Anda di halaman 1dari 12

ALUR DAN DASAR HUKUM

PENGADAAN LAHAN SPD MELALUI HIBAH

A. UU Nomor 2 Tahun 2012 ttg Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum


sebagaimana dirubah sebagian melalui Perppu Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja
Pasal 6
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan oleh
Pemerintah.

Pasal 7
(1) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai
dengan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;
c. Rencana Strategis; dan
d. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.
(2) Dalam hal Pengadaan Tanah dilakukan untuk infrastruktur minyak, gas,
dan panas bumi, pengadaannya diselenggarakan berdasarkan Rencana
Strategis dan Rencana Kerja Instansi yang memerlukan tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d.
(3) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melalui
perencanaan dengan melibatkan semua pengampu dan pemangku
kepentingan.

Pasal 10
Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) digunakan untuk pembangunan:
a. pertahanan dan keamanan nasional;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;

1
1. Tahapan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
a. Perencanaan (Pasal 14 – 15)
Perencanaan pengadaan tanah di buat oleh Instansi yang
memerlukan tanah. Perencanaan didasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah dan prioritas pembangunan RPJM, Rencana Strategis Renja
Instansi yang bersangkutan.
Penyusunan dokumen perencanaan dengan minimal memuat:
1. maksud dan tujuan rencana 5. gambaran umum status tanah;
pembangunan; 6. perkiraan waktu pelaksanaan
2. kesesuaian dengan Rencana Tata Pengadaan Tanah;
Ruang Wilayah dan Rencana 7. perkiraan jangka waktu pelaksanaan
Pembangunan Nasional dan pembangunan;
Daerah; 8. perkiraan nilai tanah; dan
3. letak tanah; 9. rencana penganggaran.
4. luas tanah yang dibutuhkan;

Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah ditetapkan oleh Instansi yang


memerlukan tanah, selanjutnya diserahkan kepada pemerintah provinsi.

b. Persiapan pengadaan tanah (Pasal 16)

1) Pemberitahuan rencana pembangunan (Pasal 17)


2) Pendataan awal lokasi (Pasal 18)
3) Konsultasi publik (Pasal 19 - 21)
Masa sanggah (Pasal 21 – 23)
4) Penetapan lokasi (Pasal 24 – 25)
Pengumuman penetapan lokasi oleh Gubernur (Pasal 26)
c. Pelaksanaan Pengadaan tanah (Pasal 27)
1) Pengajuan pelaksanaan pengadaan tanah (Pasal 27 ayat 1)
2) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan
3) Pengukuran, pemetaan, pengumpulan data pihak yang berhak
(Pasal 28)
4) Pengumuman hasil (Pasal 29)
5) Penilaian ganti kerugian (Pasal 31 – 32)
6) Penetapan penilai (Pasal 31)

2
7) Pelaksanaan penilaian oleh tim penilai yang ditetapkan
Pasal 33
Penilaian Ganti Kerugian Meliputi:
a. tanah;
b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan;
d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
f. kerugian lain yang dapat dinilai.
Pasal 34 ayat 1-3
Nilai yang digunakan adalah nilai saat pengumuman dan besarnya
nilai ganti kerugian oleh penilai disampaikan ke lembaga pertanahan
dengan berita acara dan selanjutnya hasil penilaian tersebut menjadi
dasar musyawarah.
8) pemberian ganti kerugian
Pasal 36
Ganti kerugian dapat berupa:
a. uang;
b. tanah pengganti;
c. permukiman kembali;
d. kepemilikan saham; atau
e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
9) Musyawarah penetapan ganti kerugian
Pasal 37
(1) Paling lama 30 hari sejak hasil penelitian disampaikan, Lembaga
Pertanahan melakukan musyawarah dengan Pihak untuk
menetapkan Ganti Kerugian
Pasal 38
(2) Keberatan diajukan paling lama 14 hari sejak musyawarah
10) Pelaksanaan pemberian ganti kerugian
Pasal 41
(1) Ganti kerugian dapat berdasarkan atas:
- Musyawarah

3
- Putusan Pengadilan
(2) Pihak yang berhak menerima Ganti Kerugian Wajib:
a. Melakukan pelepasan hak; dan
b. Menyerahkan bukti bukti penguasaan atau kepemilikan
kepada instansi yang memerlukan tanah
(4) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung jawab
atas kebenaran dan keabsahan bukti penguasaan atau
kepemilikan yang diserahkan.
Pasal 42 -43
Jika pihak yang berhak, menolak bentuk ganti kerugian, maka ganti
kerugian dititipkan di pengadilan negeri setempat dan tanahnya
menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara

11) Pelepasan tanah Instansi


Pasal 46
(1) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah milik instansi tidak diberikan
ganti kerugian kecuali:
a. Telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk
tugas pemerintahan;
b. Objek yang dimiliki/dikuasai milik Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
c. Objek pengadaan Tanah kas desa.
Pasal 47 ayat 1-3
- Pelepasan objek tanah milik instansi dilaksanakan paling lama
60 hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan.
- Apabila lebih dari waktu yang ditentukan maka pejabat yang
melanggar dikenakan sanksi administratif dan secara otomatis
dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi
Kepentingan Umum.

12) Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah


Pasal 48 1-2

4
Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada
Intansi yang memerlukan setelah pemberian Ganti Kerugian dan
Pelepasan Hak/Penitipan Ganti Kerugian di Pengadilan Negeri

13) Pendaftaran tanah oleh instansi yang menerima


Pasal 50
Instansi yang menerima tanah wajib mendaftarkan tanah yang
diperoleh

B. PP Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyeleanggaraan Pengadaan Tanah


bagi Pembangunan Kepentingan Umum
Pasal 3
Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum
diselenggarakan melalui tahapan:
a. perencanaan;
b. persiapan;
c. pelaksanaan; dan
d. penyerahan hasil.

Perencanaan Pengadaan Tanah (Pasal 4 – Pasal 8)

Persiapan Pengadaan Tanah (Pasal 9 – Pasal 52)


- Pemberitahuan Rencana Pembangunan (Pasal 12 – Pasal 16);
- Pendataan awal lokasi rencana pembangunan (Pasal 17 – Pasal 28);
- Konsultansi Publik rencana Pembangunan (Pasal 29 – Pasal 43)
- Penetapan Lokasi Pembangunan (Pasal 44 – Pasal 47)
- Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan (Pasal 48 – Pasal 49)
- Pendelegasian Persiapan Pengadaan Tanah (Pasal 50 – Pasal 52)

Pelaksanaan Pengadaan Tanah (Pasal 53


- Penyiapan Pelaksanaan (Pasal 56 – Pasal 58)
- Inventarisasi dan Identifikasi (Pasal 59 – Pasal 66)
- Penetapan penilai ( Pasal 67 – Pasal 69)
- Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian (Pasal 71 – Pasal 75)
- Pemberian ganti kerugian (Pasal 76 – Pasal 99)

5
- Pelepasan objek pengadaan tanah (Pasal 100 – Pasal 103)
- Pemutusan Hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek
pengadaan tanah (Pasal 104 – Pasal 111)
- Pendokumentasian data administrasi pengadaan tanah (Pasal 112 – Pasal
114)

Penyerahan hasil
- Berita acara penyerahan (Pasal 115 – Pasal 116)
Pensertipikatan (Pasal 115 ayat 3-5)
- Pelaksanaan Pembangunan (Pasal 117 – Pasal 118)
C. PP 18/2021 ttg Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun,
dan Pendaftaran Tanah
Pasal 49
(1) Hak pakai terdiri atas:
a. hak pakai dengan jangka waktu; dan
b. hak pakai selama dipergunakan.

(2) Hak pakai dengan jangka waktu sebagaimana dimakstrd pada ayat (1) huruf
a diberikan kepada:
a. Warga Negara Indonesia;
b. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia;
c. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia; d. badan
keagamaan dan sosial; dan
d. Orang Asing.

(3) Hak pakai selama dipergunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b diberikan kepada:
a. instansi Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah;
c. pemerintah desa; dan
d. perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional.

6
D. PP nomor 28 Tahun 2020 ttg Pengelolaan barang milik negara/daerah jo PP
Nomor 27 Tahun 2014 ttg Pengelolaan BMN/D
Pasal 68
(1) Hibah Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk
kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang
bersifat non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah
/desa.
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
a. bukan merupakan barang rahasia negara;
b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak; dan
c. tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan
penyelenggaraan pemerintahan negaraf daerah.

Pasal 69
(1) Hibah dapat berupa:
a. Tanah dan/atau bangunan:
1. yang berada pada Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara;
2. yang telah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota, untuk
Barang Milik Daerah;
b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau
c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Penetapan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau bangunan


yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah, sesuai batas
kewenangannya.

(3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau
b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

7
(4) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh:
a. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang,
untuk Barang Milik Negara; atau
b. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

(5) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada pada
Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang,
untuk Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang; atau
c. Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah sesuai batas
kewenangannya.

Pasal 71
(1) Hibah Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf a dilaksanakan dengan tata cara:
a. Pengelola Barang mengkaji perlunya Hibah Barang Milik Daerah
berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68;
b. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Pengelola Barang mengajukan hasil kajian dan konsep
penetapan Hibah Barang Milik Daerah kepada Gubernur/ Bupati/
Walikota;
c. berdasarkan hasil kajian Pengelola Barang, Gubernur/Bupati/Walikota
dapat menetapkan Barang Milik Daerah yang akan dihibahkan sesuai
batas kewenangannya;
d. proses persetujuan Hibah Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 57 ayat (2);

8
e. pelaksanaan Hibah Barang Milik Daerah tersebut dilaksanakan oleh
Pengelola Barang dengan berpedoman pada persetujuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf d; dan
f. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan
dalam berita acara serah terima barang.

(1a) Hibah Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf b dilaksanakan dengan tata cara:
a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan usul Hibah
Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota disertai pertimbangan dan kelengkapan data;
b. dalam rangka persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, Pengelola Barang
meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya Hibah Barang Milik Daerah
berupa tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan
yuridis;
c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Gubernur/Bupati/Walikota dapat menyetujui danlatau
menetapkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang
akan dihibahkan;
d. proses persetujuan Hibah Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 57 ayat (2);
e. Pengelola Barang melaksanakan Hibah dengan berpedoman pada
persetujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf d; dan
f. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan
dalam berita acara serah terima barang.

(2) Hibah Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
huruf c dilaksanakan dengan tata cara:
a. Pengguna Barang melalui Pengelola Barang mengajukan usul Hibah
Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan
hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna Barang;

9
b. Dalam rangka persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, Pengelola Barang
meneliti dan mengkaji usul Hibah Barang Milik Daerah berdasarkan
pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68;
c. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Gubernur/Bupati/Walikota dapat menyetujui usul Hibah Barang
Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan sesuai batas
kewenangannya;
d. proses persetujuan Hibah Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59;
e. Pengelola Barang melaksanakan Hibah dengan berpedoman pada
persetujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf d; dan
f. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan
dalam berita acara serah terima barang.
E. PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/D

Pasal 55 ayat 2 & ayat 3


(2) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 untuk:
a. tanah dan/atau bangunan; atau b. selain tanah dan/atau bangunan
yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
b. dilakukan setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
(3) Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf
a tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat/ Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, apabila:
a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen penganggaran;
c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;
d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau
e. dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan

10
perundan- undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan
tidak layak secara ekonomis.

Pasal 57 ayat 2
(2) Pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dilakukan oleh
Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota.

F. PP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah


Perjanjian (Pasal 9)

G. PP 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan keuangan Daerah


Pasal 62
Penjelasan
Ayat (1) Pemberian hibah didasarkan atas usulan tertulis yang disampaikan
kepada Kepala Daerah.

H. Permendagri Nomor 77 Tahun 2020 ttg Pedoman Teknis Pengelolaan


Keuangan Daerah

I. PMK/82/PMK.07/2022

J. Permen Agraria Nomor 19 Tahun 2021

K. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang


Milik Daerah
Pasal 396
Pasal 405
Permohonan hibah (Pasal 405)
Pembentukan tim hibah dari Gubernur, Walikota (Pasal 406)
Pengajuan Persetujuan (Pasal 409)
Serah terima (Pasal 406 )
Perjanjian hibah

11
L. Permen Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP
Nomor 24 Tahun 1997 sebagaimana terakhir dirubah berdasarkan Permen
Agraria Nomor 16 Tahun 2021

M. PMK 115/PMK.06/2020

N. UU Nomor 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara


Pasal 45 ayat 2
Pasal 46

Ambon, 29 Maret 2023


Pengolah Data Perkara dan Putusan

Imam Fath Widahrnata, S.H.


Letda Bakamla

12

Anda mungkin juga menyukai