Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH AGAMA ISLAM

2. AGAMA ISLAM
Abdul Syukur, MA
A. Arti dan Ruang lingkup
 Secara etimologi, kata “Islam” merupakan kata turunan yang berarti ketaatan, ketundukan,
kepatuhan. Barasal dari kata “salama” yang berarti patuh atau menerima, dengan kata dasar
“salima” yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak cacat. Akar kata itu juga memunculkan
kata lain: “salm” dan “silm” yang berarti damai, kepatuhan, penyerahan diri.
 Sebagai agama wahyu terakhir, Islam merupakan satu sistem akidah, syariat, dan akhlak yang
mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan.
 Atau lihat bagaimana definisi Islam menurut hasan Al-Banna: “Islam adalah sebuah sistem
universal yang lengkap dan mencakup seluruh aspek hidup dan kehidupan. Islam adalah
negara dan tanah air, pemerintahan dan rakyat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan
keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam,
usaha dan kekayaan, jihad dan dakwah, tentara dan pemikiran, sebagaimana Islam adalah
aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.
 Wilfred Cantwell Smith dalam buku sosiologi agamanya The meaning and End of Religion,
pada bab The Special Case of Islam, mengatakan bahwa Islam adalah agama yang unik, lain
dari yang lain. Dibandingkan dengan gama samwi lainnya (yahudi dan nasrani) agama Islam
adalah sui generis (sesuai dengan wataknya, mempunyai corak dan sifat sendiri dalam
jenisnya). Smith mengambil contoh nama agama dan nama pemeluknya.
 Smith juga memandang sebutan Mohamedanism dan Mohammedan bagi Islam dan kaum
Muslimin adalah salah.
 Definisi Islam di atas juga menafikan adanya kemungkinan agama ini mengakomodir
sekularisme.
 “sekuler” yang menjadi inti dari kata sekularisme dan sekularisasi berasal dari bahasa latin
saeculum yang memiliki dua perspektif: waktu dan lokasi. Yang dimaksud waktu adalah
sekarang atau kini, dan lokasi adalah dunia ini. Tekanan makna sekuler diletakkan pada
waktu atau periode tertentu di dunia yang dipandang sebagai suatu proses sejarah (M. al-
Naquib al-Attas, 1981)
 Dari kata “saeculum” lahir istilah “secularism”, nama suatu sistem etika dan filsafat yang
bertujuan memberi satu interpretasi atau pengaturan kehidupan manusia untuk tdk percaya:
kepada Tuhan, kitab suci, dan hari akhir. (H.M. Rasyidi, 1972)
 Para penganut aliran ini disebut sekularis, namun mereka sering menyebut dirinya humanis.
 Dalam perkembangannya ideologi ini mempunyai dua bentuk: yang berkembang di Eropa
dan Amerika, dan yang menjelma di China, rusia, dan negara2 komunis.
 Sekularisasi: usaha sadar utk membebaskan manusia dari agama dan metafisika yang
menjarah seluruh segi kehidupan manusia (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu
pengetahuan).
B. Klasifikasi Agama dan Agama Islam

 Dari sisi sumber (asal) ajarannya, agama-agama dapt dibedakan ke dalam dua bagian:
Agama wahyu (revealed religion) dan agama budaya (cultural religion).
 Agama wahyu memiliki ciri-ciri:

1. Dapat dipastikan kelahirannya


2. Disampaikan pada manusia melalui utusan (Rasul)
3. Memiliki kitab suci yang berisi kumpulan firman
4. Mutlak benar krn bersumber dari yang maha benar
5. Sistem hubungan manusia dengan Tuhan ditentukan oleh Tuhan sendiri lalu dijelaskan
atau dicontohkan oleh rasul-Nya.
6. Konsep ketuhanannya Monotheisme murni
7. Dasar ajaran bersifat mutlak dan berlaku umum/ universal
8. Sistem nilai ditentukan tuhan dan diselaraskan dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan
9. Ungkapannya ttg fenomena alam dapat dibuktikan oleh sains modern
10. Meiliki petunjuk Tuhan dalam proses pembentukan manusia.
C. Salah paham terhadap Islam
 Muhammad Qutb dalam bukunya Islam: the misunderstood religion (1954)
mengatakan bahwa kesalah-pahaman orang terhadap Islam dikarenakan beberapa
hal, antara lain: salah memahami ruang lingkup, salah menggambarkan segmen2
kerangka keseluruhan ajaran, dan salah dalam memilih dan menggunakan metode
pengkajian.
 Terkait ruang lingkup ajaran Islam, seperti telah disinggung, bahwa ia tidak
hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya saja, tapi juga dengan
sesamanya, dengan dirinya, juga dengan alam semesta.
 Selain itu, penggambaran Islam secara parsial juga sering dilakukan sehingga
memberi kesan seakan-akan Islam itu hanyalah akidah atau ilmu tauhid saja. Atau
hanya fikih dan hukum saja. Atau Islam hanya ajaran akhlak, tasawuf, dan tarekat
semata-mata tanpa meletakkan bagian-bagian tersebut pd tempatnya dalam
rangkaian kerangka agama Islam secara keseluruhan.
 Dari sisi metode yang digunakan, seringkali mereka menjadikan Islam dan
seluruh ajarannya semata-mata sebagai objek studi dan analisis. Dan yang
dilakukan adalah menilai islam dengan ukuran2 yang tidak islami.
 Untuk menghindari kesalahan2 itu sekaligus dapat memahami Islam dengan baik
dan benar perhatikan:
1. Pelajarilah Islam dari sumber aselinya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis
2. Islam dipelajari tidak secara parsial, tapi secara integral
3. Pelajari karya ulama atau ilmuwan yang diakui otoritasnya
4. Dihubungkan dg berbagai persoalan asasi yang dihadapi manusia dalam
masyarakat, relasi dan relevansinya dengan persoalan poleksosbud sepanjang
sejarah
5. Harus didukung oleh ilmu2 yang terus berkembang hingga sekarang spt ilmu
alam, sosbud, dan humaniora.
6. Tidak menyamakan Islam dengan umat Islam
7. Pelajari Islam dengan metode yang selaras dengan agama dan ajaran Islam.
Bukan dengan aliran pemikiran yg selama ini mereka miliki (Liberal kapitalis
dan Marxis).
Wallahu A’lam… .

Anda mungkin juga menyukai