Anda di halaman 1dari 8

Melati Nadiarani (PG3201)

I. Membuat Resume Apa yang disampaikan pembicara

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I S T I ’A B
(Fathi Yakan)

Pembicara : Ust. Satria Hadi Lubis

Buku ini dibagi menjadi dua bagian pokok, pertama bagaimana agar seorang da’i bisa masuk kepada
objek dakwah yang memiliki perbedaan intelektual, kejiwaan, status sosial dan lain-lain. Kedua,
bagaimana memperlakukan objek dakwah yang telah menjadi pendukung dakwah untuk dijaga
komitmennya. Kemudian digali potensinya dan dioptimalkan agar bermanfaat bagi perjuangan
dakwah.

Isti’ab dalam Dakwah dan Da’i

Mengawali dengan memahami makna isti’ab. Isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan da’i untuk
menarik objek dakwah (mad’u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual, kejiwaan,
status sosial dan sebagainya.

Sehingga da’i yang sukses adalah da’i yang mampu masuk dan dapat mempengaruhi setiap manusia,
dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter dan tingkatan mereka beragam.
Disamping mampu menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam
tataran pemikiran ataupun pergerakan. (Hal. 03 — 04)

Seorang da’i dituntut untuk memiliki batas minimal kemampuan Isti’ab. Karena tanpa kemampuan ini
la tidak akan bisa menjadi da’i yang produktif dan aktivis di medan dakwah. Tingkatan — tingkatan
kemampuan dalam ist'ab diisyaratkan dalam sebuah hadist:

Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku adalah bagaikan hujan yang
turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yang baik, ia menerima air hujan itu dengan batik lalu
menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Ada juga bagian bumi yang menahan air, lalu
Allah memberikan manfaat kepada manusia dengan air yang disimpannya, sehingga mereka bisa
minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya adalah padang tandus, ia sama sekali
tidak bisa menyimpan air dan juga tidak menumbuhkan apapun. Demiktan itu adalah perumpamaan
orang yang diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yang aku bawa itu,
hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yang ia pahami. Dan perumpamaan orang yang
sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku sampaikan”. (HR.
Bukhari — Muslim). (Hal. 05-07)

Isti'ab memiliki hubungan yang sangat mendasar dengan keberhasilan dakwah. Karena tidak akan ada
keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti'ab seorang da’i. (Hal. 08)

Isti'ab memiliki dua sisi, yaitu Isti’ab eksternal dan internal. Isti’ab eksternal adalah penguasaan
terhadap orang-orang yang berada di luar dakwah, di luar pergerakan dan di luar organisasi. Atau
orang-orang yang belum bergabung. Isti’ab internal adalah penguasaan terhadap orang-orang yang
berada di dalam organisasi, yakni mereka yang telah bergabung ke dalam Jama’ah dan pergerakan.

Kedua sisi ini saling melengkapi dan sangat penting serta memerlukan kemampuan yang tinggi untuk
menguasainya. Karena keberhasilan seorang da’i sangat terkait dengan kemampuannya menguasai
keduanya. (Hal. 09)
Melati Nadiarani (PG3201)
Melati Nadiarani (PG3201)

Isti’ab Eksternal

Merujuk kepada Al Qur'an dan As Sunnah, tuntutan yang harus dipenuhi para da’'i dalam proses
isti’ab dan rekruitmen diantaranya:

1. Kepahaman tentang Agama

Menjadi da’i, seseorang harus memiliki pemahaman yang memadai tentang islam. Karena
urgensi pemahaman ini, dalam nash Al Qur'an Allah SWT berfirman:

Katakanlah: ‘adakah sama orang — orang yang mengetahui dengan orang — orang yang
tidak mengetahui? ‘Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran”
(Az — Zumar [39]: 09)

Dalam ayat lain terdapat dalam surat Saba’ [34] ayat 06, surat Al Jatsiyah [45] ayat 18. Lalu
dalam hadist, Rasulullah Sha/la/lahu ‘alaiht wasallam bersabda:

“Wahai manusia sesungguhnya ilmu hanya didapat dengan belajar, sedang pemahaman hanya
akan didapat melalui pendalaman (tafaquh) dan barang siapa yang dikehendaki Allah batk
maka ta akan diberi kepamahan dalam agama, sesungguhnya yang takut kepada Allah dari
hamba-hamba-Nya adalah ‘ulama” (HR Bukhari). (Hal. 14 ~ 16)

2. Keteladanan yang Baik

Seorang da’i harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, agar ia memiliki pengaruh
dalam masyarakat, sehingga mereka bisa direkrut. Karena pengaruh ucapan tidak seefektif
pengaruh yang ditimbulkan oleh perbuatan, perbutan Dzahir harus sesuai dengan apa yang
ada di dalam hatinya. (Hal. 25) Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” (Ash Shaff [61]: 2 - 3). (Hal.
29)

3. Kesabaran

Dalam merekrut dan mempengaruhi masyarakat dibutuhkan kesabaran. Hal ini dikarenakan
manusia memiliki kondisi kejiwaan yang bermacam-macam, memiliki kelebihan dan
kekurangan yang beragam, memiliki tabiat yang berbeda-beda dan memiliki kepentingan
yang berlainan.

Di lain pihak hidayah tidak akan bisa masuk ke dalam jiwa seseorang sekaligus, ia
memerlukan usaha yang terus-menerus hingga mencapai tingkat yang diinginkan. Hal ini
tentu membutuhkan kesabaran. (Hal. 33)

Dalam Al Qur'an Allah 7a’a/a berfirman, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan
sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang ~
orang yang khusyu” (Al-Baqarah [02]: 45). (Hal. 38)

Kemudian dalam hadist, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang
berusaha untuk bersabar, maka Allah akan mengdsuniai kesabaran dan tidak ada karunia yang
lebih baik dan lebih luas bagi seseorang selain dari kesabaran” (HR. Bukhari — Muslim).
(Hal. 40)
Melati Nadiarani (PG3201)

4. Santun dan Lemah Lembut

Masyarakat membenci kekerasan dan akan menjauhi pelakunya. Oleh karena itu bersikap
lemah lembut harus dilakukan seorang da’i dalam usaha menarik masyarakat. Allah 7a’a/a
berfirman:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada — Nya” (Ali ‘Imran [03]: 159). (Hal. 42)

5. Memudahkan, Tidak Mempersulit

Manusia memiliki karakter, Kemampuan dan daya tahan yang berbeda-beda. Apa yang bisa
dilakukan seseorang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yang lain, karena itu Rasulullah
Sha/lallahu ‘alathi wasallam bersabda: “Mudahkanlah dan jangan mempersultt, senangkanlah
mereka dan jangan membuat mereka lari” (HR. Bukhari = Muslim). (Hal. 51 -53)

6. Tawadhu’ dan Merendahkan Sayap

Salah satu sifat paling menonjol yang menjadikan seorang da’‘i disukai oleh keluarga dan
masyarakatnya, juga menjadikan ia memiliki pengaruh yang sangat kuat adalah sifat tawadhu’
dan merendahkan sayap.

Rasulullah Shallailahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai adalah orang yang paling baik akhlaknya, yang merendahkan sayap, yang mau
menghimpun dan mau dihimpun. Sedangkan orang yang paling aku benci adalah orang yang
mengadu domba, yang memecah belah orang -orang yang saling mencintai, dan mencari ~
cari aib orang yang tidak berdosa” (HR Thabrani). (Hal. 58 — 59)

Sedangkan kesombongan hanya akan menjadi dinding penghalang antara da’i dan
masyarakat, bahkan akan menjadikan da’i terisolasi dan tidak disukai lingkungannya.
Fenomena kesombongan ini tampak dalam berbagai hal seperti lebih senang bergaul dengan
orang - orang kaya dan berpangkat daripada dengan orang miskin ataupun orang — orang
awam, lebih memperhatikan pakaian, penampilan dan suka meremehkan orang yang terlihat
kumal, suka memilih — milih audien, lebih mementingkan ungkapan yang dibuat — buat dan
merasa takjub serta bangga dengan ilmu yang dimiliki. (Hal. 59 ~ 60)

7. Wajah Berseri -seri dan Perkataan yang Baik

Wajah merupakan cermin yang merefleksikan kejiwaan. Jika wajah seseorang seram maka
hal itu merupakan cerminan dari kekasarannya, dan jika wajah seseorang berseri ~ seri dan
murah senyum, maka ini adalah pertanda kebaikannya

Wajah berseri-seri dan perkataan yang baik termasuk sifat yang dapat menyebabkan
terbukanya hati masyarakat, sehingga mereka mau mendekat dan menenma apa yang
disampaikan. (Hal. 67}

Datam nash Al Qur’an, Allah Ta‘ala berfirman’ “Har orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan katakantah perkataan yang benar” (Al Ahzab [33] 70) (Hal 70)
Melati Nadiarani (PG3201)

8. Dermawan dan Berinfak kepada Orang Lain

Kedermawanan adalah syarat yang harus dimuliki oleh seorang da'i agar sukses dalam
dakwah dan dapat menarik manusia. Kedermawanan dengan materi menunjukkan kelapangan
jiwa, sebaliknya orang yang kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya. (Hal 76)

Seorang da’i harus menggunakan hartanya sebagai sarana agar masyarakat yang didakwahi
mendapat hidayah, misalnya dengan memuliakan tamu karena Islam mewajibkannya. Lalu
memberi hadiah kepada orang lain, hal itu termasuk akhlak Islam yang dianjurkan Nabi
Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Selain itu juga berbagai perbuatan mulia yang diperintahkan Allah Ta‘ala yang menuntut
kedermawanan, seperti berinfak kepada fakir miskin, menanggung anak yatim,
memperhatikan hak tetangga dan hal semisal lannya yang bertentangan dengan kebakhilan
(Hal 77 = 80)

9. Melayani orang lain & membantu keperluan mereka

Seorang da'i wajib menerjemahkan pemikiran dan konsepnya dalam bentuk tindakan konkret,
yaitu dengan turut merasakan problematika umat dan berusaha semaksimal mungkin untuk
ikut menyelesaikannya. (Hal. 86) .

Rasuluilah Shalallahu ‘alaihi wasaliam bersabda, “Amalan yang paling utama adalah
menyenangkan seorang mukmin, dengan cara memberi pakaian, makanan, minuman dan
memenuhi kebutuhannya” (HR Thabrani). (Hai. 96)

Isti‘ab Internal

Isti’ab Dakhili (daya tampung internal) adalah kemampuan dan keahlian untuk menampung objek
dakwah yang telah berada di tengah-tengah barisan dakwah. Baik oleh para pemimpin maupun para
anggotanya. Tujuannya untuk mendayagunakan potensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas
dakwah dan pergerakan (Hal 101)

Tahapan-tahapan proses pembentukan

Dalam proses pembentukan ini, harus melalui beberapa tahapan sesuai dengan aturan-aturan yang
ada. Tahapan-tahapan itu antara lain: Pertama, isti’ab ‘aqidi dan tarbawi, kedua, isti’ab haraki.

1. Isti‘ab ‘Aqidi dan Tarbawi

Dalam Tahap ini para kader harus dibersihkan dari berbagai problem masa lalu, meluruskan
aqidah, perilaku, akhlak, mengarahkan kecenderungan, menentukan, menjelaskan arah
sasaran dan tujuan mereka. (Hal. 103)

Isti'ab tarbawi tidak boleh didikte oleh suatu fase atau situasi, tetapi mutlak diperlukan baik
bagi para pemula ataupun para senior dan isti‘ab tarbawi harus memperhatikan berbagai
perkembangan kehidupan tahapan-tahapan alami dan khusus yang dilalui oleh para individu.
(Hal. 106)

Lalu isti’ab tarbawi juga harus memenuhi semua bidang tarbiyah, baik pemikiran, spiritual
dan kebutuhan fitrah manusia dan isti’ab tarbawi harus terukur dan menggunakan parameter
Melati Nadiarani (PG3201)

syari’at dengan mengambil semua ‘azimah (hukum asal)-nya dan berbagai keringanannya
bukan produk emosi dan keinginan pribadi semata. (Hal. 107)

Aspek penting dan mendasar yang harus dimiliki dalam pembentukan pribadi muslim, yaitu :

Sunnah Rasul dalam Pembentukan Pribadi Muslim

Rasulullah SAW menggunakan metode yang unik sesuai dengan kesemppurnaan manhaj
Islam dan fitrah yang ditetapkan Alloh Ta’ala memandang manusia apa adanya layaknya
manusia dengan memperhatikan kecenderungan dan kebutuhan manusia. (Hal. 108)

Beberapa Kaidah Asasi dalam Sunnah

Kaidah utama yang dijelaskan dalam Sunnah Nabawiyah tentang kerangka pembentukan
pribadi Muslim yaitu memenangkan sisi positif atas sisi negatif dan memenangkan sikap
proporsional atas sikap berlebih-lebihan.

Dalam sikap proporsional dan tidak berlebih-lebihan diisyaratkan dalam hadist yang
berkaitan dengan komitmen pribadi kepada Islam. Rasulullah Shallailahu ‘alathi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya agama ini sangatlah keras, maka masuklah ke
dalamnya dengan lembut” (HR Ahmad). (Hal. 111)

Lalu berkaitan dengan dakwah dan menarik orang kepada Islam. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasailam bersabda: “Mudahkanlah dan jangan mempersulit, senangkanlah dan
jangan membuat mereka lari” (HR Bukhari-Muslim). (Hal. 112)

Kemudian kaidah utama lainnya yang dijelaskan dalam Sunnah Nabawiyah, yaitu Sedikit
dan kontinu lebih baik daripada banyak tapi terputus, sunnah Rasul dan mendahulukan
prioritas dalam pembentukan. (Hal. 114 — 116)

Lalu pembentukan melalui keteladanan, pembentukan yang menyeluruh dan tidak parsial,
keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam pembentukan serta dampak pahala dan
hukuman dalam pembentukan. (Hal. 121 — 131)

2. Isti’ab Haraki

Isti'ab haraki adalah kemampuan sebuah pergerakan dalam menampung para anggotanya,
pendukungnya, simpatisannya dan juga kemampuan gerakan dan para anggotanya dalam
menampung berbagai persoalan, prinsip dan kaidah-kaidah pergerakan.

Ada beberapa permasalahan pokok yang berhubungan dengan isti’ab haroki antara lain:

Hal yang Berkaitan dengan Daya Tampung Gerakan terhadap para Anggotanya

Untuk bisa menampung para anggotanya, gerakan harus memenuhi beberapa syarat yaitu
proses tarbiyah yang matang, tersedianya berbagai potensi dan kapabilitas serta faktor
pendukung lainnya dalam sebuah pergerakan, misainya manajerial yang handal, perencanaan
yang matang, konsep yang jelas dalam pendidikan, pemikiran, politik dan sebagainya. (Hal.
138)

Lalu memahami semua anggotanya dengan benar, mengetahui potensi yang dimiliki,
kecenderungan mereka, sisi positif dan negatifnya dan hal lainnya. Dengan mengetahui semua
ini akan sangat membantu untuk menentukan tugas dan tanggungjawab masing-masing
Melati Nadiarani (PG3201)

individu dan menempatkan pada posisi yang tepat, sehingga akan membuahkan hasil yang
memuaskan. (Hal. 139)

Mengerahkan seluruh anggota dan bukan sebagian saja atau hanya orang-orang yang
berprestasi saja karena bagaimanapun akan melipatgandakan hasil dan menghindari fitnah
yang ditimbulkan oleh para “penganggur” atau orang — orang yang tidak memiliki tugas dan
peran dakwah. (Hal. 140-142)

Terkait dengan isti’ab haraki

Ada beberapa masalah penting yang terkait dengan pergerakan yang harus dikuasai oleh para
da’i yaitu, pemahaman yang benar dan sempurna tentang sasaran dan sarana yang digunakan,
memahami tanzhim dan tabiatnya dengan benar, pemahaman yang benar dan menyeluruh
terhadap tabiat teman dan lawan berikut konsekuensinya (Hal. 143 ~ 147)

Lalu pemahaman yang baik tentang berbagai aspek, tabiat dan kebutuhan amal, menjauhi
fenomena istiknaf atau keengganan utk bergabung dalam masyarakat, instansi atau berbagai
organisasi yang ada. (Hal. 149 — 152)

Jika gerakan Islam tidak mau beranjak dari tempatnya, setelah memiliki kader-kader pilihan,
dan tidak mau bergaul dengan masyarakat, mendidik, membimbing, mengarahkan,
membantu, memimpin, meringankan kesulitan mereka dan melakukan perbaikan di tengah-
tengah mereka, maka masyarakat akan meninggalkannya.

Sehingga akhirnya gerakan ini akan hancur karena tidak memiliki akar dan kekuatan di dalam
masyarakat dalam melakukan pertarungan mempertahankan eksistensi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

II. Apa yang sudah dikerjakan dan membuat perencanaan implementasinya untuk diri, keluarga,
masyarakat dan PKS.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Yang sudah dikerjakan :

 Merekrut objek dakwah


 Melakukan pembinaan pada objek dakwah tersebut
 Membina hubungan baik dengan objek dakwah dari berbagai lapisan masyarakat
 Menjalankan program dakwah Robtul ‘Am
 Melakukan pembinaan Keluarga Inti (Anak-anak sebagai penerus generasi)

2. Perencanaan Implementasi untuk Diri :


 Mendekatkan diri kepada Alloh SWT
 Meningkatkan ketaqwaan diri pribadi dengan memperbanyak amal ibadah dan amal soleh
 Terus belajar dan memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik sesuai dengan kriteria Da’i
dalam Isti’ab Eksternal
 Menjadikan diri pribadi sebagai contoh teladan bagi keluarga dan masyarakat

3. Perencanaan Implementasi untuk Keluarga :


 Mendidik anak-anak menjadi sholeh dan sholehah sebagai asset keberlangsungan dakwah
 Merencanakan Pendidikan Umum dan Tarbiyah Anak sejalan beriringan
Melati Nadiarani (PG3201)

 Membentuk kepribadian mandiri dan ringan tangan anggota kelularga terhadap sesama
anggota keluarga dan lingkungan sekitar
 Menjadikan Keluarga sebagai wasilah pembentukan karakter pada anak, sehingga melahirkan
anak2 yang Tangguh menjalan beban dakwah

4. Perencanaan Implementasi untuk Masyarakat :


 Mengajak dan melakukan pendekatan (rekrutmen) masyarakat
 Membimbing masyarakat untuk dapat mengenal Islam dengan baik
 Melakukan pelayanan dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat
 Membentuk masyarakat yang berkepribadian kuat menjalankan tuntunan Islam yang baik dan
benar

5. Perencanaan Implementasi untuk PKS :


 Terus berjuang bersama PKS demi kemashlahatan umat
 Mendukung program-program PKS untuk mensejahterakan rakyat
 Patuh dan Ta’at kepada Qiyadah PKS dalam memperjuangkan dakwah di masyarakat

========================================================================

Anda mungkin juga menyukai