Anda di halaman 1dari 53

BAB III

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan
1. Gambaran Umum RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
a. Sejarah singkat rumah sakit
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didirikan pada tanggal 20
Desember 1927, secara bersama-sama oleh perkebunan-perkebunan
(onderneming) milik pemerintah Hindia Belanda (kini Indonesia) yang
terdiri dari perkebunan tembakau, tebu dan perkebunan rami. Rumah
Sakit tersebut diberi nama “Dr. SCHEURER HOSPITAL” dan dikelola
oleh yayasan “Zending” yang bergerak dibidang kesejahteraan umat.
Rumah Sakit itu dipimpin oleh Dr. Bakker.
Pada tahun 1942 Jepang masuk / menguasai Pemerintah hindia
Belanda sehingga “Dr. SHEURER HOSPITAL” juga dikuasai Jepang.
Pada tahun 1945 Jepang kalah perang dan Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Dengan demikian “Dr. SHEURER HOSPITAL” juga
berada pada kekuasaan pemerintah Indonesia dan sejak saat itu namanya
diganti menjadi “RUMAH SAKIT UMUM TEGALYOSO
KLATEN”.Nama ini diambil dari nama desa dimana RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro berada yaitu desa Tegalyoso. Selama pemerintahan Jepang
Rumah Sakit dipimpin oleh Dr. Maeda dan Dr. Curuta. Kemudian
setelah Jepang pergi (tahun 1945) Rumah Sakit dipimpin oleh Dr.
Soenoesmo.
Dalam masa peralihan dari rumah sakit dibawah pengelolaan
zending menjadi Rumah Sakit Pemerintah RI masih terdapat beberapa
tenaga dokter asing antara lain Dr. Horner dan Dr Bakker Yunior.
Selama masa itu semua karyawan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro diberi
kesempatan untuk memilih, tetap bekerja di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro untuk kemudian diangkat menjadi pegawai negeri atau
pindah ke rumah sakit Zending yang lain yaitu RS Bethesda Yogyakarta
atau RS Jebres Surakarta. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945,
rumah sakit diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia. Karena
letak rumah sakit ini berada di desa Tegalyoso, maka kemudian nama
rumah sakit diganti menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) Tegalyoso
Klaten.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1442A/
Menkes/SK/XII/1997 tertanggal 20 Desember 1997 nama RSUP
Tegalyoso berganti nama menjadi “RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro”
sampai dengan sekarang.
b. Visi dan Misi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
1) Visi
Unggul dalam Pelayanan Publik untuk mewujudkan Indonesia
maju pada tahun 2024 Unggul : Lebih tinggi (pandai, baik, cakap,
kuat, awet, dsb) daripada yang lain ; utama Pelayanan Publik :
segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik
maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab
dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan
di lingkungan BUMN/BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan keb
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Misi
a) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bercirikan Smart and
Inteligent hospital dengan mengedepankan mutu dan
keselamatan pasien
b) Meningkatkan pendidikan kedokteran, keperawatan, dan tenaga
kesehatan lain serta penelitian translasional
c) Meningkatkan kepuasan pelayanan publik melalui Zona
Integritas
d) Meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan
mengedepankan Academic Health System(AHS) Univesitas
Gajah Mada (UGM)
c. Motto
“Bersih, Nyaman, Akurat”

2. Pelaksanaan analisis kelengkapan dokumen rekam medis


Waktu pelaksanaan analisis kelengapan dokumen rekam medis di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dilakukan secara retrospective dan
retrospective, retrospective yaitu analisis dilakukan setelah pasien selesai
pelayanan. Concurent atau kelengkapan dokumen rekam medis dilengkapi
saat pasien masih dirawat biasanya diterapkan di rawat inap. Pelaksanaan
analisis kelengkapan hanya dilakukan pada dokumen rekam medis rawat inap
dengan waktu kelengkapan 1x 24 jam setelah pasien dinyatakan pulang oleh
DPJP. Dokumen rekam medis yang tidak lengkap akan dikembalikan ke
bangsal dan harus dilengkapi dalam waktu 2 x 24 jam sejak pasien dinyatakan
pulang. Petugas analisis kelengkapan akan memberitahu petugas administrasi
bangsal bahwa ada dokumen rekam medis yang tidak lengkap dokumen
tersebut ditaruh di kotak sortir bangsal rawat inap, dan akan diambil oleh
petugas administrasi bangsal. Untuk dokumen rekam medis rawat jalan dan
gawat darurat tidak dilakukan analisis kelengkapan.
3. Mengidentifikasi kelengkapan pengisian identifikasi pasien pada dokumen
rekam medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Review identifikasi rekam medis pasien rawat inap Gastroenteritis
and colitis of unspecified dengan kasus A09.9 di RSUP dr.Soeraji Tirtonegoro
Klaten dilakukan dengan menganalisis kelengkapan identitas pasien pada 30
sampel dokumen rekam medis yang meliputi nomor rekam medis dan nama
lengkap pasien. Formulir yang di analisis diantaranya formulir rawat
jalan/IGD (RM 1), Formulir Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) (RM
25), Discharge Summary (RM 49).
Berikut tabel hasil review mengidentifikasi kelengkapan pengisian
identitas pasien rawat inap penyakit gastroentteritis:

Tabel 3.1
Review Identifikasi nama pasien pada DRM Rawat Inap
kasus Gastroenteritis of colitis of unspecified
RSUP dr. Soeraji Tirtonegoro Klaten
periode 2021

N Lengkap Tidak Lengkap Total


Jenis Formulir
o N % N % N %
Formulir summary
1. list 27 90 3 10 30 100
2. Formulir DPJP 28 93,33 2 6,67 30 100
3. Discharge Summary 29 96,67 1 3,34 30 100

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa identifikasi nama pasien yang


dinyatakan lengkap tertinggi pada formulir discharge summary (RM 49)
sebanyak 29 dokumen rekam medis (96.67%). Sedangkan kelengkapan
identifikasi nama pasien terendah pada Summary List (RM 1) sebanyak 27
dokumen rekam medis (90%).

Tabel 3.2
Review Identifikasi nomor rekam medis pada DRM Rawat Inap
kasus Gastroenteritis of colitis of unspecified
RSUP dr. Soeraji Tirtonegoro Klaten

periode 2021

N Lengkap Tidak Lengkap Total


Jenis Formulir
o N % N % N %
Formulir summary
1. list 29 96,67 1 3,34 30 100
2. Formulir DPJP 28 93,33 2 6,67 30 100
3. Discharge Summary 29 96,67 1 3,34 30 100

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa identifikasi nomor rekam


medis pasien yang dinyatakan lengkap tertinggi pada formulir discharge
summary (RM 49) sebanyak 2 formulir yaitu formulir summary list (RM 1)
dan discharge summary dengan total 29 dokumen rekam medis prosentase
96.67%. Sedangkan kelengkapan identifikasi nomor pasien terendah pada
formulir DPJP (RM 25) sebanyak 28 dokumen rekam medis dengan nilai
prosentase 93,33%.

4. Mengidentifikasi kelengkapan pengisian autentifikasi pada dokumern rekam


medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Review autentifikasi rekam medis pasien rawat inap Gastroenteritis
and colitis of unspecified dengan kasus A09.9 di RSUP dr.Soeraji
Tirtonegoro Klaten dilakukan dengan menganalisis keabsahan rekam medis
melalui ada tidaknya tanda tangan dan nama terang dokter penanggung
jawab perawatan pasien. Analisis review autentifikasi ini dilakukan pada
formulir Summary List (RM 1), Formulir Dokter Penanggungjawab Pasien
(RM 25), Discharge Summary (RM 49). Adapun hasil analisis review
autentifikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3
Review Autentifikasi pada nama terang dokter DRM Rawat Inap kasus
Gastroenteritis and Colitis of unspecified berdasarkan Nama terang dokter di
RSUP dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten periode 2021

Tidak
No Jenis Formulir Lengkap Lengkap Total
N % N % N %
1. Summary List 29 96,67 1 3,33 30 100
2. Formulir DPJP 27 90 3 10 30 100
Discharge
3. Summary 29 96,67 1 3,33 30 100

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa Autentifikasi pada nama terang


dokter yang dinyatakan lengkap tertinggi terdapat pada 2 formulir diantaranya
yaitu formulir Summary List (RM 1) dan Discharge Summary (RM 49)
sebanyak 29 dokumen rekam medis (96.67%). Sedangkan kelengkapan
autentifikasi pada nama terang dokter terendah pada formulir DPJP (RM 25)
sebanyak 27 dokumen rekam medis (90%).

Tabel 3.4
Review Autentifikasi pada tanda tangan dokter DRM Rawat Inap kasus
Gastroenteritis and Colitis of unspecified berdasarkan Nama terang dokter di RSUP

Tidak
N
Jenis Formulir Lengkap Lengkap Total
o
N % N % N %
Formulir Rawat
1. /IGD 29 96,67 1 3,33 30 100
2. Formulir DPJP 28 93,33 2 6,67 30 100
Discharge
3. Summary 19 63,33 11 36,67 30 100
dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten periode 2021

Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa autentifikasi pada tanda tangan


dokter yang dinyatakan lengkap tertinggi terdapat pada formulir formulir
summary list (RM 1) sebanyak 29 dokumen rekam medis (96.67%).
Sedangkan terendah pada kelengkapan autentifikasi tanda tangan dokter
terdapat pada discharge summary (RM 49) sebanyak 19 dokumen rekam
medis dengan hasil prosentase 63,33%.

5. Mengidentifikasi kelengkapan pengisian pelaporan penting pada dokumen


rekam medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Kelengkapan pengisian berkas rekam medis pada laporan penting harus
terisi dengan lengkap karna digunakan untuk memantau perkembangan
penyakit pasien. Analisis Review Pelaporan Penting Yang meliputi formulir
summary list (RM 1), Formulir Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP) (25),
dan Discharge summary (RM 49). berikut hasil analisis mengidentifikasi
kelengkapan pengisian pelaporan penting pada DRM rawat inap penyakit
gastroenteritis :

Tabel 3.5
Review pelaporan penting tanggal dan jam pengisian formulir pada DRM
Rawat Inap kasus Gastroenteritis and Colitis of unspecified
Di RSUP dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten periode 2021

Tidak
N
Jenis Formulir Lengkap Lengkap Total
o
N % N % N %
1. Summary list 29 96,67 1 3,33 30 100
2. Formulir DPJP 22 73,33 8 26,67 30 100
Discharge
3. Summary 28 93,33 2 6,67 30 100

Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa pelaporan penting tanggal dan


jam yang dinyatakan lengkap tertinggi terdapat pada formulir summary list
(RM 1) sebanyak 29 dokumen rekam medis (96.67%). Sedangkan
kelengkapan pelaporan penting pada tanggal dan jam terendah terdapat di
formulir DPJP (RM 25) dengan jumlah dokumen rekam medis lengkap
sebanyak 27 dan jumlah prosentase 90%.

Tabel 3.6
Review pelaporan penting diagnosis pada DRM Rawat Inap kasus
Gastroenteritis and Colitis of unspecified RSUP dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten
periode 2021

Tidak
N
Jenis Formulir Lengkap Lengkap Total
o
N % N % N %
1. Summary list 27 90 3 10 30 100
2. Formulir DPJP 28 93,33 2 6,67 30 100
Discharge
3. Summary 28 93,33 2 6,67 30 100

Berdasarkan tabel 3.6 dapat diketahui bahwa hasil diatas pada review
pelaporan penting diagnosis pasien kasus gastroenteritis yang dinyatakan
lengkap tertinggi terdapat pada 2 formulir yaitu formulir DPJP (RM 25) dan
Discharge Summary (49A) sebanyak 28 dokumen rekam medis (93,33%).
Sedangkan terendah terdapat pada formulir Summary list (RM 1) sebanyak 27
dokumen rekam medis dengan hasil prosentase 90%.
6. Mengidentifikasi ketepatan tata cara pendokumentasian pada dokumen rekam
medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Review pendokumentasian yang baik dan benar dilakukan dengan
menganalisis dokumen rekam medis apakah sudah tercatat dengan jelas
terbaca, garis tetap serta pembetulan kesalahan penulisan.review dilakukan
dilakukan pada formulir summary list (RM 1), formulir Dokter
Penanggungjawab Pasien (DPJP) (25), dan Discharge Summary (RM 49).
Garis tetap pada ketepatan tata cara pendokumentasian DRM pasien
yaitu Penggunaan garis tetap dimaksudkan untuk menghindari penambahan
data dari pihak yang tidak berwenang. Adapun, hasil analisis review
pendokumentasian sebagai berikut :

Tabel 3.7
Review ketepatan teknis/cara pendokumentasian jelas terbaca pada DRM
Rawat Inap kasus Gastroenteritis and Colitis of unspecified
RSUP dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten periode 2021

Benar Salah Total


No Jenis Formulir
N % N % N %
1. Summary List 21 70 9 30 30 100
2. Formulir DPJP 21 70 9 30 30 100
Discharge
3. Summary 25 83,33 5 16,67 30 100

Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa hasil diatas pada review
ketepatan teknis/cara pendokumentasian jelas terbaca kasus gastroenteritis
yang dinyatakan lengkap tertinggi terdapat pada formulir discharge summary
(RM 49) sebanyak 25 dokumen rekam medis dengan prosentase 83,33%.
Sedangkan terendah terdapat 2 formulir dengan hasil yang sama yaitu pada
formulir summary list (RM 1) dan formulir DPJP (RM 25) sebanyak 21
dokumen rekam medis dengan hasil prosentase 70%.

Tabel 3.8
Review ketepatan teknis/cara pendokumentasian garis tetap pada DRM Rawat
Inap kasus Gastroenteritis and Colitis of unspecified RSUP dr.Soeradji
Tirtonegoro Klaten periode 2021

Benar Salah Total


No Jenis Formulir
N % N % N %
Formulir Summary
1. list 2 6,67 28 93,33 30 100
2. Formulir DPJP 4 13,33 26 86,67 30 100
3. Discharge Summary 8 26,67 22 73,33 30 100

Berdasarkan tabel 3.8 dapat diketahui bahwa hasil review ketepatan


teknis/cara pendokumentasian garis tetap kasus gastroenteritis and Colitis of
unspecified dapat dinyatakan bahwa dari 30 sempel dokumen rekam medis
pasien, jumlah dokumen tidak lengkap (salah) lebih besar daripada jumlah
lengkap (benar) disetiap formulir. Hasil ketidaklengkapan pendokumentasian
garis tetap tertinggi terdapat pada formulir Summary list (RM 1) sebanyak 28
dokumen rekam medis (93,33%). Sedangkan terendah terdapat pada formulir
Discharge Summary (RM 49) sebanyak 22 dokumen rekam medis dengan
hasil prosentase 73,33%.
Tabel 3.9
Review ketepatan teknis/cara pendokumentasian pembetulan kesalahan pada
DRM Rawat Inap kasus Gastroenteritis and Colitis of unspecified RSUP
dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten periode 2021

Benar Salah Total


No Jenis Formulir
N % N % N %
Formulir Rawat 96,6
1. /IGD 29 7 1 3,33 30 100
86,6
2. Formulir DPJP 26 7 4 13,33 30 100
Discharge
3. Summary 27 90 3 `10 30 100

Berdasarkan tabel 3.8 dapat diketahui bahwa hasil review ketepatan


teknis/cara pendokumentasian garis tetap kasus gastroenteritis and Colitis of
unspecified dapat dinyatakan bahwa dari 30 sempel dokumen rekam medis
pasien lengkap tertinggi terdapat pada formulir summary list (RM 1)sebanyak
29 dokumen rekam medis dengan prosentase 96,67%. Sedangkan terendah
terdapat pada formulir DPJP (RM 25) sebanyak 26 dokumen rekam medis
dengan hasil prosentase 86,67%.

7. Mengidentifikasi sumber data pelaporan data statistik rumah sakit


Sumber data pelaporan statistik RSUP Dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten
berasal dari Sensus Harian baik (SHRI, SHRJ). Pelaporan statistik RSUP
Dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten terbagi menjadi 2 macam yaitu pelaporan
ekternal dan pelaporn internal.
a. Pelaporan Internal
Sensus harian pasien rawat jalan adalah kegiatan pencatatan atau
perhitungan data rekapitulasi pasien rawat jalan pada masing-masing
poliklinik dan Instalasi Gawat Darurat yang berisi tentang jumlah
kunjungan, cara kedatangan, keadaan setelah di poli, dan cara
pembayaran yang dibuat setiap hari. Tujuan sensus harian rawat jalan
adalah untuk memenuhi permintaan dalam pembuatan laporan kinerja
instalasi rekam medik dan untuk mengetahui jumlah atau besaran data
kunjungan, cara datang keadaan setelah dipoli, dan cara pembayaran
pasien rawat jalan.
Sensus harian rawat jalan di RSUP dr. Soeraji Tirtonegoro Klaten
masih dilakukan secara manual, dan dibuat oleh perawat poliklinik atau
IGD yang setelah itu direkapitulasi oleh petugas rekam medis.
Perhitungan pelaporan internal RSUP dr. Soeraji Tirtonegoro sebagai
berikut:
1) Indikator Rawat Jalan

Tabel 3.10
Data Kunjungan Rawat Jalan Poliklinik RSUP Dr.Soeradji
Tirtonegoro tahun 2021
Jumlah
Hari Buka
No Poliklinik Kunjunga
Klinik
n
1. Rehabilitasi Medik 9569  241
Hemodialisa Rawat
2. Jalan 20.982  241
3. Hematologi Onkologi 500  241
4. PCR Mandiri 1368  241
5. Genose 86  241
6. Rapid Antigen 979  241
7. Radioterapy Onkologi 1  241
8. Gynecology Onkologi 958  241
9. Fetoma Ternal 103  241
10. Fertilitas 323  241
11. BTKV 344  241
12. Perinatologi 243  241
13. Klinik PIE 1415  241
14. Bedah Onkologi 7465  241
15. Bedah Plastik 953  241
16. Gizi Rawat Jalan 85  241
17. Triase/Uji Kesehatan 1027  241
18. Rosela Estetik 77  241
19. Psikologi 5  241
20. VCT 2818  241
21. Psikiatri 1037  241
22. Jantung 4015  241
23. DOTS 1215  241
24. Paru 636  241
Bedah Mulut/Gigi
25. Spesialis 2267  241
26. Gigi dan Mulut 601  241
27. Kulit dan Kelamin 1868  241
28. Mata 4918  241
29. THT 2898  241
Tumbuh Kembang
30. Anak 4456  241
31. Kesehatan Anak 3412  241
32. Saraf Lansia 2379  241
33. Saraf 4039  241
34. KB 20  241
35. Gynecology 465 241
36. Obsetetri 1114  241
37. Bedah Anak 774  241
38. Bedah Digestive 1202  241
39. Bedah Urologi 1517  241
40. Bedah Saraf 1883  241
41. Bedah Ortopedi 9848  241
42. Bedah Umum 1140  241
43. Geriatri 867  241
44. Ginjal Hipertensi 1379  241
45. Penyakit Dalam 4699  241
Jumlah 107.950

Dengan demikian jumlah kunjungan rawat jalan berdasarkan


jumlah poli yaitu 107.950 pasien.

Σ Kunjungan ( baru+lama )
b) Rerata kunjungan pasien perhari=
Σhari buka klinik
107.950
= = 447,92 pasien/hari
241

Jadi, untuk rerata kunjungan poliklinik pasien rawat jalan


di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro mencapai 448 pasien/hari.

b) Rerata kunjungan baru

Σkunjungan baru
Rerata kunjungan pasien baru=
Σhari buka klinik
i. Triwulan I
Σkunjungan baru 1958
= =32 pasien
Σhari buka klinik 61
ii. Triwulan II

Σkunjungan baru 2278


= = 39 pasien
Σhari buka klinik 58

iii. Triwulan III

Σkunjungan baru 2385


= = 38 pasien
Σhari buka klinik 63

iv. Triwulan IV
Σkunjungan baru 1795
= = 30 pasien
Σhari buka klinik 59

jadi ,untuk rerata kunjungan baru pasien selama sehari


Σkunjungan baru 8416
untuk rawat jalan = =
haribuka klinik 241
= 34,92
= 35 pasien.

c) Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan baru

Rasio kunjungan baru :total kunjungan baru

34,92 : 447,93

1 :12,8

1:13
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat 1
kunjungan pasien baru di setiap 13 kunjungan pasien ke
poliklinik RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro.

c) Indikator gawat darurat


Berikut ini adalah data yang diambil dari Rekapan Laporan
Tahunan tahun 2021 diantaranya yaitu :

Tabel 3.11
Data Asal Pasien Gawat Darurat
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten 2021
Asal pasien Total pengunjung
Datang Sendiri 20755
Rujukan Puskesmas 155
Rujukan Rumah Sakit lain 673
Dokter praktek 64
Rujukan klinik 38
PMI 2
Rujukan Bidan 517
Jumlah 22205
Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa asal pasien gawat
darurat tertinggi dengan total pengunjung sebanyak 20755 pasien, dan
terendah dari PMI sebanyak 2 pasien.

Tabel 3.12

Data Cara Keluar Gawat Darurat

RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten 2021

Cara Keluar Total Pasien

Rawat Inap 11911


Di rujuk Rumah Sakit lain 16

Swab penunggu pasien rawat 2858


inap

Datang sudah meninggal 115

Meninggal di IGD 282

Diijinkan pulang rawat jalan 7026

Jumlah 22205

a) Rerata Pasien Gawat Darurat Per Hari

 Pasien Gawat Darurat


Rumus =
 Hari
22205
=
366
= 60,66
= 61 pasien
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rata – rata
kunjungan IGD di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten periode
2021 adalah 61 pasien per hari.
b) Rasio pasien datang sendiri dengan jumlah kunjungan pasien GD di
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten
Rumus =  pasien datang sendiri :  kunjungan
= 20755 :22205
= 1 : 1,07
Dari perhitungan rasio pasien datang sendiri dengan jumlah
kunjungan pasien gawat darurat dapat diketahui bahwa terdapat 1
kunjungan pasien di setiap 1 kunjungan pasien datang sendiri IGD
di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro tahun 2021.
c) Rasio pasien rujukan RS lain
Rumus = pasien rujukan RS lain : kunjungan
= 673 :22205
= 1 :32,9
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat 1
kunjungan pasien rujukan RS lain di setiap 33 kunjungan pasien
IGD.
.
1) Indikator rawat inap
Dari data diatas, kemudian dapat diperoleh perhitungan BOR,
AvLOS, TOI, serta BTO dengan perincian sebagai berikut:
a) Bed Occupacy Rate (BOR)
Rumus BOR dengan perubahan jumlah tempat tidur (TT) di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro adalah sebagai berikut :

Tabel 3.13
Indikator Unit Rawat Inap
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten periode 2021
Pasien Keluar
Mati
Pasien
>48 Jumlah Jumla Jumlah
Periode Keluar
jam + Hari h HP TT
(H+M)
> 48 <48
jam jam
Triwulan
l 3041 129 288 90 18926 436
Triwulan
ll 3559 227 354 91 21221 405
Triwulan
lll 3070 298 636 92 18872 328
Triwulan
IV 3340 121 258 92 17046 302
Total 13010 775 1536 365 76065 1471
Sumber: Laporan Instalasi Rekam Medik,2021
Rumus :
Σ HP
X 100 %
Σ TT tersedia x t
Dengan keterangan rumus :
Σ HP : Hari Perawatan
ΣTT tersedia : jumlah tempat tidur tersedia
t : Jumlah hari dalam satu periode
Maka, didapatkan data sebagai berikut :
(1) Triwulan I
18926
X 100 %
436 x 90
18926
= X 100 %
39240
= 48,231 = 48 %
(2) Triwulan II
21221
X 100 %
405 x 91
21221
= X 100 %
36855
= 57,57 = 58%
(3) Triwulan III
18872
X 100 %
328 x 92
18872
= X 100 %
30176
= 62,53 = 63 %
(4) Triwulan IV
17046
X 100 %
302 x 92
17046
= X 100 %
27784
= 61,35 = 61 %
Tabel 3.14
Penggunaan Tempat Tidur
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoroperiode 2021
Standar Ideal
BOR
Periode Ʃ HP Ʃ Hari Barber Johnson
(%)
(60% - 80%)
Triwulan 1 18926 90 48% Belum Ideal
Triwulan 2 21221 91 58% Belum Ideal
Triwulan 3 18872 92 63% Ideal
Triwulan 4 17046 92 61% Ideal

Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa angka penggunaan


tempat tidur/BOR di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro untuk periode
tahun 2021 tertinggi terdapat pada triwulan III mencapai 63%,
sedangkan yang terendah terdapat pada triwulan I mencapai 48%.
Maka hasil keseluruhan penggunaan tempat tidur/ BOR pada tahun
2021 adalah 57,5% yang dimana hasil tersebut belum ideal menurut
standar ideal Barber Johnson.
b) Average Length of Stay (AvLOS)
Rumus untuk menentukan AvLOS adalah sebagai berikut :
Σlama dirawat
Rumus =
Σ Pasien Keluar Hidup + Mati

Maka, didapatkan data sebagai berikut :


(1)Triwulan I
20178
= = 6,635 = 7 hari
3041
(2)Triwilan II
22657
= = 6,36 = 6 hari
3559
(3)Triwulan III
21126
= = 6,88 =7hari
3070
(4)Triwulan IV
17647
= =5,28 = 5 hari
3340

Tabel 3.15
Rata-rata Rawat Inap
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro periode 2021
Standar
Ideal
Ʃ Pasien
Barber
Periode Ʃ HP Ʃ Hari Keluar AvLOS
Johnson
(H+M)
3 - 12
hari
Triwulan 1 18926 90 3041 7 Ideal
Triwulan 2 21221 91 3559 6 Ideal
Triwulan 3 18872 92 3070 7 Ideal
Triwulan 4 17046 92 3340 5 Ideal

c) Turn Over Interval (TOI)


Rumus untuk menentukan TOI adalah sebagai berikut :

(Ʃ TTx ƩHariperiodetertentu)– ƩHP


Rumus =
ƩPasien Keluar (H+ M)
Maka didapatkan data sebagai berikut :
(1)Triwulan I
(436x 90)– 18926
3041
= 6,68 = 7 hari

(2)Triwulan II
(405x 91)– 21221
3559
= 4,393 = 4 hari

(3)Triwulan III
(328x 92)– 18872
3070
= 3,68 = 4 hari

(4)Triwulan IV
(302x 92)– 17046
3340
= 3,21 = 3 hari

Tabel 3.16
Tenggang Perputaran Tempat
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro periode 2021
Periode Ʃ HP ƩHari Ʃ Pasien TOI Standar Ideal
Keluar Barber
(H+M) Johnson
1 - 3 hari
Triwulan 1 18926 90 3041 7 Belum ideal
Triwulan 2 21221 91 3559 4 Belum ideal
Triwulan 3 18872 92 3070 4 Belum ideal
Triwulan 4 17046 92 3340 3 Ideal

d) Bed Turn Over (BTO)


ƩPasienkeluar(H+M)
Rumus =
Ʃ TT

Maka, akan didapatkan hasil BTO berdasarkan data dengan


menggunakan rumus diatas, sebagai berikut :
ƩPasienkeluar(H+M)
Ʃ TT
(1) Triwulan I
3041
= = 6,974 = 7 kali
436
(2) Triwulan II
3559
= = 8,7876 = 9 kali
405
(3) Triwulan III
3070
= = 9.3597 = 9 kali
328
(4) Triwulan IV
3340
= = 11,059 = 11 kali
302
Tabel 3.17
Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro periode 2021
Standar Ideal
Ʃ Pasien
Barber
Periode Ʃ HP Ʃ Hari Keluar BTO
Johnson
(H+M)
10-13 kali
Triwulan I 18926 90 3041 7 Belum ideal
Triwulan II 21221 91 3559 9 Belum ideal
Triwulan III 18872 92 3070 9 Belum ideal
Triwulan IV 17046 92 3340 11 Ideal

e) NDR

Tabel 3.18
Angka Kematian ≥48 jam
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro periode 2021
Pasien Keluar
Periode Keluar mati>
(H+M) 48 jam NDR
Triwula
nl 3041 129 42,42
Triwula
n ll 3559 227 63,78
Triwula 3070 298 97,06
n lll
Triwula
n IV 3340 121 36,22
Total 13010 775 239,48

Dari tabel 3.18 dapat disimpulkan bahwa nilai NDR


Triwulan I, terdapat 42 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
Triwulan II, terdapat 64 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
Triwulan III, terdapat 97 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
Triwulan IV, terdapat 36 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
f) GDR
Tabel 3.19
Angka Kematian Umum
RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro periode 2021
Pasien keluar
Periode Keluar mati<
(H+M) 48 jam GDR
Triwula
nl 3041 159 94,70
Triwula
n ll 3559 127 99,46
Triwula
n lll 3070 338 207,16
Triwula
n IV 3340 137 77,24
Total 13010 761 473,56
Dari tabel 3.19 dapat disimpulkan bahwa nilai GDR
Triwulan I, terdapat 95 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
Triwulan II, terdapat 99 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
Triwulan III, terdapat 207 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien
Triwulan IV, terdapat 77 pasien keluar meninggal dari 1000 pasien

Berdasarkan 4 Parameter diatas, maka dapat dibuat Grafik


Barber Johnson sebagai berikut:

GRAFIK BARBER JOHNSON


RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO
18.0
KLATEN TRIWULAN I-IV TAHUN 2021

16.0

14.0

12.0
AVLOS

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0

TOI
GARIS BOR TW I GARIS BOR TW II GARIS BOR TW III
GARIS BOR TW IV GARIS BTO TW I GARIS BTO TW II
GARIS BTO TW III GARIS BTO TW IV TITIK TW I
TITIK TW II TITIK TW III TITIK TW IV
Series26 Series28 Series30
Series32 TOI TW I LOS TW I
TOI TW II LOS TW II TOI TW III
LOS TW III TOI TW IV LOS TW IV

Gambar 3.1
Grafik Barber Johnson
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Berdasarkan Grafik Barber Johnson triwulan I-IV diatas titik
pertemuan empat parameter BOR, AvLOS, TOI, dan BTO memiliki
hasil diluar daerah efisien.

d) Indikator persalinan
Tabel 3.20
Indikator Persalinan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

No Indikator Jumlah (Tahun)

1 Sectio Caesarea 410

2 Kematian ibu 11

3 Pasien kebidanan 958

a) Rerata kasus sectio caesarea :

Rumus=
∑ pasien kasus sectio caesarea
Periode waktu
410
¿ = 102,5
4
Jadi, hasil rerata yaitu 103 dalam kasus sectio caesarea
selama 3 bulan.
b) Rasio dengan kasus kebidanan
Rumus = Jumlah kasus sectio caesarea : jumlah kasus
kebidanan rawat inap
410 : 958
1 : 2,33
1 : 2
Dari 2 kunjungan kebidanan 1 diantaranya bersalin
dengan bantuan sectio caesarea.
c) Kematian Ibu
(1) Rerata

Rumus=
∑ kematian ibu
Periode waktu
11
¿ =2,75
4

Jadi, hasil rerata jumlah kematian ibu yaitu 2,75


atau dibulatkan menjadi 3 pasien kematian ibu dalam satu
periode waktu.
(2) Rasio kematian ibu dengan pasian kasus kebidanan
11: 958
1: 87,09
1: 87
Dari 87 kunjungan obstetri / kebidanan 1
diantaranya meninggal.

b. Pelaporan eksternal (RL1 – RL5)


Laporan eksternal RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dibuat secara
komputerisasi menggunakan SIMRS/Sistem Informasi Manajemen
Terintegrasi Rumah Sakit (SINERGIS) berdasarkan SIRS revisi VI. Data
dari SINERGIS menjadi bahan pelaporan yang akan diupload ke SIRS
online.
Laporan bersifat periodik, diantaranya dilakukan secara terbaruan
(up to date). Pelaporan dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Klaten,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan R1 Laporan
kepada Dinas Kesehatan Klaten dikirimkan dengan bentuk hardcopy
dan paling lambat tanggal 7 setiap bulannya. Sedangkan pelaporan
kepada Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dilakukan secara
online sesuai format yang telah dibakukan melalui situs resmi
www.buk.depkes.go.id

Laporan eksternal rumah sakit meliputi :

1) Data dasar rumah sakit (RI. 1) adalah formulir untuk data rumah
sakit yang dilaporkan setiap waktu apabila ada perubahan data
rumah sakit.
2) Data ketenagaan (RL. 2) merupakan dat rekapitulasi semua tenaga
kerja yang ditetapkan resmi bekerja di suatu rumah sakit (full time)
berdasarkan jenis kelamin sesuai dengan keadaan, kebutuhan dan
kekurangan dalam rumah sakit, dan dilaporkan satu kali dalam
setahun paling lambat tanggal 15 bulan Januari tahun periode
pertama.
3) Data kegiatan pelayanan rumah sakit (RL. 3) adalah formulir yang
beriisikan data kegiatan pelayanan rumah sakit, yang dilaporkan
satu kali dalam setahun, paling lambat tanggal 15 bulan Januari
tahun setelah tahun periode pelaporan.
4) Data keadaan morbiditas dan mortalitas pasien rawat inap (RL. 4a)
adalah formulir untuk keadaan morbiditas pasien rawat inap yang
merupakan formulr rekapitulasi dari jumlah pasien keluar rumah
sakit (hidup dan meninggal). Data ini dikumpulkan dari tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember setiap tahunnya.
5) Data keadaan morbiditas pasien rawat rawat jalan (RL. 4b) adalah
formulir standar untuk keadaan morbiditas pasien rawat jalan yang
merupakan formulir rekapitulasi dari jumlah kasus baru dan jumlah
kunjungan yang terdapat pada unit rawat jalan rumah sakit untuk
tahunan. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan
31 Desember setiap tahunnya.
6) Data kegiatan pelayanan rumah sakit (RL 5) data ini terdapat 5 poin
yaitu:
a) Data pengunjung rumah sakit (RL 5.1) yang berisi data
pengunjung baru dan pengujung lama.
b) Data kunjungan rawat jalan (RI. 5.2) yang berisi data
kunjungan rawat jalan, kunjungan baru dan kunjungan lama.
c) Data 10 besar penyakit rawat inap (RL. 5.3) yang berisi data 10
besar penyakit rawat inap rekapitulasi dari pasien keluar rumah
sakit (hidup dan meninggal) untuk satu tahun, data
dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember setiap tahunnya.
d) Data 10 besar penyakit rawat jalan (RL 5.4) yang berisi data 10
besar penyakit rawat jalan rekapitulasi dari jumlah banyaknya
kasus baru pada unit rawat jalan untuk satu tahun. Data
dikumpulan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember
setiap tahunnya.

8. Mengidentifikasi aturan dan tata cara klasifikasi dan kodifikasi penyakit dan
tindakan gastroenteritis rawat inap
Aturan dan tata cara klasifikasi dan kodefikasi penyakit gastroenteritis
pada dokumen rekam medis, petugas koding di RSUD dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten untuk kodefikasi penyakit dan tindakan dilakukan
komputerisasi menggunakan ICD-10, ICD-9 manual/elektronik. Untuk
penetapan kode rawat jalan maupun rawat inap tidak ada perbedaan. Maka
dari itu, untuk tata cara kodefikasi penyakit gastroenteritis di RSUP Dr
Soeradji Tirtonegoro berdasarkan hasil analisis dan wawancara petugas
koding, sebagai berikut :
a. Petugas analisis kelengkapan menerima dokumen rekam medis dari
bangsal rawat inap.
b. Petugas menganalisis kelengkapan dokumen rekam medis rawat inap.
c. Petugas koding menerima dokumen rekam medis dari petugas analisis
kelengkapan
d. Petugas membaca diagnosis didalam discharge summary untuk
memastikan keakuratan diagnosis petugas koding mengecek pada lembar
formulir pada catatan perkembangan pasien terintergrasi RM 35
pengkajian awal untuk menghasilkan kode penyakit yang lebih akurat.
e. Apabila tidak terbaca atau tidak terdapat ketidaksesuaian diagnosis, maka
petugas maka petugas melakukan konfirmasi dengan perawat poliklinik
atau petugas administrasi bangsal.
f. Setelah itu, petugas menentukan lead term diagnosis penyakit.
g. Kemudian mencari lead term yang tertulis didalam summary list
pengkajian awal pada indeks alfabetik (alphabetic index) atau pada
volume 3 di dalam buku ICD-10.
h. Petugas memeriksa kode ke daftar tabulasi pada ICD-10 volume 1,
apakah kode yang dihasilkan sesuai dengan diagnosis yang ditulis oleh
dokter yang bertanggung jawab.
i. Petugas menentukan kode.
j. Petugas menuliskan kode diagnosis di kotak yang disediakan pada lembar
discharge summary/lembar INA CBG's apabila pasien BPJS sesuai
dengan nomer rekam medis pasien untuk kemudian diinput pada sinergis
kemudian simpan sebagai indek untuk kepentingan pelaporan.
k. Petugas coding menyerahkan dokumen rekam medis kepada petugas
assembling
l. Petugas coding mengumpulkan berkas klaim INA CBG’s untuk
diserahkan ke petugas IP3.

Tata cara kodefikasi tindakan di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro klaten :

a. Petugas analisis kelengkapan menerima dokumen rekam medis dari


bangsal rawat inap.
b. Petugas menganalisis kelengkapan dokumen rekam medis rawat inap.
c. Petugas koding menerima dokumen rekam medis dari petugas analisis
kelengkapan
d. Petugas membaca diagnosis didalam discharge summary untuk
memastikan keakuratan diagnosis petugas koding mengecek pada lembar
formulir pada catatan perkembangan pasien terintergrasi RM 35
pengkajian awal untuk menghasilkan kode penyakit yang lebih akurat.
e. Kemudian petugas membuka software ICD-9 CM versi 2010 (bila ada
tindakan).
f. Petugas mencocokkan tindakan yang tertulis dalam discharge summary
dan laporan operasi
g. Apabila terdapat ketidaksesuaian tindakan, petugas melakukan konfirmasi
ke perawat poliklinik atau petugas administrasi bangsal.
h. Petugas mencari leadtrem dari setiap tindakan yang tertulis didalam
Discharge Summary
i. Untuk koding rawat inap, petugas menentukan kode tindakan yang sesuai
dengan tindakan yang tertulis didalam discharge summary
j. Petugas mencari sebab terjadinya trauma pada discharge summary dan
atau di lembar anamneses IGD/RJ
k. Petugas mencari leadtrem dari sebab terjadinya penyakit/trauma
l. Menentukan kode sebab terjadinya penyakit/ trauma. jika sudah akurat
m. Petugas menuliskan kode diagnosis di kotak yang disediakan pada lembar
discharge summary/lembar INA CBG's apabila pasien BPJS sesuai
dengan nomer rekam medis pasien untuk kemudian diinput pada sinergis
kemudian simpan sebagai indek untuk kepentingan pelaporan. Untuk
contoh pencariannya sebagai berikut:

Leadterm :transfusion

Volume 3 : transfusion (of)

blood (whole) NOS 99.03

Volume 1 : 99.03 Other transfusion of whole blood

transfusion:

blood NOS

Kode Akhir : 99.03

m. Petugas coding menyerahkan dokumen rekam medis kepada petugas


assembling
n. Petugas coding mengumpulkan berkas klaim INA CBG’s untuk
diserahkan ke petugas IP3.

9. Mengidentifikasi kelengkapan informasi penunjang untuk mendapatkan kode


penyakit gastroenteritis
Informasi penunjang dikatakan lengkap, apabila terdapat informasi
yang isi informasinya dapat digunakan sebagai penunjang dalam penentuan
keakuratan kode diagnosa utama Gastoenteritis (A09) pasien rawat inap di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebagai berikut:

a. Formulir Discharge Summary


Berisi identitas pasien,diagnosa, pemeriksaan fisik, hasil
laboratprium, radiologi, penunjang lain, prosedur, pengobatan selama
dirawat, obat pulang, kondisi pulang, instruksi tindak lanjut dan edukasi
serta nama dan tanda tangan dokter yang memberikan pelayanan
kesehatan semua informasi penting yang digunakan untuk menentukan
ketepatan pemberian kode diagnosis gastroenteritis. Kelengkapan
informasi dalam lembar discharge summary dari 30 dokumen rekam
medis sebanyak 100%.
b. Formulir Laboratorium
Berisi identitas pasien, nama dokter penanggungjawab pasien
(DPJP), jenis spesimen dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Kelengkapan informasi dari lembar hasil laboratorium lengkap sebanyak
14 dokumen rekam medis.
Tabel….
Rekapitulasi item kelengkapan informasi Penunjang Medis Diagnosis
Gastroenteritis Pasien rawat Inap di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten

N Lengkap Tidak Lengkap


No Item
N % N %
1 Discharge a. Indikasi 3 30 100 0 0
Summary b. Diagnosa Masuk 0 30 100 0 0
c. Diagnosa Keluar 3 30 100 0 0
0
3
0
2 Laboratorium Hasil tes feses 1 14 100 0 0
Faeces 4

3 Laboratorium Hasil tes darah 1 17 100 0 0


Hematologi 7
10. Mengidentifikasi kelengkapan informasi penunjang untuk mendapatkan kode
tindakan gastroenteritis
Informasi penunjang dikatakan lengkap, apabila terdapat informasi
yang isi informasinya dapat digunakan sebagai penunjang dalam penentuan
keakuratan kode tindakan. Dari 30 dokumen rekam medis pasien
gastroenteritis, didapatkan 7 dokumen rekam medis yang ada tindakannya.
Adapun informasi penunjang kasus gastroenteritis pasien rawat inap di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebagai berikut:

a. Formulir Discharge Summary


Berisi identitas pasien,diagnosa, pemeriksaan fisik, hasil
laboratprium, radiologi, penunjang lain, prosedur, pengobatan selama
dirawat, obat pulang, kondisi pulang, instruksi tindak lanjut dan edukasi
serta nama dan tanda tangan dokter yang memberikan pelayanan
kesehatan semua informasi penting yang digunakan untuk menentukan
ketepatan pemberian kode diagnosis gastroenteritis. Kelengkapan
informasi penunjang untuk mendapatkan kode tindakan dalam lembar
discharge summary sebanyak….
b. Formulir Hasil Laboratorium/ Radiologi
Berisi……
Tabel Rekapitulasi item kelengkapan informasi Penunjang Medis
Tindakan Pasien Gastroenteritis rawat Inap di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten

N Lengkap Tidak Lengkap


No Item
N % N %
1 Discharge d. Indikasi 3 30 100 0 0
Summary e. Diagnosa Masuk 0 30 100 0 0
3
f. Diagnosa Keluar 0 30 100 0 0
3
0
2 Laboratorium Hasil tes feses 1 14 100 0 0
Faeces 4

3 Laboratorium Hasil tes darah 1 17 100 0 0


Hematologi 7

11. Mengidentifikasi ketepatan kode penyakit gastroenteritis


Dalam menganalisis ketepatan kode rawa inap di RSUP Dr.Soeradji
Tirtongoro Klaten menggunakan informasi yang terdapat dilembar
discharge summary, lembar assesment, lembar catatan perkembangan pasien
terintegrasi dan semua formulir penunjang tegaknya diagnosis yang ada pada
dokumen rekam medis seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Berdasarkan review yang dilakukan terhadap dokumen rekam medis pasien
rawat inap dengan diagnosis Gastroenteritis, diketahui bahwa keakuratan
kode diagnosis dari 30 sempel dokumen yang diteliti terdapat pada tabel di
bawah ini :

Tabel 3.22
Tingkat Ketepatan Kode Diagnosis Gastroenteritis PadaDRMRawat
Inap di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro periode 2021
Keakuratan Akurat Tidak Akurat
Kode di RS Kode ICD-10 N % N %
A09.9 A09.9 30 100% 0 0%
Berdasarkan tabel 3.22 menunjukkan bahwa keakuratan kode
diagnosis Gastroenteritis pasien rawat inap dengan dengan kode A09.9,
sebanyak 30 dokumen (100%).
12. Mengidentifikasi ketepatan kode tindakan gastroenteritis
Tindakan Gastroenteritis pada pasien rawat inap di RSUP Dr.Soeradji
Tirtonegoro dapat dilihat pada formulir discharge summary. Coder
melakukan koding tindakan sesuai dengan tindakan yang ditulis di formulir
dischaege summary. Untuk mendapatkan kode yang akurat, sebelum
mengkode koder melakukan review lembar-lembar pada dokumen rekam
medis yang berkaitan dengan diagnosis tersebut. Berdasarkan sampel dari
tiga puluh dokumen Gastroenteritis diketahui bahwa keakuratan kode
tindakan Gastroenteritis terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.23
Tingkat Ketepatan Kode Tindakan Gastroenteritis pada Dokumen
Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro
periode 2021
Dari 30 dokumen rekam medis rawat inap kasus Gastroenteritis terdapat
7 dokumen dengan tindakan sebagai berikut
Keakuratan Akurat Tidak
Akurat
Kode Kode
Tindakan N % N %
RS Peneliti
Tranfusion of blood 99.03 99.03 3 100% 0 0%
Closed (endoscopy)
48.24 1 100% 0 0%
biopsy of rectum 48.24
Electroencephalogra
89.14 89.14 1 100% 0 0%
m
Hemodialisis 39.95 39.95 2 100% 0 0%

Berdasarkan tabel 3.23 hasil review dari tujuh dokumen rekam medis
pasien rawat inap diagnosis gastoenteritis menunjukkan persentase tingkat
keakuratan kode tindakan 100% akurat.

B. Pembahasan
1. Mengidentifikasi waktu pelaksanaan analisis kelengkapan pada dokumen
rekam medis
Unit rekam medis RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sudah
melakukan pengarahan kepada unit terkait yang bersangkutan untuk
melakukan pengisian rekam medis, agar pengisian lebih ditingkatkan untuk
mencapai kelengkapan maksimal yaitu 1×24 jam sesuai dengan Peraturan
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Didukung dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 (2008) yang menyatakan
bahwa Kelengkapan pengisian berkas rekam medis harus mencapai angka
100% selama 1x24 jam setelah pasien keluar rumah sakit serta sudah sesuai
dengan SOP Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan No.
OT.02.02/1.4.13/398/2018 tentang analisis kelengkapan rekam medis. Bila
ditemukan ketidaklengkapan, maka dokumen rekam medis dikembalikan ke
bangsal yang bersangkutan untuk dilengkapi agar dokumen valid.
2. Mengidentifikasi kelengkapan pengisian identifikasi pasien pada dokumen
rekam medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Identikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk
membedakan antara pasien satu dengan pasien lainnya sehingga memperlanca
atau mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Dalam
pelayanan RSUP dr.Soeraji Tirtonegoro Klaten, berdasarkan analisis
kelengkapan pengisian identitas pasien pada dokumen rekam medis, nama
pasien dan nomor rekam medis secara keseluruhan sudah terisi dengan
lengkap sesuai SOP Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan No.
OT.02.02/1.4.13/398/2018 tentang analisis kelengkapan rekam medis.

3. Mengidentifikasi kelengkapan pengisian autentifikasi pada dokumern rekam


medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Berdasarkan 30 dokumen rekam medis rawat inap yang diidentifikasi
nama terang dan tanda tangan dokter penanggung jawab pasien serta petugas
medis yang menangani pasien selama perawatan rawat inap belum
sepenuhnya terisi lengkap. Pada review item nama dokter di formulir DPJP
ditemukan 3 dokumen belum terisi lengkap, dan item tanda tangan dokter di
formulir discharge summary ditemukan 11 dokumen belum terisi lengkap.
Hal ini belum sesuai dengan Sudra (2013) Dalam pengisian Rekam Medis
berlaku prinsip bahwa setiap isian harus jelas penanggung jawabnya.
Kejelasan penanggung jawab ini diwujudkan dengan pencantuman nama
terang (lengkap) dan tandatangan.
4. Mengidentifikasi kelengkapan pengisian pelaporan penting pada dokumen
rekam medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Laporan penting berisikan data/laporan yang sifatnya sangat penting
dalam memantau perkembangan pasien. Laporan tersebut berguna sebagai
informasi tentang tindakan yang dilakukan oleh dokter dan perawat dalam
memberikan perawatan terhadap pasien,sehingga laporan tersebut harus
memuat informasi yang akurat, lengkap, dan dapat dipercaya. Pada review
item tanggal dan jam di formulir DPJP ditemukan 8 dokumen belum terisi
lengkap, dan item tanda diagnosis di formulir summary list ditemukan 3
dokumen belum terisi lengkap. Hal ini belum sesuai dengan dengan Hatta
(2013) dan SOP Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan No.
OT.02.02/1.4.13/398/2018 tentang analisis kelengkapan rekam medis yang
mengatakan bahwa dokumen rekam medis dikatakan lengkap apabila semua
data didalamnya terisi lengkap dan benar sesuai ketentuan rumah sakit.

5. Mengidentifikasi ketepatan tata cara pendokumentasian pada dokumen rekam


medis rawat inap penyakit gastroenteritis
Identifikasi ketepatan pendokumentasian yang benar pada 30
Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Gastroenteritisdi RSUP
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten dari hasil identifikasi ketepatan
pendokumentasian yang benar yaitu tanggal dan jam juga diagnosis pada
dokumen rekam medis pasien, review tanggal dan jam tertinggi terdapat pada
formulir Rawat Jalan / IGD yaitu 96,67% dan hasil terendah pada formulir
dokter penanggung jawab pasien yaitu 73,33%. Review pelaporan penting
diagnosis terendah pada formulir rawat jalan / IGD yaitu sebesar 90%. Hal ini
belum sejalan dengan (Sudra,2013) dimana penulisan harus bisa dibaca
kembali dengan selayaknya dan tidak menimbulkan kesulitan. Hal ini juga
belum sesuai dengan SOP analisis kelengkapan rekam medis rawat inap No.
OT.02.02/l.4:13/398/2019. Penggunaan garis tetap dimaksudkan untuk
menghindari penambahan data dari pihak yang tidak berwenang, Hal ini
belum sesuai menurut Huffman (1994) bahwa apabila terdapat daerah
lompatan (ruang kosong) seharusnya diberi garis untuk mencegah
penambahan catatan dari pihak yang tidak bertanggungjawab.

6. Mengidentifikasi sumber data pelaporan data statistik rumah sakit


b. Indikator Rawat Jalan
1) Rerata kunjungan perhari
Berdasarkan hasil yang telah diteliti di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode tahun 2021
rerata kunjungan per hari berjumlah 448 pasien/hari.
2) Rerata Kunjungan Baru
Berdasarkan hasil yang telah diteliti di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode tahun 2021,
rerata kunjungan baru pada triwulan I berjumlah 32 pasien/hari, pada
triwulan II berjumlah 39 pasien/hari. Berdasarkan hasil diatas maka
rerata kunjungan baru mengalami penurunan pada triwulan I yaitu
sekitar 7 pasien/hari.
3) Rasio Kunjungan Baru :Total Kunjungan Baru
Berdasarkan hasil yang telah diteliti di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode tahun 2021
terdapat 1 kunjungan pasien baru di setiap 13 kunjungan pasien ke
poliklinik.
c. Indikator Gawat Darurat
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa dengan total
kunjungan pasien tahun 2021 sebanyak 22.205 dengan rata-rata
kunjungan harian pasien gawat darurat perhari mencapai 61 pasien per
hari. Selama tahun 2021 kunjungan pasien IGD mengalami penurunan
sebanyak 22 kunjungan. angka kematian pasien gawat darurat relatif
tinggi yaitu 115 pasien meninggal di IGD.Hal ini terjadi karena pandemi
Covid 19.
d. Indikator Rawat Inap
Indikator rawat inap dari hasil penelitian di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten terdiri dari BOR, LOS,
TOI, BTO merupakan parameter yang digunakan untuk memantau
efisiensi pemakaian penggunaan tempat tidur.
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan persentase pemakaian
tempat tidur pada periode tertentu, BOR di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Tahun 2021.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat
presentase penggunaan tempat tidur yang digunakan di unit rawat
inap triwulan I pada tahun 2021 yaitu 48% dan triwulan II yaitu 58%.
Penggunaan tempat tidur triwulan I dan triwulan II berdasarkan hasil
diatas belum ideal. Standar ideal BOR menurut Barber Johnson yaitu
75% - 85% .
2) LOS (Lengh Of Stay)
LOS (Lengh Of Stay) yaitu rata-rata jumlah hari pasien yang
tinggal di rumah sakit. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten didapat lama hari perawatan pasien rawat inap
pada periode tahun 2021 adalah triwulan I dengan hasil 7 hari dan
triwulan II dengan hasil 6 hari. Berdasarkan hasil perhitungan Barber
Johnson yaitu 3-12 hari, dengan hasil perhitungan Barber Johnson
LOS triwulan I dan II pada tahun 2021 adalah sudah ideal.
3) TOI ( Turn Over Interval)
TOI ( Turn Over Interval) adalah untuk menentukan lamanya
rata-rata tempat tidur kosong atau rata-rata tempat tidur tersedia pada
periode tertentu yang tidak terisi antara pasien keluar atau mati
dengan pasien masuk. TOI berdasarkan hasil perhitungan tahun 2021
pada triwulan I ada 7 hari, pada triwuln II 4 hari, pada triwulan III
ada 4 hari , dan pada triwulan IV ada 3 hari. Menurut Barber Johnson
standar efisiensi TOI adalah 1-3 hari. Berdasarkan hasil diatas TOI
triwulan I sampai triwulan III belum ideal karena adanya penetapan
aturan BPJS berjenjang yang mengakibatkan tingginya nilai TOI
sehingga tempat tidur tidak produktif menurut dan pada triwulan IV
nilai TOI nya ideal.
4) BTO ( Bed Turn Over)
BTO adalah beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien
dalam periode tertentu. Standar efisiensi BTO adalah minimal 30 kali
dalam 1 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten periode tahun 2021 pada triwulan I adalah 7 kali,
pada triwulan II dan III yaitu 9 kali, dan pada triwulan IV yaitu 11
kali. Berdasarkan hasil diatas BTO pada rumah sakit tersebut sudah
ideal.
5) NDR (Net Dead Rate)
NDR (Net Dead Rate) di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten periode tahun 2021 menggunakan NDR menurut Barber
Johnson, nilai standar ideal adalah 2,5%. Berdasarkan hasil
perhitungan Barber Johnson pada tahun 2019 pada triwulan I adalah
42,42%, pada triwulan II adalah 63,78%, pada triwulan III adalah
97,06% , pada triwulan IV adalah 36,22%. Dari hasil tersebut maka
NDR di rumah sakit tersebut tidak ideal karena pasien yang
meninggal sebelum mendapat perawatan 48 jam, jika diasumsikan
datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi sakit berat sehingga
sangat dimungkinkan meninggalnya pasien tersebut bukan karena
kurangnya mutu pelayanan medis tapi karena kondisi pasien yang
sudah berat.
6) GDR
GDR di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode tahun
2021 menggunakan GDR menurut Barber Johnson, nilai standar
ideal adalah 4,5%. Berdasarkan hasil perhitungan pada triwulan I
adalah 94,70%, pada triwulan II adalah 99,46%, pada triwulan III
adalah 207,16%, dan pada triwulan IV adalah 77,24%. Dari hasil
tersebut maka GDR pada rumah sakit tersebut tidak ideal, karena
pasien yang datang ke rumah sakit tersebut lebih banyak cara
datang pasien dengan rujukan, sehingga tingkat keparahan penyakit
yang tinggi menyebabkan lebih banyak pasien yang meninggal di
rumah sakit tersebut. Dikarenakan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten merupakan Rumah Sakit tipe A rujukan sehingga pasien
dengan kondisi yang parah langsung dirujuk ke Rumah Sakit yang
bertipe lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan yang lebih
baik, akibatnya angka kematian lebih banyak.
7) Indikator persalinan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan menurut data
Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
pada kasus spesialistik 2021 persalinan dengan cara sectio caesarea
(SC) menyatakan dalam kasus sectio caesarea selama 3 bulan hasil
rerata yaitu 103 pasien seerta dengan hasil rerata jumlah kematian
ibu yaitu 2,75 atau dibulatkan menjadi 3 pasien kematian ibu dalam
satu periode waktu.
7. Mengidentifikasi pelaporan eksternal (RL1 – RL5)
a. RL 1 berisikan data Dasar Rumah Sakit yang dilaporkan setiap waktu
apabila ada perubahan.
1) Formulir RL 1.1 : Data Dasar Rumah Sakit.
2) Formulir RL 1.2 : Indikator Pelayanan Rumah Sakit.
3) Formulir RL 1.3 : Fasilitas Tempat Tidur.
b. RL 2 berisikan data ketenagaan yang dilaporkan setiap saat.
1) Formulir RL 2 : Ketenagaan.
c. RL 3 berisikan data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit yang dilaporkan
periodik setiap tahun.
1) Formulir RL 3.1 : Kegiatan Pelayanan Rawat Inap.
2) Formulir RL 3.2 : Kegiatan Pelayanan Gawat Darurat.
3) Formulir RL 3.3 : Kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut.
4) Formulir RL 3.4 : Kegiatan Kebidanan.
5) Formulir RL 3.5 : Kegiatan Perinatologi.
6) Formulir RL 3.6 : Kesehatan Pembedahan.
7) Formulir RL 3.7 : Kegiatan Radiologi.
8) Formulir RL 3.8 : Pemeriksaan Laboratorium.
9) Formulir RL 3.9 : Pelayanan Rehabilitasi Medik.
10) Formulir RL 3.10 : Kegiatan Pelayanan Khusus.
11) Formulir RL 3.11 : Kegiatan Kesehatan Jiwa.
12) Formulir RL 3.12 : Kegiatan Keluarga Berencana.
13) Formulir RL 3.13 :Pengadaan Obat, Penulisan dan Pelayanan
Resep.
14) Formulir RL 3.14 : Kegiatan Rujukan.
15) Formulir RL 3.15 : Cara Bayar.
d. RL 4 berisikan Morbiditas/Mortalitas Pasien yang dilaporkan periodic
setiap tahun.
1) Formulir RL 4a : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap.
2) Formulir RL 4a : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap
Penyebab Kecelakaan.
3) Formulir RL 4b : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan.
4) Formulir RL 4b : Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan
Penyebab Kecelakaan.
e. RL 5 berisikan data Kunjungan dan data 10 besar penyakit merupakan
data bulanan yang dilaporkan secara periodik setiap bulan.
2) Formulir RL 5 : Data Bulanan.
3) Formulir RL 5.1 : Pengunjung Rumah Sakit.
4) Formulir RL 5.2 : Kunjungan Rawat Jalan.
5) Formulir RL 5.3 : Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap.
6) Formulir RL 5.4 : Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan
Berdasarkan hasil analisis dokumen pelaporan internal mupun
eksternal, hasil diatas sudah sesuai dengan pendapat kementrian
kesehatan (Depkes 2005) dan pada SOP No.OT.02.02/1.4.13/275/2019
di Rumah Sakit RSUP dr. Soeradji Tirtoneoro.
8. Mengidentifikasi aturan dan tata cara klasifikasi dan kodifikasi penyakit dan
tindakan gastroenteritis
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro klaten dalam pemberian kodefikasi
penyakit dan tindakan dengan menggunakan buku ICD-10 Volume 3 dan
volume 1 serta dengan mengkode tindakan menggunakan ICD-9CM baik
manual maupun elektronik. Hal ini sudah sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional yang berlaku di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro klaten
No.OT.02.02/1.4.13/395/2018 tentang kodefikasi penyakit dan tindakan.
Dapat disimpulkan bahwa setiap Berkas Rekam Medis (DRM) yang telah
diverifikasi kelengkapannya oleh petugas analisis kelengkapan diberi kode
diagnosis, tindakan dan penyebab kematian atau penyebab luar oleh petugas
koding menggunakan ICD-10, ICD-9 CM. Diagnosis maupun tindakan yang
tidak lengkap atau tidak terbaca perlu ditanyakan kembali kepada dokter
penanggung jawab pasien sehingga memperoleh informasi yang benar.

9. Mengidentifikasi kelengkapan informasi penunjang untuk mendapatkan kode


penyakit gastroenteritis
Berdasarkan 30 dokumen rekam medis rawat inap yang diteliti pada diagnosis
Gastroenteritis sudah lengkap. Hal ini sesuai dengan SOP NO.
OT.02.02/1.4.13/395/2018 tentang coding dan indeks.

10. Mengidentifikasi kelengkapan informasi penunjang untuk mendapatkan kode


tindakan gastroenteritis
Berdasarkan tujuh dokumen rekam medis rawat inap yang diteliti tabel
formulir kelengkapan Informasi penunjang pada kasus diagnosis gastroentritis
semua item terisi lengkap 100% maka dari itu hal ini sesuai dengan
Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 2 ayat 1, rekam medis
harus dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas atau secara elektronik, dan
sudah seuai dengan Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 5
ayat 2, rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien
menerima pelayanan. Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.

11. Mengidentifikasi ketepatan kode penyakit gastroenteritis


Berdasarkan analisis dari 30 dokumen rekam medis yang di amati ketepatan
kode penyakit gastroenteritis di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro sebagian besar
sudah lengkap. Untuk hasil pengkodean diagnosis utamanya dari 30 dokumen
tersebut menunjukan bahwa keakuratan kode diagnosis utama sebesar 100%.
Pengkodean dilakukan oleh petugas koding dengan basic seorang lulusan D3
perekam medis. Hal ini juga sudah sesuai dengan SOP NO.
OT.02.02/1.4.13/395/2018 tentang coding dan indeks.

12. Mengidentifikasi ketepatan kode tindakan gastroenteritis


Berdasarkan analisis dari 30 dokumen rekam medis yang diamati
ketepatan kode tindakan Gastroenteritis di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro
sudah lengkap. Untuk hasil pengkodean diagnosis tindakan dari 30 dokumen
tersebut menunjukan bahwa keakuratan kode diagnosis tindakan sebesar
100% akurat. Hal ini sudah sesuai dengan Permenkes Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 pasal 2 ayat 1, rekam medis harus dibuat secara
tertulis,lengkap,dan jelas atau secara elektronik.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1.
2. Menganalisis kelengkapan identitas pasien pada 30 sampel dokumen rekam
medis (DRM) yang meliputi nomor rekam medis dan nama lengkap pasien.
Formulir yang di analisis diantaranya formulir summary list (RM1), formulir
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) (RM 25), Discharge Summary
(RM 49).
3. Kelengkapan autentifikasi pada 30 dokumen rekam medis pasien rawat inap
kasus gastroenteritis belum lengkap 100%. Review nama terang dokter
diperoleh hasil terendah sebesar 90% pada formulir dokter penanggung
jawab pasien (RM 25) dan pada review tanda tangan dokter diperoleh hasil
terendah sebesar 63,33% pada formulir discharge summary (RM49)
4. Kelengkapan pelaporan penting tanggal dan jam yang di nyatakan lengkap
tertinggi terdapat pada formulir summary list (RM 1) sebanyak 29 dokumen
rekam medis (96.67%) . Dan yang terendah terdapat di formulir DPJD (RM
25) sebanyak 27 dengen prosentase 90%. Sedangkan dalam kelengkapan
diagnosis pasien yang dinyatakan lengkap ada 2 yaitu formulir DPJP dan
Discharge Summary sebanyak 28 dokumen rekam medis (93.33%) dan yang
terendah terdapat pada formulir summary list sebanyak 27 (90%).
5.
6.
7.

8. Hasil Perhitungan Indikator Rawat Jalan dan Indikator Rawat Inap di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten:
a. Indikator Rawat Jalan di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten
mengalami penurunan dilihat dari rerata kunjungan perhari, rerata
kunjungan baru perhari, dan rasio kunjungan baru: total kunjungan
baru mengalami penurunan pada triwulan IV dan yang mengalami
kenaikan pada triwulan II yaitu rerata kunjungan pasien baru.
b. Indikator Gawat Darurat di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa rerata pasien
gawat darurat perhari mencapai 61 pasien per hari. Dan angka
kematian pasien gawat darurat relatif tinggi yaitu 115 pasien
meninggal di IGD.
c. Indikator Rawat Inap di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
triwulan I dan II tidak efisien karena terdapat indikator yang tidak
ideal yaitu nilai BOR. Dan untuk nilai LOS, TOI, BTO sudah ideal
dan sudah sesuai standar Barber Johnson.
d. Indikator Persalinan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
berdasarkan hasil perhitungan nilai NDR paling rendah pada triwulan I
yaitu 42,42% dan tertinggi pada triwulan III yaitu 97,06% nilai
tersebut belum ideal karena nilai standar ideal nya 2,5%. Dan nilai
GDR tertinggi pada triwulan III dan terendah pada triwulan IV nilai
tersebut belum ideal
9. Identifikasi pelaporan eksternal (RL1 – RL5) RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten dibuat secara komputerisasi menggunakan SIMRS/Sistem Informasi
Manajemen Terintegrasi Rumah Sakit (SINERGIS) berdasarkan SIRS revisi
VI.
10. Analisis aturan dan tata cara klasifikasi dan kodifikasi penyakit dan tidakan
di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten petugas koding untuk kodefikasi
penyakit dan tindakan dilakukan komputerisasi menggunakan ICD-10, ICD-
9 cm manual/elektronik. Untuk penetapan kode rawat jalan maupun rawat
inap tidak ada perbedaan
11. Keakuratan kode diagnosis Gastroenteritis dari hasil observasi 30 dokumen
rekam medis rawat inap kasus gastroenteritis menunjukkan keakuratan
sebesar 100%.

12. Analisis ketepatan kode rawa inap di RSUP Dr.Soeradji Tirtongoro Klaten
menggunakan informasi yang terdapat pada lembar discharge summary,
lembar assesment, lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi dan
semua formulir penunjang tegak diagnosis yang ada pada dokumen rekam
medis. Hasil review ketepatan kode diagnosis Gastroenteritis dengan sempel
30 dokumen rekam medis pasien rawat inap yaitu 100% akurat dengan kode
A09.9.
13. Ghfhj

B. Saran
1.

Anda mungkin juga menyukai