Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
Pemilihan Mahasiswa Berprestasi
IKROM MUSTOFA
NIM. G24110066
IKROM MUSTOFA
NIM. G24110066
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Institut Pertanian Bogor
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya sampaikan pada
kegiatan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional 2015 ini adalah benar
karya saya sendiri atau bulan merupakan plagiasi.
Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya
sampaikan bukan karya saya sendiri/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi
dalam bentuk pembatalan predikat sebagai mahasiswa berprestasi tingkat Nasional.
Ikrom Mustofa
NIM: G24110066
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah bertema
“Kemandirian dan Kepribadian Bangsa” dengan sub-tema “Sistem Pendidikan
Nasional” yang berjudul “Membangun Kemandirian Generasi Masa Depan melalui
Pendidikan Cerdas Iklim berbasis Kearifan Lokal untuk Anak-anak di Daerah
Rawan Bencana”. Gagasan penulisan karya ilmiah ini berasal dari ketertarikan
Penulis terhadap konsep pendidikan cerdas iklim pada anak-anak yang belum
banyak diterapkan. Semasa perkuliahan, Penulis berperan aktif dalam berbagai
komunitas pengembangan masyarakat untuk anak-anak sebagai wadah belajar dan
berbagi. Hal inilah yang melatarbelakangi Penulis mengangkat konsep pendidikan
pada Anak-anak sebagai dasar karya tulis ini. Melalui bidang keilmuan yang
penulis tekuni, yaitu Geofisika dan Meteorologi, kajian "Pendidikan Cerdas Iklim
Berbasis Kearifan Lokal pada Anak-anak" ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi
dalam membangun Indonesia yang lebih baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Perdinan, Dr. Ir. Tania June,
MSc, Dr. Rahmat Hidayat, Bregas Budianto, dan semua pihak yang telah
membimbing, memberikan masukan, motivasi, ilmu, dan dukungan, sehingga
karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Akhir
kata, Penulis berharap karya ilmiah dapat menjadi sumbangan pemikiran dan
inspirasi dalam upaya mendukung kemandirian bangsa Indonesia di bidang
pendidikan maupun upaya adaptasi dan mitigasi wilayah rawan bencana, serta dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 3
1.4. Manfaat ........................................................................................................ 4
1.5. Metode Studi dan Kerangka Pemikiran ....................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1. Perubahan Iklim dan Bencana Hidrometeorologi ....................................... 5
2.2. Kearifan Lokal ............................................................................................. 6
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS .................................................................... 8
3.1. Tinjauan Perubahan Iklim dan Bencana Hidrometeorologi ......................... 8
3.2. Konsep Generasi Cerdas Iklim..................................................................... 9
3.3. Implementasi Pendidikan Generasi Cerdas Iklim ...................................... 10
3.3.1. Identifikasi Potensi Bencana Hidrometeorologi ................................. 10
3.3.2. Penyusunan Modul Generasi Cerdas Iklim ......................................... 11
3.3.3. Kurikulum Pendidikan GCI ................................................................ 12
3.3.4. Pembuatan Perangkat Database GCI .................................................. 13
3.3.5. Pembentukan Relawan GCI ................................................................ 13
3.3.5. Sosialisasi Program GCI ..................................................................... 14
3.3.6. Media Pendidikan GCI pada Anak-anak............................................. 14
3.3.7. Koordinasi Program GCI .................................................................... 15
3.4. Evaluasi Program GCI ............................................................................... 16
3.5. Keberlanjutan Program GCI ...................................................................... 16
3.6. Penerapan Program GCI di Sekolah dan Komunitas Binaan .................... 17
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Data historis kenaikan suhu global dan peningkatan konsentrasi 5
CO2 global
Gambar 2 Penilaian risiko dan bencana terkait iklim 8
Gambar 4 Sebaran jumlah kejadian bencana hidrometeorologi di setiap 11
Provinsi di Indonesia tahun 2005-2014
Gambar 6 Media permainan kartu interaktif GCI (a), demo permainan 15
cerdas iklim GCI (b), dongeng anak GCI (c), dan permainan
ketangkasan generasi cerdas iklim (d)
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Kerangka Pemikiran viii
Lampiran 2. Dasar Pemikiran Pendidikan Cerdas Iklim ix
Lampiran 3. Nilai Kearifan Lokal di Masing-masing Provinsi di Indonesia x
dan Kajian Konsep Iklim Lingkungan
Lampiran 4. Data Kejadian Bencana Hidrometeorologi di Indonesia dalam xii
Waktu 10 Tahun Terakhir (2005-2014)
Lampiran 5. Rancangan Penyusunan Modul dan Kurikulum Program xiii
GCI
Lampiran 6. Bentuk Visual Modul Program GCI xv
Lampiran 7. Pembagian Kurikulum Program GCI xvi
Lampiran 8. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) xix
Program GCI
Lampiran 9. Bentuk Visual Website dan Aplikasi Berbasis Android xxii
Program GCI (www.generasicerdasiklim.org | google play store
: Generasi Cerdas Iklim)
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan GCI xxiii
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
sarana dan prasarana terkait, serta penciptaan teknologi baru, sementara langkah
non-teknis dapat dilakukan dengan cara penguatan psikologi korban jiwa pasca
bencana, pembentukan karakter dan moral pada masyarakat, dan melalui penguatan
nilai kearifan lokal yang sebagian besar merupakan nilai-nilai kehidupan selaras
alam.
Penanaman karakter sebagai upaya untuk memperbaiki pola pikir
masyarakat merupakan salah satu konsep adaptasi dan mitigasi yang penting
dilakukan dewasa ini. Indonesia pada dasarnya memiliki modal dalam menghadapi
perubahan iklim yaitu kearifan lokal berupa gagasan setempat yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya (Sartini 2004). Tradisi Keuneunong sebagai
kalender tanam berbasis informasi iklim yang digunakan untuk menentukan waktu
tanam dan prediksi cuaca iklim pada masyarakat Aceh merupakan contoh nilai
kearifan lokal yang berperan mencegah dan mengurangi dampak terjadinya
bencana hidrometeorologi (Adil 2014). Dalam disiplin ilmu Meteorologi, upaya
prediksi cuaca dan iklim dalam beberapa waktu ke depan merupakan suatu
keharusan sebelum mengambil kebijakan dalam berbagai bidang, termasuk untuk
melakukan adaptasi maupun mitigasi terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Dalam tinjauan konsep tersebut, keuneunong sebagai salah satu bentuk kearifan
lokal berfungsi sebagai media pengetahuan bagi masyarakat, akan tetapi sebagian
besar tradisi kearifan lokal tersebut mulai tergerus oleh perkembangan zaman.
Tradisi, adat, budaya, peninggalan sejarah, maupun kebiasaan terdahulu sudah
mulai ditinggalkan atau bahkan sudah hilang, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa
konsep kearifan lokal telah terbukti berjalan selaras dan turut melestarikan alam.
1.2. Perumusan Masalah
Anak-anak merupakan salah satu kelompok korban dalam jumlah besar
akibat bencana alam terkait iklim. Hal ini disebabkan oleh kondisi mereka yang
cenderung lebih sensitif dan rentan terhadap gejala perubahan iklim misalnya cuaca
ekstrim dan bencana alam (Akachi 2009). Kondisi tersebut semakin diperburuk
dengan kemampuan adaptasi anak-anak yang jauh lebih rendah dibandingkan orang
dewasa. Anak-anak sebagai agen perubahan masa depan merupakan aset penting
yang harus dijaga. Pendidikan karakter dan mental yang baik perlu dilakukan sejak
3
anak-anak (Hurlock 2010). Hal ini karena masa anak-anak merupakan masa kritis
bagi perkembangan selanjutnya. Berbagai pengalaman di usia tersebut akan sangat
mempengaruhi kehidupan di masa depan.
Bencana alam hidrometeorologi tidak dapat dipungkiri merupakan akibat
dari faktor iklim yang bisa saja terjadi tiba-tiba, namun adanya peran masyarakat
(antropogenik) juga turut serta memicu timbulnya bencana tersebut. Salah satu
penyebabnya adalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang mulai
tergerus akibat zaman yang semakin modern. Indonesia sejatinya memiliki banyak
kearifan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan karena sudah terbukti mampu
mengarahkan masyarakat untuk hidup selaras dengan alam, di antaranya adalah
tradisi Suku Dayak Kalimantan Tengah yang berupaya melestarikan hutan gambut
untuk mencegah bencana banjir sekaligus kekeringan. Namun, dewasa ini kearifan
lokal sebagai nilai kultural tidak lagi menjadi sebuah keistimewaan dalam
melakukan berbagai aktivitas. Bencana alam hidrometeorologi akhirnya menjadi
peristiwa yang lebih sering terjadi sebagai akibat hilangnya nilai kearifan lokal
tersebut, antara lain banjir Jakarta, tanah longsor di Banjarnegara, dan kekeringan
di Jawa Tengah Hal. ini perlu diperhatikan, karena anak-anak sebagai agen
perubahan di masa depan merupakan kelompok yang harus segera diselamatkan,
baik dalam pemahaman mitigasi bencana maupun penguatan karakter sejak dini.
Oleh karena itu, salah satu langkah nyata dalam mewujudkan generasi yang
berkarakter, mandiri, dan memiliki pemahaman terhadap berbagai kondisi tersebut
di atas dapat dilakukan melalui sebuah konsep pendidikan cerdas iklim berbasis
kearifan lokal kepada anak-anak di daerah rawan bencana.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Menyampaikan gagasan konsep adaptasi dan mitigasi bencana melalui
integrasi upaya preventif kuratif berupa pendidikan pada anak-anak untuk
meningkatkan pemahaman dan karakter Anak di daerah rawan bencana
hidrometeorologi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(a) (b)
Gambar 1 Data historis kenaikan suhu global (a) dan peningkatan konsentrasi
CO2 global (b) (IPCC 2007)
6
mengacu pada pengetahuan yang datang dari pengalaman suatu komunitas dan
merupakan akumulasi dari pengetahuan lokal.
Beberapa contoh fungsi kearifan lokal dalam bidang konservasi sumber
daya alam dan lingkungan antara lain:
Tradisi menyatu dengan alam ala suku Dayak Losarang Indramayu
Pelestarian hutan dan air oleh masyarakat Kampung Kuta di Ciamis
Tradisi Bau Nyale di Lombok untuk membatasi perburuan cacing laut
Tradisi ikan dewa di Cigugur Jawa Barat dalam menjaga populasi ikan
Tradisi Mepasah oleh Masyarakat Desa Trunyan, Kabupaten Bangli, Bali
yang berperan dalam mencegah penebangan pohon Taru Menyan.
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
PERKA- BNPB
Lama
Kejadian
Kerugian Akibat
Bencana Dampak Kejadian/
Daya Rusak
Pengkelasan
2500
Kejadian Bencana
2000
1500
1000
500
0
Provinsi
tersebut dapat dicegah dengan menerapkan konsep kearifan lokal seperti konservasi
hutan dan penguatan undang-undang adat lingkungan terkait konservasi. Seluruh
komponen tersebut diintegrasikan ke dalam modul pembelajaran GCI yang
selanjutnya diaplikasikan guna menciptakan upaya tanggap bencana kepada anak-
anak melalui pendidikan GCI. Modul GCI disusun dengan mengakomodasi
berbagai konsep kearifan lokal di masing-masing wilayah di Indonesia, di antaranya
tradisi Baduy di Jawa Barat, Suku Bajo di Sulawesi Tenggara, dan tradisi merti kali
di Yogyakata. Dengan demikian, penyusunan modul GCI akan bersifat eksklusif
untuk masing-masing wilayah di Indonesia. Adapun rancangan penyusunan modul
GCI dapat dilihat pada Lampiran 5, sementara bentuk visual dari modul pendidikan
GCI dapat dilihat pada Lampiran 6.
cerdas iklim. Adapun pembagian kurikulum pendidikan GCI secara lengkap pada
masing-masing tingkatan dapat dilihat pada Lampiran 7. Contoh Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai penjelasan implementasi masing-masing
bagian dari kurikulum GCI dapat dilihat pada Lampiran 8.
Pelaksanaan program pendidikan GCI dilakukan satu kali setiap minggunya
di luar jam kegiatan belajar mengajar di sekolah, yaitu dengan cara memanfaatkan
jam ekstrakurikuler siswa. Terdapat tujuh kali pertemuan untuk menyelesaikan
program pendidikan GCI tersebut. Luaran yang diharapkan dari pengajaran tersebut
adalah menjadikan anak cerdas iklim yang berkarakter sejak dini dan memiliki
pemahaman terhadap nilai kearifan lokal di daerah masing-masing.
3.3.4. Pembuatan Perangkat Database GCI
Database GCI merupakan wadah untuk menginformasikan berbagai
kegiatan yang akan dan telah dilakukan, baik pada tahap sosialisasi, pelaksanaan,
serta pelaporan hasil kegiatan. Database dapat berupa website dan aplikasi berbasis
android (instagram, fanspage, twitter) yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat dari berbagai kelompok usia. Adapun bentuk visual dari website dan
aplikasi berbasis android pendidikan GCI dapat dilihat pada Lampiran 9.
tersebut dijadikan sebagai pedoman perumusan bentuk program GCI yang akan
dilakukan.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4 Media permainan kartu interaktif GCI (a), demo permainan cerdas
iklim GCI (b), dongeng anak GCI (c), dan permainan ketangkasan
generasi cerdas iklim (d)
3.3.7. Koordinasi Program GCI
Kelancaran implementasi program GCI membutuhkan partisipasi aktif dari
berbagai pihak mulai dari pusat hingga ke daerah. Para relawan dapat melaksanakan
programnya di masing-masing wilayah kerja di bawah koordinasi kepengurusan
regional dan kepengurusan pusat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berperan dalam
memberikan informasi kondisi masyarakat di daerah rawan bencana
hidrometeorologi, merekomendasikan daerah prioritas, dan mendampingi
implementasi program GCI sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi bencana
tersebut. Peran Non-Governmental Organization (NGO) dan kelompok instansi
swasta dapat ikut berperan serta dalam proses implementasi program bersama-sama
dengan relawan dan dalam upaya penyediaan dana hibah Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai salah satu pendukung aspek finansial berjalannya
program. Dinas pendidikan terutama pihak sekolah berperan penting dalam
mendukung sekaligus mengawasi berjalannya program GCI sehingga tetap selaras
dengan tujuan pendidikan dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di
16
sekolah. Peran masyarakat terutama orang tua adalah ikut serta berperan aktif
mendukung dan mengawasi anak-anak untuk tetap menerapkan pendidikan GCI di
rumah. Selain itu, Masyarakat juga berperan dalam memberikan informasi terkait
nilai kearifan lokal yang ada di lingkungan tersebut, baik yang masih mengakar
kuat, maupun yang telah hilang dari kehidupan sehari-hari.
3. Duta Agen Cerdas Iklim (ACI) merupakan bentuk kaderisasi konsep cerdas
iklim pada anak-anak yang dianggap mampu mengajak teman-teman di
sekitarnya untuk ikut serta menjadi generasi cerdas iklim yang berkarakter.
Selain anak-anak, duta agen cerdas iklim juga dinobatkan untuk beberapa
sekolah yang ada di suatu wilayah sebagai sekolah binaan cerdas iklim.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
Adil, Nasrol. 2014. “Keuneunong” potensi peringatan dini cuaca ekstrim dan iklim
ala adat masyarakat Aceh. Stasiun Meteorologi Kelas I Blang Bintang Banda
Aceh.
Akachi Y, Goodman D, Parker D. 2009. Global Climate Change and Child Health:
A review of pathways,impacts and measures to improve the evidence base.
Innocenti Discussion Paper No. IDP 2009-03. Florence: UNICEF Innocenti
Research Centre: 2.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Inilah Sembilan Daerah Rawan
Banjir dan Longsor di Tanah Air. http://sp.beritasatu.com/home/inilah-
sembilan-daerah-rawan-banjir-dan-longsor-di-tanah-air/26802.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2015. Data Kejadian Bencana
Hidrometeorologi 10 Tahun Terakhir. www.bnpb.go.id.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Jakarta. Depdiknas.
Ernawi, Imam S. 2010. Harmonisasi kearifan lokal dalam regulasi penataan ruang.
Makalah pada Seminar Nasional “Urban Culture, Urban Future : Harmonisasi
Penataan Ruang dan Budaya Untuk Mengoptimalkan Potensi Kota”.
Gobyah, IK. 2003. ‘Berpijak Pada Kearifan lokal’. www.balipos.co.id.
Hurlock, E. 2010. Psikologi Perkembangan Terj. Jakarta: Erlangga.
IPCC. 2007. Summary for Policymakers. In: Climate Change 2007: Impacts,
Adaptation and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the
Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate
Change, M.L.Parry, O.F. Canziani, J.P. Palutikof, P.J. van der Linden and
C.E. Hanson, Eds. Cambridge University Press. Cambridge, UK.
IPCC. 2014. IPCC, 2014: Climate Change 2014: Impacts, Adaptation, and
Vulnerability. Part A: Global and Sectoral Aspects. Contribution of Working
Group II to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on
Climate Change [Field, C.B., V.R. Barros, D.J. Dokken, K.J. Mach, M.D.
Mastrandrea, T.E. Bilir, M. Chatterjee, K.L. Ebi, Y.O. Estrada, R.C. Genova,
B. Girma, E.S. Kissel, A.N. Levy, S. MacCracken, P.R. Mastrandrea, and
L.L. White (eds.)]. Cambridge University Press, Cambridge, United
Kingdom and New York, NY, USA, 1132 pp.
Kabar Lombok. 2014. Wariga Jadi Perhatian Pemerintah Pusat.
http://kabarlombok.com/wariga-jadi-perhatian-pemerintah-pusat/.
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 1988, hlm. 25.
Kongprasertamorn, K. (2007). Local wisdom, environmental protection and
community development: the clam farmers in Tabon Bangkhusai,
Phetchaburi Province, Thailand. Manusya: Journal of Humanities. 10. 1-10.
Kridalaksana, H. 2001. Wiwara (Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Meliono, Irmayanti. 2011. Understanding the Nusantara Thought and Local
Wisdom. International Journal for Historical Studies, 2(2) 2011.
20
Mitchell, T., Ibrahim, M., Harris, K., Hedger, M., Polack, E., Ahmed, A., Hall, N.,
Hawrylyshyn, K., Nightingale, K., Onyango, M., Adow, M., and Sajjad
Mohammed,S. 2010. Climate Smart Disaster Risk Management,
Strengthening Climate Resilience. Brighton: IDS.
Nugroho Sutopo P. 2010. Catatan Akhir Tahun 2010 dan Antisipasi Bencana 2011.
Internal Report. BNPB. Indonesia.
Perdinan. 2015. Metode Kajian Risiko Bencana Terkait Iklim. Departemen
Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor.
Permana RCE, Nasution IP, Gunawijaya J. 2011. Kearifan lokal tentang mitigasi
bencana pada masyarakat Baduy. Makara, Sosial Humaniora. 15(1):67-76.
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara: Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat, 37, 111-120.
Schmidt-Thome,P. 2006. Integration of Natural Hazards, Risks, and Climate
Change into Spatial Planning Practices. Geological Survey of Finland. Espoo.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Stephenson, David B, Herve Douville. 2001. Searching for fingerprint of global
warming in the Asian Summer Monsoon. Mausam 52: 213-220.
Susanti, LRR. 2011. Membangun pendidikan karakter di sekolah: melalui kearifan
lokal. Disampaikan pada persidangan dwitahunan FSUA-PPIK USM pada
tanggal 26-27 Oktober 2011 di Fakultas Sastra Unand Padang.
Tama, Novian Budi. 2012. Local Wisdom Di Indonesia.
Vos F, Rodriguez J, Below R, Guha-Sapir D. 2010. Annual Disaster Statistical
Review 2009: The Numbers and Trends. CRED. Brussels.
Lampiran 1. Kerangka Pemikiran
Generasi Cerdas Iklim (GCI) diciptakan sebagai solusi adaptasi dan mitigasi
berbasis nilai kearifan lokal untuk anak-anak pada daerah rawan bencana
hidrometeorologi di Indonesia
Unsur pokok dalam pelaksanaan program GCI adalah nilai kearifan lokal
sebagai kekayaan dan karakter dari masing-masing wilayah di Indonesia
yang diintegrasikan dengan konsep IPTEK dan sains. Program GCI
dilaksanakan berdasarkan kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), dan modul GCI yang telah disusun sebelumnya. Program ini
diberikan dengan memanfaatkan media pendidikan dan database GCI.
viii
Lampiran 2. Dasar Pemikiran Pendidikan Generasi Cerdas Iklim
Fluktuasi Iklim
Dampak
ix
Lampiran 3. Nilai Kearifan Lokal di Masing-masing Provinsi di Indonesia
dan Kajian Konsep Iklim lingkungan
No Provinsi Nilai Kearifan Lokal Kajian Iklim dan Lingkungan
Upaya preventif terhadap bencana alam seperti
Tri Hita Karana banjir melalui konsep asta kosala kosali
1 Bali (Palemahan) (pengaturan halaman dan ruang terbuka hijau)
Upaya menjaga lingkungan dan kelestarian alam
2 Banten Seba Baduy melalui upaya preventif terhadap bencana alam
Konsep konservasi hutan dalam upaya
Adat Rejang dalam mencegah bencana hidrometeorologi (banjir dan
3 Bengkulu pengelolaan hutan tanah longsor)
Upaya mencegah banjir dan longsor akibat
curah hujan yang tinggi dengan cara menjaga
4 DI Yogyakarta Merti kali (bersih sungai) kebersihan dan kelestarian sungai
Kearifan penggunaan lahan untuk mencegah
5 DKI Jakarta Adat Betawi bencana banjir
Konsep konservasi hutan sebagai upaya
mencegah banjir dan bencana hidrometeorologi
6 Jambi Hompongan lainnya
Upaya pelestarian hutan dan air untuk mencegah
7 Jawa Barat Kampung Kuta Ciamis terjadinya bencana banjir dan kekeringan
Leuweung nganteng kaca Menjaga kelestarian hutan untuk mencegah
8 Jawa Tengah nunggal bencana alam terutama longsor dan banjir
Tebang satu tanam dua Upaya konservasi tanaman hutan di wilayah
9 Jawa Timur suku Tengger Jawa Timur
Konsep pemanfaatan hutan namun tetap
Kalimantan memperhatikan fungsi konservatifnya dalam
10 Barat Tembawai mencegah bencana hidrometeorologi.
Kalimantan Larangan membuka hutan keramat (pelestarian
11 Selatan Kapamalian lingkungan)
Melestarikan hutan gambut untuk mencegah
Kalimantan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim
12 Tengah Tradisi Suku Dayak kemarau
Kalimantan Konservasi lingkungan
13 Timur Upacara adat dangai
Melestarikan hutan gambut untuk mencegah
Kalimantan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim
14 Utara Tradisi Suku Dayak kemarau
Kepulauan Konsep untuk hidup berkarakter yang menjaga
15 Riau Adat bersandikan syara’ prinsip selaras alam dan lingkungan
Pengelolaan lahan bekas tanam untuk mencegah
16 Lampung Repong Damar banjir dalam hal penyimpanan jumlah air tanah.
17 Maluku Sasi Pengelolaan sumber daya alam agar selaras alam
Aturan dalam memanfaatkan kekayaan
18 Maluku Utara Pamali Mamancing Ikan lingkungan baik biotik maupun abiotik
x
Nusa Tenggara Awig-awig (Peraturan Pedoman dalam bersikap dan berinteraksi
19 Barat adat) dengan alam.
Nusa Tenggara Konsep konservasi hutan
20 Timur Pahomba
Pembangunan rendah emisi pada masyarakat
Papua untuk menekan dampak pemanasan
21 Papua Luwes masyarakat Papua global
Upaya mempertahankan keutuhan lingkungan,
kelestarian sungai, laut, hutan, serta sumber
Tanah sebagai ibu daya alam demi keseimbangan kehidupan dan
22 Papua Barat kandung upaya menghindari bencana.
Pedoman yang digunakan untuk menentukan
waktu tanam padi, tabur benih, serta waktu
Keuneunong (Kalender berlayar untuk menghindari badai atau
Pemerintah tanam berbasis informasi gelombang tinggi melalui informasi hari hujan,
23 Aceh iklim) posisi bintang, dan perilaku hewan.
Penanaman pohon bintaro untuk mencegah
24 Riau Bono Sungai Kampar abrasi dan bencana iklim di wilayah Bono
Bentuk upaya menghadapi perubahan iklim
25 Sulawesi Barat Tradisi Suku Mandar dengan tinggal di atas laut.
Sulawesi Menjaga kelestarian laut baik dari ekosistem
26 Selatan Maccera Tasi biotik maupun abiotik.
Sistem pengelolaan hutan yang teratur dan
Sulawesi sesuai dengan fungsi hutan sebagai wilayah
27 Tengah Maromu konservasi.
Sulawesi Upaya adaptasi perubahan iklim dengan
28 Tenggara Tradisi Suku Bajo bertahan hidup di atas laut
Pengelolaan lahan pertanian yang tidak
menggunakan bahan kimia untuk mengindari
29 Sulawesi Utara Bondang terjadinya pencemaran tanah dan air.
Sumatera Lubuk Larangan Ngalau Upaya larangan aktivitas di suatu daerah
30 Barat Agung konservasi untuk menjaga alam dari bencana.
Sumatera Undang-undang simbur UU adat yang mengatur kelestarian lingkungan
31 Selatan cahaya
Sumatera Hukum adat Mandailing Upaya pengelolaan taman nasional Batang
32 Utara Natal Gadis Sumatera Utara
Sumber: dari berbagai sumber
xi
Lampiran 4. Data Kejadian Bencana Hidrometeorologi di Indonesia dalam
waktu 10 Tahun Terakhir (2005-2014)
Banjir
Tanah Pasang/ Puting Tanah
No Provinsi Banjir Longsor Abrasi Kekeringan Beliung Longsor Total
1 Bali 35 6 15 9 57 48 170
2 Bangka Belitung 16 0 0 0 24 4 44
3 Banten 95 4 2 40 63 30 234
4 Bengkulu 33 4 2 8 4 8 59
5 DI Yogyakarta 39 2 6 25 77 55 204
6 DKI Jakarta 107 0 8 0 14 2 131
7 Gorontalo 79 8 1 3 8 5 104
8 Jambi 130 3 0 38 43 12 226
9 Jawa Barat 609 46 9 233 500 706 2103
10 Jawa Tengah 672 38 10 239 735 802 2496
11 Jawa Timur 655 33 11 174 444 229 1546
12 Kalimantan Barat 67 2 1 5 21 5 101
13 Kalimantan Selatan 159 3 6 18 99 13 298
14 Kalimantan Tengah 67 0 3 8 3 3 84
15 Kalimantan Timur 152 7 5 7 33 46 250
16 Kalimantan Utara 1 0 0 0 0 0 1
17 Kepulauan Riau 20 0 5 0 39 3 67
18 Lampung 135 5 0 49 74 11 274
19 Maluku 24 8 10 2 14 19 77
20 Maluku Utara 15 2 1 0 8 1 27
21 Nusa Tenggara Barat 91 5 15 36 49 12 208
22 Nusa Tenggara Timur 147 17 32 19 191 51 457
23 Papua 22 8 5 1 5 19 60
24 Papua Barat 6 0 0 0 3 2 11
25 Pemerintah Aceh 241 14 26 48 91 41 461
26 Riau 75 0 1 9 46 4 135
27 Sulawesi Barat 38 5 4 8 18 8 81
28 Sulawesi Selatan 234 16 4 91 143 33 521
29 Sulawesi Tengah 111 20 5 4 14 13 167
30 Sulawesi Tenggara 173 19 20 14 145 46 417
31 Sulawesi Utara 38 21 10 4 13 25 111
32 Sumatera Barat 161 25 13 16 60 108 383
33 Sumatera Selatan 168 4 0 20 121 41 354
34 Sumatera Utara 250 13 4 7 85 38 397
Sumber: BNPB 2015
xii
Lampiran 5. Rancangan Penyusunan Modul Program GCI
Sosial Kesadaran
(Antropologi) Masyarakat
Anak-anak
Bencana
Unsur Iklim Kurikulum
Hidrometeorologi
xiii
4. Puting Perbedaan Kondisi - Menghindari Membuat upaya
beliung tekanan udara, tutupan naungan, peringatan dini
pengaruh lahan, pohon, dan berupa kentongan
awan penampang bangunan, atau jaringan
cumulonimbus fisik pembuatan komunikasi
(awan hujan) wilayah media berbasis sms
tradisional kepada warga
berupa sesaat sebelum
kentongan terjadinya bencana
atau alat puting beliung
serupa sebagai
peringatan
sebelum
datangnya
bencana,
upacara adat
masyarakat
setempat
xiv
Lampiran 6. Bentuk Visual Modul Program GCI
xv
Lampiran 7. Pembagian Kurikulum Program GCI
Tingkat Dasar
xvi
terjadi seperti banjir dan angin puting beliung, teknik
menyeberang sungai, dan lain-lain.
6. Konservasi lingkungan dan Konservasi lingkungan dilakukan untuk
kegiatan sosial menanamkan kesadaran dan karakter baik pada
anak-anak terhadap kejadian iklim dan bencana
hidrometeorologi melalui kegiatan menjaga alam
berbasis kearifan lokal.
Kegiatan konservasi lingkungan berbentuk kerja
bakti, bersih desa, dan penanaman pohon
didampingi oleh orang tua dari anak-anak.
7. Agen cerdas iklim Pemilihan beberapa anak dengan kriteria tertentu
sebagai duta cerdas iklim yang memiliki mandat
untuk mengajak anak lainnya dalam mengamalkan
konsep pendidikan GCI.
Penanaman karakter kepada duta cerdas iklim.
Memilih sekolah binaan sebagai agen cerdas iklim
di suatu wilayah.
Tingkat Lanjut
xvii
3. Aktivitas menggunakan media Melakukan kembali aktivitas pendidikan GCI
pembelajaran GCI tahap 1 menggunakan media pembelajaran untuk tingkat
dasar sekaligus memperhatikan respon dari anak-
anak melalui evaluasi media pendidikan.
Kegiatan pembelajaran dilakukan kembali dengan
menggunakan kartu interaktif GCI dan beberapa
media lain yang lebih banyak disampaikan nilai
pesan moral di dalamnya.
Mempersiapkan aktivitas lapang yang akan
dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
4. Aktivitas menggunakan media Melakukan kembali aktivitas pendidikan GCI
permainan GCI tahap 2 menggunakan media pembelajaran untuk tingkat
dasar sekaligus memperhatikan respon dari anak-
anak melalui evaluasi media pendidikan.
Kegiatan pembelajaran dilakukan kembali dengan
menggunakan kartu interaktif GCI dan beberapa
media lain yang lebih banyak disampaikan nilai
pesan moral di dalamnya.
Mempersiapkan aktivitas lapang yang akan
dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
5. Aktivitas adaptasi dan mitigasi Memberikan aktivitas lapang terkait konsep adaptasi
bencana berbasis kearifan lokal dan mitigasi bencana kepada anak-anak melalui
setempat kegiatan bernilai kearifan lokal seperti edukasi
membuang dan teknik memilah sampah pada
tempatnya, edukasi menghadapi bencana alam
hidrometeorologi yang terjadi seperti banjir dan angin
puting beliung, teknik menyeberang sungai, dan
edukasi untuk menyelamatkan diri dan teman-teman
di sekitarnya ketika terjadi bencana.
6. Konservasi lingkungan dan Konservasi lingkungan dilakukan untuk menanamkan
kegiatan sosial kesadaran dan karakter baik pada anak-anak terhadap
kejadian iklim dan bencana hidrometeorologi,
sekaligus melatih jiwa kepemimpinan mereka melalui
kegiatan sosial yang ada di masyarakat seperti kerja
bakti, bersih desa, dan penanaman pohon yang
menitikberatkan pada keikutsertaan mereka
mengambil peran di dalamnya.
7. Agen cerdas iklim Pemilihan beberapa anak dengan kriteria tertentu
sebagai duta cerdas iklim yang memiliki mandat
untuk mengajak anak lainnya dalam mengamalkan
konsep pendidikan GCI.
Penanaman karakter kepada duta cerdas iklim.
Memilih sekolah binaan sebagai agen cerdas iklim
di suatu wilayah.
xviii
Lampiran 8. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Program
GCI
Contoh RPP diambil waktu salah satu pertemuan pada tingkat lanjut
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : Anak-anak setingkat Sekolah Dasar
Tingkat : Lanjut (10-13 Tahun)
Topik : Pengenalan Konsep GCI
Pertemuan Ke : 2 (dua)
Alokasi Waktu : Satu Hari (dua jam)
A. KOMPETENSI INTI
Pengenalan konsep pendidikan cerdas iklim GCI
B. KOMPETENSI DASAR
Mengajak anak-anak mengunjungi bantaran sungai yang penuh sampah dan
kotoran, melihat video dan tayangan berita tentang penebangan hutan besar-
besaran, dan menunjukkan kliping bergambar yang memberitakan tentang
aktivitas manusia yang kurang peka terhadap lingkungan.
Memberikan hubungan aktivitas manusia tersebut dengan bencana
hidrometeorologi yang berpotensi maupun yang telah terjadi melalui
tayangan animasi dan video terkait.
Menjelaskan pentingnya peran anak-anak sebagai agen masa depan dalam
mencegah aktivitas tersebut melalui konsep-konsep kearifan lokal, anak
diajak untuk mengetahui dan memahami nilai kearifan lokal di masing-
masing wilayah di Indonesia.
C. INDIKATOR
Memahami aktivitas masyarakat yang memicu terjadinya perubahan iklim.
Mampu menyebutkan berbagai contoh aktivitas masyarakat yang kurang
peka terhadap lingkungan.
Memahami hubungan aktivitas masyarakat tersebut dengan terjadinya
bencana hidrometeorologi.
Memiliki pemahaman terhadap konsep kearifan lokal yang berfungsi untuk
mencegah aktivitas masyarakat tersebut.
Mampu menyebutkan contoh nilai kearifan lokal terkait.
Mengikuti kegiatan dengan baik dan aktif berinteraksi dengan sesama.
xix
D. TUJUAN
Memiliki karakter baik dalam berperilaku (mencegah aktivitas yang kurang
peka terhadap lingkungan).
Memahami konsep terjadinya perubahan iklim terkait dengan aktivitas
manusia (antropogenik).
Memahami proses terjadinya bencana hidrometeorologi di setiap wilayah.
Memahami dan mengamalkan nilai kearifan lokal untuk mencegah aktivitas
manusia tersebut.
E. MATERI
Pengamatan ke lokasi pembuangan sampah akhir, bantaran sungai (jika
ada), dan lingkungan sekitar.
Nilai-nilai kearifan lokal di masyarakat setempat terkait konservasi alam
dan lingkungan dalam mengurangi serta mencegah dampak perubahan
iklim.
Penayangan video terkait aktivitas manusia (antropogenik) dan berbagai
bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, kekeringan, puting beliung).
F. PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Metode : Diskusi, Pengamatan Lapang, Tanya Jawab, permainan
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam dan motivasi di awal 10 menit
pertemuan, berdo’a sebagai sebuah
pendidikan karakter di awal pertemuan
2. Mereview bahasan pertemuan sebelumnya
dan membangkitkan pemahaman anak-
anak melalui pertanyaan terkait
3. Menunjukkan berbagai konsep dan
jalannya kegiatan belajar mengajar yang
akan dilakukan kepada anak-anak
Inti 1. Menayangkan video berbagai jenis bencana 90 menit
hidrometeorologi di Indonesia berupa
liputan berita (banjir Jakarta, tanah longsor
di Banjarnegara, kekeringan di Jawa
Tengah dan NTT, dan angin puting beliung
di Malang)
2. Membagi anak-anak ke dalam beberapa
kelompok, setiap kelompoknya terdiri atas
4-5 orang
xx
3. Memasukkan satu kakak relawan ke dalam
masing-masing kelompok sebagai
pendamping pengamatan lapang yang akan
dilakukan
4. Melakukan pengamatan lapang di sekitar
lingkungan sekolah (sungai, tempat
pembuangan sampah, pepohonan)
5. Setiap kelompok membuat laporan (konsep
tanya-jawab) tentang pengamatan lapang
yang telah dilakukan
6. Menujukkan aktivitas manusia yang dapat
menimbulkan terjadinya bencana
hidrometeorologi dan mengaitkan dengan
hasil pengamatan lapang yang telah
dilakukan melalui tayangan video dan
gambar-gambar
7. Membangkitkan solusi yang harus
dilakukan untuk mencegah aktivitas
tersebut melalui berbagai konsep berbasis
kearifan lokal setempat (membuang
sampah pada tempatnya, hidup selaras
alam, penghijauan, dan lain-lain)
Penutup 1. Mengajak anak-anak untuk menyimpulkan 20 menit
hasil kegiatan pada hari tersebut
2. Memberikan apresiasi berbasis karakter
kepada mereka
3. Menutup kegiatan dengan do’a dan pesan-
pesan moral
xxi
Lampiran 9. Bentuk Visual Website dan Aplikasi berbasis Android Program
GCI (www.generasicerdasiklim.org | google play store : Generasi Cerdas Iklim)
xxii
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan GCI
Diskusi bencana di sekitar lingkungan Demo permainan dengan media kartu GCI