Anda di halaman 1dari 1

Gereja dan Perdagangan Orang/Manusia:

Perdagangan orang/manusia yang dikenal luas dengan istilah human trafficking saat ini tidak
hanya merupakan sebuah gejala sosial yang ada di tengah masyarakat - dengan korban
terbesar adalah anak dan perempuan - tetapi telah menjadi sebuah fakta sosial. Perdagangan
orang merupakan tindak kejahatan dan penyalahgunaan hak-hak asasi manusia.

Tujuan perdagangan orang adalah menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri,
Prostitusi/bekerja pada tempat-tempat hiburan, Kawin dengan orang asing , bekerja di bidang
konstruksi, perkebunan, dan lain-lain, Pembantu rumah tangga di Indonesia, Penjualan bayi,
Lingkaran peminta-minta yang terorganisir dan perkawinan kontrak.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan peningkatan perdagangan orang ini. Di antaranya
adalah globalisasi, yang memberikan peluang luas bagi mobilisasi barang dan juga manusia
dari satu tempat ke tempat lain. Globalisasi menciptakan dunia tanpa batas. Selain itu
perkembangan teknologi yang pesat ikut mendorong terjadinya peningkatan perdagangan
orang. Pemanfaatan jaringan komunikasi untuk menawarkan berbagai tawaran kerja dengan
iming-iming gaji yang tinggi dan sebagainya. Tentu saja tidak bisa dipungkiri faktor kemiskinan,
kurangnya lapangan kerja, kurangnya ketrampilan dan pendidikan, budaya patriarki dan feodal
khususnya yang menempatkan perempuan sebagai komoditas juga telah ikut andil dalam
menyuburkan perdagangan orang.

Perdagangan orang adalah suatu bentuk baru dari perbudakan modern. Suatu bentuk
kejahatan terhadap kemanusiaan dan penghinaan terhadap manusia yang diciptakan sebagai
rupa dan gambar Allah (Imago Dei). Artinya juga, penghinaan terhadap Sang Pencipta manusia
itu sendiri. Dan sejak zaman Alkitab, beribu-ribu tahun yang lampau Allah yang dipercayai oleh
Abraham, Ishak dan Yakub/Israel adalah Allah yang menentang perbudakan. Allah yang
dengan kokoh dan setia berjuang membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Allah
yang dalam sejarah umat pilihan-Nya tidak pernah lelah dan bosan membebaskan umatnya dari
berbagai bentuk perbudakan. Bahkan Allah yang rela mengosongkan dirinya sendiri, menjadi
sama dengan manusia, dalam rupa seorang hamba, demi untuk memerdekakan,
membebaskan, menyelamatkan umat manusia dari perbudakan dosa yang termanifestasi
dalam berbagai bentuk perbudakan/perhambaan.

Gereja sebagai persekutuan yang mempercayai Allah Pembebas tersebut, tentu saja
seharusnya berada paling depan dan yang pertama dalam arak-arakan penghapusan
perdagangan orang di muka bumi ini. Sebab, perdagangan orang bertentangan dengan
martabat manusia sebagai Imago Dei (Kej.1:27) yang karena Yesus Kristus telah diangkat
menjadi anak-anak Allah (Rom. 8:14-16). Memandang dan menjadikan manusia sebagai
“barang dagangan” merendahkan martabat manusia. Selanjutnya, perdagangan manusia juga
menghina dan merendahkan martabat manusia karena menjadikan tubuh manusia perempuan
sebagai objek eksploitasi dan kekerasan seksual. Pada akhirnya perdagangan orang
melanggar hak setiap manusia untuk bebas. Untuk bebas menentukan sendiri, apa yang
dikehendakinya. Perdagangan orang adalah dosa kepada Allah Sang Pencipta. Dosa terhadap
Yesus Sang Pembebas. Dan dosa terhadap Roh Kudus Sang Pembaharu (Ester Ga)

Anda mungkin juga menyukai