
mengendalikan 2
sikap atau
emosi
Mampu
menjaga 2
44
hubungan sosial
dengan baik
terhadap orang
lain
Aspek-aspek Merasa bahagia 1
ketenangan jiwa dalam menjalani
kehidupan
Mendapatkan
kemananan 2
dalam menjalani
kehidupan
Merasa percaya
diri dalam 2
bersosial
81
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta; PT. Raja Grafindo persada,
2010), Cet. Ke-XXII, h.206
45
Keterangan:
rxy = Angkat indeks korelasi “r” product moment
N = Number of Cases (jumlah data)
∑xy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor
Y
∑x = Jumlah hasil skor X
∑y = Jumlah hasil skor Y 82
2) Reliabilitas Instrumen
82
Ibid, h.206
46
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun teknik
analisa data sebagai uji prasyarat adalah:
1. Uji Normalitas
Selain uji validitas dan uji reliabilitas, ada satu pengujian yang
biasa diterapkan pada sampel terlebih dahulu sebelum pengujian
hipotesis, yaitu uji normlaitas atau biasa dikenal juga dnegan uji
asumsi.83 Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini
menggunakan SPSS dengan metode uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Uji Homogenitas
83
Sufren dan yonathan Natanael, Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. (Jakarta:
Publisher Elex Media Komputindo, 2013)
84
Duwi Priyatno, SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis, (Yogyakarta: Andi Offset,
2014), h.134
85
Sahid Raharjo, SPSS Indonesia Olah Data Statistik dengan SPSS; Cara Melakukan Uji
Homogenitas dengan SPSS, 2014, (wwww.spssindonesia.com)
47
F. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis
1. Teknik Pengolahan data
Untuk memperoleh data dalam penulisan ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
86
Ibid., (wwww.spssindonesia.com)
48
0.05, maka tidak terdapat korelasi antara variabel (x) dengan
variabel (y).
b. Berdasarkan pedoman derajat hubungan:
Pedoman derajat hubungan ini mengacu pada pearson
correlation atau product moment.
Tabel 3.3
Interpretasi Data
Besarnya
“r” Product Interpretasi
Moment (rxy)
0,00-0,20 Antara Variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi atau
pengaruh antara variabel X dan variabel Y)
0,20-0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah
0,40-0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup
0,70-0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
0,90-1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
G. Hipotesis Statistik
49
Hipotesis Alternatif (Ha/H1) adalah hipotesis yang menyatakan
“keadaan” atau adanya hubungan antar variabel. Setiap pernyataan yang
diketahui dari status penelitian atau permasalahan, selalu tempatkan pada
H1 (Hipotesis Alternatif) dan Ho adalah merupakan kebalikannya.87
87
Albert Kurniawan, Belajar Mudah SPSS untuk Pemula. (Yogyakarta: Mediakom, 2009)
50
BAB V
KESMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara variabel
membaca al-Qur’an dan ketenangan jiwa lemah dan tidak signifikan. Artinya
hubungan membaca al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa sedikit atau rendah.
Hasil penelitian yang tidak signifikan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu kuranganya kesungguhan dari beberapa
jamaah dalam melaksanakan kegiatan membaca al-Qur’an. Para jamaah
kurang memerhatikan adab membaca al-Qur’an, sehingga manfaatnya tidak
terserap.
Hal diatas bertolak belakang dengan kajian teori yang menjelaskan
bahwa adab membaca al-Qur’an harus diperhatikan dan dijalankan dengan
sungguh-sungguh, agar manfaat membaca al- Qur’an dapat dirasakan oleh
umat muslim, salah satunya yaitu mendatangkan ketenangan jiwa.
B. Implikasi
C. Saran
65
1. Bagi Jama‟ah
Melihat banyaknya manfaat dari membaca al-Qur’an, maka jama’ah
diharapkan tetap melaksanakan kegiatan tersebut serta meningkatkan
kegiatan tersebut agar lebih baik lagi. Selain itu, para Jama’ah diharapkan
tememiliki kesadaran untuk memerhatikan adab dalam membaca al-
Qur’an.
66
DAFTAR PUSTAKA
Suharjo, J.B dan B. Cahyono. Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tak
Terbatas. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2011)
Arif, Syamsudin. Al-Qur’an dan Serangan Orientalis. (Al Insan. vol.1. 2005).
67
Shihab, M. Quraisy. Tafsir al-Mishbah. Pesan. Kesan dan Keserasian al-Quran.
Vol. 13. (Jakarta: Lentera Hati. 2004).
Sayid Qutb, As-Syahid. Tafsir Fi Zhilalil Quran. terj. As’ad Yasin dan Abdul
‘Aziz Salim Basyarahil. (Jakarta: Gema Insani Press. 2001). Jilid 12.
al-Ja’fiy, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin
Mughirah bin Bard Dzabah al-Bukhari. Shahih Bukhari. Jus V.
(Semarang: al-Maktabah Thoha Putra. t.t).
Kutubut Tis’ah Shahih Muslim. Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar.
bab: Keutamaan membaca Al-Qur'an dan surat al Baqarah. (Pustaka Islam.
nomor 1337)
Yani, Ahmad. 160 Materi Dakwah Pilihan. (Jakarta: Al Qalam. 2006. cet.6).
Al Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an oleh Mudzakir AS. (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa. 2013).
68
Kutubut Tis’ah Shahih Muslim. Shalatnya musafir dan penjelasan tentang
qashar. bab Keutamaan orang yang mahir dalam membaca al-Qur'an dan
orang yang terbata-bata (Pustaka Islam. nomor 1329)
Kutubut Tis’ah Shahih Bukhari. Keutamaan Al-Qur’an. bab: Iri dengan Ahli Al-
Qur’an. (Pustaka Islam. nomor 4637)
As Samarqandi, Al Faqih Az Zahid Abul Laits Nashr bin Ibrahim. Nasehat bagi
yang Lalai. terj.dari Tanbihul Ghafilin oleh Abu Juhaidah. (Jakarta:
Pustaka Amani. 1999).
Kutubut Tis’ah Shahih Muslim. Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar.
bab: Keutamaan membaca Al-Qur'an dan surat al Baqarah. (Pustaka Islam.
nomor 1337)
Irwanto.Dkk.Psikologi Umum.(Jakarta:Gramedia.1989).
69
Kementerian Agama Republik Indonesia Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan.
Kartono, Kartini dan Jenny Andari. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental
Dalam Islam. (Bandung: Mandar Maju. 1989)
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Cet. IV. (Jakarta:
Bulan Bintang. 1982)
70
Raharjo, Sahid. SPSS Indonesia Olah Data Statistik dengan SPSS; Cara
Melakukan Uji Homogenitas dengan SPSS. 2014.
(wwww.spssindonesia.com)
71