Anda di halaman 1dari 7

Percobaan Lazarro Spallanzani

Putri Nila Sari


1815140002
Abstrak : Sejak zaman Aristoteles (300 SM) orang percaya bahwa jasad hidup dapat terjadi
secara spontan dari benda tidak hidup. Pendapat ini dikenal dengan istilah Generatio spontanantie.
Munculnya anggapan bahwa kehidupan terjadi dengan sendirinya secara spontan yang lebih dikenal
dengan teori “abiogenesis” terjadi pada periode saat para ahli mencoba membuat batasan atau
postulat tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan, terutama dengan masalah
kehidupan yang tidak tampak atau kehidupan mikroorganisme. Praktikum yang berjudul Percobaan
Lazarro Spallanzani ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 16 November 2018, pukul 15.50 –
17.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar. Adapun tujuan percobaan ini adalah memberikan
kesempatan kepada mahasiswa mengikut jalan pemikiran dan langkah-langkah yang pernah dilakukan
para ilmuwan / peneliti dalam memecahkan masalah biologi, khususnya menjawab pertanyaan, “dari
manakah asal kehidupan?”. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan secara
langsung percobaan apa yang dulunya dilakukan oleh para ilmuwan dalam memecahkan pertanyaan
mengenai dari mana asal kehidupan, sehingga mahasiswa benar-benar memahami teori-teori tentang
asal kehidupan ini. Pada tabung A, berisi air kaldu dengan perlakuan tidak dipanaskan dan ditutup
dengan sumbat gabus dan ditetesi lilin cair diantara mulut tabung dan sumbatnya. Pada tabung II,
berisi air kaldu yang didihkan dan tidak tertutup. Pada tabung III, berisi air air kaldu yang
dididihkan dan ditutp dengan sumbat gabus dan ditetesi lilin cair sela antara mulut tabung dan
sumbatnya.
A. Pendahuluan
Sejak zaman Aristoteles (300 SM) orang percaya bahwa jasad hidup dapat terjadi secara
spontan dari benda tidak hidup. Pendapat ini dikenal dengan istilah Generatio spontanantie.
Munculnya anggapan bahwa kehidupan terjadi dengan sendirinya secara spontan yang lebih dikenal
dengan teori “abiogenesis” terjadi pada periode saat para ahli mencoba membuat batasan atau
postulat tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan, terutama dengan masalah
kehidupan yang tidak tampak atau kehidupan mikroorganisme. Anggapan ini kemudian mendapat
tantangan cukup hebat dari para ahli biologi pada masa tersebut. Pendapat ini dianut pula oleh
John Needham, seorang pendeta Irlandia yang mengadakan eksperimen antara tahun 1745-1750
dengan berbagai rebusan padi-padian dan daging, mendapatkan bahwa walaupun air rebusan
tersebut disimpan rapat-rapat dalam botol tertutup namun tetap timbul mikroba. Selama beberapa
tahun teori abiogenesis diterima oleh para ahli pada saat itu, tetapi selang beberapa waktu kemudian
banyak para ahli biologi, kimia, kedokteran dan ahli lainnya yang tidak setuju dengan teori
tersebut. Beberapa ilmuwan kemudian mengadakan sebuah percobaan untuk membuktikan
ketidakbenaran teori tersebut. Diantaranya yaitu Fransesco Redi, Lazarro Spallanzani dan
Louis Pasteur. Teori mereka dikenal dengan teori biogenesis yang menganggap bahwa makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup yang sudah ada sebelumnya. Untuk mengetahui bagaimana
teori biogenesis ini dapat meruntuhkan teori abiogenesis, maka kita perlu mengkaji percobaan yang
dilakukan oleh para pendukung teori biogenesis tersebut.
Sesuatu yang hidup atau makhluk hidup tentunya berbeda dengan makhluk yang tidak hidup
atau benda mati. Perbedaan ini terletak pada sifat atau ciri-ciri yang dipunyai oleh keduanya.
Ciri yang dipunya oleh suatu makhluk yang dikatakan hidup disebut dengan ciri kehidupan.
(Yudiarti Turrini, 2004 : 1) Teori Abiogenesis pemuka paham ini adalah seorang bangsa
Yunani, yaitu Aristoteles (394-322 SM), teori ini mengatakan kalau makhluk hidup yang
pertama menghuni bumi ini adalah berasal dari benda mati. Timbulnya makhluk hidup pertama
itu terjadi secara spontan karena adanya gaya hidup. Oleh karena itu paham abiogenesis disebut
juga paham generation spontanea. Paham ini bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani
Kuno (ratusan tahun sebelum masehi) hingga pertengahan abad ke 17. Pada pertengahan abad
ke 17 paham ini seolah-olah diperkuat oleh Antonie van Leeuweunhoek, seorang bangsa Belanda.
Dia menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk melihat jentik-jentik
(makhluk hidup) amat kecil pada tetes rendaman air jerami. Hal inilah yang seolah-
olah memperkuat paham abiogenesis (Salmah Siti, 2011 : 6). Evolusi, sebagai cabang biologi
dalam rumpun Sains, adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara
berangsur-angsur menuju kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai ilmu pengetahuan,
kajian evolusi didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam
tingkat komunitas, dan kemudian dalam perkembangan berikutnya didukung oleh data-data
penemuan fosil, sehingga tidak pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang pernah terjadi
pada masa lampau (Henuhili Victoria, dkk. 2012).
Evolusi makhluk hidup merupakan teori yang dipelajari sejak jaman Romawi dan
Yunani kuno meskipun secara ilmiah teori ini dikemukakan oleh Darwin pada tahun 1859.
Secara garis besar teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup yang telah ada sebelumnya
baik berkaitan dengan struktur maupun fungsi, secara turun temurun dari generasi ke generasi
atau dengan kata lain berlangsung dalam waktu yang amat panjang seiring evolusi alam semesta.
Secara komprehensif, kajian teori evolusi meliputi evolus alam semesta, evolusi geologik,
evolusi fisik-kimiawi, dan evolusi biologis. Evolusi sampai saat ini masih menjadi perdebatan
di berbagai kalangan. Pangkal teori evolusi adalah pengamatan fakta dan bukti berupa fosil yang
umumnya tidak utuh dengan jumlah yang sangat sedikit yang kemudian direkonstruksi.
(Saputra Alaninda, 2017). Salah satu solusi yang tepat dalam upaya mengatasi miskonsepsi pada
pembelajaran evolusi adalah dengan mengembangkan bahan ajar evolusi berbasis molekuler. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Sulistiarini (2010) yang menegaskan bahwa pengembangan bahan ajar
Teori Evolusi berbasis molekuler (Darussyamsu, dkk. 2017) Pertanyaan “dari manakah asal
kehidupan?” telah dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalah
percobaan Spallanzani yang meragukan kebenaran teori Abiogenesis / Generatio Spontanea dari
Aristoteles (Tim Penyusun 2016). Menurut Warianto Chaidar dalam jurnalnya bahwa paham atau
teori abiogenesis ini disebut juga paham Generation Spontaneae. Para ilmuwan pendukung paham
abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati /
tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya Ikan dan katak berasal dari lumpur, Cacing
berasal dari tanah, dan Belatung berasal dari daging yang membusuk. Tokoh paham abiogenesis
adalah seorang filosif Yunani bernama Aristoteles (384-322 SM). Sebenarnya Aristoteles
mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti
induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian,
Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur. Para ilmuwan yang dikenal
dengan paham abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya. Tokoh yang merintis paham biogenesis adalah ilmuwan Itaalia bernama Fransisco
Redi (1626-1799). Fransisco Redi, berdasarkan hasil percobaannya, berpendapat bahwa belatung
yang terdapat pada daging busuk bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang ada
pada daging. Percobaan ini kemudian disempurnakan oleh Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799),
dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895).
Adapun tujuan percobaan ini adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengikuti
jalan pemikiran dan langkah-langkah yang pernah dilakukan para ilmuwan / peneliti dalam
memecahkan masalah biologi, khususnya menjawab pertanyaan, “dari manakah asal kehidupan?”.
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan secara langsung percobaan apa
yang dulunya dilakukan oleh para ilmuwan dalam memecahkan pertanyaan mengenai dari mana
asal kehidupan, sehingga mahasiswa benar-benar memahami teori-teori tentang asal kehidupan ini.
B. Metode Praktikum
Praktikum yang berjudul Percobaan Lazarro Spallanzani ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 16 November 2018, pukul 15.50 – 17.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Zoologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan yaitu 3 buah tabung reaksi, 1 rak tabung reaksi, gabus,
1 buah lampu spiritus, 1 penjepit tabung, lilin, alat bedah, air kaldu. Tahap-tahap yang dilakukan
mengisi ketiga tabung reaksi dengan kaldu masing-masing 10 ml, selanjutnya menyumbat tabung I
dengan tutup gabus dan menetesi lilin cair sela antara mulut tabung dengan tutup, kemudian
mendidihkan kaldu pada tabung II di atas api lampu spiritus selama 2 menit atau sampai mendidih
dalam keadaan terbuka (tanpa tutup), kemudian mendidihkan kaldu pada tabung III di atas api
lampu spiritus selama 2 menit atau sampai mendidih, lalu menutup tabung dengan gabus dan
menetesi lilin cair sela antara mulut tabung dengan tutupnya, selanjutnya meletakkan semua tabung
percobaan pada rak tabung reaksi dan menyimpannya di tempat yang terhindar dari gangguan
hewan, cahaya matahari langsung dan sumber panas lainnya kemudian melakukan pengamatan dan
pencatatan setiap hari, selama 5 hari.
C. Hasil dan Pembahasan
Hari / Tabung Ke - 0 Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3 Ke - 4 Ke - 5
Warna - - + - ++ ++
I Endapan - - + - ++ ++
Bau - - - - - +
Warna - - - - - +
II Endapan - - + - ++ ++
Bau - - - - + +++
Warna - - + - ++ ++
III Endapan - - + - ++ +++
Bau - - - - - +

Keterangan :
- : tidak ada perubahan
+ : ada perubahan
++ : perubahan meningkat
+++ : perubahan semakin meningkat
Gambar hasil pengamatan :
Hari Ke – 0 Hari Ke - 1
Hari Ke – 2 Hari Ke - 3

Hari Ke – 4 Hari Ke - 5

Kami melakukan pengamatan terhadap ke-3 tabung ini dimulai dari hari Senin tanggal 16
November 2018 dan berakhir pada 22 November 2018 dengan melakukan pengamatan yang terjadi
pada setiap tabung setiap harinya hingga hari ke-5 pengamatan. Pengamatan pada hasil tabung itu
sendiri adalah sebagai berikut :
Pada tabung A, berisi air kaldu dengan perlakuan tidak dipanaskan dan ditutup dengan sumbat
gabus dan ditetesi lilin cair diantara mulut tabung dan sumbatnya. Pada hari ke-0 belum terjadi
perubahan apapun baik warna, endapan dan baunya. Pada hari ke-1 juga belum terjadi apa-apa.
Pada hari ke-2 sudah mulai ada perubahan yang terjadi yaitu warna dan endapannya sedangkan
baunya belum terjadi apa-apa. Pada hari ke-3 tidak terjadi perubahan sama sekali warna, endapan
dan baunya. Pada hari ke-4 dan hari ke-5 sudah terjadi peningkatan di warna dan endapannya
sedangkan tidak terjadi bau pada tabung I selama percobaan. Hal ini disebabkan oleh karena tabung
tidak steril. Sehingga air kaldu tersebut ada mikroorganisme yang tumbuh. Bermetabolisme
mikroorganisme tersebut menyebabkan perubahan warna. Ini sesuai dengan anggapan Lassaro
Spallanzani bahwa mikroorganisme akan hidup pada kaldu yang tidak dipanaskan atau disterilkan.
Pada tabung II, berisi air kaldu yang didihkan dan tidak tertutup. Pada hari ke-0 sampai hari ke-1
tidak terjadi perubahan pada warna, endapan dan baunya. Pada hari-2 terjadi perubahan pada
endapan sedangkan warna dan baunya tidak terjadi. Pada hari ke-3 tidak ada perubahan yang terjadi
pada ketiga tabung tersebut. Pada hari ke-4 dan hari ke-5 terjadi penigkatan perubahan pada warna,
endapan, dan baunya. Hal ini disebabkan karena air kaldu berhubungan langsung dengan udara
bebas sehingga mikroorganisme tumbuh didalam air kaldu (berkatabolisme) sehingga air kaldu
keruh. Ini terjadi pada percobaan Lazzaro Spallanzani, walaupun disterilkan, mikroorganisme akan
hidup pada kaldu karena tabung terbuka sehingga dengan mudah mikroba dapat masuk dengan
diterbangkan udara. Pada tabung III, berisi air air kaldu yang dididihkan dan ditutp dengan sumbat
gabus dan ditetesi lilin cair sela antara mulut tabung dan sumbatnya. Hanya terjadi perubahan pada
hari ke-2 yaitu pada warna dan endapannya dan terjadi peningkatan pada hari ke-4 dan hari ke-5
yaitu pada warna, endapan, dan baunya. Perlakuan ini sesuai dengan percobaan Lassaro
Spallanzani, dimana jika kaldu di panaskan kemudian ditutup, sehingga udara luar tidak akan dapat
hidup. Hasil percobaan ini memberikan bukti kuat kepada para ahli akan ketidakbenaran teori
abiogenesis dan selanjutnya para ahli pada masa itu menerima teori baru mengenai asal mula
kehidupan yaitu teori “biogenesis’. Dengan demikian runtuhlah pandangan yang menanggap bahwa
mikroba dapat terjadi dari benda mati.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya
perubahan pada air kaldu bukan berasal dari air kaldu itu sendiri, namun berasal dari mikroba yang
terdapat diudara yang masuk kedalam larutan air kaldu dan mikroba yang ada pada air kaldu bisa
melangsungkan hidupnya. Atau dengan kata lain kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya.
Salah satu ilmuwan pendukung teori biogenesis tersebut adalah Lazarro Spallanzani yang
menggunakan air rebusan daging atau air kaldu yang dimasukkan ke dalam labu kemudian
dipanaskan, membuktikan bahwa air rebusan daging yang dipanaskan lalu ditutup rapat tidak
menghasilkan mikroba. Saran untuk praktikan Setelah praktikum ini, praktikan mampu memahami
percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan sehingga teori biogenesis dapat muncul untuk
laboratorium Diharapkan dapat menyediakan alat-alat praktikum yang memadai agar proses
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
E. Referensi
Darussyamsu Rahmawati, dkk. 2017. Pengaruh Strategi Pembelajaran Reading, Questioning and
Answering terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Padang pada Matakuliah Evolusi. Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret.
Padang
Henuhili Victoria, dkk. 2012. Biologi Umum Konsep Kehidupan. Samarinda : Universitas
Mulawarman.
Saputra Alaninda. 2017. Persepsi Mahasiswa Calon Guru Biologi tentang Pembelajaran Materi
Evolusi di SMA: Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Bioeducation Journal Vol.I No.1-Maret. Surakarta.
Salmah Siti, dkk. 2011. Bahan Ajar Biologi Umum. Padang : Universitas Andalas

Tim penyusun 2016. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Warianto Chaidar 2011. Asal Usul Makhluk Hidup. Volume 1 Nomor 2. Semarang.
Yudiarti Turrini, dkk. 2004 Buku Ajar Biologi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Pertanyaan
1. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan kaldu pada percobaan tersebut diatas?
2. Dari manakah datangnya makhluk hidup yang menyebabkan perubahan kaldu tersebut?
3. Perubahan kaldu pada percobaan tersebut diatas terjadi pada tabung yang diperlakukan
bagaimana? Mengapa terjadi demikian?
4. Pada tabung yang diperlakukan bagaimana yang kaldu tidak mengalami perubahan? Mengapa
tidak terjadi perubahan warna dan bau?
5. Mungkinkah dari bahan kaldu itu secara spontan akan muncul makhluk hidup baru?
6. Dapatkah hasil percobaan di atas digunakan sebai bukti yang kuat untuk menyangkal pendapat
Generatio Spontanea? Jelaskan!
Jawaban :
1. Penyebab terjadinya perubahan air kaldu yaitu karena tabung reaksi tersebut terbuka sehingga
ada bau busuk yang membuat adanya makhluk hidup.
2. Makhluk hidup yang menyebabkan terjadinya perubahan kaldu adalah berasal dari pembusukan
akibat dari kontaminasi udara.
3. Tabung I tidak dipanaskan tetapi ditutup namun masih ada aktifitas mikroba, Tabung II
dipanaskan dan tidak ditutup ada mikroba dari lingkungan yang mempengaruhi.
4. Pada tabung III yang dipanaskan dan ditutup, karena pemanasan yang diberikan sehingga
mikroba mati dan tabung ditutup sehingga tidak bisa terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai