Anda di halaman 1dari 2

Kurang Mendengar

Ada sepasang suami istri yang selalu cekcok setiap hari. Sang suami yang kesal
kemudian pergi ke salah satu konsultan keluarga & kesehatan, yang juga seorang
dokter.
Suami: “Dok, saya sudah tidak tahan dengan tingkah istri saya.”
Dokter: “Loh, memang kenapa?”
Suami: “Setiap berbicara dengannya, ia selalu nyuekin saya. Saya menduga dia
tuli.”
Dokter: “Ooh begitu. Lalu, dia tulinya pada jarak berapa meter?”
Suami: “Lho, apa hubungannya Dok?”
Dokter: “Begini, tuli pada jarak 4 meter berbeda dosis obatnya dibanding dengan
tuli pada jarak 3 meter, 2 meter, apalagi 1 meter.”
Suami: “Ooh begitu ya Dok. Baiklah saya cek dulu di rumah.”
Sesampainya di rumah sang suami melihat istrinya sedang memasak di dapur.
Setelah mengukur maka pada jarak 4 meter ia pun bertanya kepada istrinya,
“Istriku sekarang kau masak apa?”
Ternyata istrinya diam saja.
Sang suami pun melangkah 1 meter lagi mendekati istrinya & bertanya lagi,
“Istriku sekarang kau masak apa?”
Tetapi istrinya masih diam saja.
Dengan perasaan dongkol ia pun melangkah 1 meter lagi & bertanya kepada
istrinya dengan berteriak kesal, “Istriku sekarang kau masak apa?”
Tiba-tiba suasana hening sejenak & sang istri pun berbalik dengan amarah yang
tampak di wajahnya.
Kemudian sang istri berkata dengan lantang, “Sudah kubilang 3 kali. Aku masak
rendang! Rendang! Rendang! Masa sih kau tak dengar?”
Bagai tersambar petir dirasanya, ternyata yang pendengarannya kurang bagus
adalah dirinya sendiri, bukan sang istri!
Setiap harinya ia sibuk melihat kekurangan & kesalahan orang lain sehingga tidak
pernah introspeksi diri. Ia menjadi sadar sebelum memvonis orang lain, ia perlu
mengintrospeksi terlebih dahulu dirinya sendiri. Itulah kunci menuju
keharmonisan & kedamaian hidup.

Gula Merah Penyadar


Alkisah, seorang pria menjual gula merah yang dibuat istrinya dengan bentuk bulat & beratnya 1
kg.

Dia selalu menjual gula merah itu ke sebuah toko & membeli kebutuhan-kebutuhan harian
mereka untuk sekedar makan.

Suatu hari pemilik toko curiga dengan berat gula merah itu & dia pun menimbangnya. Ternyata
beratnya tidak sampai 1 kg, hanya 900 gram!

Tangannya gemetar & dadanya terasa seperti ingin meledak.

“Jadi selama ini dia membohongiku. Berapa banyak kerugian yang aku alami. Penipu!”
jeritnya dalam hati.

Sang pria pun segera ia datangi dengan membawa gula merahnya.

“Kamu telah menipu saya! Kamu bilang gula merah ini 1 kg, ternyata hanya 900 gram
saja!” teriak sang pemilik toko.

Sang pria menundukkan kepalanya & berkata:

“Kami orang miskin. Kami tidak punya timbangan di rumah. Kami


membeli beras di toko Bapak seberat 1 kg & itulah yang kami
jadikan timbangan untuk menimbang gula merahnya.”
Seketika wajah si pemilik toko jadi merah karena malu.

Ternyata sumber kesalahan itu berasal darinya &


perbuatan buruknya kepada orang lain telah berbalik
merugikan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai