Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, Dan Modern
Makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, Dan Modern
KELAS
X BOUGENVILLE
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Historiografi Tradisional, Kolonial,
dan Modern ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
ii
DAFTAR ISI
iii
B. Saran ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam
pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa setiap karya
sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi
cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik tersebut dengan menggunakan
sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu. Para sarjana telah
mendiskusikan historiografi dengan topik seperti "historiografi Indonesia",
"Historiografi Islam awal", "Historiografi Tiongkok" serta berbagai
pendekatan dan aliran, seperti sejarah politik dan sejarah sosial. Sejak abad ke-
19, dengan bangkitnya sejarah akademis, mulai berkembang bentuk literatur
historiografi. Sejauh mana sejarawan dipengaruhi oleh kelompok dan loyalitas
mereka sendiri seperti kepada negara bangsanya menjadi permasalahan yang
diperdebatkan.
Historiografi disampaikan sebagai hasil penyusunan imajinasi tentang
masa lampau sesuai dengan jejak-jejak atau fakta yang ada. Penulisan
historiografi memerlukan kemahiran dalam seni menulis. Kebebasan menulis
dibatasi oleh sejumlah ketentuan akademis yang berlaku dan sikap kehati-
hatian untuk menghindari penyampaian yang melebihi fakta. Sumber
penulisan naskah di dalam historiografi dibagi menjadi sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber informasi yang
diciptakan pada waktu kejadian berlangsung, sedangkan sumber sekunder
merupakan karya historis yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer.
Ketertarikan penelitian sejarawan berubah sepanjang waktu, dan telah
ada pergeseran jauh dari diplomasi, ekonomi, dan politik tradisional menuju
pendekatan yang lebih baru, khususnya sosial dan sejarah budaya. Sejak 1975
sampai 1995, proporsi profesor sejarah di universitas Amerika yang
diidentifikasi dengan sejarah sosial naik dari 31 ke 41 persen, sedangkan
proporsi sejarawan politik menurun dari 40 ke 30 persen. Pada 2007, dari
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Ciri-ciri Historiografi Tradisional, Kolonial,
dan Modern ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian historiografi?
2. Apa saja ciri-ciri historiografi tradisional?
3. Apa saja ciri-ciri historiografi kolonial?
4. Apa saja ciri-ciri historiografi modern?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Ciri-ciri Historiografi
Tradisional, Kolonial, dan Modern ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian historiografi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi tradisional.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi kolonial.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Historiografi
1. Pengertian Historiografi
a. Pengertian Historiografi Menurut Etimologi (Bahasa)
Dalam bahasa Sanskerta, historiografi merupakan gabungan
dua kata yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti
deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti deskripsi (penulisan)
sejarah. Dalam bahasa Yunani, historiografi terdiri atas historia yang
artinya penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein yang
bermakna sebuah gambaran, tulisan atau uraian.
b. Pengertian Historiografi Menurut Terminologi (Istilah)
Beberapa ahli yang memberikan pendapatnya tentang
pengertian historiografi antara lain adalah:
1) Louis Gottschalk: historiografi merupakan suatu bentuk publikasi,
baik itu dalam bentuk lisan maupun juga tulisan mengenai
peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa
lampau.
2) Kuntowijoyo: historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu
peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.
3) Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Historiografi berarti pelukisan sejarah,
gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masa lalu
yang disebut sejarah.
4) Soejatmoko: Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu
sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh
sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan
bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi langkah tersebut
adalah langkah terberat.
3
4
yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Sumber primer dapat
berbentuk catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Peninggalan
atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada
peristiwa tersebut juga termasuk dalam jenis sumber primer. Sumber
primer memiliki tingkat keabsahan yang diragukan karena manusia
memiliki sifat lupa atau memiliki keinginan untuk menulis ulang
sejarah. Sumber primer juga dapat berupa bukti-bukti yang tak tertulis
seperti temuan arkeologis.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan tulisan mengenai sejarah yang
sesuai dengan bukti-bukti dari sumber primer. Bentuk sumber
sekunder dapat berupa tulisan pada buku sejarah yang mengacu kepada
buku harian atau arsip surat kabar. Sumber sekunder merujuk pada
karya sejarah yang ditulis sesuai sumber-sumber primer dan merujuk
pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Sebagian besar tulisan
ilmiah yang diterbitkan pada masa sekarang adalah sumber sekunder.
Sumber sekunder yang ideal memuat laporan peristiwa di masa
lampau. Peristiwa yang disampaikan telah mengalami generalisasi,
analisis, sintesis, interpretasi, dan evaluasi terlebih dahulu.
5. Syarat Penulisan Historiografi
Historiografi sebagai hasil penelitian atau sejarah ilmiah diukur
setelah sejarawan menghasilkan karya tulisan yang beraneka ragam
dari zaman ke zaman. Penulisan sejarah ilmiah dilakukan melalui
proses yang menyeluruh secara intelektual, kritis, dan konstruktif.
Pendekatan multidimensional untuk penulisan sejarah dalam keperluan
praktis diungkapkan setelah menjelaskan teori dasar yang membangun
historiografi. Penulis sejarah harus memahami filsafat sejarah
spekulatif dan filsafat sejarah kritis sebagai perkembangan pemikiran
sejarah. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan
filsafat mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tujuan dari
filsafat sejarah spekulatif adalah menemukan struktur yang terkandung
10
B. Historiografi Tradisional
1. Pengertian Historiografi Tradisional
Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan sejarah masa tradisional
lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam sejarah.
Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk
mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta,
melainkan diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada
penguasa. Oleh karena itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur
sastra yang menghasilkan karya mitologi dan imajinatif.
Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia dimulai
sejak masa kerajaan Hindu-Budha sampai masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam. Karya historiografi umumnya berupa prasasti, dan naskah-
naskah kuno (babad dan hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus
dapat mengetahui peristiwa di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat
seorang raja memerintah suatu kerajaan. Prasasti biasanya berkaitan
dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai tanda peringatan sebuah
momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah Prasasti Yupa,
Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll.
Babad merupakan nama yang digunakan di buku cerita sejarah atau
kronik dalam tradisi penulisan sejarah suku bangsa. Biasanya penulis
babad merupakan seorang pujangga keraton. Babad berisi unsur irasional,
cerita bercampur mitos yang kadang-kadang dipenuhi dengan kiasan dan
11
C. Historiografi Kolonial
1. Pengertian Historiografi Kolonial
13
D. Historiografi Modern
1. Pengertian Historiografi Modern
Penulisan sejarah pada masa ini ditandai dengan adanya peranan
Indonesia sebagai pemeran dan pelaku utama dalam Historiografi
(Indonesia-sentris). Artinya, sejarah Indonesia ditulis berdasarkan
pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan lagi
berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa semata. Seminar Nasional
Sejarah I tahun 1957 di Yogyakarta dianggap sebagai kebangkitan
penulisan sejarah nasional Indonesia. Dalam seminar itu dibahas tentang
dorongan untuk menulis sejarah yang berorientasi Indonesia.
Penulisan karya historiografi modern ditandai dengan metode kritis
serta kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Historiografi nasional juga menggunakan berbagai disiplin ilmu
(multidimensional) serta sumber- sumber sejarah yang lebih lengkap.
Selain itu, bahan tulisan sejarah bukan lagi hanya mengisahkan para raja
dan orang besar lainnya, melainkan juga rakyat kecil dan orang
kebanyakan yang juga berperan dalam kisah sejarah secara keseluruhan.
2. Ciri-ciri Historiografi Modern
a. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada kehidupan
masyarakat Indonesia.
b. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan
multidimensional.
16
A. Kesimpulan
Historiografi adalah deskripsi /penulisan atau karya sejarah yang telah
melalui tahapan penelitian sejarah. Perkembangan historiografi Indonesia
dimulai sejak masa Hindu Budha (historiografi tradisional), kemudian
berkembang ke masa kolonial Belanda (historiografi kolonial), dan setelah
Indonesia merdeka beralih ke historiografi nasional (modern). Historiografi
tradisional memiliki ciri-ciri antara lain; istana sentris, religius magis,
feodalisme dan regio sentris.
Historiografi kolonial adalah karya historiografi yang ditulis pada
masa VOC hingga masa pemerintahan Belanda berakhir di Indonesia. Fokus
utama historiografi kolonial adalah aktivitas kehidupan orang-orang dan
pemerintahan Belanda di Indonesia (masa Hindia Belanda). Historiografi
kolonial bercirikan antara lain Eropa-Belanda-sentris dan diskriminatif.
Kelebihan Historiografi kolonial bahwa dalam penyusunannya berorientasi
fakta-fakta dan kejadian-kejadian. Kelemahan Historiografi kolonial adalah
hanya menulis seputar pemerintahan Hindia Belanda, tanpa menulis tentang
orang-orang pribumi. Karya historiografi kolonial antara lain Reizen (Catatan
Perjalanan), Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda),
dan Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi
Ekonomi Hindia Belanda).
Ciri-ciri historiografi modern antara lain Indonesia sentris, kritis
analitis, multidisiplin ilmu. Contoh karya historiografi modern adalah Sejarah
Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan imperialisme (editor:
Sartono Kartodirdjo). Kelebihan historiografi modern adalah lebih ilmiah dan
kritis. Kekurangan historiografi modern antara lain kadang terlalu kaku dan
terlalu berpedoman terhadap metode ilmiah.
18
19
B. Saran
Dalam dua dasawarsa terakhir, perkembangan ilmu sosial di Indonesia
sangat pesat, termasuk di dalamnya ilmu sejarah. Dari sudut pandang
kesenjangan 23 antar generasi, generasi sekarang sangat memahami Zeitgeist
(jiwa zaman) seluruh gejolak dan keresahan yang terjadi saat ini. Untuk itu,
keunggulan para sejarawan generasi ini adalah sejarawan sekaligus generasi
milenial. Masa depan historiografi Indonesia berada di tangan para sejarawan
milenial. Banyak di antara para sejarawan muda tersebut dididik dalam tradisi
akademik Eropa dan Amerika. Hal ini memungkinkan pendekatan, metodologi
dan tema yang sangat beragam. Situasi inilah yang diharapkan mendorong
historiografi Indonesia semakin mandiri dan tidak bergantung kepada
“mazhab-mazhab” tertentu dalam ilmu sejarah. Tentu saja, sikap kritis tetap
harus diberi tempat dalam perkembangan disiplin ilmu sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Adil M. & Ratna Hapsari. 2017. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
Farid, Samsul dan Taufan Harimurti. 2016. Sejarah untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Yrama Widya.