Pada darah yang disimpan di luar tubuh (dalam botol/kantong plastik), dimana
kondisinya sangat berbeda dengan kondisi dalam tubuh, dan keseimbangan alamiah
tidak ada, maka tentunya akan terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai hal,
termasuk perubahan-perubahan dalam metabolisme darah tersebut.
Setelah darah disimpan 2 minggu dalam ACD, walaupun hampir semua sel
darah mudah hidup normal setelah ditransfusikan, kira-kira 10 % musnah
dalam waktu 24 jam. Setelah penyimpanan 4 minggu dalam ACD, daya hidup
setelah transfusi menurun dan sebanyak 25% dari sel darah merah hancur
dalam bekerja jam pertama setelah transfusi. Makin lama darah disimpan
makin banyak sel darah merah yang dihancurkan dan makin kecil jumlah sel
darah merah yang dapat bertahan hidup. % sel darah merah yang hidup 24
jam setelah transfusi menjadi patokan perhitungan masa simpan darah
dalam bentuk cair, minimal 70 %. Bila sel darah merah yang hidup 24 jam
setelah transfusi <> tidak baik untuk resipien.
Hilangnya daya hidup sel darah merah yang disimpan disebabkan minimal
oleh 2 faktor :
2) Hilangnya lipid membran sel darah merah yang tidak dapat dielakkan pada
penyimpanan pada 40C.
Pengaruh anticoagulant :
##: Heparin : kerusakan sel darah merah sangat cepat, setelah penyimpanan
6 – 10 hari daya hidup posttransfusi tidak lebih dari 60% (Moelison &
Joung 1942).
##: Trisodium Sitrat : kerusakan yang cepat terjadi, setelah 1 minggu hanya
50 % sel darah merah yang hidup dan setelah 2 minggu hampir tidak ada
yang hidup (Ross et al, 1947).
##: Penambahan dextrose : dapat memperbaiki daya hidup sel darah merah,
karena dextrose menurun. Hidrolis aster phosphor selama penyimpanan
(Aylward et al, 1940) dan yang merupakan sumber energi untuk sirtosa
senyawa phosphate orang itu diphosphoglycorate dan ATP.
- Bila disimpan dengan goyangan dan dalam kantong khusus dapat disimpan
sekitar 5 hari.
Bila disimpan pada 40 C, setelah 48 jam timbul perubahan bentuk yang besar
dan setelah 72 jam kehilangan daya phagosytosis.
1) Perubahan bentuk sel dari ceper (discs) menjadi lebih bulat (spheres).
Ad.4) Dapat dibuktikan dengan mengukur tebalnya kepadatan sel darah merah
yang diputar (centrifuge). Setelah 1 minggu dalam ACD, sel darah
merah kaku sama seperti sel darah merah yang dimasukkan formalin
(Sirs, 1960).
Juga nilai hematokrit (PVC) meningkat pesat, tapi ini bukan disebabkan karena
membengkaknya sel darah merah tapi lebih disebabkan karena
terperangkapnya plasma yang mungkin disebabkan karena
meningkatnya kekakuan sel darah merah.
Peranan ATP dalam mempertahankan daya hidup sel darah merah dibuktikan
oleh beberapa penyelidik (Rapeport 1947, Nakao 1960, Akarblom
1967). Menurut Akorblom kadar ATP yang 1/3 x normal daya
hidupnya hanya 50 %.
Dalam sel darah merah manusia DPG sel darah merah hampir equimolar
dengan Hemoglobin. DPG dalam konsentrasi yang biasa terdapat dalam sel
darah merah, menurunkan afinitas (daya ikat) Hemoglobin terhadap oksigen.
ATP yang mempunyai efek yang sama dengan DPG, tapi konsentrasi ATP 4-5
kali lebih rendah. (Benesch – Benesch 1969). Valtis & Kennedy (1954) orang
yang pertama yang mendapatkan bahwa kurve disosiasi oksigen bergeser kekiri
pada darah yang disimpan dalam sitras, yang berarti darah tersebut setelah
ditransfusikan setidaknya untuk sementara tidak sanggup melepaskan oksigen
kejaringan sebanyak pelepasan O2 dalam darah normal.
Darah dengan 2,3 DPG rendah, dimana meningkatnya finites terhadap O 2 (sel
darah merah yang ditransfusikan) yang disertai dengan penurunan kapasitas
melepaskan O2 ke jaringan, jelas tidak menguntungkan.
Bila darah yang telah disimpan lama, dimana kadar 2,3 DPG nya rendah
ditransfusikan maka penambahan O2 jaringan tidak ada walaupun Hemoglobin
sudah naik, terutama dalam 6 jam pertama setelah transfusi. Karena itu bila
diperlukan resusitasi/oksigenasi cepat, penderita harus diberi darah yang
berumur kurang dari 5 hari.
Darah yang disadap - suhu 30 0 C – dalam 2 jam dalam kamar pendingin akan
mencapai suhu <>0 C (Prins & Loos, 1970).
Walaupun demikian pendinginan lambat yang tidak terlalu jelek, 6 jam pada suhu
21 – 240 C kehilangan DPG 13 % (Avey et al, 1978).
4. Perubahan-perubahan Lain
PH darah = 7
c. Peningkatan K+ plasma
Masuknya Natrium dan air kedalam sel, (pertukaran ion intra – ekstra
selular), menyebabkan perubahan bentuk sel darah merah. Jangan
memberikan darah yang berumur lebih dari 7 hari untuk penderita penyakit
ginjal (bila ginjal tidak dapat membuangnya).
d. Peningkatan amoniak
Darah lama jangan diberikan pada penderita penyakit hati karena hati tidak
akan dapat melakukan netralian.
Beberapa perubahan yang terjadi pada sel darah merah yang disimpan bisa
pulih kembali, baik in vitro maupun in vivo.
Bila darah dengan DPG rendah ditransfusikan, kadarnya akan pulih menjadi
25 % nilai normal setelah 3 jam dan 50 % dalam 24 jam. (Valeri, Hirsch,
1969).
Baik DPG ataupun ATP dalam darah simpan dapat diperbaiki in vitro
sebelum transfusi dengan menginkubasinya dengan puring nukleosid.
2) Pemulihan Elektrolit
Sedangkan kadar Kalium belum kembali normal dalam waktu 6 hari. (Valeri &
Hirsch 1969, dengan tehnik differensial agglutination).
Daya hidup sel darah merah yang berasal dari berbagai donor Born et al (1966)
membuktikan adanya perbedaan daya hidup yang bermakna diantara sel darah merah
yang diambil dari donor yang berbeda. Dari seorang donor, ia mendapatkan daya hidup
24 jam post transfusi (24 hour survival), ialah 91%, 87 % dan 79 %, sedangkan dari
seorang donor lain 73 %, 70 % dan 62%. C.A. Finch juga mendapatkan bahwa
walaupun hampir semua darah donor normal yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD
mempunyai daya hidup 24 jam post transfusi 70 – 85 %, ada juga yang hanya 60 – 65
%.
Perbedaan Antara Sel Darah Muda & Sel Darah Yang Sudah Purna (Matang)
100 % darah yang disimpan dalam periode pendek (kurang dari 2 minggu) akan
mengalami penghancuran dalam 24 jam, sisanya mempunyai daya hidup yang normal
dengan penghancuran 1 % per hari. Sedangkan sel darah merah yang telah disimpan
selama 28 hari, dalam 24 jam 25 % akan rusak dan keluar dari sirkulasi, sedangkan
sisanya akan mengalami kerusakan lebih dari 1 % per hari. Ini diduga karena setelah
penyimpanan jangka panjang sel darah merah yang muda akan lebih cepat rusak dari
pada sel darah merrah yang telah sempurna pembentukannya
Perubahan yang paling penting ialah perubahan bentuk sel darah merah.
Contoh : 100 % sel darah merah segar dapat melalui pipet berukuran 2,85m (kira-kira
sama dengan diameter pembuluh-pembuluh darah yang kecil-kecil - mikrosirkulasi –
dilimpa) : sedangkan darah yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD hanya 80 %
yang dapat melewatinya. Seperti telah diketahui, yang berperan penting dalam
mempertahankan bentuk sel darah merah ialah ATP. Dalam minggu-minggu pertama
penyimpanan, kadar ATP sel sangat berhubungan erat dengan daya hidup sel dan
penambahan/pemulihan ATP akan meningkatkan daya hidup post transfusi. Akan tetapi
setelah penyimpanan 7 – 8 minggu, walaupun sel darah merah diinkubasi dalam larutan
adenin sehingga kadar ATP meningkat, namun daya hidup sel tidaklah bertambah.
Terbukti bahwa ada faktor lain selain ATP yang juga berperan penting dalam
menentukan daya hidup sel darah merah, mungkin yang paling penting ialah hilangnya
lipid dari membran sel.
1. Meningkatkan pH, yaitu dengan mengganti media ACD yang lebih asam (pH = 5 –
5,1) dengan CPD (pH = 5,6 – 5,8).
Lovric Coctail.
ISTILAH-ISTILAH :
Darah segar : darah yang telah disimpan 2 x 24 jam. Darah ini masih mengandung
trombosit dan faktor pembekuan V & VIII yang masih cukup untuk terjadinya
pembekuan.
Yang masih membutuhkan darah setelah mendapat transfusi 7-8 unit darah, jadi
setelah unit 7/8, selanjutnya adalah darah segar.
Darah baru : darah yang telah disimpan selama 7 hari, darah ini mengandung cukup
enzym 2,3 DPG dan baik untuk :
resusitasi
Darah simpan : darah yang telah disimpan lebih dari 7 hari sampai dengan masa /
tanggal kadaluarsa darah tersebut.
KEPUSTAKAAN
1.B.A.L Hurn – Storage Of Blood, Academic Press, London, New York, 1968 p; 17 –
25.
2. Bertram A. Lowy, Ernst R, Jaffe, Fimethy Hunt, Irving M. London, Barry H. Kaplan
– Synthetic and Metabolic Activities of The Erythrocyte – dalam : Hematology;
William.J.Williams, Ernest Beutler, Allan J. Erslov, R. Wayne Rundles, 1972, p;
100 – 120.
4. Diana Clifford Kimber, Carolyn E. Gray, AM, RN – Text book of Anatomy and
Physiology, 13th, edition, New York, 1959 p 315 – 333.
10. Pane R. Sohmer, MD. Rhonda L. Scott, PhD – Clinical Implications of Stored
Blood : Considerations of long – Term Recovery and Survival – dalam : Blood
Stroge and Preservation, A Technical Workshop – AABB, 1982, p 43 – 47.
ANTIGLUBULIN TEST
1945 Mourant, Coombs & Race ® pemeriksaan untuk mendeteksi Ab yang tidak
mengaglutinasi / Ab yang menyelimuti sdm dalam serum.
DAT ® untuk mendeteksi Ab / komplemen yang menyelimuti seldm invivo, misal auto
immune hemolytic anemia (AIHA), drug induced hemolytic disease of the newborn
(HDN), allo immune reaction karena reaksi transfusi.
IAT ® untuk mendeteksi reaksi antara sdm & coating Ab, misal deteksi Ab, identify Ab,
golongan darah, uji cocok serasi.
Pemeriksaan serologi menggunakan berbagai macam reagen AHG yang reaktif dengan
berbagai macam human glob, misal anti–IgG, Ab terhadap komplemen C3d. reagen
AHG polysp ® anti – IgG dan anti C3d.
Reagen AHG
Digunakan untuk pemeriksaan uji cocok serasi rutin, skrining, identifikasi Ab, DCT.
Polysp AHG mengandung Ab terhadap IgG manusia dan komplemen C3d dari
komplemen manusia. Ab anti – complemen yang lain dalam polysp AHG, misal anti –
C3b, anti – C4b, anti C4d.
Ab yang mempunyai arti klinis ® tipe IgG, fungsi AHG ® mendeteksi IgG dan
distandarisasikan untuk mendeteksi macam-macam tipe IgG Ab.
Aktifitas anti – C3d ® komplemen yang sangat penting dalam pemeriksaan DCT untuk
AIHA.
Macam-macam AHG :
1) Monospecifik AHG (rabbit dan murine monoclonal) tediri dari rabbit anti human IgG
dan mouse monoclonal anti C3b dan anti C3d.
2) Polysp AHG (murine monoclonal) terdiri dari Ab yang disekresikan oleh 3 macam cell
lines dari berbagai spesifikasi anti – IgG, anti C3b dan anti C3d.
Reag monospes AHG ® menentukan Ab yang memberikan hasil pos pada pemeriksaan
DAT dengan polyspes AHG.
5. Sedimen sel tambahkan 2 tetes CS, putar 1000 rpm 1 menit. Baca hasil reaksinya.
1. Temperatur
- Sdm dan serum diinkubasi pada suhi 370 C. Ab yang menyelubungi sdm yang klinis
sangat berarti bereaksi secara optimal pada temperatur 370 C.
- Inkubasi temperatur lebih rendah dari 370 C mengurangi kecepatan assosiasi Ag dan
Ab.
- Inkubasi diatas 370 C dapat merusak sdm / molekul Ab.
2. Ionic Strength
Sdm dapat disuspensikan kedalam berbagai media misal dalam lar saline fisiologis, lar
albumin, LISS dan reag additive seperti polyethylene glycol (PEG)/hexadimethrine
bromide (polybrene).
Dalam cairan isotonik, Na ion dan Cl ion bergerombol sekeliling sel dan sebagian
menetralisir muatan yang berseberangan pada Ag dan molekul Ab. Effek
penyelubungan ini yang merintangi assosiasi Ab dengan Ag dan dapat dikurangi
dengan cara mengurangi ionic strength dari media reaksi.
Dengan meningkatkan ratio serum terhadap sel dapat mendeteksi Ab yang bereaksi
lemah yang tidak terdeteksi dibawah suspensi normal sdm.
4. Waktu Inkubasi
Tehnik albumin waktu inkubasi 15 – 30 menit suhu 370 C ® waktu yang adekwat untuk
mendeteksi Ab yang menyelimuti sdm yang secara klinis berarti. Ab yang bereaksi
lemah, reaksi Ag Ab tidak dapat mencapai keseimbangan dalam waktu inkubasi selama
30 menit dan dengan memperpanjang waktu inkubasi dapat membuktikan
keberadaannya.
Sumber Kesalahan
1. Tidak mencuci sdm dengan bersih dan baik ® hasil pemeriksaan false neg, karena
glob yang bebas yang tidak mengadakan ikatan dengan sel akan menetralisir AHG.
4. Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau lupa menambahkan AHG. Hal ini dapat
dicegah dengan memakai AHG yang berwarna.
5. Penggunaan centrifugasi yang tidak baik
Centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk aglutinasi, sebaliknya
centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel, sehingga sel sukar untuk terurai.
6. Jumlah sdm yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi reaktivitas. Reaksi yang
lemah ® terlalu banyak sdm, sebaliknya sdm yang terlalu sedikit menyulitkan
pembacaan aglutinasi dengan baik.
2. Tabulasi gelas yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu, detergent / material
lain yang menyebabkan sdm menggumpal / aggregasi.
4. Reag yang dibuat tidak baik dan dapat mengandung Ab yang mengakibatkan
aglutinasi pada sel yang tidak diselubungi. Enzyme treated red blood cells dapat
meningkatkan reaktivitas dengan antispecies Ab dan dapat bereaksi langsung dengan
reag AHG yang mengandung kontaminasi aktivitas.
2. False pos DAT dengan contoh darah yang diambil dalam tabulasi yang mengandung
silicone gel.
3. Contoh darah yang diambil dari selang infus 5 % / 10 % dextrose dapat mengandung
komplemen pada sdmnya.
4. Kontaminasi bakteri pada contoh darah dapat mengakibatkan DAT pos.
DAT pos ® IAT pos untuk semua sera. Sdm yang diselubungi IgG sulit untuk diperiksa
golongan darahnya ® menghilangkan IgG dari sdm dapat menggunakan heat treating
atau chloroquine.
Diposkan oleh Cah Ndeso di 07:45 0 komentar
RENCANA ANGGARAN
Kegiatan Anggaran
Rapat-rapat kordinasi di Depkes, RS dan dengan UTD PMI Rp. 5.000.000,-
Renovasi gedung (menempati lokasi baru) Rp. 600.000.000,-
Pengadaan sarana dan prasarana (terlampir) termasuk Rp. 4.698.828.100,-
sistem informasi
Pengadaan/ pembuatan SOP dan format pelayanan Rp. 5.000.000,-
serta format pelaporan
JUMLAH Rp. 5.308.828.100,-
Diposkan oleh Cah Ndeso di 06:25 0 komentar
Definisi Bank Darah Rumah Sakit adalah : Bank Darah Rumah Sakit yang didirikan dan
dikelola oleh Rumah Sakit yang berkewajiban menyimpan darah yang telah diuji saring
oleh UTD PMI dan melakukan uji cocok serasi berdasarkan perjanjian kerjasama
antara UTD PMI dan Rumah Sakit.
Bank Darah Rumah Sakit berfungsi menyimpan darah dan mengeluarkannya bagi
pasien yang memerlukan darah di rumah sakit yang bersangkutan. PMI berkewajiban
membantu pendirian Bank Darah Rumah Sakit yang dikelola oleh Rumah Sakit.
2. Pembiayaan
- Tenaga ATD/PTTD/Analis terlatih di bidang Transfusi Darah dibayar oleh Rumah
Sakit yang bersangkutan.
- Biaya Penggantian Pengolahan Darah (BPPD)/Service cost dibebankan pada pihak
Rumah Sakit yang bersangkutan.
- Besarnya biaya service cost ditetapkan oleh Pengurus Pusat PMI yang diketahui oleh
Dinas Kesehatan setempat.
- Prosedur penagihan service cost mengikuti petunjuk dari UTD PMI setempat yang
mengirimkan darahnya.
5. Pelaporan
BDRS berkewajiban melakukan pembuatan laporan bulanan kepada UTD PMI tentang
setiap kegiatan di Bank darah yang bersangkutan, meliputi :
- Kebutuhan, penerimaan dan pemakaian darah
- Reaksi transfusi
- Pemakaian reagnesia
- Pemakaian alat-alat dll.
6. Pengawasan
Pengawasan / Audit teknis pelayanan darah secara periodik dilakukan oleh tim yang
terdiri dari personal Rumah Sakit, UTD PMI setempat dan Dinas Kesehatan setempat.
Laporan audit teknis disampaikan pada Kepala Rumah Sakit, Kepala UTD setempat dan
Kepala Dinas Kesehatan setempat.
Package B :
1. Reaction tube 10 x 75 mm
2. Rack for tube 12 x 75
3. Viewing box
4. Clamp/kocher
5. Hand sealer
6. Scissors
7. Glass tile
8. Pasteur Pipette Object glass
9. Timer
10. Squeezing bottle
11. Plastic cup
12. Washbasin (enamel)
13. Bottle 5 cc with cap (for blood sample)
14. Lab-jas
15. Napkin
Package C :
1. Test sera anti-A,-B,-AB, -D @ 10 ml
2. Bovine albumin 22 % @ 10 ml
3. Coombs serum @ 10 ml
4. Saline 0,9 %
5. Marker (permanent) artline 70
6. Filter paper
7. Hand gloves
8. Resiguard 4,5 liter / Desinfectans
Package D :
1. Building 35 m2
2. Laboratory desk (4 m) + chair (3)
3. Office table (1) + Chair (1)
4. Filing cabinet
5. Filing holder
6. Personal computer with printer
7. Typewriter
8. Computer + Printer
9. Public sitting