Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

NIM : 042072155
NAMA : DWI ANGGRAENI
MATAKULIAH : HUBUNGAN INDUSTRIAL
Kepada Yth Bapak Herman Suryadi, S.H.,.M.M

Soal
1. 1978 merupakan tahun generasi baru dalam hubungan industrial, ledakan penelitian
dalam industrial memperluas pengetahuan individu, anggota serikat pekerja dan
pengaruh serikat pekerja pada produktivitas, profitabilitas, dan perekonomian, dimana
dalam berbagai studi digunakan berbagai unit analisis yang dapat diukir.
Berikan penjelasan anda tentang dua persfektif yang lazim dipakai untuk melihat
hubungan industrial antar perilaku hubungan industrial dan jelaskan pula perbedaan
keduanya!.

2. Adanya berbagai hal yang merupakan dimensi perilaku organisasi yang berkaitan
dengan hubungan industrial yang mendasari terjadinya hubungan industrial dan
organisasi salah satunya adalah modal sosial.
Apa yang anda ketahui tentang modal sosial menurut Kostova dan Roth? dan jelaskan
3 (tiga) dimensi dalam modal sosial!.

3. Hal paling penting dalam mempelajari hubungan kerja karyawan adalah karyawan
dapat ada tanpa serikat pekerja, tetapi serikat pekerja tidak bisa ada tanpa karyawan.
Serikat pekerja harus didirikan secara demokratis.
Sehubungan dengan hal diatas anda diminta untuk menjelaskan beberapa teori yang
mendasari perburuhan!.

Jawaban
1. Dua perspektif yang lazim dipakai untuk melihat hubungan antarpelaku hubungan
industrial, yaitu perspektif fungsional dan perspekltif konflik (Batubara 2008). Para
ahli penganut pespektif fungsional melihat masyarakat sebagai organisme hidup,
sehingga bagian satu dengan yang lain lain saling terkait. Masyarakat terdiri dari
struktur dan dinamikanya. Adanya kesamaan yang khusus antara sistem biologis
dengan sistem sosial, yaitu persamaan dari perbandingan bahwa setiap bagian tubuh
mempunyai fungsi, begitu juga dalam masyarakat tiap-tiap bagian ada fungsi dan
tujuannya. Apabila pandangan ini dipakai untuk politik maka dapat dikatakan bahwa
kehidupan politik merupakan suatu sistem dengan berbagai komponen politik yang
melakukan fungsi-fungsi tertentu, dan satu fungsi dengan fungsi yang lain saling
terkait sehingga dapat dilihat sebagai satu kesatuan. Di dalam sistem politik ada
komponen yang melakukan fungsi tertentu secara terus-menerus sehingga melahirkan
struktur. Sedangkan perspektif konflik menyatakan bahwa perspektif fungsional tidak
akan mampu mengatasi keseluruhan fenomena sosial. Pendekatan perspektif
fungsional lebih merupakan suatu pendekatan utopia ketimbang realitas. Perspektif
konflik berpendapat bahwa masyarakat berisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi

Page 1|7
kerja sama. Oleh karena itu, perspektif konflik digunakan dalam memahami fenomena
sosial secara lebih baik.

2. Kostova dan Roth (2003) mendefinisikan modal sosial sebagai nilai-nilai potensial
yang berasal dari psikologis tertentu, persepsi, dan perilaku yang diharapkan bahwa
bentuk aktor sosial merupakan hasil dari struktur sosial dan ciri hubungannya dalam
struktur tersebut. Tingkat modal sosial yang tinggi menunjukkan motivasi bagi aktor
soaial untuk mempertahankan hubungan tersebut, perasaan bertanggung jawab untuk
membalas kebaikan dimasa lalu dari aktor sosial lain, harapan bahwa aktor sosial lain
juga akan membalas kebaikannya, dan kenyamanan psikis penggunaan sumber daya
dengan menyediakann menerima dan meminta bantuan dari aktor sosial lain.
Selanjutnya, ada tiga dimensi modal sosial yaitu strutural, relasional, dan kognitif.
a. Dimensi struktural merupakan interaksi sosial dan menunjukan pada sebuah
model hubungan antaraktor atau pelaku yang meliputi siapa yang berhubungan
dan bagaimana berhubungan dengan mereka. Dimensi ini menjelaskan model
hubungan seperti pengukuran keeratan, hubungan, hierarki , dan organisasi
yang sesuai. Dimensi struktural dijelaskan sebagai hubungan interkasi sosial
yang mendorong untk saling percaya yang merupakan dimensi dimensi
relasional.
Menurut McFayden dan Canella (2004), dimensi struktural menyangkut
kedekatan dan adanya hubungan antaranggota jaringan kerja baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dimensi struktural ini lebih memfokuskan
pada kekuatan hubunagn sosial dan pada model hubungan (Seibert et al.,
2001).hubungan antar anggota kelompok dapat menjadi kuat bila ada interaksi
sosial yang dilakukan secara intensif dan dalam berbagai jenis hubungan, baik
dengan teman anak buahnya, ataupun pimpinannya. Dimensi struktural juga
disebutkan sebagai dasar bagi dimensi relasional dan kognitif, sehingga
dikatakan bahwa ketiga dimensi tersebut berhubungan erat (Liao & Welsch.
2005).
Teori jaringan kerja sosial memfokuskan perhatian pada perlengkapan
struktural jaringan kerja (Adler & Kwon, 2002) sepertin rongga sruktural
pada jaringan kerja dan kekuatan hubungan pada level hubungan minimal dua
orang. Hubungan yang kuat dapat meyakinkan individu untuk menjadi
penolong dan menggunakan pengetahuan. Hubungan yang kuat ini disusuan
melalui interaksi yang intensif dan berulang serta komunikasi yang efektif dan
efisien (Whittaker et al., 2003). Semntera itu, pendekatan rongga struktural
menyatakan bahwa, ketika terdapat perbedaan kelompok dari hubungan
antarindividu hanya disebabkan hubungan yang jarang dilakukan satudengan
yang lain.
Dimensi struktural juga menunjukkan adanya kontak fisik (Tsai & Ghosal,
1998). Semakin sering individu mengadakan kontak dengan orang lain,
semakin sering mereka melakukan kegiatan bersama dan bekerja sama.
Hubungan antarindividu atau hubungan struktural yang diciptakan melalui
interkasi sosial antarindividu dalam jaringan kerja merupakan prediksi penting
Page 2|7
dalam tindakan kolektif (Wasko & Faraj, 2005). Oleh karena itu, kebersamaan
dicirikan dengan level yang tinggi dalam modal sosial struktural atau keeratan
hubungan dalam kebersamaan. Dimensi struktural menunjukan interaksi sosial
yang mendukung kepercayaan, sehingga pertukaran informasi dan
pengetahuan lebih mudah. Dimensi struktural juga mencakup kestabilan
jaringan kerja yang merupakan perubahan dalam keanggotaan jaringan kerja
tersebut (Inpen & Tsang, 2005). Ketidakstabilan jaringan kerja menunjukkan
seringnya individu meninggalkan jaringan kerjasehingga antarindividu
meninggalkan jaringan kerja sehingga hubungan antarindividu tersebjut
lemah.
b. Dimensi Relasional
Dimensi relasional juga menjelaskan jenis hubungan personal yang
dikembangkan satu dengan yang lain. Dimensi relasional menunjukkan
kemampuan yang berakar pada hubungan kepercayaan. Dimensi relasional
juga mencakup tanggapan dan pertemanan. Semakin tinggi interaksi, semakin
banyak jaringan komunikasi tersedia, dan semakin mudah timbulnya jiwa
kewirausahaan dengan saling percaya, serta semakin mudah mendapatlan
informasi dan sumber daya yang memudahkan berbagai kegiatan atau
transaksi (Liao & Welch, 2005). Dimensi relasional modal sosial
menunjukkan aset yang diciptakan dan dipengaruhi melalui hubungan dan
mencakup berbagai variabel lain. Kepercayaan merupakan atribut perilaku
individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Kepercayaan memainkan
perang yang sangat penting yang menunjukkan keinginan untuk mendapat
kritikan dari orang lain, dan mendapatkan harapan yang baik. Hubungan
personal ini sering kali bertujuan sebagai kemampuan bersosialisasi,
persetujuan atau kesepakatan dan gengsi.
Dimensi relasional ini merupakan dimensi modal sosial yang dapat
menciptakan dan mempengaruhi hubungan dibandingkan dengan struktural
dan paralel dengan dengan beerbagai sisi dari dimensi ini, seperti kepercayaan,
norma dan sanksi, kewajiban dan pengharapan, serta identitas dan identifikasi.
Dimensi relasional mencakup pertukaran antarindividu, rekan-rekan kerja
yang saling menengenal atau saling bertukar pendapat, dan adanya kesamaan
dalam bahasa, norma, pengalaman, kewajiban dan harapan. (McFayden &
Canella, 20004). Dimensi ini juga mencakup kepercayaan berdasar kebaikan
dan kepercayaan berdasrkan kesadaran atau pemahaman.
c. Dimensi Kognitif
Dimensi kognitif membantu pemahaman umum mengenai sasaran bersama
dan cara yang tepat untuk melakukan kegiatan dalam sistem sosial. Dimensi
ketiga ini menunjukan pada penyediaan, penyebaran, interpretasi, dan
pemberian arti. Dimensi Kognitif menunjukka interpretasi yang sama dalam
sistem dan tata nilai (Nahapiet &Ghoshal, 1998) yang memungkinkan individu
dalam jaringan kerja menggunakan dan mengartikan informasi serta
mengklasifikasinya ke dalam kategori perseptual (de Carolis & Sparito, 2006).

Page 3|7
3. Ada beberapa teori yang mendasari perburuhan atau serikat pekerja, yaitu teori
kemakmuran umum, teori pemasaran tenaga kerja, teori produktivitas, teori
perundingan atau kesepakatan dan teori oposisi loyal terhadap manajemen.
a. Teori kemakmuran umum
Menurut teori ini, perjuangan serikat pekerja untuk meningkatkan upah dapat
mendorong dan memperkuat pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan setiap
kenaikan upah akan mendorong ke arah ekpansi dan pertumbuhan. Menurut
serikat pekerja, kenaikan upah akan menaikkan produktivitas. Produktivitas yang
tinggi akan menurunkan biaya produksi.
b. Teori pemasaran tenaga kerja
Menurut teori ini, kondisi ditempat para pekerja itu bekerja ditentukan oleh
kekuatan dan pengaruh pekerja di pasar dan tenaga kerja. Serikat pekerja
menganggap dirinya sebagai agen ekonomi di pasar-pasar kerja. Bila persediaan
tenaga kerja lebih besar daripada permintaan akan tenaga kerja, maka harga
tenaga kerja menjadi rendah.
c. Teori produktivitas
Menurut teori ini, upah ditentukan oleh produktivitas karyawan. Semakin tinggi
produktivitas maka upah akan semakin tinggi pula.
d. Teori perundingan/Tawar Menawar
Menurut teori ini, pasar tenaga kerja ditentukan oleh kekuatan ekonomi yang
berlawanan dari karyawan dan pengusaha. Oleh karena itu, harga tenaga kerja
juga ditentukan oleh kekuatan tawar-menawar antara pengusaha dan karyawan.
Bila karyawan meningkatkan kekuatan ekonominya dengan bertindak bersama-
sama melalui serikat pekerja, maka karyawan memiliki agen perundingan atau
tawar-menawar (bargaining agent) untuk dapat meningkatkan upah mereka.
Kekuatan ekonomi diukur dari kemampuan mengekang karyawan sehingga
memaksa pengusaha mencari pengganti karyawan yang baru.
Teori perundingan modern menyatakan bahwa baik pengusaha maupun karyawan
akan memasuki pasar tenaga kerja tanpa harga permintaan atau penawaran yang
pasti, walaupun ada batas harga permintaan/penawaran tertinggi dan terendah.
Dalam batas harga tersebut tingkat upah ditentukan oleh kekuatan tawar-menawar
pengusaha dan karyawan. Karyawan yang kekuatan tawar-menawarnya lemah
harus menerima tingkat upah yang rendah, dan memiliki kekuatan ekonomi lebih
besar akan menuntut tingkat upah yang lebih tinggi.
e. Teori oposisi Loyal terhadap Manajemen
Menurut teori ini, serikat pekerja harus menolak tanggung jawab atas manajemen
dan tidak mau menjadi manajer. Hal ini disebabkan oleh pandangan awal yang
mengatakan bahwa fungsi manajemen adalah mengelola, sedangkan serikat
pekerja mempunyai tanggung jawab pengawasan atau pengendalian atas kualitas
manajemen. Tangung jawab ini yang memaksa manajemen untuk selalu berusaha
bekerja sebaik-baiknya terutama dalam penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu,
teori oposisi loyal terhadap manajemen ini menganjurkan serikat buruh menolak
tanggung jawab atas manajemen.

Page 4|7
Tujuan utama serikat pekerja adalah menciptakan dan mempertahankan serikat
pekerja yang berwenang dan kuat, yang berbicara atas nama anggotanya, dan
melaksanakan persetujuan yang telah dicapai. Untuk bertindak secara efektif,
serikat pekerja harus dapat bertindak tegas mengenai apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para anggotanya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
pengakuan dari para majikan. Teori perburuhan memang berkembang di negara
Eropa dan Amerika. Cara-cara yang ditempuh untuk mendapatkan pengakuan dari
pengusaha antara lain :
1) Melarang para anggota untuk bekerja atau memberi bantuan keuangan kepada
pekerja yang sedang mengadakan pemogokan.
2) Memeberikan skorsing atau pemecatan terhadap anggota yang melakukan
tindakan membangkang, menentang kebijakan serikat, atau tindakan yang
dianggap membahayakan keefektifan serikat pekerja, atau tindakan yang
melanggar disiplin lainnya.

Demikian jawaban dari saya dan mohon koreksian dan revisi dari bapak / ibu tutor
Terima kasih
Salam

NIM : 042072155
NAMA : DWI ANGGRAENI

Sumber Referensi :
Ariani, D. Wahyu. 2020. Hubungan Industrial. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

Page 5|7

Anda mungkin juga menyukai