Anda di halaman 1dari 8

FITRA, Vol. 2, No.

1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

URGENSI DOA, IKHTIAR DAN KESADARAN BERAGAMA


DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
(Suatu Tinjauan Psikologis)

Edi Saffan1

Email: edi_saffan@yahoo.com

Info Artikel Abstrak


__________ ___________________________________________________________________

Sejarah Artikel: Penelitian ini dilatarbelakangi suatu permasalahan yang berkenaan


Dipublikasi Januari 2016 dengan abad 21 dijuluki dengan abad kecemasan (the of anxienty) yang
ditandai dengan berbagai bencana dan kemelut yang meresahkan
hampir di semua lini kehidupan, baik pribadi maupun masyarakat,
sehingga manusia dilanda oleh rasa kegelisahan dan ketakutan. Karena
itu, kita sebagai manusia, sangat mengharapkan kehidupan yang
bermakna (the will to meaning) yang merupakan dambaan bagi setiap
manusia. Untuk meraih kebahagiaan tersebut, perlu adanya kerja sama
yang baik antara doa, ikhtiar dan kesadaran beragama, sebab dengan
kesadaran agama, maka doa yang kita mohon kepada Allah Swt semakin
timbul rasa keyakinan dan keikhlasan, sehingga apapun yang dikerjakan
atau diusahakan (ikhtiar) menimbulkan rasa optimis dan semangat
dalam kehidupan. Dengan kata lain, untuk mencapai tingkatan
kebahagiaan (mutmainnah), perlu adanya kerja sama yang baik antara
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) sebagai penggeraknya.

Kata Kunci : Doa, Ikhtiar dan Kesadaran Beragama

p-ISSN: 2442-725X • e-2621-7201

Alamat Korespondensi:
Kampus STAI Tapaktuan, Jalan T. Ben Mahmud, Lhok Keutapang, Aceh Selatan,
Email: jurnal.staitapaktuan@gmail.com

_______________
1Edi Saffan, MA, merupakan Dosen Tetap pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah

Tinggi Agama Islam (STAI) Tapaktuan, Aceh Selatan.


20
FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

PENDAHULUAN merupakan dambaan bagi setiap manusia


Awal abad 21 ini ditandai dengan untuk dapat meraihnya.
perkembangan sains dan teknologi yang Untuk meraih kebahagiaan tersebut,
pesat. Perkembangan Iptek ini berhasil kita sebagai seorang muslim, harus berusaha
menciptakan peradaban modern, yang (ikhtiar) dengan menggunakan segala
menjanjikan berbagai kemajuan dan kemampuan dan pikiran untuk dapat
kemudahan bagi mereka yang berhasil meraihnya, hal ini tentu saja dibaringi dengan
memenuhi segala tuntunan modernisasi.2 doa yang merupakan harapan dan
Sebuah peluang dan sekaligus tantangan bagi permohonan kepada Allah Swt yang selalu
kita di awal abad ini, untuk dapat kita harapkan dalam kehidupan ini. Bila
meningkatkan taraf kehidupan yang dapat kedua hal ini (doa dan ikhtiar) dapat berjalan
dipenuhi hanya dengan berusaha (ikhtiar) secara seimbang, ditambah dengan
yang disertai dengan doa dan bukan dengan kesadaran agama seseorang yang begitu
goyang kaki atau bersantai-santai. mantap, maka segala kegelisahan yang
Di lain pihak, abad ini dijuluki dengan sedang melanda kehidupan masyarakat
abad kecemasan (the of anxienty)3 yang modern sekarang ini dapat teratasi dengan
ditandai dengan berbagai bencana dan segera, sehingga manusia tersebut mampu
kemelut yang meresahkan hampir di semua mencapai tingkatan muṭmainnah yang
lini kehidupan, baik pribadi maupun merupakan idaman bagi setiap muslim.
masyarakat. Kondisi meresahkan saat ini
dapat disaksikan langsung, di antaranya KAJIAN KONSEPTUAL
terjadinya perang antar bangsa, krisis Urgensi Doa dalam Kehidupan
ekonomi, ledakan penduduk, membanjirnya Dari segi bahasa doa adalah
para pengungsi, pencemaran alam akibat “permohonan atau harapan”.6 Kata-kata doa
industri, mendangkalnya penghayatan yang terdapat dalam al-Qur’ān menurut
agama, munculnya berbagai penyakit yang Abdul Qasim al-Naqsyabandy sebagaimana
sulit diatasi, pola kerja yang semakin canggih yang dikutip oleh Muhammad Hasbi Ash-
dan sebagainya.4 Shiddieqi, memiliki beberapa makna, seperti:
Dari statemen yang di kemukakan di ibadat, istighatsah (memohon bantuan
atas, jelas keadaan yang sedang kita alami dengan pertolongan), permintaan atau
sekarang merupakan beban psikologis yang permohonan, memanggil dan memuji.7
sedang melanda manusia pada umumnya, Sementara ditinjau dari segi istilah
akibatnya, wabah kegelisahan seakan-akan para ahli berbeda dalam memberikan
sedang menghantui. Karena itu, kita sebagai pengertian. Dalam kaitan ini, Quraish Shihāb,
manusia, sangat mengharapkan kehidupan mengartikan bahwa doa adalah “Suatu gejala
yang bermakna (the will to meaning)5 yang keagamaan yang paling agung bagi manusia,
karena pada saat itu, jiwa manusia terbang
_______________ menuju Tuhannya”.8 Sementara Hamzah
2Hanna Djumhana Bustamam, “Makna
Hidup Bagi Manusia Modern,” dalam Rekontruksi
dan Renungan Relegius Islam, editor Muhammad
Wahyu Nafis (Bandung: Mizan, 1996), hal. 143.
3Hanna Djumhana Bustamam, Integrasi seseorang dalam memenuhi arti kehidupannya.
Psikologi dengan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Dan sebaliknya, orang yang tidak berhasil
pelajar, 1995), hal. 155. menemui hidupnya ia akan menghayati hidupnya
4Dadang Hawari, al-Qur’ān: Ilmu tanpa bermakna (meaningless) yang biasanya
Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Mental. cet. III, merupakan gerbang ke arah penderitaan.
(Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1997), hal. 2. Bustamam, Makna Hidup ... hal. 147.
5Kehidupan yang bermakna (the will to 6Muḥammad Hasbī ash-Ṣiddiqī, Pedoman

meaning) dimaksud adalah kehidupan yang Zikir dan Do’a. Cet. II, (Yogyakarta: Pustaka Rizki
dipandang penting, dirasakan berharga, terhindar Putra, 1997), hal. 95-97.
dari segala beban psikologis serta dapat dijadikan 7Syeikh Abubakar al-Jazairi, Akidah

sebagai tujuan hidupnya. Pada gilirannya akan Mukmin. cet. I., terj. Asmunī Halihah Zamakhsyarī,
menimbulkan kebahagiaan (happiness). Dengan (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002), hal. 97.
demikian, dapat dikatakan bahwa kebahagiaan 8M. Quraish Shihab, “Amalan Keagamaan

adalah akibat samping dari keberhasilan dalam Keseharian: Do’a, Istiqfār dan Syukur,”
Edi Saffan, MA |21
FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

Ya’qub, mengatakan doa merupakan suatu


“Aspek atau jalan untuk mendekatkan diri
12 ... َ‫ـضرعاً وخـفية‬
ّ ‫أدعـوا ربّـكم ت‬
kepada Allah Swt (taqarrub), yakni dengan
melalui seruan, permohonan ataupun Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
permintaan yang semata-mata ditujukan berendah hati dan suara yang lembut. (Q.S.
kepada Allah Swt dalam berbagai Al-‘A’rāf: 55)
kebutuhan”.9 Dalam ayat lain:
Dalam kehidupan manusia, disukai
atau tidak, mengandung penderitaan, ‫ادعـونـى اسـتجـب لكم‬
kesedihan dan kegagalan, sebagaimana
mereka yang diliputi oleh rasa kegembiraan,
prestasi dan keberhasilan. Memang, banyak Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku
kepedihan dapat dicegah melalui usaha perkenankan bagimu.” (Q.S. al-Mūkmīn: 60)13
sungguh-sungguh serta ketabahan dalam Sementara dalam ḥadīṭs Rasulullah
menanggulanginya, tetapi walaupun Saw, bersabda:
demikian beberapa kejadian tidak dapat
dicegah atau dihapus walau dengan upaya
apapun, kecuali dengan bantuan Allah Swt
‫ال ّدعـاء مـ ّخ العبـادة‬
semata.10 Menurut hemat saya, mungkin di
sinilah terasa betapa bermanfaatnya doa itu, Doa itu adalah otak ibadah.14
dan harus diingat walaupun apa yang Dari keterangan dalil-dalil di atas,
dimohonkan tidak segera tercapai, namun dapat dipahami bahwa ada beberapa syarat
dengan doa tersebut seseorang telah hidup yang harus dipenuhi, sehingga doa diterima
dalam suasana optimis, sebab harapan yang oleh Allah Swt. Salah satu di antaranya adalah
diharapkan tidak ada yang diragukan (syak) mengerjakan perintah Allah Swt, percaya
lagi dan hal ini mempunyai dampak yang kepada-Nya dan pada janji-janjiNya,
sangat baik dalam kehidupan. termasuk janji mengabulkan doa dengan cara
Doa dapat memberikan dampak yang dengan rendah hati dan suara yang lembut.
sangat besar dalam mengujudkan harapan Jadi, dalam berdoa yang terpenting adalah
seseorang. Dr. A. Carrel, seorang ahli bedah ketulusan dan keyakinan kepada Allah Swt
Prancis (1873-1941 M) yang pernah meraih (doa letaknya di hati yang merupakan
hadiah Nobel dalam bidang kedokteran, kecerdasan emosional)15 tanpa adanya syak
menulis dalam bukunya “doa”. Pengalaman-
pengalamannya dalam mengobati pasiennya, _______________
sebagaimana yang dikutip oleh M. Quraish 12Departemen Agama R.I, al-Qur’ān dan
Shihab, mengatakan bahwa, “Banyak di Terjemahannya. (Jakarta: Bumi Restu, 1976 ),
antara mereka yang memperoleh hal. 230.
13Ibid, hal. 533.
kesembuhan dengan jalan berdoa”. 11
14Hadist ini dikutip dari buku Abū Qasīm
Dalam al-Qur’ān, secara tegas Allah
‘Abdūl Karīm Hawazīn al-Qussyairī an-
Swt berfirman:
Naishaburī, Risālah Qusyairīyah. cet. I, terj. ‘Umār
Farūq, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), hal. 389.
15Para pakar sepakat bahwa kecerdasan

emosional (EQ) berpangkal pada hati. (Emotional


intellegence emerges not from musings of rarefiet
intellect, but from the working of human heart).
Lihat, Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, dengan
Artikelnya, “What is emotional Intellegence?”
dalam Rekontruksi dan Renungan Relegius Islam, nexus EQ Conference: Http:/www. NexusEQ.com.
editor Muhammad Wahyu Nafis (Bandung: Mizan, Sejalan dengan pandangan tersebut, Safwan Idris
1996), hal. 158. Menyebutkan bahwa, “Kecerdasan yang
9Ḥamzah Ya’qūb, Tingkat Ketenangan dan berpangkal pada hati ini” dengan istilah
kebahagiaan Muslim. cet. IV, (Jakarta: Atisa, 1992), “Kecerdasan Hati” untuk maksud yang tidak jauh
hal. 322. berbeda istilah EQ. Kecerdasan hati yang
10Shihāb, Amalan ... hal. 158. dimaksud oleh Safwan Idris adalah merujuk pada
11Ibid,. kemampuan untuk mengembangkan silaturahmi
22 | Urgensi Doa, Ikhtiar dan Kesadaran Beragama
FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

sedikitpun bahwa Allah Swt akan (ikhtiar) yang sungguh-sungguh untuk


mengabulkan doanya. mengujudkan aktivitasnya tersebut agar
Doa, yang kita panjatkan kepada mempunyai arti atau bermakna dalam
Allah Swt didasarkan kepada rasa keikhlasan kehidupannya. Namun demikian, perlu
dan ketulusan hati, menurut para ulama akan diketahui tidak semua pekerjaan dapat
dikabulkan oleh Allah Swt, jika (1) dikategorikan sebagai pekerjaan, sebab di
dikabulkan sesuai dengan permintaannya; dalam pekerjaan tersebut ada terkandung
(2) dikabulkannya dengan menggantikan tiga aspek yang harus dipenuhi, yaitu: (1)
dengan sesuatu yang lain yang lebih Pekerjaan itu hendaklah dilakukan karena
bermanfaat bagi si pemohon dan (3) adanya dorongan (motivasi) dan tanggung
ditangguhkan pada hari kiamat, untuk diberi jawab; (2) Apa yang dilakukan tersebut
ganjarannya.16 Dengan demikian, maka hendaklah dilakukan dengan sengaja,
perbanyaklah doa kepada Allah Swt dengan sesuatu yang direncanakan dan (3) Apa yang
cara berendah hati dan suara yang lembut, dilakukan itu hendaklah ada sesuatu arah dan
semoga kita menjadi orang-orang beruntung. tujuan yang luhur, yang secara dinamis
memberi makna bagi dirinya maupun bagi
Urgensi Ikhtiar dalam Kehidupan orang lain.19
Ikhtiar dari segi bahasa adalah Bagi seorang muslim, dalam berusaha
“usaha atau bekerja”.17 Sedangkan ditinjau haruslah mempunyai visi dan misi yang
dari segi istilah, usaha (ikhtiar) adalah suatu jelas, yakni tidak bekerja asal-asalan. Tapi
upaya sungguh-sungguh dengan pandangan seperti tersebut sungguh sangat
mengupayakan seluruh pemikiran dan zikir jelas tertanam dengan sangat kokohnya
untuk dapat mengaktualisasikannya atau dalam diri setiap pribadi muslim, sehingga ia
menampakkan arti dirinya sebagai hamba akan membuat suatu perencanaan bahwa
Allah Swt dan juga menempatkan dirinya setiap pekerjaan harus dilaksanakan dengan
bagian dari masyarakat yang terbaik (khaira penuh semangat dan antusias. Sejalan dengan
ummah).18 Dengan kata lain, dengan pandangan tersebut, Toha Tohara,
berikhtiar manusia dapat memanusiakan mengatakan bahwa “Hidup mengukir rencana
dirinya. tanpa tujuan hanyalah membuang waktu”.20
Pada dasarnya, hampir di setiap sudut Karena itu, untuk memulai suatu pekerjaan,
kehidupan, kita akan menyaksikan betapa hendaklah terlebih dahulu kita mempunyai
banyaknya orang yang bekerja, baik sebagai rencana yang matang, sehingga pekerjaan
guru yang mengajar di depan kelas, pegawai kita tidak akan sia-sia.
yang bekerja di kantor, petani yang bekerja di Dalam al-Qur’ān, banyak ayat yang
sawah, polisi yang mengatur lalu lintas, mengisyaratkan agar manusia berusaha
salesmen yang hilir mudik mendatangi toko (ikhtiar) dalam kehidupannya. Sebagaimana
dan rumah, buruh yang bekerja di pabrik dan firman Allah Swt, berbunyi:
segudang profesi lainnya. Mereka dalam
melakukan pekerjaannya, tentu saja, ada
sesuatu yang dikejar, ada tujuan serta usaha
‫الصالة فانـتشروا فى األرض وابتـغوا‬
ّ ‫فإذا قضيت‬
21 ‫من فضل اهلل وذكروا اهلل كشيرا لعلّكم تـفلحون‬
ً
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka
dan memperoleh kepercayaan dari sesama bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
manusia. Kecerdasan hati ini diperoleh dari carilah karunia Allah Swt dan ingatlah Allah
pengalaman dan penghayatan nilai-nilai etis serta Swt banyak-banyak supaya kamu beruntung
melalui latihan kesabaran dan kedekatan dengan (Q.S., al-Jum’āh: 10)
Tuhan salah satunya dengan melalui do’a. Safwan
Dari keterangan ayat di atas, dapat
Idris, Laporan Sarjana S2, S1 Semester Ganjil
Tahun Akademik 1997/1998, hal. 4.
dipahami bahwa Allah Swt menyuruh
16Quraish Shihab, Amalan ... hal. 159. manusia untuk tampil berusaha (ikhtiar)
17Toha Tahara, Etos Kerja Pribadi Muslim. _______________
cet. II, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), 19Ibid, hal. 28.
hal. 27. 20Ibid, hal. 147.
18Ibid, hal. 27. 21Ibid, hal. 933.

Edi Saffan, MA |23


FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

sebagai pekerja dalam rangka menggapai yang berkaitan dengan kecerdasan emosional
keberuntungan hidup di dunia ini, di samping (EQ)26 dikaitkan dengan apa yang dirasakan
tidak meninggalkan atau mengabaikan terhadap objek (senang atau tidak senang),
amalan untuk kesiapan hidup di akhirat sementara konasi yang berkaitan dengan
nantinya, salah satunya dengan cara kecerdasan spiritual (SQ27 berhubungan
mendekatkan diri kepada-Nya. dengan kesediaan atau kesiapan untuk
bertindak terhadap suatu objek dan
Urgensi Kesadaran Beragama dalam kecerdasan ini merupakan sebagai penggerak
Kehidupan dari kecerdasan IQ dan EQ. Jadi, sikap agama
Pada hakikatnya, setiap manusia yang merupakan integrasi secara kompleks dari
ada di dunia ini, hampir semuanya ketiga unsur tersebut, yakni pengetahuan
memerlukan agama sebagai kebutuhan agama (IQ), perasaan agama (EQ) dan
hidupnya. Tanpa adanya agama tidak tindakan keagamaan (SQ) dalam diri
mungkin orang dapat merasakan seseorang.
kebahagiaan dan ketenangan jiwa dalam Sikap keagamaan yang ada dalam diri
hidupnya.22 Karena itu, pembicaraan tentang seseorang sangat dipengaruhi oleh dua
agama merupakan pembicaraan tentang faktor, yaitu faktor dalam (intern) dan luar
kehidupan batin seseorang. Oleh karenanya (ekstern). Pada dasarnya, teori yang
kesadaran dan pengalaman agama seseorang mengatakan bahwa sumber jiwa keagamaan
lebih menggambarkan pada sisi-sisi batin pada diri seseorang berasal dari faktor intern
dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan yang menyatakan bahwa manusia adalah
sesuatu yang sakral dan dunia gaib.23 Dari homo religius (makhluk beragama).28
kesadaran dan pengalaman agama ini pula Sementara teori yang mengatakan bahwa
kemudian munculnya sikap keagamaan yang jiwa keagamaan pada manusia bersumber
ditampilkan oleh seseorang. pada faktor ekstern. Pada dasarnya, manusia
Sikap keagamaan merupakan suatu terdorong untuk beragama karena adanya
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang pengaruh dari luar dirinya, seperti rasa takut,
mendorong untuk bertingkah laku sesuai _______________
dengan kadar ketaatannya terhadap agama 26Kecerdasan emosional (EQ) pertama
yang dianutnya. Timbulnya sikap keagamaan sekali dilontarkan pada tahun 1990-an oleh
tersebut karena adanya konsistensi antara psikolog Peter Salovey dari Harvard University
kepercayaan terhadap agama sebagai unsur dan John Mayer dari University of New Hampshire
kognitif, perasaan terhadap agama sebagai untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional.
unsur afektif dan perilaku terhadap agama Kemudian berkat buku best-seller karya Daniel
sebagai unsur konasi.24 Komponen kognisi Goleman yang laris pada tahun 1995, Emotional
Intellegence, akhirnya konsep EQ ini menyebar
yang berkaitan dengan kecerdasan
luas di kalangan masyarakat, bahkan dijadikan
intelektual (IQ)25 akan menjawab tentang apa sebagai judul utama pada sampul majalah Time
yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang dan dijadikan pokok pembicaraan dari kelas-
sesuatu objek, sedangkan komponen afeksi kelas hingga ruang rapat. Lihat, Shapiro E.
_______________ Lawrence, Mengajar Emosional Intelegensi Pada
22Zakiah Daradjat, Peranan Agama dan Anak, terj. Alex Try Kantjono, (Jakarta: Gramedia,
Kesehatan Mental. cet. VI, (Jakarta: Haji 1997), hal. 5; lihat juga, Maurice J. Elies, dkk.,
Masagung, 1994), hal. 52. Cara-cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ, cet. I,
23Jalaluddin, Psikologi Agama. cet. II, terj. M. Jauharul Fuad, (Bandung: Kaifa, 2000), hal.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 11;
hal. 185. 27Kecerdasan Spiritual (SQ) masih
24Ibid, hal. 185. merupakan konsep baru dalam dunia psikologi
25Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan dan pertama sekali dipopulerkan Danah Zohar
kecerdasan yang berhubungan dengan proses dan Ian Marshall yang psikolog dari Harvard
kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan University dan Oxford University yang
dan daya menilai sesuatu. Atau, kecerdasan yang merupakan temuan terkini secara ilmiah. Lihat,
berhubungan dengan pemecahan masalah dengan Ari Ginanjar Agustian, ESQ; Berdasarkan Rukun
menggunakan rasio. Lihat, Abdul Mujib dan Yusuf Iman dan Islam. cet. IV, (Jakarta: Arga, 2001), hal.
Mudhakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. xxxvii.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 319. 28Ibid, hal. 186.

24 | Urgensi Doa, Ikhtiar dan Kesadaran Beragama


FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah penting. Dalam hal ini, Daradjat, mengatakan
(sense of guilt).29 Faktor-faktor inilah yang bahwa pengenalan agama pada anak sejak
mendorong manusia untuk menciptakan usia dini, bagaimanapun akan berpengaruh
suatu tata cara pemujaan yang kemudian pada pembentukan kesadaran dan
dikenal dengan agama. pengalaman agama pada dirinya anak.32
Hal ini sesuai dengan firman Allah Pendapat senada juga di kemukakan oleh
Swt yang terdapat dalam surat Ar-Rûm ayat Jamaluddīn ‘Alī Mahfūd bahwa orang tua
30 berbunyi: memegang peranan penting dalam
pembentukan jiwa agama pada anak-anak,
‫فأقم وجهك لل ّدين حني ًفا فطرة اهلل الَّتى فطر النَّاس‬ karena dalam jiwanya telah membawa
semacam bekal keagamaan. Andaikata
30
... ‫عليهـا‬ didikan agama yang diterimanya dari orang
tuanya sudah mantap, maka ketika ia dewasa
akan membawa dasar agama yang mantap
Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama pula. Dan sebaliknya, jika orang tua bersikap
dengan selurus-lurusnya, itulah fiṭrah Allah acuh tak acuh atau kurang perhatian
Swt, yang Allah Swt telah menciptakan terhadap pendidikan agama pada anaknya,
manusia sesuai dengan fiṭrah itu ... (Q.S., al- maka setelah dewasa anak tersebut dalam
Rūm: 30) keadaan bimbang.33
Demikian pula dalam sebuah ḥadīṭs Telaah psikologi dan psikologi agama
Rasulullah Saw: tampaknya sudah mulai menyadari bahwa
potensi-potensi manusia yang berkaitan
dengan kehidupan spiritual. Kemudian
‫ فأبواه يه ّـودانـه او‬,‫كل مولود يولد على الفطرة‬
ّ menempatkan potensi tersebut sebagai
)‫ينصرانه او يـمجسانه (رواه بـخاري عن أبـى هريرة‬ sesuatu yang penting dalam kehidupan
manusia. Selain itu, mulai tumbuh suatu
31
kesadaran baru mengenai hubungan antara
potensi tersebut dengan sikap dan pola
Dari Abū Huraīrāh r.a. Bahwa Rasūllulāh Saw tingkah laku manusia.34
bersabda: Setiap anak yang dilahirkan dalam Berangkat dari telaah dan pandangan
keadaan fiṭraḥ. Maka kedua orang tuannyalah tersebut akan membawa kepada kesimpulan
yang menjadikan ia beragama Yahūdī, bahwa jiwa keagamaan sebenarnya
Nasrānī atau Majusī. (H.R. Bukhārī) merupakan bagian dari komponen internal
Dari ayat dan hadis tersebut jelaslah manusia itu sendiri. Jadi, pembentukan
bahwa pada dasarnya manusia semenjak kesadaran agama pada diri seseorang pada
lahir telah membawa berbagai macam hakikatnya tak lebih dari usaha untuk
potensi salah satunya termasuk potensi menumbuhkan dan mengembangkan potensi
keagamaan. Pada dasarnya, potensi tersebut keagamaan (fiṭraḥ) manusia itu sendiri.
dalam perkembangannya sangat dipengaruhi Konsekuensi logisnya, untuk membentuk
oleh faktor eksternal, terutama pengaruh dari sikap dan tingkah laku keagamaan manusia
lingkungan pendidikan, baik itu dari rumah dapat dilakukan sejalan dengan fiṭraḥ
tangga, sekolah maupun masyarakat. Dengan tersebut.
kata lain, kesadaran dan pengalaman agama
pada diri seseorang terbentuk sangat Aplikasi Doa, Ikhtiar & Kesadaran
tergantung pada sejauh mana optimalisasi Beragama dalam Kehidupan
dan interaksi antara faktor eksternal dan
internal itu dapat berperan.
Dalam pembentukan kesadaran _______________
32Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama. cet.
agama, maka orang tua memegang peranan
15, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hal. 56.
_______________ 33Jamaluddin ‘Alī Mahfuẓ, Psikologi Anak
29Ibid. dan Remaja Muslim. terj. ‘Abdūl Rasyad Sidīq dan
30Ibid,hal. 645. Ahmad Fatīr Zaman, Jakarta: Pustaka al-Kausar,
31Imām Bukharī, Ṣaḥiḥ Bukharī. Juz. II, 2001. hal. 156.
(Kairo: Darul Matabī’ Aby-Sya’bī, t.t), hal. 118. 34Jalaluddin, Psikologi ... hal. 190.

Edi Saffan, MA |25


FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

Dalam kehidupan manusia, disukai hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam


atau tidak, tentu saja mengandung surga-Ku. (Q.S., al-Jum’āh: 10).
penderitaan, kesedihan dan kegagalan, Untuk mencapai tingkatan
sebagaimana mereka diliputi oleh rasa mutmainnah tersebut, maka perlu adanya
kegembiraan, prestasi dan keberhasilan, hal kerja sama yang baik antara antara doa,
ini semuanya merupakan bagian dari ikhtiar dan kesadaran agama, karena dengan
emosional manusia. Dalam hal ini, tentu saja, kesadaran agama yang tinggi dari seseorang,
setiap manusia menginginkan kehidupan maka doa yang kita mohon kepada Allah Swt
yang bermakna, yang merupakan dambaan semakin timbul rasa keyakinan dan
bagi manusia untuk meraihnya. keikhlasan dalam diri seseorang, sehingga
Untuk meraih kebahagiaan tersebut, apapun yang dikerjakan atau diusahakan
kita sebagai seorang muslim, tentu saja, kita (ikhtiar) menimbulkan rasa optimis dalam
terus berusaha (ikhtiar) dengan kehidupan. Dengan kata lain, untuk mencapai
menggunakan segala kemampuan dan tingkatan mutmainnah, maka perlu adanya
pemikiran untuk dapat meraihnya yakni kerja sama yang baik antara IQ, EQ dan SQ.
dengan melalui IQ yang letaknya di kepala,
hal ini tentu saja dibaringi dengan doa yang KESIMPULAN
merupakan harapan dan permohonan kepada Dari penelitian dan pembahasan di
Allah Swt yang selalu kita harapkan dengan atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
rasa penuh keyakinan dan keikhlasan dalam mencapai kebahagiaan hidup atau mencapai
hidup ini, hal ini tentu saja merupakan hasil tingkatan muṭmainnah yang merupakan
dari EQ dan SQ manusia itu yang letaknya di dambaan bagi setiap muslim, maka perlu
hati (qalb) yang dijadikan sebagai adanya kerja sama yang baik antara doa,
penggeraknya. ikhtiar dan kesadaran beragama, sebab
Bila kedua hal tersebut (doa & dengan kesadaran agama, maka doa yang kita
ikhtiar) dapat berjalan secara seimbang dan mohon kepada Allah Swt, semakin timbul
ditambah dengan kesadaran keagamaan dari rasa keyakinan dan keikhlasan, sehingga
seseorang yang begitu tinggi, maka segala apapun yang dikerjakan atau diusahakan
kegelisahan yang sedang melanda kehidupan (ikhtiar) menimbulkan rasa optimis dan
masyarakat modern sekarang ini dapat semangat dalam kehidupan.
teratasi dengan segera, sehingga manusia
tersebut mampu mencapai tingkatan SARAN-SARAN
muṭmainnah yang merupakan idaman bagi Berdasarkan hasil kajian, ada
setiap muslim. Sebagaimana firman Allah beberapa saran yang dapat diajukan sebagai
Swt berbunyi: tindak lanjut, yaitu: perlu adanya usaha lalu
berjalan seimbang, yang dibarengi kesadaran
‫ إرجى الى ربك راضضي ًة‬. ‫يآئيّتـها النّفس المطمئنة‬ keagamaan, maka segala kegelisahan yang
sedang melanda kehidupan masyarakat
.‫ فادخلى فى عبادى‬. ً‫ّمرضيّة‬ modern saat ini akan dapat teratasi dengan
segera, sehingga manusia tersebut mampu
mencapai ketenangan dalam hidupnya.
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di
ridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah

26 | Urgensi Doa, Ikhtiar dan Kesadaran Beragama


FITRA, Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016 • p-ISSN 2442-725X • e-2621-7201

DAFTAR BACAAN

Agustian, Ari Ginanjar. (2001). ESQ; Berdasarkan Rukun Iman dan Islam. cet. IV, Jakarta: Arga.
Al-Jazairī, Syeik Abubakar. (2002). ‘Akīdah Mukmīn. cet. I., terj. Asmuni Halihah Zamakhsyari,
Jakarta: Pustaka al-Kausar.
An-Naishaburī, Abū Qasīm ‘Abdūl Karīm Hawazin al-Qussyairī. (1998). Risalah Qusyairiyah. cet. I,
terj. Umar Faruq, Jakarta: Pustaka Amani, 1998.
Ash-Shiddiqī, Muḥammad Hasbī. (1997). Pedoman Dzikir dan Do’a. Cet. II, Yogyakarta: Pustaka
Rizki Putra.
Bukhari, Imam. (tt). Shahih Bukhari. Juz. II, Kairo: Darul Matabi’ aby-Sya’by, t.t.
Bustamam, Hanna Djumhana. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
-------. (1996). “Makna Hidup Bagi Manusia Modern,” dalam Rekontruksi dan Renungan Relegius
Islam, editor Muhammad Wahyu Nafis, Bandung: Mizan.
Daradjat, Zakiah. (1994). Peranan Agama dan Kesehatan Mental. cet. VI, Jakarta: Haji Masagung.
------- (1996). Ilmu Jiwa Agama. cet. 15, Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Agama R.I, (1979). Al-Qur’ān dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu.
Elies, J. Maurice, dkk. (2000). Cara-cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ, cet. I, terj. M. Jauharul
‘Fuād, Bandung: Kaifa.
Hawari, Dadang. (1997). al-Qur’ān: Ilmu Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Mental. cet. III, Jakarta:
Dana Bakti Prima Yasa, 1997.
Idris, Safwan. (1998). Laporan Sarjana S2, S1 Semester Ganjil Tahun Akademik 1997/1998
Jalaluddīn. (1997). Psikologi Agama. cet. II, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lawrence, E. Shapiro. (1997). Mengajar Emosional Intelegensi Pada Anak, terj. Alex Try Kantjono,
Jakarta: Gramedia, 1997.
Mahfuẓ, Jamaluddīn ‘Alī. (2001). Psikologi Anak dan Remaja Muslim. terj. ‘Abdūl Rasyād Sidīq dan
‘Ahmād Fatīr Zaman, Jakarta: Pustaka al-Kausar.
Mujīb, ‘Abdūl dan Yūsūf Muḍakīr. (2001). Nuansa-nuasa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001.
Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, dengan Artikelnya, “What is emotional Intellegence?” nexus
EQ Conference: Http:/www. NexusEQ.com.
Shihab, M. Quraish, (1996). “Amalan Keagamaan dalam Keseharain: Do’a, Istiqfâr dan Syukur”,
dalam Rekontruksi dan Renungan Relegius Islam, editor Muhammad Wahyu Nafis, Bandung:
Mizan.
Tahara, Toha. (1995). Etos Kerja Pribadi Muslim. cet. II, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf
Ya’qub, Hamzah. (1992). Tingkat Ketenangan dan kebahagiaan Muslim. cet. IV, Jakarta: Atisa.

Edi Saffan, MA |27

Anda mungkin juga menyukai