vi
KATA PENGANTAR
Rahmat serta Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga imajinasi dan gerak pikir
senantiasa di berikan untuk Nabi Muhammad SAW. Dengan ajaran dan suri
lelah, malas, bahkan frustasi selalu mewarnai penulis dalam setiap proses
penulisan skripsi ini, namun demikian, tetap penulis sadari bahwa di sana-sini
masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu penulis berharap kepada
pembaca yang budiman untuk sudi memberikan saran dan kritik agar penyusunan
Namun penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak
ada beberapa pihak yang telah membantu, baik berupa dorongan moral, tenaga,
masukan-masukan yang berarti dan materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
PENDAHULUAN
fakta sejarah tidak sedikit orang berpolitik dengan menghalalkan segala cara.
mempertahankan kekuasaan.
dalam kalangan elit politik adalah sebuah keniscayaan akan terjadinya konflik bila
tidak adanya kesefahaman bersama, dan tidak jarang berujung pada penyelesaian
sebagai acuan dalam berpolitik secara manusiawi dan beradab. Tetapi hal itu
Berbicara moralitas politik saat ini seolah berteriak di padang pasir yang
kekuatan dan kepentingan saja. Melalui kecenderungan umum dari tujuan politik
yang dibangun bukan dari yang ideal dan tidak tunduk kepada apa yang
Magnis Suseno yaitu dengan telaah filsafat dan bertanggung jawab. Karena itulah
etika politik dimunculkan sebagai cabang dari filsafat, yang pada prinsipnya
1
Franz Magnis Suseno, Mencari Makna Kebangsaan, (Yogyakarta: Kanisius 1998),
hlm.181-183.
1
2
sebagai filsafat praktis. Dalam hal ini etika politik lebih mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia dalam norma-norma moral yang berlaku,
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui
Pendapat Berbagai Tokoh tentang Etika Politik Islam Dalam sejarah
peradaban Islam, para filsuf ataupun fuqaha tidak melepaskan agama dan negara,
terutama masalah etika dan moralitas bernegara yang telah dibangun oleh para
filsuf muslim. Gagasan negara moral juga amat kental, misalnya dalam pemikiran
pokok pemikiran mereka, berikut ini diuraikan beberapa tokoh muslim tersebut :
1. Al-Farabi Al-Farabi sangat akrab dengan filsafat Yunani seperti filsafat Plato
terpanggil untuk mencapai pola kehidupan bernegara yang ideal.60 Teori politik
Al-Farabi tidak terpengaruh oleh sistem politik yang berlaku pada saat itu, tetapi
Farabi sebagaimana Plato, Aristoteles, dan Ibn Abi Rabi‟, berpandangaan bahwa
melibatkan dan kerja sama dengan orang lain. Tujuan bermasyarakat tidak
tindakan sadar, cara hidup, disposisi positif yang dengan cara demikian,
kebahagiaan dapat tercapai. Hal ini terwujud dalam pemerintahan utama, yang
kota-kota dan bangsanya tunduk pada pemerintah. Kedua, pemerintah yang tidak
badan, yang apabila salah satu menderita, bagian yang lain ikut merasakan.
Seperti halnya tiap-tiap anggota mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda,
demikian pula 60 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah, dan
Pemikiran, (Jakarta: UI- Press, 1993), hlm.50. 61 Ayi Sofyan, Op. Cit, hlm.258.
62 Muhammad Azhar, Filsafat Politik Perbandingan antara Islam dan Barat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 78. kebahagiaan masyarakat tidak
akan terwujud tanpa pendistribusian kerja yang sesuai dengan kecakapan dan
negara sama dengan jantung dalam tubuh yang merupakan sumber koordinasi.
Pekerjaan kepala negara tidak hanya bersifat politis, tetapi meliputi etika sebagai
way of life. Kriteria kepala negara harus memenuhi kualitas: (1) lengkap
badannya, (2) baik inteligensinya, (3) baik mutu intelektualitasnya, (4) pandai
gemar mengajar, (6) tidak tamak, (7) pecinta kejujuran, (8) berakhlak mulia, (9)
tidak mengutamakan keduniaan, (10) bersifat adil, (11) optimis dan percaya diri,
(12) kuat pendirian, penuh keberanian, dan antusias, dan tidak berjiwa kerdil.
Apabila tidak ada seseorang yang memenuhi criteria seperti itu, negara dapat
jiwanya dari sifat-sifat hewani, seperti korupsi, manipulasi, tirani yang merupakan
dalam bidang falsafah, antara lain, mengenai akhlak dan kepemimpinan. Falsafah
63 Ayi Sofyan, hlm. 259-260. 64 Ibid. 65 Muhammad Azhar, Op. Cit, hlm.. 80.
menurutnya ialah ilmu yang memiliki hakikat yang sebenarnya dari segala sesuatu
yang ada.66 Salah satu falsafah Al-Farabi ialah akhlak dan kepemimpinan.
Akhlak adalah tabiat, perangai, dan tingkah laku. Akhlak merupakan inti dari
Islam. Pendapat Al-Farabi tentang Islam merujuk pada teori akhlak Yunani, yaitu
lainnya adalah konsep keadilan yang tercantum di dalam kitab Al-Madinah Al-
Fadhilah. Adil merupakan akhlak dan sikap yang harus ada dalam pemimpin. Al-
Farabi mengatakan bahwa ada dua jenis keadilan, yaitu keadilan pada Allah dan
keutuhan dalam sebuah negara. Selain itu, seseorang pemimpin dituntut pula
besar dan memikul tugas yang berat untuk mengatur negara dengan aman.69 Dari
individu ataupun masyarakat, akhlak mempunyai 66 Ayi Sofyan, Op. Cit, hlm.
261. 67 Ibid. 68 Ibid. 69 Ibid, hlm.262. hubungan yang penting dalam proses
semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori akhlak dan kepemimpinan
yang dikemukakan Al-Farabi tampaknya amat ideal dan tidak menyimpang dari
ajaran dan dasar-dasar Islam. Pendekatan yang digunakan adalah akal serta
dalam karyanya yang monumental dalam bidang Siyasah adalah Al-Ahkam Al-
dikatakan, sebagai pemikiran maju, bahkan sampai kini. Misalnya, dalam buku
umum, jabatan hakim, jabatan wali pidana. Selain itu, juga dibahas masalah imam
shalat, zakat, fa‟I, dan ghanimah (harta peninggalan dan rampasan perang),
dalam pemikirannya adalah seorang raja, presiden, sultan) yang merupakan suatu
penting dalam suatu masyarakat atau negara. Tanpa imam akan terjadi kekacauan.
Manusia menjadi tidak bermartabat, begitu juga suatu bangsa menjadi tidak
manusia adalah makhluk sosial, yang paling memerlukan bantuan orang lain
bakat, mendorong manusia untuk bekerja sama. Dari kerja sama ini mereka
Menurut Al-Mawardi, ada enam sandi dasar untuk menegakkan negara, yaitu (1)
agama yang ditaati, sebagai pengendali hawa nafsu dan kontrol atas hati nurani,
yang merata, keadilan terhadap atasan, bawahan, dan terhadap mereka yang
setingkat, (4) stabilitas keamanan masyarakat yang terkendali, (5) kesuburan tanah
M.M. Shanf (ed), Para Filosof Muslim, hlm.719. 75 Ayi Sofyan, Op. Cit, hlm.267.
besar, untuk menumbuhkan harapan kelangsungan hidup. Melalui sendi dasar etik
dan saling menolong diantara mereka, memperbanyak sarana kehidupan yang baik
mengangkat kepala negara adalah ahlul hilli wal aqdi. Mereka harus memiliki
syaratsyarat : (1) adil dengan segala syarat-syaratnya, (2) ilmu yang membuatnya
mampu mengetahui siapa yang berhak menjadi iman sesuai dengan kriteria-
kriteria yang legal, (3) wawasan dan sikap bijaksana yang membuatnya mampu
memilih siapa yang paling tepat menjadi imam, dan yang paling efektif, paling
ahli dalam mengelola semua kepentingan. Adapun untuk jabatan kepala negara
(Khalifah), kriterianya adalah : (1) adil dengan syarat-syarat yang universal, (2)
ilmu yang membuatnya mampu berijtihad terhadap kasus-kasus dan hukum-
hukum, (3) sehat indriawi (telinga, mata, dan mulut), mampu menangani langsung
permasalahan yang telah diketahuinya, (4) sehat organ tubuh dari cacat yang
membuatnya mampu mengelola semua kepentingan, (6) berani dan ksatria yang
Azhar, Op. Cit, hlm. 83. melawan musuh, (7) nasab dari Quraisy berdasarkan nash
melainkan berdasarkan Syariat agama. Faktor keamanan jiwa dan harta tidak akan
tercapai tanpa penguasa yang ditaati. Oleh karena itu, agama dan penguasa
moral itu, AlGhazali mengemukakan, “tidak ada pemisahan antara agama dan
negara. Tidak ada sekularisasi ajaran agama yang dipandang hanya mengurusi
persoalan individu, sehingga harus dipisahkan dari urusan politik kenegaraan, dan
materiil tidak lagi dianggap sebagai alat, tetapi diubah menjadi tujuan, mereka
agama dan negara adalah saudara kembar. Dengan demikian, agama bukan hanya
Sofyan, Op. Cit, hlm. 269. 78 Ibid, 273. menyentuh kehidupan seluruhnya,
peradilan, hukum perang dan damai, hukum internasional dan seterusnya, ini
berarti antara agama dan negara terjalin erat untuk berdirinya kedaulatan negara
rakyat. 79 Menurut Al-Ghazali, Allah telah memilih dua kelompok dari bani
Adam : (1) para nabi yang bertugas menjelaskan kepada hamba-hamba Allah
tentang jalan yang benar akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat, (2) para
raja (kepala negara) dengan tugas menjaga agar hambahamba Allah tidak saling
bermusuhan dan saling melanggar hak, dan memandu mereka kearah kedudukan
yang terhormat. Oleh karena itu, Sultan adalah bayangan Allah dimuka bumi
maka wajib di cintai dan harus ditaati serta tidak dibenarkan menantang.80 79
Muhammad Azhar, Op. Cit, hlm. 90. 80 Ayi Sofyan, Op. Cit, hlm. 274.
sebagai tema besar bagi penulisan skripsi ini. Mengingat, Al-Ghazali merupakan
salah satu di antara filsuf muslim abad pertengahan yang menarik dan memiliki
corak dan pandangan yang menurut hemat penulis relevan dengan pemaparan di
atas. Dalam hal ini, filsafat Al-Ghazali telah banyak mewarnai perkembangan
pengetahuan dalam dunia Islam mau pun barat. Ini terlihat dari dari sekian tokoh
kitab Ihya> Ulu>m al-Di<<n, al-Iqtiba>d wa al-I’tiqa>d dan al-Tibr al-Masbu>k fi< Nas}i<h}ah
mahluk sosial. Untuk itu, ia tidak dapat hidup sendirian. Lebih jauh ia melihat ada
dua faktor yang menyebabkan kenapa manusia itu menjadi makhluk sosial;
4
Ibid., hlm. 76.
4
Dan hal ini bisa di lakukan melalui pergaulan antara laki-laki dan perempuan dan
pendidikan anak (diperlukan kerja sama dan saling membantu antar sesama
manusia).5
(hubungan antar pemuka, baik agama dan pemerintah dengan dasar saling tolong
menolong).
antar manusia akan terbentuk. Tak terkecuali dalam pembentukan sebuah negara,
yang harus ada dalam sebuah negara, dengan kata lain, negara bukan terjadi
Lebih jauh, negara menjaga untuk menjalankan syariat agama yang kokoh. Dalam
5
J.Abdul Rojak. Politik Kenegaraan: Pemikiran Politik Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah.
(Surabaya: Bina Ilmu, 1999), hlm. 95.
5
hal ini, agama mengantarkan manusia menuju kebahagiaan hakiki. Secara tegas ia
mengingat Al-Ghazali telah diakui berbagai kalangan sebagai pemikir besar yang
sekarang. Selain itu menurut penulis saat ini kita butuh konstruksi terhadap etika
6
Ibid. hlm. 96.
7
Lihat, W. Montgomery Watt, Al-Ghazali, dalam Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam
(Jakarta: P3M, 1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
memiliki dua rumusan masalah yang ingin di tulis oleh penulis, yaitu pertama,
bagaimana konsepsi ketika kuasa (politik) yang digagas oleh al-Ghazali dan yang
kedua, adalah bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang ideal menurut al-
berikut:
1. Konsep etika kuasa (politik) yang dimaksud oleh al-Ghazali adalah suatu
tentang budi luhur atau moral agama dan kebijaksanaan yang harus diterapkan
bab IV.
74
75
B. Saran-saran
Tentunya skripsi ini masih jauh dari harapan penulis dan pembaca sekalian
oleh karena itu, persoalan-persoalan yang belum dibahas dalam tulisan ini
adalah pertama, perlunya kajian yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati sejak Thelmes Sampai Capra,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve 1993), Jilid IV.
Furchan, Arief dan Maimun, Agus, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Irfan, Santoso, “Al-Ghazali Sebagai Filosof” dalam Jurnal Nizamuddin Ilmu dan
Budaya, tahun VI, no. 10 Juli 1984.
Mansur, Laili, Para Sufi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999 dan lihat Amin
Abdullah, Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Noer, Deliar Pemikiran Politik di Negeri Barat, cet. III, Bandung: Mizan, 1998.
Schmandt, Henry J. Filsafat Politik; Kajian Histories dari Zaman Yunani Kuno
Sampai Zaman Modern, terjemah Ahmad Baidlowi dan Imam Bahehaqi,
Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2002,
Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,
Jakarta, UI-Press, cet. ke 5.1993.
Thaha, Abdul Baqi Surur, Alam Pikiran al-Ghazali, Surabaya: Pustaka Mantiq
1996.
Yusuf Musa, Politik dan Negara dalam Islam, alih bahasa M. Thalib,
Yogyakarta” Pustaka LSI, 1991.
CURRICULUM VITAE
ORANG TUA
Ayah : K.H. Marzoeqi (Alm)
Ibu : Hj. Romlah Farida
Alamat : Kelurahan Wonoasih Desa Wonoasih RT 03 / RW02
Probolinggo Jawa Timur
PENDIDIKAN
1. SD. Wonoasih II. Probolinggo Lulus Tahun 1996
2. MTs PP Raudlatul Mutaa’limin Probolinggo Lulus Tahun 1999
3. MAK PP Zainul Hasan I Genggong. Probolinggo. Lulus Tahun 2003
4. Strata I (SI) Jurusan Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lulus
Tahun
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus OSIS MTs PP Raudlatul Mutaa’limin Probolinggo th. 1998
2. Pengurus OSIS MAK PP Zainul Hasan I Genggong. Probolinggo th. 2002
3. PMII Rayon Fakultas Ushuluddin Devisi Pers dan Jaringan th. 2004-2005
4. PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Koordinator Pers dan
Jaringan th. 2005-2006
5. PMII Cabang Yogyakarta th. 2008-2009
6. BEM-J Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Koordinator Jaringan
th. 2004-2005
7. Bendahara Umum HUMANIUS Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta th. 2005-2006
8. Pimpinan Umum HUMANIUS Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta th. 2006-2007
9. Pengurus LAKPESDAM Jawa Timur Departemen Penelitian th. 2008-2014
10. Ketua Yayasan Pendidikan Pesantren Raudlatul Mutaa’limin Probolinggo
Bagian Sosial