Anda di halaman 1dari 14

STUDI AGAMA ISLAM

DI BUAT OLEH

Nama : Aditya Rahmat Nandito

Kelas : 2056C Manajemen Dakwah

Nim. : 2030504093
KATA PENGANTAR
 Alhamdulillah dan puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makal
ah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-
Nya mustahil makalah ini dapat dirampungkan. Dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Studi Islam sehingga say
a
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul”Pengantar Studi Islam” Besar har
apan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang Studi Islam. Juga
merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan memper
mudah semua pihak
dalam proses perkuliahan pada mata Studi Islam.Sesuai kata pepatah “tak ada
gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan
kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan han
yalah
milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan da
pat bermanfaat, amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN

A.Penamaan islam dan implikasinya dalam kehidupan manusia ..................................................................2

B.Universitas ,autentisitas dan dinamika islam ...................................................................3

BAB III : PENUTUP

A.Kesimpulan ...................................................................................1.B

Saran ............................................................................................. 1.B

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan menyebarnya kaum muslimin di berbagai wilayah, dengan terbentuknya kaum


muslimin sebagai masyarakat sosial, maka secara otomatis kajian-kajian ke-Islaman,
khususnya tentang masyarakat kaum muslimin layak untuk didekati dengan pendekatan
keislaman. hubungan yang terjadi di dalamnya dan pengaruhnya kepada struktur
masyarakat tersebut.

Islam memang tidak akan dapat dipahami dengan universal dan humanis tanpa
mendekatinya dengan pendekatan bermasyarakat. Beberapa gejala dalam masyarakat
kaum muslimin, selain juga bisa didekati dengan beberapa pendekatan lain, tentu
menyediakan ruang untuk dikaji dengan pendekatan. Karena banyak bidang kajian
agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan
jasa bantuan sosial.di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu instrumen dalam
memahami ajaran agama.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang studi keislaman sebagai pendekatan  kajian-
kajian ke-Islaman yang dapat melahirkan studi-studi ke-Islaman yang lebih dinamis
terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat.

BAB II
Pembahasan

1. Penamaan islam dan implikasinya dalam kehidupan


manusia

2. Klasifikasi Agama
Klasifikasi agam dapat di bedakan menjadi dua bagian ( Agama Samawi Dan
Agama Bunaya)
Agama Samawi
agama samawi, adalah agama-agama yang muncul dari suatu tradisi Semit kuno
bersama dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya. Karena didasari
keterkaitannya oleh sosok leluhur ini, Ibrahim Bahasa Arab ‫"( ابراهيم‬Ibrahim")
atau Abraham (Bahasa Ibrani ‫"( ַאב ְָרהָ ם‬Avraham"), yang kisah hidupnya
diriwayatkan dalam Kitab Suci agama Yahudi, agama Kristen, dan agama Islam.
Istilah "monoteisme padang pasir" kadang-kadang digunakan untuk maksud
perbandingan serupa dalam konteks historis, dan sekarang istilah ini dianggap
menghina.

Di dunia ini agama-agama besar yang diakui agama samawi tetap Yahudi, Kristen,


dan Islam. Dan mewakili lebih dari setengah [1]dari seluruh pemeluk agama di
dunia. Namun, banyak dari para pemeluk agama ini yang menolak
pengelompokan agama atau kepercayaan mereka seperti ini dengan alasan
bahwa agama mereka pada intinya dan dasarnya mengandung gagasan-gagasan
yang berbeda, mengenai Abraham, kitab suci, bahkan konsep ketuhanan dan
nama Tuhan dalam masing-masing agama juga berbeda. Saat ini di dunia
diperkirakan ada sekitar 3,7 miliar orang pemeluk agama Abrahamik.

Menurut tradisi Yahudi, Abraham adalah orang pertama dari masa pasca air


bah yang menolak penyembahan berhala melalui analisis yang rasional
(Sem dan Ebermelanjutkan tradisi dari Nuh), dan karena itu ia secara simbolis
muncul sebagai tokoh fundamental untuk agama monoteistik. Dalam pengertian
ini, agama Abrahamikdapat disebut secara sederhana sebagai agama
monoteistik, tetapi tidak semua agama monoteistik adalah agama Abrahamik.

Abraham atau Ibrahim diyakini sebagai bapak para Nabi bangsa Arab melalui


keturunannya Ismail yang berada dalam rangkaian nabi-nabi Islam, dan dijuluki
sebagai Ibrahim Al-khalilullah (kesayangan Allah) dan al-Hanif(yang lurus).
Agama Bunaya
Agama budaya atau sering di kenal sebagai agama ardli ,agama bumi,agama
filsafat, agama ra’yu, natural religion, non revealed religion. Yang konsep
Tuhannya tidak di ketahui secara pasti contoh agama ini adalah agama hindu,
budha Konghucu, Shinto, dan lainnya, agama ardli mempunyai kitab yang
dianggap suci, namun bukan wayhu yang turun dari langit. Kitab yang mereka
anggap suci itu hanyalah karangan dari para pendeta, rahib, atau pun pendiri
agama itu. Bukan wayhu, bukan firman, bukan kalamullah, bukan perkataan
tuhan.
 Adapun kitab suci agama ardhi umumnya lebih banyak bicara tentang pujian,
kidung, nyanyian, penyembahan.Dari sisi isi materi, umumnya kitab suci agama
samawi berisi aturan dan hukum. Kitab-kitab itu bicara tentang hukum halal dan
haram. Adapun kitab suci agama ardhi umumnya lebih banyak bicara tentang
pujian, kidung, nyanyian, penyembahan. agama ardhi umumnya punya konsep
bahwa tuhan itu ada banyak.
Walaupun ada yang paling besar dan senior, tetapi masih dimungkinkan adanya
tuhan-tuhan selain tuhan senior itu, yang boleh disembah, diagungkan,diabdi
dan dijadikan sesembahan oleh manusia. Konsep bertuhan kepada banyak objek
ini dikenal dengan istilah polytheisme. Agama dan kepercayaan yang beredar di
Cina telah mengarahkan bangsa itu kepada penyembahan dewa-dewa.Ada dewa
api, dewa air, dewa hujan, dewa tanah, dewa siang, dewa malam, bahkan ada
dewa yang kerjanya minum khamar, dewa mabok. Kepercayaan bangsa-bangsa
di Eropa pun tidak kalah serunya terhadap konsep dewa-dewa ini.Semua bintang
di langit dianggap dewa, diberi nama dan dikait-kaitkan dengan nasib seseorang.
Kemudian ada dewa senior di gunung Olympus, Zeus namanya.Dewa ini punya
anak, setengah dewa tapi setengah manusia, Hercules namanya.Lalu para dewa
itu bertindak-tanduk seperti manusia, bahkan hewan. Ada yang perang, ada yang
berzina, ada yang mabuk-mabukan bahkan ada dewa yang kerjaannya
melacurkan diri. Kepercayaan bangsa Romawi kuno hingga hari ini masih saja
berlangsung masyarakat barat, mereka masih sangat kentalmempercayai adanya
dewa-dewa itu.Kedua agama tersebut mempunyai cirri-ciri yang sangat bebeda ,
dan dengan memperhatikan ciri-ciri yang ada dapat di ketahui apa yang di sebut
agama wahyu dan agama budaya.

3. Perkembangan Agama Dan kehidupan Budaya agama


Masyarakat indonesia sebagian besar adalah masyarakat yang beragama islam.
Agama biasanya selalu dikaitkan dengan kebudayaan. Padahal agama dan
kebudayaan mempunyai tempatnya sendiri sendiri. Masyarakat selalu keliru
bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu
kehidupan masyarakat. Walaupun agama dan kebudayaan merupakan suatu hal
yang saling berkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri, dan keduanya saling
mempengaruhi satu sama lain.
 Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam
menjalani hidupnya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara
hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa
dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan.
Sajak awal perkembangan agama-agama di Indonesia telah menerima akomodasi
budaya, contohnya agama islam, dimana islam sebagai agama faktual banyak
memberikan norma-norma atau aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan
agama-agama lain. Jika dilihat dari kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada
dua hal yang perlu diperjelas. 
Pertama, Islam sebagai konsespsi sosial budaya dan Islam sebagai realitas
budaya. Kedua, Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut
dengan great tradition (tradisibesar), sedangkan Islam sebagai realitasbudaya
disebut dengan little tradition (tradisikecil) atau local tradition (tradisi local) atau
juga Islamicate, bidang-bidang yang "Islamik" yang dipengaruhi Islam. (Bauto,
2014)
Tradisi besar dalam islam itu seperti halnya sebuah syariat dalam islam, dimana
syariat itu adalah sebuah doktrin yang melekat pada ajaran dasar pada agama
islam. Sehingga, masyarakat mempunyai pola pikir dan pola tindakan yang sesuai
dengan syariat islam.
Tradisi kecil atau lokal tradisi dalam islam itu seperti adanya wayang kulit,
wayang merupakan sebuah tradisi lokal di jawa, dimana wayang tersebut
terdapat unsur islamnya untuk mengajarkan dan menyebarkan budaya islam di
jawa. Hal tersebut terjadi dengan adanya proses akulturasi antara agama islam
dan budaya di indonesia.  Kemudian proses akulturasi ini melhirkan apa yang
dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan
seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga
dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah
bangsa yang membawa pengaruh budayanya.
Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain:
Mampu bertahan terhadap budaya luar
Mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
Mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli
Memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada
perkembangan budaya selanjutnya.
Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat
misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal,
bertiang saka dan sdan sebagainya benar-benar menunjukkan ciri-ciri arsitektur
lokal. Begitu pun dengan ciri khas kebudayaan islan yang ada di jawa, semua
mempunyai ciri khas masing-masing untuk menonjolkan sebuah kebudayan islam
di adaerahnya. Akulturasi budaya islam dengan budaya lokal nusantara yang
terjadi di Jawa. Terdapat juga di daerah lain seperti Sumatra Barat, Aceh,
Makasar, Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainya.
Hal yang sangat penting diperhatikan adalah perlu diperhatikan bagaimana
fungsi-fungsi agama dlam masyarakat, dalam perspektif sosiologi hal ini sering
disebut sebgai pendekatan fungsional terhadap agama, perhatikan para pengkaji
sosiologi dalam konteksi ini adalah melihat bagaimana fungsi agama dalam
masyarakat, dengan memperhatikan kepada sumbangan yang diberikan agama,
atau lembaga-lembaga sosial keagamaan untuk mempertahankan keutuhan
masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif  dan berjalan terus menerus. Dengan
begitu perhatian sosioog adalah peranan yang telah dimainkan oleh agama
dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup masyarakatmasyarakat
tersebut. (Mawardi, 2016)
Oleh karena itu, dalam perspektif sosiologis, agama bukan hanya dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat doktrinal-ideologis yang bersifat abstrak, tetapi ia
muncul dalam bentuk-bentuk material, yakni dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks inilah, agama dipandang sebagai bagian dari kebudayaan.

4. Agama dalam Kebudayaan dan Peradaban Modern


Hukum agama bersifat sakral dan cenderung tidak dapat diubah. Nilai-nilai
agama bersifat transenden dan permanen. Nilai agama bersumber dari kitab
suci. Sanksi hukum agama sebagian berlaku dan dilaksanakan di dunia (sesuai
proses peradilan yang dilaksanakan alat-alat kekuasaan negara) dan/atau
pelaksanaan sanksinya di akhirat.
            Hukum agama ada yang bersifat ibadah (yang menyangkut hubungan
manusia dengan Allah). Hukum ini bersifat permanen dan sanksinya di akhirat.
Adapun yang bersifat muamalat (menyangkut hubungan manusia dengan
sesama) mengalami dinamisasi dan dapat ditegakkan sanksinya melalui alat
kekuasaan negara setelah menjadi bagian Peraturan Perundang-undangan.
Nilai-nilai universal hukum agama antara lain:
-       nilai Ketuhanan;
-       nilai kemanusiaan, artinya mahluk Tuhan adalah mahluk yang harus
dijunjung tinggi kehormatan dan hak-hak kehidupannya;
-       nilai kehidupan manusia adalah hak dasar yang utama dan tidak dapat
dinegasi oleh aturan apapun atau oleh siapapun;
-       nilai keadilan, berlaku adil terhadap siapapun dan menegakan keadilan
dalam kondisi apapun, keadilan dengan dengan ketaqwaan;
-       nilai amanah, kepemimpinan yang amanah merupakan dasar kepemimpinan
yang universal.
            Hukum nasional sesuai Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2004
bersumber dari Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan adalah Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila berisikan sila (nilai)
Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Isi Peraturan Perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
            Dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Pasal 6
UU No. 10 Tahun 2004 telah menentukan nilai (asas) yang harus dimuat adalah:
-       Asas pengayoman adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
-       Asas kemanusiaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan
hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional.
-       Asas kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik
(kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik
Indonesia.
-       Asas kekeluargaan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
-       Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materi muatan Peraturan
Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di
daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila.
-       Asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa materi muatan Peraturan
Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku
dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut
masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
-       Asas rasa keadilan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara tanpa kecuali.
-       Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan adalah bahwa
setiap materi muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status sosial.
-       Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap materi muatan
Peraturan Perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
-       Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan adalah bahwa setiap
materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
Di samping itu ada asas (nilai) lain terkait hukum , misalnya asas legalitas, asas
tiada hukuman tanpa kesalahan, dan asas praduga tak bersalah. Terkait hukum
perdata, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik dalam hukum
perjanjian, dan sebagainya.
            Implementasi  agama (Islam) selama ini menjadi Peraturan Perundang-
undangan didukung oleh kebijakan nasional yang tercantum dalam GBHN yang
sejak tahun 1983 menggariskan adanya kodifikasi dan unifikasi hukum sejalan
dengan tingkat kesadaran hukum masyarakat wawasan nusantara di bidang
hukum mengarahkan bahwa hanya ada satu sistem hukum nasional mengabdi
kepada kepentingan nasional. Dilihat dari pola penyerapan hukum agama (Islam)
dalam Peraturan Perundang-undangan, memunculkan pola:
Pertama terserapnya ajaran agama (Islam) berupa prinsip-prinsip universal dan
berlaku bagi semua warga negara dan penduduk misalnya:
a.       Tujuan pendidikan untuk meningkatkan ketaqwaan dalam UU No. 20 Tahun
1989 yang kemudian diganti menjadi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
b.      Prinsip memelihara kehormatan jiwa manusia dan keturunan manusia
terkait dengan masalah pengguguran kandungan, kehamilan di luar cara alami,
transplantasi organ tubuh manusia, bedah mayat dalam UU No. 23 Tahun 1991
tentang Kesehatan.
c.       Penyelamatan generasi muda dari penyalahgunaan obat dan narkotika
dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika.
d.      Kesejahteraan anak dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
Kedua terserapnya ajaran agama (Islam) dalam Peraturan Perundang-undangan
karena diperlukan pengaturannya bagi pencari keadilan yang beragama Islam
untuk teribnya administrasi, fasilitasi, dan pengawasan guna menghindari
penyalahgunaan, dan penyelesaian sengketa.
Adapun Peraturan Perundang-undangan yang meregulasi bagi kepentingan
tersebut:
a.       Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
b.      Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
c.       Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2007.
d.      Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
e.       Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
f.       Sedang dibahas RUU tentang Jaminan Produk Halal
Pola yang nampaknya sama dengan di atas, namun dilihat dari substansinya tidak
saja melayani keperluan hukum satu golongan penduduk agama (Islam), namun
lebih universal sehubungan prinsip-prinsip universalnya dan keberlakuannya
dalam praktik di negara-negara lain, yaitu:
a.       Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
(Sukuk)
b.      Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Pola khusus yang terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terkait
keistimewaannya sesuai dengan Undang-Undang nomor 18 Tahun 2001 yang
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh.
Peradilan Agama di Aceh yang disebut Mahkamah Syar’iyah mempunyai
kewenangan di bidang:
a.       Ahwal al syahsiyah (hukum keluarga)
b.      Muamalah (hukum perdata)
c.       Jinayah (hukum pidana) yang didasarkan pada syariat agama
Keberlakuan ketiga bidang tersebut disyaratkan diatur dalam Peraturan
Perundang-undangan daerah yang disebut Qanun. Qanun yang terkait
pelaksanaan syariat Islaam adalah Qanun Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Larangan Minuman Keras (Khamr), Qanun Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Larangan Perjudian (Maisir) dan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Larangan
Mesum (Khalwat).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Studi islam merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata study dankata islam, studi adal
ah kegiatan yang secara sengaja di usahakandengan maksud memperoleh keterangan m
encapai pemahaman yang besar atau meningkatkan suatu ketrampilan.Study islam sesu
ngguhnya memiliki cangkupan makna danmemahami serta membahas ajaran-ajaran me
reka melaksanakanyadengan benar.Secara sederhana dapat di lakukan sebagi usaha unt
uk mempelajarihal-hal yang berhubungandengan agama islam.

Dari kata “silmun” yang berarti damai dengan Allah SWT serta darikata “Salim” yang berr
ati selamat dunia akhirat, dan kata“Aslama”yang merupakan turunan dariAsslamu’alaiku
m yang artinya

selmat dari kecacatan lahir dan batin.Orang yang memeluk agama islam, yang di sebut 
muslimah adalahorang yang bergerak menuju ke titingkat beksistensi yang lebih tinggi,u
ntuk memcahkan masalah yang timbul dalam masyarakat, makahseorang muslimah men
gadakan satu penafsiran terhadap AL-Qurandan AL-hadits sehinggah timbullah pemikira
n islam, baik bersikaptekstual kontekstual islam sebagai agama.Islam historys meruupak
an unsur kebudayaan yang dihasilkan olehsetiap pemikiran manusia dalam interpertasi a
tau pemahaman terhadapteks, kebenaran islam historys adalah islam yang tidak bisah di
lepaskan dari kesejateraan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu

B.Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya sajikan, saya sadar bahwa dalam pengambilan
sub bahasa dalam makalah ini masih banyak kekukarangan, apabila terdapat kesalahan
baik dalam penulisan maupun dalam pemaparan, saya mohon ma'af yang sebesar-
besarnya. Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan pastilah milik manusia
karena itu, tidak lupa kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

C.Daftar Pustaka
Seperti yang ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Qs. Arrum : 30 ,
https://www.kompasiana.com/aniesday/5d0f7dda097f362ff54b2582/. Syarifuddin Jurdi,
Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern,

Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014. Émile Durkheim.


https://www.maskulid.com/2020/01/di-dunia-ini-ada-dua-jenis-agama-
yang.html?m=1.
http://www.lespimous.com/peranan-agama-pada-kebudayaan-masyarakat-di-
indonesia/.
S. Sinansari Ecip, Kode Etik dan Undang-undang Pers, Berguna ataukah
Percuma?,
Jumat, 07 Februari 2003 dalam www.dewankehormatanpwi.com.
https://www.kompasiana.com/faizalbagas/asas-perancangan-
perundangundangan_565fe6e9e422bd8b07c299e5.
Azizy, Qadri, Eklektisisme Hukum Nasional:
Kompetensi Antara Hukum Islam dan
Hukum Umum, Yogyakarta: Penerbit
Gama Media, 2004.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/24.

Anda mungkin juga menyukai