Anda di halaman 1dari 5

International Taxation in Indonesia -First Start

Transaksi dengan pihak asing tidak terhindari lagi, media internet semakin terbuka saat ini,
sehingga orang dengan mudah mendapatkan sesuatu, baik barang maupun jasa, apalagi dengan
akan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di akhir tahun 2015. Hal penting yang
harus menjadi perhartian adalah bagaimana pengenaan pajak atas transaksi internasional
tersebut?

Apakah semua transaksi internasional harus dipotong pajak di Indonesia?


Pemahaman pajak internasional harus diperkuat bagi WP agar tidak terhindar dari risiko pajak
di kemudian hari. Tidak hanya WP, bahkan petugas pajak pun, harus meningkatkan
pemahamannya, karena tidak semua petugas pajak memahami pajak internasional. Bahkan
terdapat klien kami, yang sebelumnya dikenakan pajak atas jasa manajemen yang dibayarkan
ke perusahaan di Jepang oleh pemeriksa pajak.
Langkah awal dalam memahami pajak internasional adalah mengidentifikasi transaksi, yang
dapat dilihat dan dijabarkan sebagai berikut :
Penjelasan Gambar :
a. Identifikasi Transaksi Internasional
Apabila melakukan transaksi dengan pihak asing (individu/perusahaan dari luar negeri) maka
harus dilakukan identifikasi, subyek dan obyek pajak yang ada, transaksi apa yang dilakukan,
maupun hal lainnya yang terkait dengan transaksi tersebut.
b. Apakah Merupakan Negara Treaty Partner?
Setelah melakukan identifikasi, penentuan Negara dilakukan untuk melihat apakah Negara
yang bertransaksi merupakan Negara berpartner dan memiliki perjanjian. Apabila “Yes”
merupakan Negara partner dilanjutkan ke huruf ( c ), bila “No” maka ke huruf ( f )
c. Apakah Lawan Transaksi merupakan Penduduk dari Negara Mitra?
Hal ini untuk mengetahui apakah lawan transaksi merupakan penduduk dari Negara yang
miliki Treaty, pada umumnya adalah melalui pembuktian adanya Certificate of Domicile
(COD)/Surat keterangan Domisili (SKD) dari Ototitas Kompeten dari Negara dimana lawan
transaksi sebagai penduduk. Apabila “Yes”, yang berarti dapat dibuktikan maka dilanjutkan ke
huruf (d), bila “No” maka ke huruf (f)
Penjelasan lebih lanjut mengenai Penduduk (Resident) dibahas dalam Bab III, mengenai
Definisi.
d. Apakah Treaty dapat Diterapkan?
Hal ini untuk melihat apakah transaksi yang terjadi, diatur dalam Treaty, apabila diatur maka
ke huruf (e), tetapi bila tidak diatur, maka ke huruf ( f)
e. Apakah Terdapat Konflik antara Treaty dengan UU PPh Domestik
Untuk melihat apakah ketentuan dalam Treaty berbeda atau sama dengan ketentuan dalam UU
PPh Domestik, apabila sama, maka ketentuan domestik yang berlaku dan ke huruf (f), tetapi
bila berbeda, maka ke huruf (g)
f. Perlakuan pajak sesuai dengan UU PPh Domestik
Pajak diterapkan sesuai UU PPh Domestik yang berlaku terhadap transaksi internasional yang
terjadi
g. Perlakuan Pajak sesuai Treaty
Pajak diterapkan sesuai Treaty terhadap transaksi internasional yang terjadi

Contoh dapat diberikan sebagai berikut :


PT. PPM sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelatihan, dalam tahun
2015 membayar beberapa jasa konsultan perusahaan di luar negeri berupa Management Fee
sebagai berikut :

Seluruh perusahaan dari luar negeri tersebut, memiliki COD/SKD dari negaranya masing-
masing
Apakah kewajiban pajak PT. PPM atas transaksi tersebut ? Apakah perusahaan-perusahaan
asing tersebut dapat dikenakan pajak di Indonesia ?
PEMBAHASAN :
Dalam Pasal 26 ayat (1) UU Nomor 36 tentang PPh, dijelaskan bahwa “Atas penghasilan
tersebut di bawah ini, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong
pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan:
dividen; bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang; royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; hadiah dan penghargaan; pensiun
dan pembayaran berkala lainnya; premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
keuntungan karena pembebasan utang.”
Apabila melihat peraturan di atas, maka transaksi PT. PPM merupakan kriteria imbalan
sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan yang harus dipotong PPh Pasal 26 sebesar
20%, tetapi sebelum mengenakan/memotong PPh Pasal 26 atas pembayaran kepada empat
perusahaan luar negeri tersebut, harus dilakukan identifikasi transaksi sesuai yang telah dibahas
pada Bab I, mengenai Penerapatan Treaty secara umum

Identifikasi transaksi adalah dengan membuat tabel sebagai berikut :

Dari tabel di atas terlihat bahwa, Jco bukan merupakan Negara Treaty partner, sehingga
perlakuan pajak adalah sesuai UU PPh Domestik, dalam hal ini dikenakan pajak sesuai Pasal
26 UU PPh yaitu sebesar 20%.
Untuk 3 perusahaan lainnya, karena perlakuan pajak sesuai Treaty, maka harus dibuka masing-
masing treaty sesuai Negaranya.

Sebelum menyimpulkan pengenaan pajak atas Penyerahan Jasa, maka harus dulu melihat isi
dari klausul Permanent Establishment (umumnya pada Pasal 5) dan Business Profit (umunya
pada pasal 7), untuk melihat apakah penyerahan jasa tersebut dapat dikenakan pajak dan time
test dalam penentuan BUT :

a) Smultung Corp – Jepang


Sesuai Treaty Indonesia dengan Jepang, dalam Pasal 5.5 disebutkan :
“Perusahaan dari suatu Negara akan dianggap mempunyai pendirian tetap di Negara lainnya
apabila perusahaan tersebut memberikan jasa konsultan atau jasa pengawasan sehubungan
dengan pendirian bangunan, konstruksi atau proyek instalasi melalui pekerja-pekerja atau
pegawai lainnya kecuali oleh agen yang berdiri sendiri dimana ketentuan ayat 8 berlaku dimana
kegiatan-kegiatan itu berlangsung (untuk dua atau lebih proyek yang sama atau yang
berhubungan) dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dalam suatu tahun pajak.
Namun apabila pemberian jasa-jasa tersebut dilakukan sebagai akibat adanya perjanjian antara
kedua Negara yang menyangkut kerjasama ekonomi atau tehnik, maka perusahaan tersebut
tidak dianggap mempunyai pendirian tetap di Negara lain tersebut.”

Kesimpulan :
Transaksi dengan Smultung Corp yang merupakan penduduk dari Negara Jepang dengan
dibuktikan adanya COD/SKD, adalah Jasa Manajemen, sehingga tidak dapat dikenakan pajak
di Indonesia, karena jasa manajemen yang diberikan tidak terkait pendirian bangunan,
konstruksi atau proyek instalasi.

b) Kentucky Corp – USA


Sesuai Treaty Indonesia dengan Amerika, dalam Pasal 5.2.j disebutkan bahwa :
“Istilah “bentuk usaha tetap” meliputi namun tidak terbatas pada : (j) pemberian jasa-jasa,
termasuk jasa konsultasi, melalui pegawai atau orang lain untuk tujuan tersebut, namun hanya
jika kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung (untuk proyek yang sama atau yang berhubungan)
lebih dari 120 (seratus dua puluh) hari dalam jangka waktu 12 (duabelas) bulan, sepanjang
tidak terdapat suatu bentuk usaha tetap pada tahun pajak dimana jasa-jasa tersebut dilakukan
di Negara tersebut untuk suatu masa atau masa-masa yang keseluruhannya kurang dari 30 (tiga
puluh) hari pada tahun pajak itu”

Kesimpulan :
Transaksi dengan Kentucy Corp yang merupakan penduduk dari Negara Amerika dengan
dibuktikan adanya COD/SKD, adalah transaksi jasa manajemen yang dapat dikenakan pajak
di Indonesia, tetapi karena lama pekerjaan adalah 85 hari, dibawah time test 120 hari, maka
atas jasa manajemen tersebut tidak dikenakan pajak di Indonesia

c) Goyong Ltd – Korsel


Sesuai Treaty Indonesia dengan Korsel, dalam pasal 5.3.c, disebutkan bahwa :
“Istilah “bentuk usaha tetap” meliputi pula : (c) pemberian jasa-jasa termasuk jasa konsultasi,
oleh perusahaan melalui karyawannya atau personil lainnya yang ditunjuk oleh perusahaan
untuk tujuan itu, tetapi hanya apabila kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung (untuk proyek
yang sama atau yang ada kaitannya) di Negara itu dalam masa atau masa-masa lebih dari tiga
bulan dalam jangka waktu 12 bulan.”

Dalam pasal 7.3 disebutkan bahwa :


“Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan ayat 3, jika suatu perusahaan dari suatu Negara
pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di Negara pihak pada Persetujuan lainnya melalui
suatu bentuk usaha tetap yang berada di sana, maka yang akan diperhitungkan sebagai laba
bentuk usaha tetap itu di masing-masing Negara pihak pada Persetujuan ialah laba yang
dianggap berasal dari bentuk usaha tetap tersebut, seandainya bentuk usaha tetap tersebut
merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dan berdiri sendiri yang melakukan kegiatan-
kegiatan yang sama atau sejenis dalam keadaan yang sama atau serupa dan mengadakan
hubungan yang sepenuhnya bebas dari perusahaan yang mempunyai bentuk usaha tetap itu.”
Kesimpulan :
Transaksi dengan Goyong Ltd., yang merupakan penduduk dari Negara Korsel dengan
dibuktikan adanya COD/SKD adalah transaksi jasa manajemen yang dapat dikenakan pajak di
Indonesia, dan pekerjaan yang dilakukan adalah selama 250 hari, yang melebihi time test 3
bulan dalam waktu 12 bulan. Atas hal tersebut, maka :
• Goyong Ltd. diwajibkan untuk memiliki BUT di Indonesia, dan perlakuan pajaknya
dipersamakan dengan WPDN
• Karena Goyong Ltd menjadi BUT di Indonesia, sesuai UU PPh maka terhadap transaksi jasa
manajemen tersebut, PT. PPM memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jasa manajemen yang
dibayarkan. BUT Goyong Ltd diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai
kewajiban pajak badan WPDN, dan atas laba usahanya dikenakan pajak di Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kewajiban PT. PPM atas transaksi di atas adalah
melakukan pemotongan pajak sebagai berikut :

Transaksi tersebut di atas, seluruhnya harus dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23/26,
walaupun PPh atas transaksi dengan Smultung Corp dan Kentucky Corp adalah nihil, dengan
melampirkan SKD dari tiap mitra.

Catatan Tambahan :
Selain masalah kewajiban pemotongan PPh, terdapat kewajiban pemungutan PPN sebesar 10%
atas Transaksi pembayaran Jasa ke Luar Negeri yaitu pemungutan PPN Jasa Kena Pajak dari
Luar Daerah Pabean sesuai PMK-NOMOR 40/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara
Penghitungan, Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Atas
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dan/Atau Jasa Kena Pajak Dari Luar Daerah
Pabean. Pemungutan PPN ini merupakan kredit pajak dalam SPT Masa PPN PT. PPM (apabila
PT. PPM merupakan Pengusaha Kena Pajak).

-THO-

Anda mungkin juga menyukai