Kelompok 2 Bujangga Manik
Kelompok 2 Bujangga Manik
Disusun oleh:
ANTROPOLOGI BUDAYA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam bekerjasama menyusun makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL...........................................1
HALAMAN JUDUL.....................1
BAB I PENDAHULUAN.............1
1.1 Latar Belakang Masalah........2
1.2 Rumusan Masalah.................3
1.3 Manfaat Penulisan.................3
BAB II PEMBAHASAN..............3
2.1 Sejarah Bujangga Manik.......4
2.2 Kondisi pada Naskah Bujangga Manik di Masa Sekarang 5
2.3 Solusi Perkembangan Globalisasi Pada Bujangga Manik……………………………... 6
PENDAHULUAN
Menurut UU Cagar Budaya No. Tahun 1992 pada Bab 1 Pasal 2 disebutkan bahwa naskah
kuno atau manuskrip merupakan dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis tangan atau diketik yang
belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih. Dengan demikian,
manuskrip dapat diartikan sebagai salah satu peninggalan tulisan yang mampu memberikan informasi
mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat masa lampau seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
pengobatan tradisional, tabir gempa atau gejala alam, fisikologi manusia, dan sebagainya. Hasil dari
tulisan tangan atau diketik tersebutlah yang menjadi dokumen yang disebut manuskrip Lahirnya
naskah berhubungan erat dengan munculnya kecakapan tulis-baca di kalangan masyarakat yang
menjadi bukti nyata catatan tentang kebudayaan di masa lalu. Naskah-naskah tersebut menjadi
semacam potret jaman yang menjelaskan berbagai hal yang terjadi di masa lampau yang berhubungan
dengan keadaan dan kondisi dan kondisi yang berbeda dengan saat ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Dia meneruskan perjalanannya ke timur, menuliskan banyak sekali nama tempat yang
sebagian masih digunakan sampai sekarang. Dalam perjalanan kedua ini, ia kembali
melewati pesisir utara Jawa Tengah, melewati Medang Kamulan, Gunung Karungrungan,
menyeberangi Ci Ronabaya, sampai ke kotaraja Majapahit, lalu menetap agak lama di
"Rabut Gajah Mungkur", salah satu puncak di Gunung Penanggungan yang memang
dianggap sebagai gunung suci pada masa Majapahit. Perjalanannya berlanjut ke timur
melewati Pasuruhan, Gunung Berahma (Pegunungan Tengger), sampai akhirnya
mencapai pelabuhan Balumbungan (Blambangan). Dari sini ia menyeberang ke Bali dan
menetap selama setahun.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perjalanan Bujangga Manik itu sendiri berlangsung dalam dua fase. Pertama, sang Rahib
berjalan kaki dari Pakuan hingga Jawa Timur melalui jalur utara. Lalu kembali lagi ke
Pakuan dengan menumpang kapal yang bertolak dari Malaka.
Kedua, dia melakukan penggambaran lagi dari Pakuan ke Jawa Timur lalu menyebrang
ke Bali dan kembali lagi ke Pakuan melalui jalur selatan. Akhirnya dia bertapa di gunung
Patuha hingga kewafatannya.
Aksara Sunda kuno umumnya dapat dijumpai pada naskah-naskah berbahan daun lontar
yang tulisannya digoreskan dengan pisau. Naskah yang ditulis menggunakan aksara ini
diantaranya adalah Bujangga Manik,
3.2 Saran
Berdasarkan yang sudah dipaparkan, ternyata membaca naskah Bujangga Manik tidak
saja membawa kita ke dalam lorong waktu untuk kembali ke masa lalu, tetapi juga akan
mengantarkan kita menjelajah pulau Jawa degan tempat-tempatnya yang eksotik dan
menarik.
DAFTAR PUSTAKA