Anda di halaman 1dari 24

HISTORIOGRAFI TRADISIONAL,

KOLONIAL, DAN MODERN

KELAS
X BOUGENVILLE
DISUSUN OLEH :

1. LA ODE PANJI ARHYA LUMBAN GAOL


2. KHAIRUNISA ANASTASYA
3. PRISTA GEOVITA
4. NUFAISYAH
5. DIAN SISNAWATI
6. WAODE FITRIANI PUTRI
7. WANDA DWI ARTIKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Historiografi Tradisional, Kolonial,
dan Modern ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Raha, 21 Januari 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Historiografi ............................................................................................ 3
1. Pengertian Historiografi .................................................................... 3
2. Perkembangan Historiografi ............................................................. 4
3. Penyusunan Historiografi .................................................................. 8
4. Sumber Naskah Historiografi ............................................................ 8
5. Syarat Penulisan Historiografi .......................................................... 9
B. Historiografi Tradisional ......................................................................... 10
1. Pengertian Historiografi Tradisional ................................................. 10
2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional ..................................................... 11
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Tradisional ...................... 12
C. Historiografi Kolonial ............................................................................. 12
1. Pengertian Historiografi Kolonial ..................................................... 12
2. Ciri-ciri Historiografi Kolonial ......................................................... 13
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial .......................... 14
4. Contoh Karya Historiografi Kolonial................................................ 14
D. Historiografi Modern .............................................................................. 15
1. Pengertian Historiografi Modern ...................................................... 15
2. Ciri-ciri Historiografi Modern .......................................................... 15
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Modern ............................ 16
4. Karya Historiografi Modern .............................................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 18

iii
B. Saran ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam
pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa setiap karya
sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi
cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik tersebut dengan menggunakan
sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu. Para sarjana telah
mendiskusikan historiografi dengan topik seperti "historiografi Indonesia",
"Historiografi Islam awal", "Historiografi Tiongkok" serta berbagai
pendekatan dan aliran, seperti sejarah politik dan sejarah sosial. Sejak abad ke-
19, dengan bangkitnya sejarah akademis, mulai berkembang bentuk literatur
historiografi. Sejauh mana sejarawan dipengaruhi oleh kelompok dan loyalitas
mereka sendiri seperti kepada negara bangsanya menjadi permasalahan yang
diperdebatkan.
Historiografi disampaikan sebagai hasil penyusunan imajinasi tentang
masa lampau sesuai dengan jejak-jejak atau fakta yang ada. Penulisan
historiografi memerlukan kemahiran dalam seni menulis. Kebebasan menulis
dibatasi oleh sejumlah ketentuan akademis yang berlaku dan sikap kehati-
hatian untuk menghindari penyampaian yang melebihi fakta. Sumber
penulisan naskah di dalam historiografi dibagi menjadi sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber informasi yang
diciptakan pada waktu kejadian berlangsung, sedangkan sumber sekunder
merupakan karya historis yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer.
Ketertarikan penelitian sejarawan berubah sepanjang waktu, dan telah
ada pergeseran jauh dari diplomasi, ekonomi, dan politik tradisional menuju
pendekatan yang lebih baru, khususnya sosial dan sejarah budaya. Sejak 1975
sampai 1995, proporsi profesor sejarah di universitas Amerika yang
diidentifikasi dengan sejarah sosial naik dari 31 ke 41 persen, sedangkan
proporsi sejarawan politik menurun dari 40 ke 30 persen. Pada 2007, dari

1
2

5.723 fakultas di departemen sejarah di universitas Britania, 1.644 (29%)


mengidentifikasi dirinya dengan sejarah sosial dan 1.425 (25%)
mengidentifikasi dirinya dengan sejarah politik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Ciri-ciri Historiografi Tradisional, Kolonial,
dan Modern ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian historiografi?
2. Apa saja ciri-ciri historiografi tradisional?
3. Apa saja ciri-ciri historiografi kolonial?
4. Apa saja ciri-ciri historiografi modern?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Ciri-ciri Historiografi
Tradisional, Kolonial, dan Modern ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian historiografi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi tradisional.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi kolonial.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri historiografi modern.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Historiografi
1. Pengertian Historiografi
a. Pengertian Historiografi Menurut Etimologi (Bahasa)
Dalam bahasa Sanskerta, historiografi merupakan gabungan
dua kata yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti
deskripsi atau penulisan. Jadi historiografi berarti deskripsi (penulisan)
sejarah. Dalam bahasa Yunani, historiografi terdiri atas historia yang
artinya penyelidikan tentang gejala alam fisik, dan grafein yang
bermakna sebuah gambaran, tulisan atau uraian.
b. Pengertian Historiografi Menurut Terminologi (Istilah)
Beberapa ahli yang memberikan pendapatnya tentang
pengertian historiografi antara lain adalah:
1) Louis Gottschalk: historiografi merupakan suatu bentuk publikasi,
baik itu dalam bentuk lisan maupun juga tulisan mengenai
peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa
lampau.
2) Kuntowijoyo: historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu
peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.
3) Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Historiografi berarti pelukisan sejarah,
gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masa lalu
yang disebut sejarah.
4) Soejatmoko: Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu
sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh
sejarawan. Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan
bagian terakhirnya. Langkah terakhir, tetapi langkah tersebut
adalah langkah terberat.

3
4

5) Abdurahaman Hamid dan Muhammad Saleh Majid: Historiografi


adalah berbagai pernyataan mengenai masa silam yang telah
disintesiskan selanjutnya ditulis dalam kisah sejarah.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
historiografi adalah cara untuk merekonstruksi suatu gambaran masa
lampau berdasarkan data yang telah diperoleh yang didahului dengan
penelitian. Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir dalam sebuah
metodologi penelitian sejarah yang dilakukan oleh seorang sejarawan.
Hasil penelitiannya menghasilkan sebuah karya sejarah dapat berupa buku,
film, diorama, dan lainnya. Karya sejarah inilah yang disebut historiografi.
2. Perkembangan Historiografi
Penulisan sejarah telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Dari
waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Dari tulisan yang
sederhana hingga yang kompleks seperti sekarang ini, dari yang mitos
hingga yang kritis. Historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara,
yakni ketika Indonesia telah mengenal tulisan. Karya –karya awal
historiografi Indonesia berupa prasasti. Historiografi Indonesia dalam
bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab
Negarakertagama.
Historiografi tradisional dianggap berakhir dengan hadirnya buku
yang berjudul Cristische Beschouwing Van Sadjarah Van Banten (Sejarah
Banten) yang disusun tahun 1662-1663 dalam bentuk tembang macapat,
kemudian menjadi obyek penelitian Hoesein Djajadiningrat dan disusun
sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada
Universitas Leiden tahun 1913. Buku ini dianggap telah mulai kritis dan
didasari fakta yang ada. Meski ada juga yang menganggap buku tersebut
lebih condong untuk kepentingan penjajah Belanda. Historiografi kolonial
berakhir setelah Indonesia merdeka. Waktu yang dianggap sebagai titik
tolak historiografi modern Indonesia adalah dimulai sekitar tahun 1957,
setelah diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama
di Yogyakarta.
5

Historiografi adalah berbagai karya sejarah yang berkenaan dengan


suatu tema. Karya sejarah adalah berbagai tulisan berupa: artikel jurnal,
prosiding, dan buku yang bertemakan sejarah. Umumnya, historiografi
dimaknai sebagai dua hal; penulisan sejarah dan sejarah dari penulisan
sejarah. Sebagai contoh, historiografi revolusi kemerdekaan mencakup
semua karya sejarah (artikel, buku, film, komik, maupun konten digital)
yang membahas peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia di tahun
1945 hingga 1949. Ketika manusia mulai mengenal tulisan, mereka juga
mulai menyadari apa yang terjadi dengan dirinya dan lingkungan
sekitarnya. Perkembangan literasi yang terjadi pada abad ke-5 sebelum
Masehi di Yunani memungkinkan terwujudnya historiografi yang kita
kenal sekarang.
Sampai dengan abad ke-19, sejarah masih belum benar-benar
diakui sebagai cabang ilmu di perguruan tinggi. Sejarah sebagai ilmu baru
mulai diterima ketika sejarawan Jerman, Leopold Von Ranke (1799-1886),
menganjurkan para ahli sejarah untuk meneliti dokumen-dokumen asli.
Penelitian tersebut bertujuan agar pengetahuan sejarah menjadi objektif.
Untuk menjadikan sejarah sebagai cabang ilmu yang memiliki metode dan
metodologi, Ranke mengharuskan “wie es eigentlich gewesen (sejarah
sebagaimana yang terjadi)”. Akan tetapi, pada saat yang sama, muncul
penolakan dari para ahli humaniora untuk menggunakan metodologi ilmu
pengetahuan alam yang saat itu sudah mapan.
Untuk memahami jiwa dan pikiran manusia, para ahli mengajukan
metode hermeneutika (dari kata hermeneus yang artinya menafsirkan).
Interpretasi atau penafsiran peristiwa melalui jalan pikiran para pelaku
sejarah adalah cara utama yang dianjurkan oleh para ahli humaniora. Hasil
dari metode hermeneutika adalah kisah atau narasi yang hidup dengan
bertumpu pada teks. Di tahun 1960-an, para ahli sejarah mulai
mempersoalkan dasar-dasar ilmu sejarah. Ketika itu, para sejarawan
mengakui bahwa ciri utama dari sejarah dunia modern adalah perubahan
sosial-ekonomi yang cepat. Namun, metode hermeneutika yang ketika itu
6

menjadi andalan sebagian besar sejarawan tidak bisa lagi memberi


penjelasan yang memuaskan mengenai perubahan-perubahan ini.
Karena itu, para sejarawan pun mulai menyuarakan pentingnya
pendekatan multidisiplin dan interdisiplin. Multidisiplin adalah seorang
peneliti mendalami satu tema dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu,
sedangkan interdisiplin adalah kerja sama para peneliti dengan latar
belakang ilmu yang berbeda untuk membahas satu tema. Kedua
pendekatan ini akhirnya berhasil memperkaya karya sejarah sehingga
mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di dalam
masyarakat modern dengan lebih komprehensif.
Adanya perubahan dalam metode penelitian menyebabkan
berkembangnya penulisan sejarah. Karena perubahan ini, sejak tahun
1960-an, historiografi sejarah mulai berkembang secara pesat. Keperluan
untuk menjelaskan berbagai perubahan yang melanda masyarakat
menyebabkan perluasan tema-tema penulisan sejarah. Sejak itu, karya-
karya sejarah membahas berbagai hal yang terkait dengan kehidupan
masyarakat modern. Kini, sejarah tidak lagi sekedar mencatat perubahan
tentang kerajaan, negara, tokoh-tokoh penting, perang, ataupun peristiwa
politik. Melainkan, sejarah juga membahas berbagai aspek lain dalam
kehidupan bermasyarakat.
Karena modernisasi, kehidupan masyarakat juga mengalami
perubahan yang cepat di berbagai aspek. Salah satunya adalah munculnya
berbagai permasalahan masyarakat modern seperti korupsi, kriminalitas,
kesenjangan sosial, kemiskinan, masalah lingkungan, pendidikan dan
permasalahan lainnya. Menurut para sejarawan, berbagai masalah
masyarakat itu perlu dijelaskan dari perspektif sejarah. Tujuannya adalah
agar masyarakat tidak mengalami disorientasi. Dalam ilmu sejarah, yang
dimaksud dengan disorientasi adalah hilangnya kemampuan untuk melihat
kaitan antara apa yang terjadi di masa lalu dengan yang ada sekarang dan
di masa yang akan datang.
7

Melalui penjelasan sejarah, masyarakat bisa mendapatkan


pengetahuan tentang peristiwa di sekitar yang terjamin kebenarannya.
Penjelasan sejarah terjamin valid karena didapat dari sumber sejarah
dengan metodologi yang sesuai dengan kaidah keilmuan. Pengetahuan ini
bisa menjadi landasan bagi masyarakat untuk memahami perubahan-
perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Sebagai contoh adalah bencana
banjir yang hampir setiap tahun melanda kota Jakarta. Melalui penelitian
sejarah dapat diketahui bahwa masalah banjir sudah terjadi sejak abad 18,
yaitu ketika kota Jakarta masih bernama Batavia. Sumber-sumber sejarah
dari masa itu menunjukkan bahwa penggundulan hutan dan kebiasaan
untuk membuang sampah ke sungai menjadi penyebab utama banjir.
Dalam konteks Indonesia, perkembangan dalam ilmu sejarah
ditandai dengan munculnya historiografi sejarah sosial yang dipelopori
oleh Sartono Kartodirdjo melalui karyanya tentang pemberontakan petani
Banten 1888. Karya ini kemudian disusul oleh berbagai karya sejarah
sosial lain yang ditulis oleh Taufik Abdullah, Onghokham, Kuntowijoyo,
R.Z. Leirissa, dan sebagainya. Seiring berkembangnya historiografi
sejarah sosial, mendorong perkembangan historiografi sejarah lainnya.
Perkembangan ekonomi Indonesia pun memunculkan minat para
sejarawan untuk mengkaji masalah ekonomi dengan dipelopori oleh Thee
Kian Wie, Bambang Purwanto, dan Soegiyanto Padmo. Sementara itu,
perhatian terhadap perkembangan dunia maritim juga telah menarik minat
para sejarawan seperti A.B. Lapian, Susanto Zuhdi, Singgih Tri
Sulistiyono dan sebagainya untuk menghasilkan historiografi sejarah
maritim.
Selain beberapa contoh di atas, generasi baru sejarawan Indonesia
yang muncul di abad ke-21 juga menjelajahi tema-tema sejarah baru yang
semakin luas. Hasilnya, terbentuklah berbagai historiografi baru seperti
sejarah lingkungan, sejarah bencana alam, sejarah kesehatan, sejarah
perkotaan, sejarah gender, dan sebagainya. Penulisan sejarah yang
menyentuh berbagai bidang kehidupan ini bisa terjadi karena sumber-
8

sumber sejarah yang juga telah berkembang mengikuti perkembangan


zaman. Sebelum tahun 1960-an, sumber sejarah yang tersedia utamanya
adalah sumber tertulis dan lisan. Sementara, saat ini sumber sejarah juga
tersedia dalam bentuk rekaman suara, film, dan sumber digital. Dengan
ini, historiografi pun memiliki jenis sumber dan kemungkinan penulisan
yang lebih kaya dengan tema yang lebih luas. Perkembangan historiografi
saat ini telah mencakup hampir semua aspek kehidupan masyarakat di
abad ke-21. Karena hal tersebut, historiografi dapat semakin membantu
sejarah dalam mencapai tujuannya, yaitu menjelaskan perubahan-
perubahan yang terjadi terhadap manusia sebagai makhluk sosial dari
waktu ke waktu.
3. Penyusunan Historiografi
Historiografi merupakan penulisan hasil penelitian dari susunan
kejadian masa lampau. Penyusunan historiografi dilakukan dengan
memberikan imajinasi terhadap kejadian masa lampau. Tiap kejadian
dibentuk melalui pengolahan data yang telah diperoleh sebelumnya.
Historiografi disusun dalam bentuk serialisasi dengan pendekatan
kronologi, kausalitas dan imajinasi. Keteraturan penulisan sejarah
peristiwa-peristiwa ditentukan oleh pendekatan kronologis. Dalam ilmu
sejarah, urutan kronologi sangat penting dalam menjelaskan perubahan
sosial. Kajian sejarah secara menyeluruh melibatkan kajian filosofis dan
kajian historiografi. Kajian filosofis berkaitan dengan situasi masa lalu.
Penjelasan mengenai masa lalu disampaikan melalui berbagai jenis tulisan
yang memberikan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu.
Sedangkan kajian historiografi berupa keterlibatan para sejarawan dalam
berbagai kajian masa lalu tersebut.
4. Sumber Naskah Historiografi
a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan bukti-bukti dalam bentuk tulisan
tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada waktu peristiwa
terjadi. Penulisan sejarah dari sumber primer dilakukan oleh orang
9

yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Sumber primer dapat
berbentuk catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Peninggalan
atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada
peristiwa tersebut juga termasuk dalam jenis sumber primer. Sumber
primer memiliki tingkat keabsahan yang diragukan karena manusia
memiliki sifat lupa atau memiliki keinginan untuk menulis ulang
sejarah. Sumber primer juga dapat berupa bukti-bukti yang tak tertulis
seperti temuan arkeologis.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan tulisan mengenai sejarah yang
sesuai dengan bukti-bukti dari sumber primer. Bentuk sumber
sekunder dapat berupa tulisan pada buku sejarah yang mengacu kepada
buku harian atau arsip surat kabar. Sumber sekunder merujuk pada
karya sejarah yang ditulis sesuai sumber-sumber primer dan merujuk
pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Sebagian besar tulisan
ilmiah yang diterbitkan pada masa sekarang adalah sumber sekunder.
Sumber sekunder yang ideal memuat laporan peristiwa di masa
lampau. Peristiwa yang disampaikan telah mengalami generalisasi,
analisis, sintesis, interpretasi, dan evaluasi terlebih dahulu.
5. Syarat Penulisan Historiografi
Historiografi sebagai hasil penelitian atau sejarah ilmiah diukur
setelah sejarawan menghasilkan karya tulisan yang beraneka ragam
dari zaman ke zaman. Penulisan sejarah ilmiah dilakukan melalui
proses yang menyeluruh secara intelektual, kritis, dan konstruktif.
Pendekatan multidimensional untuk penulisan sejarah dalam keperluan
praktis diungkapkan setelah menjelaskan teori dasar yang membangun
historiografi. Penulis sejarah harus memahami filsafat sejarah
spekulatif dan filsafat sejarah kritis sebagai perkembangan pemikiran
sejarah. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan
filsafat mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tujuan dari
filsafat sejarah spekulatif adalah menemukan struktur yang terkandung
10

dalam proses sejarah secara keseluruhan. Penulisan historiografi perlu


menjawab tiga persoalan mendasar yaitu pola atau irama yang dapat
diamati, penggerak sejarah dan sasaran terakhir yang dituju oleh proses
sejarah. Historiografi menjadi bagian dari kajian ilmu sosial dan
humaniora sehingga para sejarawan juga mempertimbangkan
penggunaan teori-teori ilmu sosial dalam historiografi. Teori sosial
digunakan untuk meningkatkan mutu historiografi melalui
perkembangan metodologi sejarah.

B. Historiografi Tradisional
1. Pengertian Historiografi Tradisional
Banyak ahli yang sepakat bahwa penulisan sejarah masa tradisional
lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam sejarah.
Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk
mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta,
melainkan diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada
penguasa. Oleh karena itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur
sastra yang menghasilkan karya mitologi dan imajinatif.
Penulisan Sejarah yang bercorak tradisional di Indonesia dimulai
sejak masa kerajaan Hindu-Budha sampai masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam. Karya historiografi umumnya berupa prasasti, dan naskah-
naskah kuno (babad dan hikayat) yang bertujuan supaya generasi penerus
dapat mengetahui peristiwa di masa lalu terutama di zaman kerajaan saat
seorang raja memerintah suatu kerajaan. Prasasti biasanya berkaitan
dengan ritual di suatu kerajaan, atau sebagai tanda peringatan sebuah
momen peristiwa pada suatu kerajaan. Contohnya adalah Prasasti Yupa,
Prasasti Ciareteun, Prasasti Kedukan Bukit, dll.
Babad merupakan nama yang digunakan di buku cerita sejarah atau
kronik dalam tradisi penulisan sejarah suku bangsa. Biasanya penulis
babad merupakan seorang pujangga keraton. Babad berisi unsur irasional,
cerita bercampur mitos yang kadang-kadang dipenuhi dengan kiasan dan
11

isyarat. Babad banyak menceritakan tentang sejarah kerajaan-kerajaan,


pahlawan-pahlawan atau kejadian-kejadian tertentu. Babad berkembang
pada masa Hindu-Budha dan Islam. Contoh karya tulisan historiografi
masa Hindu-Budha adalah Babad Tanah Jawa, Babad Parahiangan, Kitab
Pararaton, Babad Tanah Pasundan, Babad Sriwijaya, Kitab
Negarakertagama, Babad Galuh, Kitab Ramayana, Mahabharata, dll.
Selain babad, pada masa Islam juga berkembang hikayat. Hikayat
merupakan kesusastraan Melayu yang keseluruhan ceritanya didominasi
oleh karya-karya yang bernuansa Islam. Hikayat memiliki dua arti dalam
sastra Indonesia. Hikayat berarti cerita rekaan yang berbentuk prosa cerita
yang panjang. Sedangkan dalam sastra Melayu, hikayat berarti sifat dari
sastra lama yang sebagian besar mengisahkan mengenai kehebatan serta
kepahlawanan tokoh-tokoh besar.
Pada masa Islam, karya historiografi sudah mulai mengenal
kronologi, yakni menempatkan fakta peristiwa sejarah menurut urutan
waktu kejadian, meskipun belum sepenuhnya diterapkan. Seperti halnya
masa Hindu Budha, historiografi masa Islam masih sangat terlihat unsur
mitos dan menekankan pada unsur kedaerahan. Contoh karya historiografi
masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Demak,
dan Babad Giyanti.
2. Ciri-ciri Historiografi Tradisional
a. Istana sentris, artinya karya sejarah hanya dipusatkan pada kehidupan
raja atau keluarga raja (keluarga istana), dan tidak mengangkat
kehidupan masyarakat jelata (masyarakat umum).
b. Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal
yang gaib. Seorang raja dianggap sebagai wujud penjelmaan Dewa
atau Tuhan, sehingga dianggap memiliki kekuatan magis atau gaib.
Hal ini dimaksudkan agar rakyat menjadi patuh, takut dan taat pada
segala perintah raja.
c. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah
kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan
12

tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi


sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat
d. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
e. Bersifat regio-sentris atau kedaerahan (enocentrisme), artinya
historiografi tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku
bangsa di kerajaan tersebut.
f. Dalam penguraiannya banyak terjadi kesalahan-kesalahan, misalnya
berkaitan waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa
kata penggunaan nama dll.
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Tradisional
Berdasarkan ciri-cirinya, historiografi memiliki kelebihan dan
kekurangan, yakni:
a. Kelebihan Historiografi Tradisional
1) Penulisan bertujuan untuk meninggikan dan menghormati
kedudukan raja, sehingga raja tetap dihormati, dipatuhi, dan
dijunjung tinggi oleh rakyatnya.
2) Raja dianggap sebagai keturunan dewa dan penjelmaan dewa,
sehingga memunculkan anggapan bahwa setiap perkataan raja
adalah benar (sabda), sehingga segala perintah raja ditaati dan
dituruti oleh rakyat.
b. Kekurangan Historiografi Tradisional
1) Dari isi penulisannya, raja dianggap memiliki kekuatan gaib
(sakti).
2) Penulisan selalu dihubungkan dengan hal-hal gaib dan
kepercayaan.
3) Penulisan hanya membahas tentang kehidupan bangsawan,
sementara kehidupan rakyat sama sekali tidak dibahas.

C. Historiografi Kolonial
1. Pengertian Historiografi Kolonial
13

Historiografi kolonial adalah historiografi yang ditulis pada saat


pemerintahan kolonial Belanda, yakni sejak zaman VOC (sampai ketika
pemerintahan Hindia Belanda berakhir dan takluk kepada Jepang di tahun
1942). Penulisnya umumnya orang-orang Belanda atau Eropa. Fokus
utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda di Indonesia
(Hindia Belanda, sebutan Indonesia masa penjajahan Belanda) misalnya
aktivitas-aktivitas warga Belanda, pemerintahan kolonial, pegawai
kompeni dan kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya
di Hindia Belanda.
Karena fokusnya adalah kepentingan Belanda, maka tulisan sejarah
disusun menurut penafsiran dan pandangan Belanda. Banyak penulisan
tentang perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda berlawanan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Contohnya tentang Pangeran Diponegoro,
yang dalam Sejarah Indonesia dikenal sebagai tokoh pahlawan dan
perlawanannya terhadap Belanda adalah untuk menegakkan keadilan dan
kebenaran serta dilandasi rasa cinta tanah air. Tapi dalam tulisan Belanda,
Pangeran Diponegoro adalah seorang yang kejam dan pemberontak karena
menentang pemerintah Belanda.
2. Ciri-ciri Historiografi Kolonial
a. Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia).
b. Sumber yang digunakan yaitu sumber dari pemerintah Belanda baik di
negaranya maupun daerah jajahannya.
c. Bersifat diskriminatif (membedakan), artinya bangsa Belanda yang
serba mulia dan terhormat, orang-orang pribumi (Indonesia) diabaikan
dan hanya dianggap sebagai alat untuk kepentingan Belanda.
d. Bersifat Eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris, artinya yang
diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas
bangsa Eropa (terutama orang-orang Belanda), pemerintahan kolonial,
aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih).
e. Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki sejarah
sebelum kedatangan orang-orang Eropa/Belanda.
14

f. Bentuk tulisan yaitu berupa laporan-laporan, yakni memori tulisan


serah jabatan atau laporan khusus kepada pemerintah pusat di Batavia
mengenai kekuasaan dan peluasan wilayah pejabat yang bersangkutan.
Biasanya dilengkapi dengan data statistik dan pemetaan gambaran
suatu daerah.
g. Isinya berupa sejarah politik dan tokoh-tokoh besar.
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial
a. Kelebihan Historiografi Kolonial
1) Historiografi kolonial memberikan penguatan proses naturalisasi
historiografi Indonesia.
2) Kita mendapatkan gambaran fakta dan kejadian-kejadian di
Indonesia masa Hindia Belanda, meskipun yang dominan adalah
kepentingan Belanda.
3) Indonesia diperkaya dengan literatur historiografi yang dihasilkan
kolonial Belanda.
b. Kekurangan Historiografi Kolonial
1) Hanya membahas aktivitas kolonial Belanda, sangat sedikit
membahas kaum pribumi (orang Indonesia).
2) Umumnya isi karya historiografi menyesuaikan dengan penafsiran
pihak Belanda, sehingga semua yang mereka lakukan semasa
penjajahan Belanda adalah hal benar menurut Belanda.
3) Sangat sedikit membahas tentang proses jatuhnya kekuasaan
Belanda.
4. Contoh Karya Historiografi Kolonial
a. Reizen (Catatan Perjalanan) yang ditulis mulai tahun 1600-an oleh
Nicholaus de Graff.
b. Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda), terdiri
dari 6 jilid yang diterbitkan secara bertahap pada tahun 1938, 1939,
dan 1940. Editor utama dari buku ini adalah Dr. F.W. Stapel.
c. Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie
(Kondisi Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp.
15

d. Geschiedenis van den Indischen Archipel (Sejarah kepulauan Hindia)


karya B.H.M. Vlekke.
e. Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) karya H. J. de Graaf.
f. History of Java (Sejarah Jawa (1817) karya Thomas S. Raffles.

D. Historiografi Modern
1. Pengertian Historiografi Modern
Penulisan sejarah pada masa ini ditandai dengan adanya peranan
Indonesia sebagai pemeran dan pelaku utama dalam Historiografi
(Indonesia-sentris). Artinya, sejarah Indonesia ditulis berdasarkan
pengalaman dan sudut pandang orang Indonesia sendiri, bukan lagi
berdasarkan pandangan kolonial atau penguasa semata. Seminar Nasional
Sejarah I tahun 1957 di Yogyakarta dianggap sebagai kebangkitan
penulisan sejarah nasional Indonesia. Dalam seminar itu dibahas tentang
dorongan untuk menulis sejarah yang berorientasi Indonesia.
Penulisan karya historiografi modern ditandai dengan metode kritis
serta kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Historiografi nasional juga menggunakan berbagai disiplin ilmu
(multidimensional) serta sumber- sumber sejarah yang lebih lengkap.
Selain itu, bahan tulisan sejarah bukan lagi hanya mengisahkan para raja
dan orang besar lainnya, melainkan juga rakyat kecil dan orang
kebanyakan yang juga berperan dalam kisah sejarah secara keseluruhan.
2. Ciri-ciri Historiografi Modern
a. Sudut pandang Indonesia sentris, yakni berpusat pada kehidupan
masyarakat Indonesia.
b. Bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan
multidimensional.
16

c. Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber baik itu


sumber kolonial maupun sumber lokal.
d. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang bahasa,
kesusastraan dan kepurbakalaan.
e. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan negara saja,
tetapi lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan.
f. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi dari
satu sisi melainkan memandang suatu peristiwa dari berbagai sudut
pandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya subjektifitas
dalam menuliskan sejarah
g. Menonjolkan peran bangsa Indonesia.
h. Mengungkapkan dinamika masyarakat dari setiap aspek kehidupan
yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk memperkaya
penulisan tentang sejarah Indonesia.
3. Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Modern
Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka kelebihan dan kekurangan
historiografi modern antara lain:
a. Kelebihan Historiografi Modern
1) Mengubah pandangan religio-magis dan kosmologis (kepercayaan
pada hal-hal yang berkaitan mistis/gaib) menjadi pandangan yang
bersifat ilmiah.
2) Memakai penulisan sejarah kritis.
3) Memakai pendekatan multidimensi.
4) Memakai dinamika masyarakat Indonesia dan seluruh aspek
kehidupan.
b. Kekurangan Historiografi Modern
1) Belum bisa menjelaskan sejarah dengan maksimal.
2) Cenderung kurang fleksibel karena terlalu berpedoman terhadap
metode ilmiah.
3) Belum tentu bertujuan untuk peningkatan rasa nasionalisme,
kadang- kadang hanya berfokus untuk tujuan akademis.
17

4. Karya Historiografi Modern


Karya yang dihasilkan pada masa historiografi modern sangat
banyak dan lebih beragam. Beberapa di antaranya adalah:
a. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI,
karya A.H. Nasution.
b. Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme (editor: Sartono Kartodirdjo).
c. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI (editor: Sartono
Kartodirdjo).
d. Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R.
Moh. Ali.
e. Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo.
f. Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Historiografi adalah deskripsi /penulisan atau karya sejarah yang telah
melalui tahapan penelitian sejarah. Perkembangan historiografi Indonesia
dimulai sejak masa Hindu Budha (historiografi tradisional), kemudian
berkembang ke masa kolonial Belanda (historiografi kolonial), dan setelah
Indonesia merdeka beralih ke historiografi nasional (modern). Historiografi
tradisional memiliki ciri-ciri antara lain; istana sentris, religius magis,
feodalisme dan regio sentris.
Historiografi kolonial adalah karya historiografi yang ditulis pada
masa VOC hingga masa pemerintahan Belanda berakhir di Indonesia. Fokus
utama historiografi kolonial adalah aktivitas kehidupan orang-orang dan
pemerintahan Belanda di Indonesia (masa Hindia Belanda). Historiografi
kolonial bercirikan antara lain Eropa-Belanda-sentris dan diskriminatif.
Kelebihan Historiografi kolonial bahwa dalam penyusunannya berorientasi
fakta-fakta dan kejadian-kejadian. Kelemahan Historiografi kolonial adalah
hanya menulis seputar pemerintahan Hindia Belanda, tanpa menulis tentang
orang-orang pribumi. Karya historiografi kolonial antara lain Reizen (Catatan
Perjalanan), Geschiedenis van Nederlands-Indie (Sejarah Hindia Belanda),
dan Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie (Kondisi
Ekonomi Hindia Belanda).
Ciri-ciri historiografi modern antara lain Indonesia sentris, kritis
analitis, multidisiplin ilmu. Contoh karya historiografi modern adalah Sejarah
Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan imperialisme (editor:
Sartono Kartodirdjo). Kelebihan historiografi modern adalah lebih ilmiah dan
kritis. Kekurangan historiografi modern antara lain kadang terlalu kaku dan
terlalu berpedoman terhadap metode ilmiah.

18
19

B. Saran
Dalam dua dasawarsa terakhir, perkembangan ilmu sosial di Indonesia
sangat pesat, termasuk di dalamnya ilmu sejarah. Dari sudut pandang
kesenjangan 23 antar generasi, generasi sekarang sangat memahami Zeitgeist
(jiwa zaman) seluruh gejolak dan keresahan yang terjadi saat ini. Untuk itu,
keunggulan para sejarawan generasi ini adalah sejarawan sekaligus generasi
milenial. Masa depan historiografi Indonesia berada di tangan para sejarawan
milenial. Banyak di antara para sejarawan muda tersebut dididik dalam tradisi
akademik Eropa dan Amerika. Hal ini memungkinkan pendekatan, metodologi
dan tema yang sangat beragam. Situasi inilah yang diharapkan mendorong
historiografi Indonesia semakin mandiri dan tidak bergantung kepada
“mazhab-mazhab” tertentu dalam ilmu sejarah. Tentu saja, sikap kritis tetap
harus diberi tempat dalam perkembangan disiplin ilmu sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

Adil M. & Ratna Hapsari. 2017. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.

Farid, Samsul dan Taufan Harimurti. 2016. Sejarah untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Yrama Widya.

Gottschalk, Louis. 2007. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto.


Jakarta: UI Press.

Hapsari, Ratna. 2014. Sejarah Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Kelas X.


Jakarta: Erlangga.

Hermawan dkk. 2016. Sejarah 1 Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA Kelas X.


Jakarta: Yudistira.

Kuntowijoyo. 2009. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai