Anda di halaman 1dari 2

Saudara kita sudah sampai pada minggu keempat.

Diskusi kita kali ini berkaitan dengan keterampilan berbicara


dan mengambil topik Merdeka belajar.

Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, juga merdeka dari
birokratisasi. Dosen dibebaskan dari birokrasi vang berbelit dan mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih
bidang yang mereka sukai. Menurut Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Merdeka Belajar –
Kampus Merdeka merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertujuan mendorong
mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil. Adanya konsep
belajar merdeka tentunya bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar di luar
kampus. Konsep tersebut terus dikembangkan oleh kemendikbud sebagai upaya untuk mendapatkan calon
pemimpin masa depan yang berkualitas.

Sumber: https://sevima.com/apa-itu-merdeka-belajar-kampus-merdeka/.

Berdasarkan wacana di atas, silakan ungkapkan pendapat Anda dan diskusikan bersama teman-teman di ruang
ini. Sertakan teori dan sumber-sumber pendukung yang memperkuat pendapat Anda.

Selamat Berdiskusi

JAWAB :

Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih
pelajaran yang diminati. Hal ini dialkukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya
dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.

Nadiem Makarim pada 2019 menyebutkan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam Merdeka
Belajar adalah kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan berpikir menjadi salah satu fondasi dasar dari program
Merdeka Belajar. Nadiem juga menyebutkan bahwa kemerdekaan berpikir harus dipraktikkan oleh para guru
terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada para siswa.

Di samping itu, program Merdeka Belajar juga akan membawa perubahan pada sistem pengajaran yang
semula bernuanasa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuanasa pembelajaran di luar kelas ini diharapkan
akan membuat setiap siswa menjadi lebih nyaman karena bisa lebih banyak berdiskusi dan akan membentuk
karakter dari para siswa.

Menurut pendapat saya, konsep "Merdeka Belajar" bagus. Namun, konsep tersebut hanyalah jargon yang
sulit mengatasi permasalahan utama di bidang pendidikan. Permasalahan utama tersebut adalah kualitas guru.
Kualitas guru di Indonesia masih belum memuaskan. Kualitas guru belum memuaskan karena banyak
"mahasiswa terbaik" tidak ingin menjadi guru. Mereka tidak ingin karena menganggap bahwa gaji guru kurang
kompetitif. Mereka akhirnya bekerja di perusahaan multinasional. Alasan lainnya adalah kualitas universitas
keguruan juga kurang bagus sehingga sulit menghasilkan guru berkualitas. Kualitas universitas keguruan kurang
bagus karena kinerja manajemen yang juga kurang bagus. Tata kelola universitas keguruan masih membutuhkan
perbaikan.

Salah satu program andalan Kemendikbud-Ristek adalah program Merdeka Belajar. Konsep Merdeka Belajar
yang dicetuskan oleh Nadiem Makarim, tujuannya  baik, agar peserta didik bahagia dalam menempuh
pendidikan.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah kurikulum pada universitas keguruan. Kurikulum tersebut cenderung
teoretis. Kurikulum tersebut tidak mengandung banyak materi yang bersifat praktis. Misalnya, materi tentang
praktik mengajar di sekolah, pedagogi, dan penelitian lapangan. Karena tidak mendapat banyak materi praktis,
mahasiswa universitas keguruan memiliki sedikit pengalaman dalam bidang mengajar. Seharusnya, mahasiswa
tersebut memiliki banyak pengalaman mengajar sejak dini. Caranya adalah universitas keguruan menambah
beban SKS pada mata kuliah yang terkait dengan pengalaman mengajar. Tujuannya adalah mahasiswa tersebut
memiliki teknik mengajar yang mumpuni. Selain kurikulum, hal lain yang harus diperhatikan adalah kualitas
dosen universitas keguruan. Banyak dosen memiliki teknik mengajar yang monoton. Teknik mengajar ini bisa
ditiru oleh mahasiswa. Sebab mahasiswa menganggap bahwa teknik mengajar ini merupakan teknik mengajar
yang benar. Oleh karena itu, Kemendikbud seharusnya membuat pelatihan kemampuan mengajar yang lebih
berkualitas. Para guru tentunya harus mengikuti pelatihan tersebut. Walaupun demikian, saya tetap
mengapresiasi konsep "Merdeka Belajar".

Para siswa diberi kebebasan untuk mengakses ilmu. Sumber ilmu bukan sebatas pada ruang kelas, guru, tetapi
bisa di luar kelas, di media online atau internet, perpustakaan, dan juga di lingkungan sekitar. Guru tidak lagi
menjadi sumber utama.

Dalam konteks ini, maka dibutuhkan kejelian guru untuk menterjemahkan konsep Merdeka Belajar. Guru harus
kreatif agar siswa bisa dibimbing dan diarahkan sesuai konsep merdeka belajar.

Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh kurikulum, tetapi siswa dan guru harus kreatif, untuk menggapai
pengetahuan. Siswa benar-benar dilatih untuk mandiri.

Menurut Nadiem Makarim konsep “Merdeka Belajar” paling tepat digunakan sebagai filosofi perubahan dari
metode pembelajaran yang terjadi selama ini. Sebab dalam “Merdeka Belajar” terdapat kemandirian dan
kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran.
(Kompas.com).

Salah satu alasan, banyak sekolah (di daerah) masih melakukan ujian manual, karena anak-anak belum terbiasa
dengan komputerisasi. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, pertama karena  minimnya sarana prasarana, kedua
Sumber Daya Manusia yang belum maksimal.

Konsep Ideal yang Penerapannya Belum Maksimal

Penerapan Merdeka Belajar, bukan tanpa hambatan. Ada beberapa kendala yang dihadapi di daerah.

1. Merdeka Belajar belum maksimal diterapkan karena masalah Sumber Daya Manusia, (SDM). Program
Merdeka Belajar menuntut kreativitas guru. Kenyataannya guru–guru di pedalaman masih minim
kreativitas. Bila pendidik tidak kreatif untuk membimbing siswa maka, penerapan Merdeka Belajar
memang ideal untuk zaman sekarang, tapi kenyataannya menjadi sulit untuk diterapkan.

2. Mentalitas siswa dan guru. Persoalan yang dihadapi sekarang masalah mental anak. Masih banyak
siswa dan guru yang harap gampang, minimnya keinginan untuk berjuang. Pengalaman di daerah
menunjukkan demikian.

Masih banyak tokoh kunci seperti guru atau murid yang harap gampang. Belum lagi akses informasi yang
terbatas, semakin menambah buram potret pendidikan di tanah air.

Anda mungkin juga menyukai