Anda di halaman 1dari 20

METABOLISME DARAH SELAMA PENYIMPANAN

Pada darah yang disimpan di luar tubuh (dalam botol/kantong plastik), dimana
kondisinya sangat berbeda dengan kondisi dalam tubuh, dan keseimbangan alamiah
tidak ada, maka tentunya akan terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai hal,
termasuk perubahan-perubahan dalam metabolisme darah tersebut.

Adapun perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan invitro tersebut adalah


sebagai berikut :

1. Daya hidup sel darah merah

a.Daya hidup sel darah merah

Pada waktu penyadapan dalam botol  1 – 5 % sel darah merah rusak.

Setelah darah disimpan 2 minggu dalam ACD, walaupun hampir semua sel
darah mudah hidup normal setelah ditransfusikan, kira-kira 10 % musnah
dalam waktu 24 jam. Setelah penyimpanan 4 minggu dalam ACD, daya hidup
setelah transfusi menurun dan sebanyak 25% dari sel darah merah hancur
dalam bekerja jam pertama setelah transfusi. Makin lama darah disimpan
makin banyak sel darah merah yang dihancurkan dan makin kecil jumlah sel
darah merah yang dapat bertahan hidup. % sel darah merah yang hidup 24
jam setelah transfusi menjadi patokan perhitungan masa simpan darah
dalam bentuk cair, minimal 70 %. Bila sel darah merah yang hidup 24 jam
setelah transfusi <> tidak baik untuk resipien.

Hilangnya daya hidup sel darah merah yang disimpan disebabkan minimal
oleh 2 faktor :

1) Kekakuan membran sel darah merah : yang invitro reversible dengan


penambahan ATP sebelum transfusi.

2) Hilangnya lipid membran sel darah merah yang tidak dapat dielakkan pada
penyimpanan pada 40C.

Pengaruh anticoagulant :

##: Heparin : kerusakan sel darah merah sangat cepat, setelah penyimpanan
6 – 10 hari daya hidup posttransfusi tidak lebih dari 60% (Moelison &
Joung 1942).

##: Trisodium Sitrat : kerusakan yang cepat terjadi, setelah 1 minggu hanya
50 % sel darah merah yang hidup dan setelah 2 minggu hampir tidak ada
yang hidup (Ross et al, 1947).
##: Penambahan dextrose : dapat memperbaiki daya hidup sel darah merah,
karena dextrose menurun. Hidrolis aster phosphor selama penyimpanan
(Aylward et al, 1940) dan yang merupakan sumber energi untuk sirtosa
senyawa phosphate orang itu diphosphoglycorate dan ATP.

b. Daya hidup trombosit

Pada waktu penyadapan yang terjadi kerusakan trombosit (terutama botol).


Tergantung pada suhu penyimpanan, lama simpan dan hidup trombosit
berbeda-beda :

Bila disimpan pada 40 C : - Daya hidup pendek

- Tapi daya hemostatik lebih baik.

- Dapat disimpan selama 72 jam.

Bila disimpan pada 18 – 200 C : - Daya hidup lebih baik.

- Daya hemostatik kurang

- Bila disimpan dengan goyangan dan dalam kantong khusus dapat disimpan
sekitar 5 hari.

c. Daya hidup lekosit

Bila disimpan pada 40 C, setelah 48 jam timbul perubahan bentuk yang besar
dan setelah 72 jam kehilangan daya phagosytosis.

2. Penurunan Kadar ATP

Selama penyimpanan kadar ATP menurun dan ini berhubungan dengan


perubahan-perubahan pada sel darah merah (Haradin et al, 1969) yaitu :

1) Perubahan bentuk sel dari ceper (discs) menjadi lebih bulat (spheres).

2) Hilangnya lemak membran sel ( 25 % setelah penyimpanan 28 hari dalam


ACD).

3) Menurunnya : critical haemolotyc volume (mungkin berhubungan dengan


hilangnya lemak membran).

4) Bertambah kakunya sel.


Ad.2) Berhubungan dengan pembentukan microvesicles yang disebabkan
gangguan hemeostatis Ca2+ (Allan, 1976).

Ad.4) Dapat dibuktikan dengan mengukur tebalnya kepadatan sel darah merah
yang diputar (centrifuge). Setelah 1 minggu dalam ACD, sel darah
merah kaku sama seperti sel darah merah yang dimasukkan formalin
(Sirs, 1960).

Juga nilai hematokrit (PVC) meningkat pesat, tapi ini bukan disebabkan karena
membengkaknya sel darah merah tapi lebih disebabkan karena
terperangkapnya plasma yang mungkin disebabkan karena
meningkatnya kekakuan sel darah merah.

Peranan ATP dalam mempertahankan daya hidup sel darah merah dibuktikan
oleh beberapa penyelidik (Rapeport 1947, Nakao 1960, Akarblom
1967). Menurut Akorblom kadar ATP yang 1/3 x normal  daya
hidupnya hanya 50 %.

3. Penurunan 2,3 Diphosphoglcarata (DPG).

Kompleks/senyawa Hemoglobin – phosphat organik dalam sel darah merah


memegang peranan penting dalam melepaskan O 2 (Chanutin & Curnish 1967,
Benesch & Benesch 1967).

Dalam sel darah merah manusia DPG sel darah merah hampir equimolar
dengan Hemoglobin. DPG dalam konsentrasi yang biasa terdapat dalam sel
darah merah, menurunkan afinitas (daya ikat) Hemoglobin terhadap oksigen.

1 molekul DPG berikatan dengan 1 molekul deoxy – Hemoglobin membentuk


kompleks yang sangat resisten terhadap oksigenasi, DPG harus dilepaskan,
agar O2 dapat diikat.

ATP yang mempunyai efek yang sama dengan DPG, tapi konsentrasi ATP 4-5
kali lebih rendah. (Benesch – Benesch 1969). Valtis & Kennedy (1954) orang
yang pertama yang mendapatkan bahwa kurve disosiasi oksigen bergeser kekiri
pada darah yang disimpan dalam sitras, yang berarti darah tersebut setelah
ditransfusikan setidaknya untuk sementara tidak sanggup melepaskan oksigen
kejaringan sebanyak pelepasan O2 dalam darah normal.

Perubahan maksimal terjadi setelah penyimpanan 1 minggu dalam ACD.


(Gullbring & Strom 1956).

Kesimpulan (Akerblem 1968), perubahan kurve disosiasi O 2 dalam darah yang


disimpan disebabkan oleh menurunnya DPG dan daya mengikat O 2 darah
simpan dapat kembali normal dengan mengikubasi sel darah merah dengan
inosine.
Apakah kadar 2,3 DPG penting dalam klinik ?

Darah dengan 2,3 DPG rendah, dimana meningkatnya finites terhadap O 2 (sel
darah merah yang ditransfusikan) yang disertai dengan penurunan kapasitas
melepaskan O2 ke jaringan, jelas tidak menguntungkan.

Bila darah yang telah disimpan lama, dimana kadar 2,3 DPG nya rendah
ditransfusikan maka penambahan O2 jaringan tidak ada walaupun Hemoglobin
sudah naik, terutama dalam 6 jam pertama setelah transfusi. Karena itu bila
diperlukan resusitasi/oksigenasi cepat, penderita harus diberi darah yang
berumur kurang dari 5 hari.

Pemulihan 2,3 DPG


In vivo kadar 2,3 DPG reversible, kadar mulai meningkat mulai jam ke 6 post
transfusi dan akan maksimal setelah 36 jam.

Efek Pengocokan pada Darah Simpan


Bila selama disimpan, darah dikocok/goyang, kadar ATP akan lebih baik (Dern,
1970).

Pada darah dalam CPD + Adenina, menggoyang/mengocok darah 5 hari dalam


seminggu, menyebabkan kadar ATP, DPG dan glukosa lebih baik. Bila
dibandingkan bagian atas & bagian bawah darah yang disimpan, maka bagian
bawah akan kurang baik keadaannya karena sedikit plasma, sehingga asam
laktat mungkin kedalam sel. (Wood & Bentler 1973).

Efek pendinginan terhadap kadar 2,3 DPG


Pendinginan cepat dibawah 150 C dapat mencegah hilangnya DPG dari sel
darah merah.

Darah yang disadap - suhu 30 0 C – dalam 2 jam dalam kamar pendingin akan
mencapai suhu <>0 C (Prins & Loos, 1970).

Walaupun demikian pendinginan lambat yang tidak terlalu jelek, 6 jam pada suhu
21 – 240 C  kehilangan DPG 13 % (Avey et al, 1978).

4. Perubahan-perubahan Lain

a. Penurunan pH darah (pengasaman)


Disebabkan karena :

1) Terbentuknya asam laktat karena berkurangnya glikolisis. Penurunan pH


akan mempengaruhi kerja enzym seperti hexokinase &
phosphofructokinase, yang akan menghambat glikolisis pada suhu 4  20
C, glikolisis 40 kali lebih rendah dibandingkan dengan pada 37 0 C (0,05
mmol/l sel darah merah/jam pada 4 0C – 2 mmol/L sel darah merah/jam
pada 370 C. (Strumia, 1954 dll).

2) PH antikoagulan yang rendah (pH ACD = 5,0 – 5,1)

PH CPD = 5,6 – 5,8

PH darah = 7

b. Peningkatan Hemoglobin plasma

Disebabkan karena hemolisis sel darah merah.

c. Peningkatan K+ plasma

Masuknya Natrium dan air kedalam sel, (pertukaran ion intra – ekstra
selular), menyebabkan perubahan bentuk sel darah merah. Jangan
memberikan darah yang berumur lebih dari 7 hari untuk penderita penyakit
ginjal (bila ginjal tidak dapat membuangnya).

d. Peningkatan amoniak

Darah lama jangan diberikan pada penderita penyakit hati karena hati tidak
akan dapat melakukan netralian.

e. Peningkatan asam laktat.

f. Penurunan kadar faktor pembekuan V & VIII

Pada penyimpanan pada 40 C, faktor ini menyusut banyak dalam 6 jam


pertama.

g. Perubahan-perubahan sel darah merah

@: Perubahan bentuk menjadi lebih bulat karena masuknya air + Natrium.

@: Hilangnya lipid membran.

@: Meningkatnya kekakuan sel.


Refersibilitas (Pemulihan) Perubahan-perubahan Pada Darah yang Disimpan

Beberapa perubahan yang terjadi pada sel darah merah yang disimpan bisa
pulih kembali, baik in vitro maupun in vivo.

1) Pemulihan phosfat organik

Bila darah dengan DPG rendah ditransfusikan, kadarnya akan pulih menjadi
25 % nilai normal setelah 3 jam dan 50 % dalam 24 jam. (Valeri, Hirsch,
1969).

Baik DPG ataupun ATP dalam darah simpan dapat diperbaiki in vitro
sebelum transfusi dengan menginkubasinya dengan puring nukleosid.

2) Pemulihan Elektrolit

Darah ACD yang berumur 15 – 16 hari hampir mencapai kembali kadar


Natrium normal dalam 24 jam post transfusi.

Sedangkan kadar Kalium belum kembali normal dalam waktu 6 hari. (Valeri &
Hirsch 1969, dengan tehnik differensial agglutination).

Daya Hidup (Viabilitas) Sel Darah Merah yang Disimpan

Daya hidup sel darah merah yang berasal dari berbagai donor Born et al (1966)
membuktikan adanya perbedaan daya hidup yang bermakna diantara sel darah merah
yang diambil dari donor yang berbeda. Dari seorang donor, ia mendapatkan daya hidup
24 jam post transfusi (24 hour survival), ialah 91%, 87 % dan 79 %, sedangkan dari
seorang donor lain 73 %, 70 % dan 62%. C.A. Finch juga mendapatkan bahwa
walaupun hampir semua darah donor normal yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD
mempunyai daya hidup 24 jam post transfusi 70 – 85 %, ada juga yang hanya 60 – 65
%.

Perbedaan Antara Sel Darah Muda & Sel Darah Yang Sudah Purna (Matang)

100 % darah yang disimpan dalam periode pendek (kurang dari 2 minggu) akan
mengalami penghancuran dalam 24 jam, sisanya mempunyai daya hidup yang normal
dengan penghancuran  1 % per hari. Sedangkan sel darah merah yang telah disimpan
selama 28 hari, dalam 24 jam 25 % akan rusak dan keluar dari sirkulasi, sedangkan
sisanya akan mengalami kerusakan lebih dari 1 % per hari. Ini diduga karena setelah
penyimpanan jangka panjang sel darah merah yang muda akan lebih cepat rusak dari
pada sel darah merrah yang telah sempurna pembentukannya

Hubungan Antara Perubahan Invitro dan Daya Hidup Post Transfusi


Beberapa perubahan invitro sangat berpengaruh terhadap daya hidup sel darah merah
post transfusi.

Perubahan yang paling penting ialah perubahan bentuk sel darah merah.

Contoh : 100 % sel darah merah segar dapat melalui pipet berukuran 2,85m (kira-kira
sama dengan diameter pembuluh-pembuluh darah yang kecil-kecil - mikrosirkulasi –
dilimpa) : sedangkan darah yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD hanya 80 %
yang dapat melewatinya. Seperti telah diketahui, yang berperan penting dalam
mempertahankan bentuk sel darah merah ialah ATP. Dalam minggu-minggu pertama
penyimpanan, kadar ATP sel sangat berhubungan erat dengan daya hidup sel dan
penambahan/pemulihan ATP akan meningkatkan daya hidup post transfusi. Akan tetapi
setelah penyimpanan 7 – 8 minggu, walaupun sel darah merah diinkubasi dalam larutan
adenin sehingga kadar ATP meningkat, namun daya hidup sel tidaklah bertambah.
Terbukti bahwa ada faktor lain selain ATP yang juga berperan penting dalam
menentukan daya hidup sel darah merah, mungkin yang paling penting ialah hilangnya
lipid dari membran sel.

Usaha Meningkatkan Kadar enzym 2,3 DPG

1. Meningkatkan pH, yaitu dengan mengganti media ACD yang lebih asam (pH = 5 –
5,1) dengan CPD (pH = 5,6 – 5,8).

2. Menambah bahan kimia, seperti adenin.

3. Menyimpan darah dalam bentuk beku.

4. Memberikan cairan yang memudahkan kembali sel darah merah (rejuvenile


solution), misalnya :

Lovric Coctail.

Pijpa Solution dll.

ISTILAH-ISTILAH :

Istilah macam darah berdasarkan lama penyimpanan.

Darah segar : darah yang telah disimpan 2 x 24 jam. Darah ini masih mengandung
trombosit dan faktor pembekuan V & VIII yang masih cukup untuk terjadinya
pembekuan.

Darah segar dipakai untuk penderita :

Yang kekurangan sel darah merah disertai dengan gangguan pembekuan


(hemostatis)
Yang kekurangan trombosit

Yang masih membutuhkan darah setelah mendapat transfusi 7-8 unit darah, jadi
setelah unit 7/8, selanjutnya adalah darah segar.

Yang memerlukan transfusi tukar.

Darah baru : darah yang telah disimpan selama 7 hari, darah ini mengandung cukup
enzym 2,3 DPG dan baik untuk :

resusitasi

penderita penyakit ginjal

penderita penyakit hati

Darah simpan : darah yang telah disimpan lebih dari 7 hari sampai dengan masa /
tanggal kadaluarsa darah tersebut.

KEPUSTAKAAN
1.B.A.L Hurn – Storage Of Blood, Academic Press, London, New York, 1968 p; 17 –
25.

2. Bertram A. Lowy, Ernst R, Jaffe, Fimethy Hunt, Irving M. London, Barry H. Kaplan
– Synthetic and Metabolic Activities of The Erythrocyte – dalam : Hematology;
William.J.Williams, Ernest Beutler, Allan J. Erslov, R. Wayne Rundles, 1972, p;
100 – 120.

3. Bykov K.M, G.Y.Vladimirov, V.Y. Dalov, G.P.Konrady, A.D.Slonim – Text book of


Physiology, Moscow, P.45 – 71.

4. Diana Clifford Kimber, Carolyn E. Gray, AM, RN – Text book of Anatomy and
Physiology, 13th, edition, New York, 1959 p 315 – 333.

5. Ernest Beutler – Energy metabolisme, membrane fruction; and maintenance of


erythrocytes – dalam Hematology; William J.Williams, Ernest Beutler, Allan J.
Erslov, R. Wayne, 1972, p 132 – 141.

6. Helen M. Rauney – Transport Functions of The Erythrocyte – dalam Hematology :


William J. Williams, Earnest Beutler, Allan J. Erslov, R. Wayne Rundles, 1972,
p 146, 147, 150.

7. Masri Rustam H. Dr – Penyimpanan darah untuk transfusi – Almanak Transfusi


Darah, 1978, p 75 – 77.
8. Masri Rustam H. Dr – perubahan yang terjadi selama penyimpanan darah –
Penataran Dokter pimpinan DTD, 1981.

9. Mollison P.L – Blood Transfusion in Clinical Medicine, sixth edition, 1979, p 58 –


74.

10. Pane R. Sohmer, MD. Rhonda L. Scott, PhD – Clinical Implications of Stored
Blood : Considerations of long – Term Recovery and Survival – dalam : Blood
Stroge and Preservation, A Technical Workshop – AABB, 1982, p 43 – 47.

11. Virgil F. Fairbanks, Ernest Beutler – Iron Metabolism – dalam : Hematology;


William J. Williams, Ernest Beutler, Allan J. Erslov, R. Wayne Rundles, 1972, p
124 – 131.

12. Yauong W.F – Fisiology Kedokteran (Review of Medical Physilogy), Edisi 9,


1979, p 507 – 512.

Diposkan oleh Cah Ndeso di 20:41 0 komentar

SELASA, 2008 JUNI 03

DIRECT AND INDIRECT COOMB'S TEST

ANTIGLUBULIN TEST

1945 Mourant, Coombs & Race ® pemeriksaan untuk mendeteksi Ab yang tidak
mengaglutinasi / Ab yang menyelimuti sdm dalam serum.

Pemeriksaan yang sama dipergunakan untuk memperlihatkan coated cells


(penyelubungan sdm) invivo dengan Ab & Kompls ® dinamakan antiglobulin test.
Antiglobulin test 2 macam, yaitu :
1. Direct antiglobulin test (DAT)
2. Indirect antiglobulin test (IAT)

DAT ® untuk mendeteksi Ab / komplemen yang menyelimuti seldm invivo, misal auto
immune hemolytic anemia (AIHA), drug induced hemolytic disease of the newborn
(HDN), allo immune reaction karena reaksi transfusi.

IAT ® untuk mendeteksi reaksi antara sdm & coating Ab, misal deteksi Ab, identify Ab,
golongan darah, uji cocok serasi.

Prinsip Antiglobulin Test

Antiglobulin test didasarkan pada prinsip sebagai berikut :


1. Molekul Ab & komplemen termasuk golongan globulin.
2. Globulin asal manusia disuntikkan pada binatang ® menstimulasi binatang ® Ab
terhadap protein asing ® globulin manusia Ab yang terbentuk ® Anti human globulin
(AHG).
Serum binatang diadsorbsi untuk menyingkirkan Ab lain yang tidak diinginkan ®
bereaksi spesifik dengan human globulin.
3. AHG bereaksi dengan molekul globulin manusia baik yang berikatan pada adm /
yang bebas dalam serum / plasma.
Globulin yang bebas dalam serum / plasma bereaksi dan menetralisir AHG yang
ditambahkan kedalam tabung pemeriksaan yang mengandung sdm yang diselubungi
oleh molekul globulin bebas. Globulin bebas dapat menetralisir AHG dan
mengakibatkan hasil ® neg palsu, kec bila sdm dicuci sampai tidak mengandung
globulin bebas lagi.
4. Sdm yang telah dicuci dan yang diselubungi oleh globulin manusia akan diaglutinasi
oleh AHG. Fab portion molekul AHG bereaksi dengan Fc portion dari 2 molekul Ab yang
menyelubungi 2 sdm yang terpisah. Sdm yang tidak diselubungi tidak akan diaglutinasi.
Abb. 10. Moderne Schematische Darstellung und Foto der Antigen-Antikorper-Reaktion
nach Zugabe von Antihumanglobulin serum
Abb. 8. Schematische Darstellung eines IgG-Anti-korpermolekuls

Pemeriksaan serologi menggunakan berbagai macam reagen AHG yang reaktif dengan
berbagai macam human glob, misal anti–IgG, Ab terhadap komplemen C3d. reagen
AHG polysp ® anti – IgG dan anti C3d.

Reagen AHG

Reag Polysp AHG

Digunakan untuk pemeriksaan uji cocok serasi rutin, skrining, identifikasi Ab, DCT.
Polysp AHG mengandung Ab terhadap IgG manusia dan komplemen C3d dari
komplemen manusia. Ab anti – complemen yang lain dalam polysp AHG, misal anti –
C3b, anti – C4b, anti C4d.

Ab yang mempunyai arti klinis ® tipe IgG, fungsi AHG ® mendeteksi IgG dan
distandarisasikan untuk mendeteksi macam-macam tipe IgG Ab.

Aktifitas anti – C3d ® komplemen yang sangat penting dalam pemeriksaan DCT untuk
AIHA.

Macam-macam AHG :

1) Monospecifik AHG (rabbit dan murine monoclonal) tediri dari rabbit anti human IgG
dan mouse monoclonal anti C3b dan anti C3d.
2) Polysp AHG (murine monoclonal) terdiri dari Ab yang disekresikan oleh 3 macam cell
lines dari berbagai spesifikasi anti – IgG, anti C3b dan anti C3d.

Reag Anti – IgG


Reag AHG berlabel anti-IgG tidak mengandung anti–komplemen. Anti–IgG sebagian
besar dipergunakan sebagai alternatif terhadap AHG pemeriksaan Ab dan uji cocok
serasi.
Ada petugas lebih senang menggunakan monospes dengan komplemen yang melekat
pada sdm akibat auto Ab yang reaktif pada suhu dingin ® secara klinis tidak berarti,
misal anti-I.
Reag Monospes AHG

Ab monospes terhadap human glob dibuat dengan menyuntikkan binatang dengan


ummuno reagents seperti, IgG, IgA, IgM, C3 / C4. Serum membutuhkan adsorpsi untuk
menghilangkan Ab yang tidak diinginkan dan memastikan kemurnian reag monospes
tersebut.

Reag monospes AHG ® menentukan Ab yang memberikan hasil pos pada pemeriksaan
DAT dengan polyspes AHG.

Anti–IgG (heavy chains) dan anti–C3d digunakan pada pemeriksaan IAT ®


membedakan gambaran reaktivitas yang dihasilkan bila serum mengandung Ab dengan
complemen binding / non complemen binding, seperti anti–Le (a) dan anti–E.

5. Sedimen sel tambahkan 2 tetes CS, putar 1000 rpm 1 menit. Baca hasil reaksinya.

Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas IAT

Faktor yang mempengaruhi perlekatan Ab pada sdm invitro :

1. Temperatur
- Sdm dan serum diinkubasi pada suhi 370 C. Ab yang menyelubungi sdm yang klinis
sangat berarti bereaksi secara optimal pada temperatur 370 C.
- Inkubasi temperatur lebih rendah dari 370 C mengurangi kecepatan assosiasi Ag dan
Ab.
- Inkubasi diatas 370 C dapat merusak sdm / molekul Ab.

2. Ionic Strength
Sdm dapat disuspensikan kedalam berbagai media misal dalam lar saline fisiologis, lar
albumin, LISS dan reag additive seperti polyethylene glycol (PEG)/hexadimethrine
bromide (polybrene).

Dalam cairan isotonik, Na ion dan Cl ion bergerombol sekeliling sel dan sebagian
menetralisir muatan yang berseberangan pada Ag dan molekul Ab. Effek
penyelubungan ini yang merintangi assosiasi Ab dengan Ag dan dapat dikurangi
dengan cara mengurangi ionic strength dari media reaksi.

Konsekuensi menurunkan konsentrasi garam dari media reaksi ® meningkatkan Ab


yang melekat pada sdm. Penggunaan albumin kec bila digunakan dibawah kondisi ion
yang rendah juga dapat melakukan perlekatan molekul Ab.
3. Proporsi Serum Terhadap Sel
Meningkatkan perbandingan serum dengan sdm dapat meningkatkan derajat Ab yang
menyelimuti sdm. Perbandingan yang umum ® 2 tts serum terhadap 1 tetes suspensi
sdm 2 – 5 %. Alternatif mengurangi suspensi sdm dari 5 % ® 2 – 3 % dapat melipat
gandakan perbandingan serum terhadap sel.

Dengan meningkatkan ratio serum terhadap sel dapat mendeteksi Ab yang bereaksi
lemah yang tidak terdeteksi dibawah suspensi normal sdm.

4. Waktu Inkubasi
Tehnik albumin waktu inkubasi 15 – 30 menit suhu 370 C ® waktu yang adekwat untuk
mendeteksi Ab yang menyelimuti sdm yang secara klinis berarti. Ab yang bereaksi
lemah, reaksi Ag Ab tidak dapat mencapai keseimbangan dalam waktu inkubasi selama
30 menit dan dengan memperpanjang waktu inkubasi dapat membuktikan
keberadaannya.

Sumber Kesalahan

Hasil False Neg pada DAT dan IAT

1. Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik ® hasil pemeriksaan false neg, karena
glob yang bebas yang tidak mengadakan ikatan dengan sel akan menetralisir AHG.

2. Reaksi false neg dapat terjadi ® pemeriksaan terganggu atau tertunda.


Pelaksanaan proses pencucian harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi
kehilangan Ab yang terlepas dari sel.
AHG harus ditambahkan segera setelah proses pencucian selesai ® Ab yang telah
mengadakan ikatan akan terlepas kembali.
Setelah AHG ditambahkan harus segera diputar dan dibaca, karena reaksi IgG yang
menyelimuti sdm akan melemah setelah inkubasi.

3. Reag kehilangan reaktivitas ® penyimpanan tidak baik, kontaminasi bakteri / serum


manusia. Penyimpanan AHG dianjurkan pada 2 – 8 0 C, jangan dibekukan, bila warna
berubah tidak digunakan lagi.
AHG mengalami netralisasi bila terkontaminasi dengan serum manusia / anti–D sera.
Hal ini tidak terlihat dengan mata (makroskopis) tetapi terlihat bila diperiksa dengan
CCC, hasil reaksi yang seharusnya pos menjadi neg.

4. Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau lupa menambahkan AHG. Hal ini dapat
dicegah dengan memakai AHG yang berwarna.
5. Penggunaan centrifugasi yang tidak baik
Centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk aglutinasi, sebaliknya
centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel, sehingga sel sukar untuk terurai.

6. Jumlah sdm yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas. Reaksi yang
lemah ® terlalu banyak sdm, sebaliknya sdm yang terlalu sedikit menyulitkan
pembacaan aglutinasi dengan baik.

7. Reaksi prozone sebagai kemungkinan penyebab pemeriksaan antiglobulin tidak


reaktif.

Hasil False Pos pada DAT dan IAT

1. Sdm sudah dicentrifugasi sebelum dilakukan pencucian. Apabila tidak terlihat ®


aglutinasi yang tampak setelah penambahan AHG dapat disalah interpretasikan
pembacaannya sebagai akibat perselubungan IgG / komplemen.
Sdm penderita cold react auto Ab yang kuat beraglutinasi pada contoh darah yang
disimpan pada suhu kamar atau dibawah suhu kamar.

2. Tabulasi gelas yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu, detergent / material
lain yang menyebabkan sdm menggumpal / aggregasi.

3. Over centrifugation dapat memadatkan sdm ® aggregasi ® disalah artikan dengan


aglutinasi.

4. Reag yang dibuat tidak baik dan dapat mengandung Ab yang mengakibatkan
aglutinasi pada sel yang tidak diselubungi. Enzyme treated red blood cells dapat
meningkatkan reaktivitas dengan antispecies Ab dan dapat bereaksi langsung dengan
reag AHG yang mengandung kontaminasi aktivitas.

False Pos Pada DAT

1. Komponen komplemen C4 dapat melekat pada sdm ® menggunakan contoh darah


beku yang berasal dari segmen dana dalam CPD – A1 yang disimpan 40 C / pada suhu
kamar. Terjadi karena aktivitas cold auto Agglutinin alamiah yang sering terdapat pada
serum normal mengakibatkan false pos pada AHG yang mengandung anti –
komplemen.

2. False pos DAT dengan contoh darah yang diambil dalam tabulasi yang mengandung
silicone gel.

3. Contoh darah yang diambil dari selang infus 5 % / 10 % dextrose dapat mengandung
komplemen pada sdmnya.
4. Kontaminasi bakteri pada contoh darah dapat mengakibatkan DAT pos.

False Pos Pada IAT

DAT pos ® IAT pos untuk semua sera. Sdm yang diselubungi IgG sulit untuk diperiksa
golongan darahnya ® menghilangkan IgG dari sdm dapat menggunakan heat treating
atau chloroquine.
Diposkan oleh Cah Ndeso di 07:45 0 komentar

SABTU, 2008 MEI 10

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA RS

KEBUTUHAN SARANA, PRASARANA, SDM UNTUK UTD RS PENDIDIKAN


DENGAN KEBUTUHAN DARAH 2000 KANTONG S/D 5000 KANTONG PER BULAN

Kebutuhan sarana dan prasarana terlampir.


SDM merupakan masalah pokok yang tidak mungkin untuk ditunda, mengingat semua
tenaga teknis dan sebagian tenaga administrasi yang ada sekarang adalah milik UTD
PMI. Kebutuhan SDM adalah sebagai berikut :
1. Petugas administrasi : 2 orang
2. TTD : 15 orang
3. Pekarya : 1 orang
4. Petugas transport : 2 orang

RENCANA ANGGARAN
Kegiatan Anggaran
Rapat-rapat kordinasi di Depkes, RS dan dengan UTD PMI Rp. 5.000.000,-
Renovasi gedung (menempati lokasi baru) Rp. 600.000.000,-
Pengadaan sarana dan prasarana (terlampir) termasuk Rp. 4.698.828.100,-
sistem informasi
Pengadaan/ pembuatan SOP dan format pelayanan Rp. 5.000.000,-
serta format pelaporan
JUMLAH Rp. 5.308.828.100,-
Diposkan oleh Cah Ndeso di 06:25 0 komentar

RABU, 2008 MEI 07

SPESIFIKASI ALAT BDRS

Spesifikasi dan Kegunaan alat

1. Blood Bank Refrigerator


Kegunaan alat ini untuk menyimpan darah dan komponen darah dalam bentuk cair.
Spesifikasi Alat :
• Complete with accessories :
1) Key operate power switch
2) Safety lock on dor for controlled accsess
3) Digital display
4) Audible and visual alarm
5) Safety thermostat +2°C
6) Remote transmission alarm signal
7) Alarm system with 48 hour backup power supply in case of a power failure
8) Alarm history with stores all important value occurring as of temperature during
the alarm period and also its duration
9) Forced-air refrigeration for equal temperature distribution
10) Auto diagnostic control
11) Door opening alarm
12) Internal temperature display in case of power failure
13) Ambient temperature : +10 to +43°C
14) Alarm function test
15) Automatic door closing
16) Stainless steel interior
17) Castors for flexibility of movement
· Indoor lamp
· Wheel for mobile
· Temperature setting : 4°C ± 2°C
· Model : Glass Door / Showcase
· Capacity : 408 ℓ
· Electrical : 220 – 240 V, 50/60 Hz single phase
· Set point : 4°C
· Noise level : ≤ 60 dBA
· CFC –and HCFC- free
· Instruction manual lengkap dengan Troubleshoting berbahasa Inggris dan Indonesia
· Sirkuit electronic
· Daftar Catalog Number

2. Platelet Agitator with Incubator


Alat ini untuk menyimpaan Trombosit Konsentrat dengan suhu terkontrol
Spesifikasi :
• Complete with accessories :
1. Merk : Helmer
2. Model Number : PF 48i
3. Type : Flat bed
4. Agitasi : Horisontal
5. Capacity : 48 kantong
6. Electrical : 220 – 240 V, 50/60 Hz single phase
7. Ambient Operating temperature : +5°C to +35°C
8. Agitation speed (230V) per minute : 60
9. Dilengkapi alarm
· Instruction manual lengkap dengan Troubleshoting berbahasa Inggris dan Indonesia
· Sirkuit electronic
· Daftar Catalog Number
· CFC –and HCFC- free
· Set temperature +22°C ± 2°C

3. Serofuge ( Sentrifuge Serologis ) :


a. Untuk memisahkan serum / plasma
b. Untuk pemeriksaan Crossmatching ( Uji cocok serasi )
Spesifikasi Alat
• Complete with accessories :
1. Speed : 3000 rpm
2. Timer : 1 detik- 60 menit
3. Capacity : 12 tube ( 12 x 75 mm )
4. Electrical : Single phase, 220 V, 50/60 Hz
5. Drive : Brushless Induction
6. Control : Mikroprosesor
7. LCD Display
8. Door interlock
• Merk : DiaCent-12
• Acceleration tolerance : 1%
• Centrifugation time tolerance : ± 1%
• Acceleration : 1006 g
• Noise : <>
Diposkan oleh Cah Ndeso di 05:59 0 komentar

BANK DARAH RUMAH SAKIT

BANK DARAH RUMAH SAKIT

Definisi Bank Darah Rumah Sakit adalah : Bank Darah Rumah Sakit yang didirikan dan
dikelola oleh Rumah Sakit yang berkewajiban menyimpan darah yang telah diuji saring
oleh UTD PMI dan melakukan uji cocok serasi berdasarkan perjanjian kerjasama
antara UTD PMI dan Rumah Sakit.

Bank Darah Rumah Sakit berfungsi menyimpan darah dan mengeluarkannya bagi
pasien yang memerlukan darah di rumah sakit yang bersangkutan. PMI berkewajiban
membantu pendirian Bank Darah Rumah Sakit yang dikelola oleh Rumah Sakit.

Bank Darah Rumah Sakit bertugas :


1. Menerima darah yang sudah diuji saring dari UTDC PMI terdekat secara teratur.
2. Menyimpan darah.
3. Melakukan uji cocok serasi darah donor dan darah pasien.
4. Menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di Rumah Sakit tersebut.
5. Melacak penyebab reaksi transfusi yang dilaporkan Rumah Sakit.
6. Melaksanakan pemusnahan darah transfusi yang tidak layak pakai, sesuai
ketentuan.

Persyaratan ketenagaan yang dibutuhkan adalah :


1. Penanggung jawab BDRS, satu orang dokter umum / spesialis.
2. Paramedis Teknologi Transfusi Darah (PTTD), empat orang, 3 shift.
3. Pekarya, satu orang.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :


1. Kriteria Pembentukan Bank Darah Rumah Sakit
a. Ada kebutuhan darah.
b. Ada UTD setempat dengan jarak > 5 km dari Rumah Sakit.
c. Jika belum ada UTD di Daerah / Kabupaten tersebut, maka dapat dibentuk UTD
Rumah Sakit.
d. Pendirian Bank Darah Rumah Sakit atas kesepakatan tim yang terdiri dari personal
Rumah Sakit, UTD PMI setempat dan Dinas Kesehatan setempat setelah diadakan
pengkajian terlebih dahulu dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
e. Tersedia ruangan dengan : - Luas minimal 4 x 5 m2
- Air bersih yang cukup dengan sistim pembuangan limbah yang baik.
- Listrik yang berkekuatan minimal 6500 Watt dan diesel / pembangkit listrik dalam
keadaan darurat.
- Telepon.
f. UTD PMI menyediakan :
- Darah yang cukup untuk kebutuhan Rumah Sakit.
- Alat-alat Laboratorium (SK Permenkes 478 pasal 15 ayat 12 tahun 1990).
- Reagensia
- Formulir-formulir.

2. Pembiayaan
- Tenaga ATD/PTTD/Analis terlatih di bidang Transfusi Darah dibayar oleh Rumah
Sakit yang bersangkutan.
- Biaya Penggantian Pengolahan Darah (BPPD)/Service cost dibebankan pada pihak
Rumah Sakit yang bersangkutan.
- Besarnya biaya service cost ditetapkan oleh Pengurus Pusat PMI yang diketahui oleh
Dinas Kesehatan setempat.
- Prosedur penagihan service cost mengikuti petunjuk dari UTD PMI setempat yang
mengirimkan darahnya.

3. Pendidikan dan Pelatihan


- Untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam penyimpanan, pengolahan
dan distribusi darah, Rumah Sakit dapat mengirimkan tenaga ATD/PTTD/Analisnya
untuk mengikuti penataran/kursus yang diadakan oleh PMI.
- PMI memberikan bimbingan dalam bidang pengetahuan tentang Penyimpanan,
Pengolahan dan Distribusi darah.
4. Penelitian dan Pengembangan
PMI dan Rumah Sakit dapat melakukan penelitian dan pengembangan bersama dalam
bidang Transfusi Darah.

5. Pelaporan
BDRS berkewajiban melakukan pembuatan laporan bulanan kepada UTD PMI tentang
setiap kegiatan di Bank darah yang bersangkutan, meliputi :
- Kebutuhan, penerimaan dan pemakaian darah
- Reaksi transfusi
- Pemakaian reagnesia
- Pemakaian alat-alat dll.

6. Pengawasan
Pengawasan / Audit teknis pelayanan darah secara periodik dilakukan oleh tim yang
terdiri dari personal Rumah Sakit, UTD PMI setempat dan Dinas Kesehatan setempat.
Laporan audit teknis disampaikan pada Kepala Rumah Sakit, Kepala UTD setempat dan
Kepala Dinas Kesehatan setempat.

7. Peralatan standar yang dibutuhkan :


- Gunting Stainless
- Tempat klem & gunting
- Rak Tabung 24 lb Stainless
- Tabung reaksi uk. 12 x 75
- Mikroskope Binokulair
- Blood Bank Kapasitas 150 kantong
- Electric sealer
- Hand Sealer
- Medical Refrigerator
- Centrifuge (Serofuge)
- Set peralatan Cross Gel Test ( jika cross test menggunakan metode gel )
- Waterbath / Incubator
- Rotator (untuk pemeriksaan sifilis)
- Micropipet
- Timer Bel
- Agitator Trombosit (untuk menyimpan trombosit) – harga tergantung saat
permintaan.
Diposkan oleh Cah Ndeso di 02:05 0 komentar

Standard Equipment of Hospital Blood Bank Class A / B


Package A :
1. Blood Bank (356 litre)
2. Medical Refrigerator
3. Freezer –30o C
4. Cool box (for blood transportation from Blood Bank to ward)
5. Thrombocyte storage (22o C)
6. Table top centrifuge (serofuge)
7. Satu set peralatan Cross Gel Test (*)
8. Waterbath
9. Microskope (Bionoculair)
10. Electric sealer
11. Hand Sealer

Package B :
1. Reaction tube 10 x 75 mm
2. Rack for tube 12 x 75
3. Viewing box
4. Clamp/kocher
5. Hand sealer
6. Scissors
7. Glass tile
8. Pasteur Pipette Object glass
9. Timer
10. Squeezing bottle
11. Plastic cup
12. Washbasin (enamel)
13. Bottle 5 cc with cap (for blood sample)
14. Lab-jas
15. Napkin

Package C :
1. Test sera anti-A,-B,-AB, -D @ 10 ml
2. Bovine albumin 22 % @ 10 ml
3. Coombs serum @ 10 ml
4. Saline 0,9 %
5. Marker (permanent) artline 70
6. Filter paper
7. Hand gloves
8. Resiguard 4,5 liter / Desinfectans

Package D :
1. Building 35 m2
2. Laboratory desk (4 m) + chair (3)
3. Office table (1) + Chair (1)
4. Filing cabinet
5. Filing holder
6. Personal computer with printer
7. Typewriter
8. Computer + Printer
9. Public sitting

Anda mungkin juga menyukai